Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan, semua yang ada di dunia ini mengalami hukum
gerak dan perubahan. Begitu juga dinamika sejarah masyarakat, terus mengalir dan bergerak
dari masyarakat konservatif dan tradisional menuju ke samudera modernnisme. Sebuah
perkembangan global yang menuntut keseriusan setiap komponen masyarakat dan bangsa
untuk berbenah diri dengan seperangkat kompetensi dan profesionalisme agar tetap exist dan
survive.
Berbicara tentang pendidikan kaitannya dengan globalisasi, lebih-lebih di era reformasi di
semua bidang di Indonesia sekarang tentu saja kita juga harus membicarakan mengenai
“sosok guru ideal” yang diharapkan. Pendidikan kita tentunya harus mendeskripsikan profil
seorang guru yang relevan dengan konteks globalisasi, sebagai landasan untuk mencapai
tujuan ideal yang diharapkan
Dari penjelasan tersebut guru membutuhkan pola-pola pembelajaran untuk menunjang
penyampaian materi kepada siswa dan diharapkan dari pola tersebut siswa bisa menangkap
apa yang diajarkan dari seorang guru, agar kelak siswa tersebut dapat bersaing pada dunia
global yang semakin lama semakin dituntut harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang
keras, untuk menunjang pola-pola tersebut maka guru juga diharapkan menjadi guru yang
profesional. Adapun pola-pola pembelajaran akan dijelaskan dalam isi makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari pola pengajaran?
2. Apa macam-macam jenis pola pengajaran?
3. Apa pengertian model pengajaran?
4. Bagaimana macam-macam model pola pengajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pola Pengajaran
Berdasarkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk
pengorganisasian program kegiatan. Sedangkan mengajar yang berasal dari kata
“ajar” diberi pengertian cara atau pemberian pelajaran dan perubahan tingkah laku
oleh guru atau tenaga pengajar berdasarkan pengalaman yang bisa ditangkap oleh
seseorang. Adapun guru di sekolah adalah salah satu sumber utama pemberian
pengajaran terhadap siswa. Nana Sudjana (2001:173) menyatakan “Pola mengajar
adalah tugas yang diberikan kepada guru atau tenaga pengajar kepada siswa dengan
cara mewajibkan siswa mengikuti pelajaran, belajar mandiri di rumah, belajar
kelompok atau dengan mempelajari buku pelajaran “.
Kesimpulannya pola mengajar siswa adalah bentuk pengorganisasian, kebiasaan
untuk memberikan ilmu atau untuk merubah tingkah laku kearah yang lebih baik yaitu
teratur dan terarah dengan latihan, dan cara tertentu yang dilakukan oleh guru untuk
siswanya di sekolah. Dalam usaha memberikan pengajaran, ada beberapa unsur yang harus
ditaati untuk dijadikan pedoman bagi tenaga pengajar atau guru. Dengan
melaksanakan pedoman-pedoman yang baik dalam belajar, barulah dapat dikatakan
seorang guru atau tenaga pengajar mempunyai pola pengajaran yang baik. Dan
pembentukan pola pengajaran yang baik akan menunjang keberhasilan belajar atau
kompetensi yang ingin diraih oleh siswa dapat tercapai.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan
suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa,
baik interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran. Di dasari oleh adanya perbedaan interaksi
tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh adanya perbedaan interaksi
tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola
pembelajaran.
Barry Morris (1963: 11) yang dikutip dalam bukunya Rusman mengklasifikasikan empat
pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran Tradisional 1
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran
dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam
mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran utama dalam
menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa.
Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi edukatif ini,
guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.
Pola pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada penggunaan teknologi
dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media pengajaran, perpustakaan belum berperan
dalam proses belajar mengajar. Pola pengajaran seperti ini tida memberikan ruang bagi
pengembangan teknologi dalam pengajaran.
Pola pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih bertumpu pada
keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya kadang-kadang.
2. Pola pembelajaran tradisional 2
Pola (guru+alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh
berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan
meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul
kecenderungan membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam sistem peengajaran.
Sementara itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan fasilitas
pengajaran juga mengalami kemajuan.
Kecenderungan pembakuan ini selain dikarenakan alasan ekonomis, namun juga memberikan
keuntungan lain, yaitu memberikan keuntungan lain, yaitu memudahkan adanya perbaikan
control dalam proses pengajaran. Standarisasi ini berlaku untuk pengadaan buku-buku
sekolah, desain gedung dan fasilitas sekolah, bentuk papan tulis, media instruksional,
perpustakaan, dan laboratorium.
Dampak munculnya input dalam pengajaran ini, maka pola pengajaran mempunyai
komponen-komponen baru berupa peralatan yang dipergunakan oleh guru sebagai sarana
untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Alat bentu pengajaran tersebut
kemudian dikenal sebagai media pengajaran.
Munculnya media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di dalam pola
pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang peranan menentukan
dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun tidak mutlak 100% karena sudah
didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan media
pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun media yang harus dibuat.

3. Pola pembelajaran guru dan media


Pola(guru)+(media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan
keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber
belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh
informasi dari berbagai media sebagaii sumber belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran
radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan
pola pembelajaran bergantian antara guru an medai berinteraksi dengan siswa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membawa implikasi meluasnya cakrawala umat
manusia dalam ilmu pengetahuan. Generasi saat ini harus lebih banyak belajar daripada
generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang akan datang juga harus menjadi generasi
terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut sistem pendidikan dan
kepelatihan yang sangkil dan mangkus. Segala macam pengetahuan dan pesan, baik yang
verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam sistem baru. Oleh sebab itu, maka
kemudian media bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan
sarana mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut. Terlebih lagi, bentuk
transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan keterampilan khusus dengan
menggunakan teknik-teknik mutakhir.
Standarisasi pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang dibantu dengan
media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil belajar yang optimal.
Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses belajar mengajar. Muncullah
kecenderungan sistem belajar lain (selain guru) yang dirancang sumber belajar tersebut
berbentuk media yang disusun oleh sekelompok ahli media. Jadi pola pengajaran yang
berbentuk ini adalah pola yang menghadirkan guru di satu sisi, dan guru dengan media di sisi
lain, dan bersama-sama berinteraksi dengan siswa. Dalam hal ini, kehadiran guru berfungsi
untuk melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar siswa. Sumber belajar yang
berbentuk media akan mengontrol penyajian materi pelajaran.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas, namun media
juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama. Terlebih lagi dalam pengajaran
keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan reseptif meupun produktif lisan dan tulis.
4. Pola pola pembelajaran bermedia
Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan
media atau bahan pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi pembelajaran apa saja yang
kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai seumber belajar siswa yang
utama.
Pola pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya tuntutan
profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah tenaga pengajar yang
tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini. Sementara penambahan
jumlah tenaga pengajar profesional tidak dapat dilakukan secara kilat. Maka muncul upaya
untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.
Lalu dimana letak tugas pengajar pada pola ini? Tenaga pengajar yang profesional dapat
diberi tugas untuk mempersiapkan bahan pengajaran secara sistematis dan terprogram dalam
bentuk modul atau paket belajar. Keadaan siswa yang telah cenderung belajar dengan sistem
mandiri, akan memudahkan mereka dalam berinteraksi langsung dengan media pengajaran
yang telah dipersiapkan oleh para ahli media dan guru.
Dalam pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan meniadakan guru.
Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam proses belajar mengajar
dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran berprogram dalam belajar mandiri.
Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam kenyataannya, media tidak dapat mendidik
siswa. Dengan pola pengajaran ini, kehadiran guru dapat digantikan oleh media yang
diciptakannya.
Pola-pola pembelajaran diatas memberikan gambaran bahwa seiring dengan pesatnya
perkembangan media pembelajaran, baik software maupun hardware, akan membawa
perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan
sebagai satu-satunya sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran,
televisi pembelajaran, media komputer atau yang sering kita kenal dengan pembelajaran
berbasis computer (CBI atau computer based intruction), baik model drill, toturial, simulasi
maupun instructional games ataupun dari internet. Sekarang ini atau dimasa yang akan
datang, peran guru tidak hanya sebagai director of learning, yaitu sebagai pengelola belajar
yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai
sumber belajar. Bahkan, bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang peran media sebagai
sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti
halnya penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction), disini peran
guru hanya sebagai fasilitator belajar saja.
Dalam versi lain menyebutkan bahwa, pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan
belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari gerakan yang di dominasi oleh
guru sampai kapan kegiatan yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola interaksi dapat
berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan. Sedangkan variasi kegiatan bisa berupa
mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi. Dalam
mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi:
kesesuaian, kesewajaran, kelancaran, dan kesinambungan, perencanaan bagi alat atau bahan
yang memerlukan penataan khusus.
2.2. Macam-Macam Pola Pengajaran
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:
1. Pola guru- murid: komunikasi sebagai satu arah.
2. Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara
siswa.
3. Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4. Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan murid,
dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
5. Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.
Secara opersional penerapan pola pembelajaran akan mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Sarana fisik yang menjadi perantara penyajian informasi.
2. Sistem intruksional dimana secara fisik tersebut merupakan salah satu komponen yang
terpadu.
3. Adanya serangkaian pilihan yang menghendaki antara lain :
a. Perubahan fisik dan cara tempat belajar.
b. Hubungan antara pengajar dan anak didik yang tidak langsung.
c. Aktifitas anak didik yang lebih mandiri.
d. Perlunya tenaga pembantu untuk mengajar.
e. Perubahan peranan dan kecakapan pengajar.
f. Keluwesan waktu dan tempat belajar. [4]
2.3. Model pengajaran
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan siswa.
Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan
perilaku belajar tersebut sangat terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran
dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, agama, seni, sikap dan keterampilan.
Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar sangat dinamis dan kompleks. Hasil penelitian
para ahli tentang kegiatan guru, siswa dan kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model
pembelajaran. Perintis penelitian model pembelajaran adalah March Belt penelitian tentang
kegiatan pembelajaran adalah berusaha menemukan model pembelajaran. Model-model yang
ditemukan dapat diubah, diuji kembali, dan dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.[5]
Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model adalah
sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti “globe” yang
merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya, istilah model
digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual.
Menurut Dewey dan Joyce dan Weil (1986) yang dikutip dalam bukunya Abdul Majid
mendefinisikan model pembelajaran sebagai “ a plan or pattern that we can use to design face
to face teaching in the classroom or tutorial setting and to shape instructional material” (suatu
rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas, atau
pembelajaran tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pelajaran). Dari
pengertian diatas dapat dipahami bahwa:
a. Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh
beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya.
b. Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan
landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya.
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu
bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam perencanakan dan
melaksanakan aktifitas belajar mengajar .[6]
Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan
lain-lain.[7]
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas.[8]

2.4. Jenis Model Pembelajaran


Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)
yang dikutip dalam bukunya Trianto mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: 1) model interaksi sosial, 2) model pengolahan informasi, 3) model
personal-humanistik, dan 4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran. Keempat model pembelajaran tersebut dapat dilihat
pada uraian berikut:
1) Model Proses Informasi
Teori belajar yang oleh Gagne (1988) yang dikutip dalam bukunya Trianto disebut dengan
information processing Learning Theory. Dan teori ini merupakan gambaran atau model dari
kegiatan didalam otak manusia disaat memproses suatu informasi.
Menurut Gagne, yang dikutip dalam bukunya Trianto, tahapan proses pembelajaran tersebut
meliputi delapan fase, fase tersebut meliputi :
1) Motivasi, 2) Pemahaman, 3) pemerolehan, 4) penyimpanan, 5) ingatan kembali, 6)
generalisasi, 7) perlakuan, 8) umpan balik.
2) Model Personal
Rumpun model personal bertolak dari pandangan kedirian atau self-hood dari individu.
Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih memusatkan
perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang
produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan tanggung jawab atas tujuannya.
3) Model Interaksi Sosial
Model interaksi social pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi
(interpersonal relationship) dan hubungan social, atau hubungan individu dengan lingkungan
socialnya. Dalam konteks ini, proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan
social dalam pengertian peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lain, dan berinteraksi
dengan kelompoknya.
4) Model Sistem Perilaku (Behaviour)
Model behaviorial menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik,
sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus respons, model
behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas yang harus diberikan dalam suatu rangkaian
kecil, berurutan, dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-
tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan
(reinforcement).[9]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan
siswa, baik interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu
dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Di dasari oleh adanya perbedaan
interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh adanya perbedaan
interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pola pembelajaran.
2. Adapun jenis pola pembelajaran yaitu:
· Pola guru- murid : komunikasi sebagai satu arah.
· Pola guru-siswa-guru : ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara
siswa.
· Pola guru-murid-murid : ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
· Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid : interaksi optimal antara guru dengan
murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi arah).
· Pola melingkar : setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat giliran.
3. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas.
4. Macam-macam model pembelajaran, yaitu: 1) model interaksi sosial, 2) model
pengolahan informasi, 3) model personal-humanistik, dan 4) model modifikasi tingkah laku

Anda mungkin juga menyukai