Anda di halaman 1dari 4

Nama : Veri Dani Sitorus

NIM : 22202052

Prodi : Magister Manajemen (S-2)

MatKul : UAS SDM dan Etika

Universitas Trilogy Jakarta

1. Setelah mengikuti perkuliahan selama setengah semester terakhir, dengan berbagai sumber
bacaan yang tersedia, berikan opini anda mengenai :

a. Apa yg dimaksud dengan Etika dalam pengelolaan sumber daya manusia?

Etika merupakan cara berpikir mengenai perilaku manusia di bawah pangkal tolak pandangan baik
dan buruk atau benar dan salah dari norma-norma dan nilai-nilai, pertanggungjawaban dan pilihan.

b. Dari berbagai kegiatan pengelolaan SDM (mulai dari perencanaan SDM, hingga Audit SDM
dan aktivitas diantaranya), jelaskan kemungkinan terjadinya praktek tidak etis dan contohnya pada
aktivitas :

 Rektrutmen dan Seleksi


- Mendiskriminasi calon karyawan, Misalnya, mendiskriminasi berdasarkan latar belakang, kelas
sosial, etnis, usia, atau jenis kelamin.
- Praktik Nepotisme, Misalnya,memiliki saudara atau mempunyai seorang kenalan dalam
perusahaan tersebut.
 Pelatihan karyawan
- Adanya tindak penyuapan/korupsi, Misalnya, disaat pelatihan berlangsung, untuk dapat diterima
di sebuah perusahaan, karyawan menyuap (memberi uang atau barang berharga) kepada trainner.
 Penilaian Prestasi
- Penilaian tidak sesuai dengan standar kinerja yang dimiliki perusahaan, Misalnya seperti,
karyawan sudah mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan, tetapi perusahaan tidak
mengkalim pencapaian karyawan tersebut.
- Tidak Transparansi, Misalnya, Hasil kinerja yang selama ini sudah dilakukan tidak disampaikan
dengan baik oleh perusahaan/supervisor, sebab hal ini sangat berguna untuk pengembangan diri
karyawan dimasa yang akan datang.
 Penggajian dan pemberian insentif/benefit
- Korupsi, Misalnya, Karyawan tidak mendapatkan gaji atau benefit dari kinerja yang sesuai dari
yang ditetapkan oleh Perusahaan.
 Hubungan Industrial
- Menyalahgunakan Hak dan Kepentingan Karyawan, Misalnya, Hak karyawan yang tidak
terpenuhi serta adanya perbedaan pelaksanaan dari aturan undang-undang, kejanggalan perjanjian
kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja sama. Lebih condong kepada, kenaikan gaji,
uang makan, transportasi dan premi dana lainnya.
 Pemutusan hubungan kerja
- Perbedaan Pendapat, Misalnya, perbedaan hitungan pesangon yang diterima oleh karyawan
berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan peraturan perusahaan.
.

2A. Ringkasan Jurnal/Intisari

ETHICAL & LEGAL ISSUES IN HUMAN RESOURCES

1. Introduction

Simply put, ethics involves learning what is right or wrong, and then doing the right thing -- but "the right
thing" is not nearly as straightforward as conveyed in a great deal of business ethics literature.

And within today's business arena, ethics are both important and vital if one is to succeed over the long
haul.

Philosophers consider ethics to be the "science of conduct." Some ethicists consider emerging ethical
beliefs to be "state of the art" legal matters, i.e., what becomes an ethical guideline today is often
translated to a law, regulation or rule tomorrow.

The questions around ethics and business are really simple to ask - yet hard to answer:

What does good business today really mean?

What does ethics have to do, if anything, with good business?

What about the monopoly charges brought against Microsoft-not to mention its movement into windows
with a product remarkably similar to Apple's operating system; Sears and its auto repairs problems; Nike
and IKEA, and their international labor issues; ValueJet's skimping on costs involved in airline safety;
General Electric and its river pollution problems; GE and Westinghouse's antitrust action in turbines;
Wal-Mart's aggressive growth strategy and the loss of small town businesses; Wal-Mart and its labor and
legal practices; and Wal-Mart with its "Buy America Program." Now here comes Enron, Arthur
Andersen, Global Crossing, Tyco, Martha Stewart, Disney (remember its privacy practices and guest
safety issues), Adelphia, Rite Aid, Nordstrom, the dot com bubble, Xerox and its large restatement of
earnings, ditto Lucent, and who could forget Krispy Kream donuts?

Bad ethics isn't necessarily new, but there does seem to be more problems that are even bigger today than
yesterday

There is a fundamental reality that seems to have escaped our notice: Ethical issues are important, and
ethical violations are not all that uncommon.

Are you involved in discussions about strategically important problems, opportunities and questions?

Ethics do not necessarily involve the big transgression all of the time.

Ethical issues in the workplace are often invisible.


In all cases, the managers involved made a case that they "believed" their actions and "ethics" were within
current social standards.

And there IS much, much more: ethical issues are clearly both tenuous and complicated for all parties
involved...and with a heavy price for the now defensive HR professional, the employee victims, the
shareholders, and the organization itself.

Issues such as sexual harassment toleration, knowingly hiring illegal immigrants, violation of privacy,
biased performance reviews, wage and hour violations for the sake of saving overtime dollars,
terminating whistle-blowers for reasons totally unrelated to performance, and tolerable discrimination.

or is it ever?It appears that an underlying theme in all HR-involved workplace issues is a management
culture that fosters ethical ignorance - or at the very least knowingly allows an action to happen - even
when the organization flaunts a Code of Ethics.

Ethical and moral issues are complex.

The negative effects of ethical violations within an organization can be enormous.

In other words, ethical violations are likely playing with hand grenades or worse.

2B. Saran/Advice untuk menghadapi culture of silence Indonesia untuk menyampaikan pendapat dan
memberikan ide perbaikan kinerja organisasi. Tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan "diam"
didalam sebuah organisasi, karena banyak penyebab terjadinya culture of silence ini yaitu :

1. Kekhawatiran mendapatkan label atau dipandang negatif oleh rekan kerja.


2. Kekhawatiran berkaitan dengan relationships.
3. Kekhawatiran bahwa pendapat yang disampaikan (speaking up) tidak akan berguna dan sia-sia
karena tidak berdampak apapun.
4. Kekhawatiran akan ancaman balas dendam atau hukuman.
5. Karakteristik Individu, seperti lack of experience (kurangnya pengalaman), tenure or rank
(rendahnya masa kerja dan atau posisi jabatan).
6. Karakteristik Hubungan dengan Supervisor, misalnya karena supervisor dipersepsikan tidak
memberikan dukungan dan sulit di dekati.
7. Karakteristik Organisasi, misalnya struktur dan budaya organisasi yang tidak terbuka bagi
upward communication

Oleh sebab itu, Dalam upaya mengurangi dan menghilangkan fenomena culture of silence dalam
organiasi, manajemen harus mencari dan menerima umpan balik secara teratur, menciptakan saluran
komunikasi yang aman untuk saluran upward communication dan menciptakan learning organization
yang berdasarkan pada rasa percaya (trust). Karyawan harus merasa aman dan dihargai atas
kontribusinya. Hal ini meminta manajemen puncak untuk mengikuti dan menghargai perspektif alternatif
dan umpan balik dari karyawannya. Para CEO harus selalu menerima kritik secara teratur dalam
menghadapi perubahan yang cepat. Kualitas informasi yang diterima dari semua tingkatan menjadi
kontribusi bagi dia dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan reward kepada karyawan yang
bersedia menunjukkan informasi mengenai permaslaahn yang dihadapi organisasi, meskipun
penyampaian info itu bersifat sensitif dan berresiko. Selain itu perlu diciptakan adanya mekanisme formal
yang memungkinkan karyawan untuk dapat menyampaikan informasi yang mereka ketahui a secara
rahasia (anonymously).

Anda mungkin juga menyukai