Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK PERGAULAN BEBAS (SEX BEBAS) TERHADAP


MENTALITAS DAN KESEHATAN PADA USIA 12-15 TAHUN

DISUSUN

OLEH :

NAMA : HABIL ALFA RIZI

KELAS : XII IPK 2

GURU PEMBIMBING :

ROSLINA,SS

MAN 1 PADANG PARIAMAN

SUMATERA BARAT

2022
HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN SISWA MAN 1 PADANG PARIAMAN

1. Judul Penelitian :Dampak Pergaulan Bebas (Sex Bebas) Terhadap


Mentalitas Dan Kesehatan Pada Usia 12-15 Tahun
2. Tingkat :Siswa
3. Sub Teman Karya :-
4. Ketua
a. Nama Lengkap : Habil Alfa Rizi
b. NISN : 0044195944
c. Asal Sekolah :MAN 1 PADANG PARIAMAN
d. Alamat : Tarok, Kepala Hilalang
e. No. Telp :081270068039
5. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar :Roslina ,S.S
b. NPK :08528802280881
c. Alamat :Ringan-Ringan Pakandangan
d. No. Telp :082258111792
Tarok, 09 Februari 2022

Guru Pembimbing penulis

(Roslina,S.S) (Habil Alfa Rizi)


NPK. 08528802280881 NISN. 0044195944
Kepala Sekolah

Amrizon,S,Pd,M.PdI.

NIP. 197001051996031001
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Dampak Pergaulan
Bebas (Sex Bebas) Terhadap Mentalitas dan Kesehatan pada Usia 12-15 tahun”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan.Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang Pariaman, 9 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................


1.2 Batasan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................
1.4 Manfaat Peneltian.......................................................................................................
BAB 2 LANDASAN TEORI........................................................................................................
2.1 Dampak pergaulan bebas............................................................................................
2.2 Hipotesis .....................................................................................................................
2.3 Istilah...........................................................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................................................
3.2 Metode Penelitian.......................................................................................................
3.3 Tema yang diungkap...................................................................................................
3.3 Subjek penelitian.........................................................................................................
3.4 Metode pengumpulan data..........................................................................................
3.5 Uji kebahasaan data.....................................................................................................
3.6 Analisis data................................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN...............................................................................................................
4.1 Hasil penelitian............................................................................................................
4.2 Pembahasan.................................................................................................................
BAB 5 PENUTUP........................................................................................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................
5.2 Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku
menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma
ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media massa. Remaja pada umur 12- 15 tahun adalah individu labil yang
emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar.Masalah keluarga,
kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas
membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
Pemahaman remaja yang belum begitu mengerti terhadap penyimpangan dalam
pergaulan bebas yang berbahaya terutama sex bebas. Membuat para remaja tidak berfikir
secara logika tentang apa yang tidak seharusnya mereka lakukan. Selain itu, banyak hal yang
negatif dapat terjadi jika remaja melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan sebelum
remaja tersebut menikah.Namun, anggapan remaja sekarang yang sudah mengatakan bahwa
pergaulan bebas (sex bebas) itu sudah biasa dan merupakan tren menurut mereka. Pergaulan
bebas jaman sekarang semakin meresahkan dengan didukungnya teknologi yang canggih
dan informasi yang dapat member berbagai hal seperti yang seharusnya di gunakan untuk
fasilitas pendidikan, di salah gunakan oleh para remaja usia 12-15 tahun untuk melihat hal-
hal yang seharusnya tidak mereka lihat seperti video atau gambar yang tidak senonoh.
Keingintahuan yang seharusnya dapat digunakan untuk kebaikan menjadi berbanding
terbalik, sehingga menimbulkan dampak negatif.Dari hal tersebut, dikhawatirkan para
remaja menjadi berbuat yang menyalahi normanorma agama dan sosial.
1.2 Batasan Masalah
Sesuai dengan uraian di atas, untuk memberikan batasan atau ruang lingkup. Maka
penulis menegaskan bahwa materi karya tulis ilmiah ini hanya pada dampak pergaulan bebas
(sex bebas) terhadap mentalitas dan kesehatan pada usia 12-15 tahun.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat di gunakan untuk menjadi pusat perhatian dan kejadian
adalah:
1. Apa dampak pergaulan bebas (sex bebas) terhadap kesehatan remaja usia 12-15 thn ?
2. Apa dampak pergaulan bebas (sex bebas) terhadap mentalitas remaja usia 12-15 tahun
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah di rumuskan tujuan yang dicapai adalah:
1. Mengetahui dampak pergaulan bebas (sex bebas) terhadap kesehatan remaja usia 12-15
tahun.
2. Mengetahui dampak pergaulan bebas (sex bebas) terhadap mentalitas dan kesehatan
remaja usia 12-15 tahun.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian serta fakta-fakta dari penelitian pergaulan bebas (sex bebas)
dalam pergaulan bebas adalah:
1. Menambah pengetahuan kepada para remaja dan para orang tua terhadap dampak
kesehatan pergaulan bebas (sex bebas).
2. Menambah pengetahuan kepada para remaja dan orang tua tentang dampak pergaulan
bebas terhadap mentalitas remaja.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dampak Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas (sex bebas) mempunyai dampak terhadap mentalitas remaja dan
kesehatan. Dampak pergaulan bebas (sex bebas) dalam mentalitas remaja adalah, sex bebas
dapat meruntuhkan moral dan akhlaq,kenapabisa begitu,karena menonjolnya perilaku
hewani pada seseorang menyebarkan sifat egoisme dan sifat masa bodoh tanpa batas. Selain
mempengaruhi mentalitas, pergaulan bebas (sex bebas) mempunyai dampak terhadap
kesehatan remaja tersebut. Seperti tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany
Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok
umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di
Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah
pernah melakukan hubungan seksual. Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah
Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai
pengalaman hubungan seksual. Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik
nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75%
terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi
dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap
tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan
pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika
hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akanberakibat rusaknya
tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma
yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan
mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat. Orang tidak perlu
menikah untuk melakukan hubungan seks.Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan
bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan
reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis
sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on
Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ;penderitaan
mentalitas seperti kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk
berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang
(41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%). Aborsi atau abortus berarti
penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum
dapat lahir secara alamiah).Abortus terbagi dua; Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus
yang terjadisecara tidak sengaja.penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan
tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan. Kedua,
Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa
seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau
dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Tentunya dalam melakukan aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan
terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan
bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh
pulang .Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko
kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan
secara fisik dan gangguan psikologis.Dan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian
Clowes, Phd; Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita
pada saat melakukan aborsi (karena melakukan sex bebas) dan setelah melakukan aborsi
adalah :
 Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
 Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
 Kanker hati (Liver Cancer).
 Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2.2 Hipotesis
Menurut pendapat penulis bahwa pergaulan bebas (sex bebas) menimbulkan banyak
bahaya negative daripada bahaya positif terhadap mentalitas dan kesehatan remaja pada usia
12-15 tahun.
2.3 Istilah
 Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)
 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
 Kanker hati (Liver Cancer).
 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations)
 Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, hal ini
disesuaikan dengan sifat masalah yang akan diteliti, karena penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran dari masalah dan dinamika hubungan seksual pranikah. Penelitian
kualitatif akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkip
wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video yang kemudian diterjemahkan
ke dalam pandangan-pandangan dasar interpretative dan fenomenologis.
Jenis pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologis.Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Alsa, 2007, h. 33), pendekatan ini
berusaha untuk memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan
manusia dalam situasi tertentu.Fenomenologis menekankan pada aspek subjektif dari
perilaku individu. Pendekatan ini berusaha masuk ke konseptual para subjek, sehingga
dapat memberikan pengartian sesuai dengan yang dimaksudkan oleh subjek tersebut
(Moleong, 2002, h. 9).45
Dijelaskan lebih lanjut leh Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000, h.3) metode
penelitian kualitatf adalah sebagai prosedur penelitan yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.Pendekatan ini diarahkan pada individu dan lingkungan secara holostik
(meyeluruh).

3.2 Tema yang diungkap

Tema yang diungkap pada penelitian ini adalah :

1. Sebab-Proses-Akibat Hubungan Seksual Pranikah Remaja


2. Aspek biologis, yaitu reaksi individu terhadap hasrat dorongan seksual, perubahan,
perkembangan, dan pertumbuhan organ-organ seksual.
3. Aspek psikologis, yaitu proses belajar individu untuk mengungkap dorongan seksual
dalam pikiran, peranan, dan tingkah laku individu.
4. Aspek sosial, yaitu dorongan seksual yang diungkapkan melalui atau dengan cara
menjalin hubungan dengan orang lain yang lebih dalam.
5. Aspek moral, yaitu dorongan seksual yang diekspresikan berdasarkan norma-norma
sosial dalam masyarakat.
6. Pengetahuan yakni kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja
yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat
pengarahan dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-
akibat perilaku seks pranikah;
7. Meningkatnya libido seksual yakni seorang remaja mendapatkan motivasinya dari
meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan
kematangan fisik;
8. Mediainformasi yakni rangsangan seksual melalui media massa yaitu dengan adanya
teknologi yang canggih seperti, internet, majalah, televisi, dan video;
9. Norma agama dimananorma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh
melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah;
10. Orang tua artinya ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan
pembicaraan seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak;
11. Pergaulan semakin bebas yakni yang banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan
pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua
terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa
remaja.
3.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif umumnya penenentuan subjek penelitian dilakukan dengan


pendekatan purposive yaitu subjek penelitian yang dipilih erat kaitannya dengan perolehan
data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Prosedur pengambilan subjek
dalam penelitaian kualitatif, umumnya menampilkan karakteristik

1. Tidak pada jumlah sampel yang besar, elankan pada kasus-kasus tipikal sesuai
kekhususan dalam penelitan
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tatapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun
karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam
proses penelitian
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan pada kecocokan konterks.
Penelitian kualitatif yang akan dilaksanakan penulis ini akan memilih subjek penelitian
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Remaja putra-putri yang pernah melakukan hubungan seksual
2. Pernah/sedang pacarandan belum menikah
3. Usia 18-23 tahun
4. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden
3.4 Metode Pengumpulan Data

Poerwandari (1998, h. 40) menjelaskan bahwa metode dan tipe pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif sifatnya terbuka, luwes, dan sangat beragam, disesuaikan denan
masalah, tujuan serta sifat objek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang dilakukan
antara lain observasi dan wawancara.

1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki.Secara luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada
pengamatan yang dilakukan secara langsung tetapi juga pengamatan yang dilakukan tidak
secara langsung (Hadi, 1994, h. 136).
Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
nonpartisipan.Observasi ini umumnya digunakan dalam penelitian yang sifatnya
eksploratif (Hadi, 1994, h. 141). Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Materi observasi
Isi dari observasi ini tidak terlepas dari tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini
perlu membuat observation guide (kerangka observasi) dan memusatkan perhatian
pada kerangka ini. Hal-hal yang ingin dilihat melalui observasi ini adalah gejala-
gejala pada rasa cemas, rasa malu dan stres karena dampak psikologis ini yang
dijelaskan mempunyai efek secara fisiologis terhadap subjek (Hadi, 1994, h. 142).
Observasi dilakukan untuk mengamati ekspresi wajah, bahasa tubuh atau gerak
tubuh tertentu yang muncul saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Peneliti akan
mengamati gerakan tangan, gerakan mata dan ekspresi untuk melihat munculnya ciri-
ciri cemas, malu dan stres.
b. Cara pencatatan
Cara pencatatan hasil observasi adalah salah satu hal yang penting dalam
observasi ini.Pilihan yang paling baik adalah melakukan pencatatan segera setelah
perilaku tersebut terjadi. Pencatatan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
akan dilakukan oleh penulis secara langsung. Pembuatan definisi operasional dari
perilaku yang mungkin muncul perlu dilakukan agar terdapat persamaan persepsi dari
penulis pada saat melakukan observasi di setiap subjek (Hadi, 1994, h. 144).
c. Hubungan antara observer dan observee
Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi ini adalah mencegah adanya
kecurigaan dari subjek, good rapport dan menjaga agar situasi tetap wajar (Hadi,
1994, h. 145).
Alat observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anecdotal record
atau biasa disebut daftar riwayat kelakuan.Alat ini merupakan alat untuk mencatat perilaku-
perilaku luar biasa (typical behavior).Pencatatan dilakukan langsung setelah perilaku
tersebut terjadi.Selain menggunakan anecdotal, penelitian ini juga menggunakan catatan
berkala yang didasarkan pada definisi operasional (Hadi, 1994, h. 150).
Observasi yang dilakukan terhadap subjek menggunakan pedoman observasi yang
disusun sebagai berikut:
1. Keadaan fisik subjek: warna kulit, perawakan, serta penampilan
2. Keadaan lingkungan tempat tinggal: di perumahan, dikampung
3. Ekspresi subjek saat diwawancara: ceria, tidak suka, cemas, ketakutan, dan lain
sebagainya.
4. Bahasa tubuh atau gerakan tubuh tertentu yang muncul saat diwawancara atau
saat subjek menjawab pertanyaan dari peneliti: menghindari kontak mata saat
menjawab, mengerak-gerakan tangan, memegang sesuatu, menghindari
pertanyaan, berpikir lama untuk menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya.
5. Cara menjawab apakah dalam menjawab ada dalam tekanan maupun
penggulangan.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Tujuan mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (dalam
Moleong, 2002, h. 135), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.
Wawancara adalah suatu proses tanya-jawab lisan, di mana dua orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengarkan dengan telinganya sendiri (Hadi, 1994, h. 192).
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur.Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang cirinya kurang
terinterupsi dan arbiter. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi
yang bukan baku dan informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan
pengecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali,
pendekatan baru, pandangan ahli atau perspektif tunggal.Jenis wawancara ini lebih bebas
(fleksibel) dalam memberikan pertanyaan dan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik
dari subjek (Moleong, 2002, h. 139).
Pencatatan dalam wawancara ini dilakukan melalui taperecorderdan pencatatan
secara langsung oleh interviewer (pewawancara).Interviewer bertanya dengan membawa
beberapa catatan pertanyaan (interview guide) serta dapat pula memberikan pertanyaan
yang sehubungan dengan penelitian di luar interview guide.Setelah wawancara selesai
dilakukan, maka interviewer perlu membuat transkrip atau salinan hasil wawancara ke
dalam kertas (Moleong, 2002, h. 151).
Hal-hal yang ingin diungkap melalui wawancara adalah sebagai berikut:
a. Masa Balita: pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah,lingkungan sekitar rumah.
b. Masa remaja: pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan sekitar rumah, pengetahuan tentang seks sejak dini, media informasi,
pergaulan bebas.
c. Masa sekarang: pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan
lingkungan rumah dan luar rumah, pendidikan seksual, pergaulan bebas, media
informasi, waktu, tempat, kondisi melakukan hubungan seksual, motivasi
melakukan, dorongan dari pasangan, hubungan seksual, conditioning.
d. Relasi sosial; penerimaan lingkungan sekitar.
e. Sosial ekonomi;
f. Penyebab;
g. Motivasi dalam keluarga;
h. Dampak; dampak psikologis, dampak sosial, dampak fisik.
3.5 Uji Kebahasaan Data

Kebahasaan merupakan hal penting dalam penelitian kualitatif agar penelitian tersebut
dapat diterima secara objektif. Uji kebahasaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan cara sebagai berikut:

1. Ketekunan Pengamat
Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2002, h. 177).
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Pengecekan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
membandingkan hasil pengamatan dan hasil wawancara serta membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2002, h. 178). Penelitin
ini menggunakan dua macam triangulasi data yaitu triangulasi sumber dan triangulasi
teori.
a. Triangulasi Sumber: Untuk mengecek balik derajat kepercayaan info melalui
wawancara dan dari orang lain atau dapat dengan jalan membandingkan data hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
b. Triagulasi Teori: Fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya degan
satu teori atau lebih (Lincoln dan Cuba, dalam Moleong (2000, h. 178), oleh karena
itu dalam hal ini jika peneliti telah menganalisis uaraian pola, hubunganm dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting untuk mencari
tema atau penjelasan pembanding, yaitu melalui buku-buku referensial.
3. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.Bila tidak ada lagi data
yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel (Sugiyono,
2003, h.345)
3.6 Analisis Data

Prinsip pokok dari penelitian kualitatif adalah menemukan teori dan data. Berdasarkan
prinsip pokok tersebut maka dapat dikatakan bahwa analisis data tersebut dilakukan dalam
satu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dan
dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan (Moleong, 2002, h. 104).
Secara umum proses analisis data kualitatif mencakup:
1. Reduksi data
a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian
terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan
fokus dan masalah penelitian.
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat
koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar supaya tetap dapat ditelusuri
data/satuannya berasal dari sumber mana.
2. Kategorisasi
a. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
b. Setiap kategori diberi nama yang disebut “label”.
3. Pemeriksaan keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat kepercayaan.
Teknik pemeriksaan dari kriteria kredibilitas adalah dengan triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
4. Penafsiran data
Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi analitik
yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangan dalam kategori-kategori
yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari data.
5. Kesimpulan
Setelah peneliti memperoleh pemahaman mendalam tentang keseluruhan data
yang diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulan atas permasalahan dalam
penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah melakukan wawancara kepada dokter sulis, penulis memperoleh hasil sebagai
berikut : NARASUMBER: Suster Sulis
Menurut Suster Sulis banyak sekali dampaknya terutama mentalitas dan kesehatan. Dan
sebagai berikut dampaknya;

 Penderitaan kehilangan harga diri ,

 Berteriak-teriak histeris

 Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi ,

 Ingin bunuh diri ,

 Terjerat obat-obat terlarang dan tidak bisa menikmati hubungan seksual

 Perasaan dihantui dosa

 Perasaan takut hamil,

 Lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menika

 Penghinaan terhadap masyarakat. -Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

 Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

 Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

 Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.

 Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),

 Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

 Kanker leher rahim (Cervical Cancer).


 Kanker hati (Liver Cancer).

 Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat


padaanak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

 Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

 Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

 Inveksi rahim

 Sifilis/Raja Singa

 Gonore/GO Herpes Genitalis

 HIV/AIDS

 Trichomoniasis

 Jengger Ayam atau Kutil di kelamin (Genital wart)

Bentuk pergaulan bebas remaja yang peneliti maksud adalah pergaulan yan tanpa batas
antara laki laki dan perempuan atau hubungan tanpa adanya suatu ikatan pernikahanan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya. Berdasarkan observasi peneliti,
menemukan masih minimnya peran orang tua dalam mendidik anak remaja, selain orang tua
juga kurang membimbing dan mengontrol pergaulan remaja disebabkan pada umumnya para
orang tua sibuk mencari nafkah hingga kadang menghabiskan waktu diluar rumah yang
mengakibatkan para remaja kurang mendapatkan perhatian walaupu orang tua ada
memberikan contoh perilaku yang terpuji pada anak. Pekerjaan orang tua sangatlah
berpengaruh kepada perkembangan remaja. Hal inilah yang dapat mendorong remaja untuk
mencari sensasi dengan cara melakukan perbuatan yang menyimpang yang bermula dari
bolos sekolah merokok hingga pergaulan bebas.
Hasil wawancara peneliti dengan tokoh masyarakat utama nya dengan para orang tua,
mereka memanfaatkan tugas sekolah sebagai alasan keluar rumah, berbonceng-boncengan
dengan yang bukan mahramnya tanpa sepengetahuan orang tuanya , terjadi kenakaln remaja
yang seperti itu dikarenakan kurang kontrol secara rutin. Oleh karena itu peran orang tua
masih sangat kurang dalam mengatasi hal tersebut. Orang tua juga masih kurang mengontrol
perilaku keseharian remaja mulai dari teman bergaul juga tempat remaja berkumpul,
sehingga remaja kuran terawasi dalam bertindak dan melakukan penyimpangan-
penyimpangan seksual yang dapat merusak masa depan mereka.
Hasil dari observasi yang peneliti amati seputar anak remaja bahwasan nya mereka lebih
suka bermain dan menghabiskan waktu di luar rumah daripada memanfaatkan waktu untuk
melakukan hal-hal yang bermanfaat seperti belajar dan juga mengaji pada malam hari
dengan sarana dan prasarana seadanya yang ada. Dikarenakan hal tersebut anak remaja
kurang dapat pendidikan agama yang memadai sebagai bekal mereka untuk menjauhi
perilaku yang melanggar ajaran agama Islam. Oleh karena itu semestinya orang tua tidak
boleh lalai mencari tahu dengan siapa anak mereka pergi keluar dan juga tidak lupa untuk
membiasakan anak agar tidak telat pulang.
Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi, masa ini adalah masa yang
amat baik untuk mengembangkan segala potensi potensi positif yang mereka miliki. Masa
remaja merupakan satu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Tetapi di
periode itu di kenal dengan masa masa galau dan juga bimbang. Berikut berbagai kasus yang
dilakukan remaja terkait dengan pergaulan beabas atau yang melanggar hukum dan merusak
moral diantara nya :
1. Berpacaran
Berpacaran di kalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, pacaran
merupakan trendtersendiri dikalangan remaja, bahkan sebagai remaja berpendapat
bahwa pacaran juga memberikan dampak yang positif, misal terpacu untuk belajar
dan lain-lain. Hal ini di dukung juga dari kegiatan yang biasa dilakukan remaja
ketika berpacaran di selingi dengan ciuman.Dikalangan remaja muncul trend yang
menyatakan bahwa jika remaja berpacaran berarti remaja tersebut modern
2. Menoton Media pornografi
Sebagian besar remaja pernah menggunakan atau melihat pornografi pada saat
berusia 14-17 tahun. Pada masa remaja tersebut merupakan masa remaja dengan rasa
ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini remaja memperoleh informasi
seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi
tersebut memang sangat di perlukan oleh remaja. Informasi mengenai keshatan
reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi remaja. Lembaga pendidikan
hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui
sekolah oleh seseorang guru atau dijadikan suatu pelajaran penunjang yang memiliki
kurikulum pelajaran.
Kebanyak remaja menggunakan media pornografai di rumah, sekolah, bioskop
ataupun rumah teman. Remaja cenderung memilih rumah teman karena merasa lebih
leluasa dan dapat berdiskusi brsama tman jika ada yang tidak di pahami. Keinginan
remaja adalah hal yan sangat wajar namun bagaimana mengemasnya dan cara
penyapaian inforamasi agar remaja tidak salah tafsir.
3. Free Sex
Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak di inginkan, maka
jika terjadi kehamilan remaja kebanyakan akan memilih meneruskannya dan enikah
karena menurut kalangan remaja bahwa pengguran kandungan merupakan perbuatan
tercella. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut akan
dilakukan dengan dokter kandungan.
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa orang tua anak remaja bahwa
faktor yang menyebakan anak terpengaruh terutama dikarenakan faktor lingkungan
kurang baik, bahkan teman bermain yang kurang baik. Selain pengaruh lingkungan
orang tua yang sering membina anak nya mengatakan faktor media yang paling
utama seperti game dan juga internet juga berpengaruh besar untuk anak. Sehingga
semua itu dapat menyebabkan pembinaan karakter yang labil tidak baik.
Peran keluarga sangatlah penting bagi mendukungknya karakter yang baik bagi
sang anak selalu ada faktor- faktor pencetus rusaknya moral remaja, faktor yang
menyebabkan terjadi nya pergaulan bebas dapat bersifat internal dan juga external.
Diantara nya kurang nya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan atau agama
dan remaja dan remaja yang memiliki mental lemah. Sedangkan penyebab terjadinya
pergaulan bebas yang bersifat eksternal adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang
tidak kondusif seperti kurangnya perhatian dari keluarga, kesepian, keluara kuran
harmonis (broken home), dan pengaruh media sosial.
4.2 Pembahasan
Pada penelitian, dampak terhadap mentalitas dan kesehatan remaja pada usia
12-15 tahun seperti dampak mentalitas penderitaan kehilangan harga diri, berteriak-teriak
histeris ,mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi , ingin bunuh diri ,Terjerat obat-obat
terlarang , dan tidak bisa menikmati hubungan seksual. Dan kesehatan seperti Kematian
mendadak karena pendarahan hebat.Kematian mendadak karena pembiusan yang
gagal.Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.Rahim yang sobek
(Uterine Perforation). Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akanmenyebabkan
cacat pada anak berikutnya. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen
pada wanita), Kanker indung telur (Ovarian Cancer).Kanker leher rahim (Cervical
Cancer).Kanker hati (Liver Cancer).Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).Inveksi rahim. HIV/AIDS .
Trichomoniasis jengger Ayam atau Kutil di kelamin (Genital wart), lamidia,herpes genital.
Dari hasil penelitian terhadap dampak mentalitas dan kesehatan remaja pada
usia 12-15 tahun ditemukan banyak hal negative yang berpengaruh seperti pada mentalitas,
kehilangan harga diri yang ratingnya paling tinggi menunjukkan mentalitas yang turun
akibat pergaulan bebas(sex bebas) begitu juga dengan penurunan mentalitas lain seperti
berteriak-teriak histeris ,mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi , ingin bunuh diri ,Terjerat
obat-obat terlarang , dan tidak bisa menikmati hubungan seksual . Semua itu dampak dari
pergaulan bebas (sex bebas) yang dilakukan oleh para remaja sebelum pada waktu yang
seharusnya dimana remaja tersebut dapat melakukannya dengan cara yang benar. Dan
dampak pergaulan bebas (sex bebas) pada kesehatan adalah HIV/AIDS (yang paling
dominan dan paling berbahaya),tentu sudah pasti dalam penyakit ini menjadi dampak yang
sangat mematikan karena jika sudah terinfeksi oleh virus ini, semua keturunan ( orang yang
terinfeksi ) akan mengidap virus yang sama begitu juga dengan orang yang menerima darah
dari orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS juga akan terinfeksi HIV/AIDS. Selain dari
penyakit HIV/AIDS terdapat penyakit lain seperti penyakit kelamin yang termasuk penyakit
yang tidak bisa dianggap remeh, karena penyakit ini menyerang alat kelamin
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pergaulan Bebas ( sex bebas ) mempunyai banyak dampak yang negative daripada
positifnya bagi para remaja. Selain itu telah banyak korban yang di sebabkan oleh pergaulan
bebas (sex bebas ) seperti terinfeksinya orang oleh penyakit HIV/AIDS yang merupakan
penyakit yang sangat mengerikan dan sampai saat ini belum ada obat yang bisa
menyembuhkan orang yang sudah terinfeksi penyakit ini. Dan walaupu terkena penyakit lain
yang mungkin ada obatnya lebih baik para remaja untuk mencegah sebelum terlambat.
5.2 Saran
Sebaiknya para remaja menjauh dari pergaulan bebas(sex bebas) dan harus lebih
mengerti bahwa pergaulan bebas ( sex bebas ) bukanlah budaya timur dan tidak ada dampak
positif untuk kaum remaja. Dan para orang tua disarankan untuk lebih memperhatikan
anaknya sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://konsling.blogspot.com/2012/07/dampak-negatif-seks-bebas-untuk-remaja.html

http://www.kaskus.co.id/thread/51a39f346112432d3100000f/dampak-seks-bebas-pada-remaja

http://ninahamzah.wordpress.com/akibat-terjadinya-pergaulan-bebas/

http://www.slideshare.net/082163646064/dampak-prilaku-seks-bebas-bagi-kesehatan-remaja.

Anda mungkin juga menyukai