Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT

PADA DEWASA INI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II

 Meikel Sasela
 Peniel Hulu
 Febi Ayer
 Ravisco Karwur
 Stevi Wowor
 Ralfi Tatipata
Dosen Pengampuh Drs. Robert Munaiseche, M.Eng
A. Perkembangan Pemikiran Dewasa ini
Yang dimaksud adalah pemikiran manusia yang tumbuh pada abad ke 19 dan 20. Pada periode ini
filsafat makin berkembang, dan terlihat melalui berkembangnya ilmu-ilmu yang lambat laun berpisah
dengan filsafat. Dalam perkembangannya, ilmu-ilmu (science) terbagi 2, yaitu: ilmu-ilmu alam
(natural sciences) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Telah dikatakan bahwa pada abad ke 19
perkembangan science banyak dipengaruhi oleh teori Darwin. Sebenarnya teori Darwin bukannya
baru, tetapi merupakan suatu pengembangan dari filosof sebelumnya, seperti: Heracleitos (500 SM),
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang ada berubah secara terus menerus. Anaximander (610-540
SM), yang menekankan pentingnya pertumbuhan biologis. Empedocles (490-430 SM), menekankan
bahwa kehidupan berkembang dari yang tak sempurna kepada bentuk yang lebih sempurna. Di zaman
modern muncul pandangan naturalistik, seperti: Linnacus, memberi kontribusi pada botani dengan
sistem klarifikasinya yang terkenal, dan Buffon percaya bahwa binatang secara langsung dipengaruhi
oleh lingkungannya. Lamarck (1744-1829), menekankan pentingnya adaptasi dari setiap organisme
terhadap lingkungannya.
    Mengapa pemikiran filsafat selalu terus berkembang? karena manusia mempunyai akal dan, rasa
dam karsa sehingga manusia dapat meng-upgrade pemikiran dengan ide-ide yang didapatkan. Wujud
dari ide adalah ekstensi. Walaupun ada beberapa orang pada zaman dewasa ini yang kurang
memahami akan pentingnya filsafat karena alasan bahasa sulit dipahami, tapi sebagai orang yang
mengerti dan memahami filsafat kita harus tetap berusaha untuk mengingatkan bahwa belajar filsafat
sangat penting, jika memang tidak didengar kita hanya perlu mendoakan saja agar orang-orang
menjadi sadar akan betapa pentingnya belajar filsafat karena mencakup kehidupan sehari-hari.
    Dalam Idealisme Jerman salah satu filsuf yaitu, Hegel menguraikan filsafatnya dengan
menggunakan metode dialektik, yaitu menganalisis bahwa dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat terjadi dialektik. misalnya, ada kegiatan ekstrim maka akan timbul suatu kegiatan atau
tindakan yang bertentangan dengan kegiatan semula yang pada akhirnya akan timbul suatu
kompromi.Aristoteles telah menggunakan teori ini dan dia menyatakan bahwa kehidupan manusia
akan mencapai kebahagiaan kalau manusia bertindak moderat, berdiri di tengah-tengah, berusaha
untuk mempersatukan.
    Filsafat emperisme berkembang menjadi beberapa pandangan berbeda. Bentuk paling ekstrim
adalah positivisme, materialisme, karena filsafat hanya memikirkan yang realistis saja. Mereka
beranggapan bahwa positivisme dapat diselidiki dan dipelajari hanya berdasarkan fakta-fakta, dan
data-data yang nyata. Sedangkan, Materialisme mempersoalkan metafisika. Positivisme adalah filsafat
yang tidak mengakui metafisika, karena metafisika melampaui dunia nyata atau melampaui dunia
fakta. Materialisme berurusan dengan asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal dan hakikat
dari segala sesuatu adalah materi. Materialisme yang dipersoalkan adalah materialisme yang
merupakan reaksi terhadap idealisme, yang mana idealisme menganggap hakikat realisasi adalah
dunia roh.
    kesimpulannya adalah didalam perkembangan pemikiran filsafat dewasa ini ada kelebihan dan
kekurangannya, ada pro dan kontra. Tetapi, tergantung kita melihat dari sisi yang bagaimana. Filsafat
memang terkadang membingungkan tetapi jika kita mempelajari dan memahami sampai tuntas maka
kita akan memperoleh filsafat yang baik. Mungkin beberapa tahun lagi filsafat akan berkembang lebih
dan lebih lagi, akan ada penemuan-penemuan baru. Kita sebagai manusia mau tidak mau harus
mengikuti karena filsafat mencakup kehidupan sehari-hari kita.
B. Pemikiran Filsafat di Timur
Filsafat India
Filsafat India berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat
religius dan tujuan akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat

Filsafat India terbagi menjadi lima zaman berikut ini.

1. ZamanWeda (1500-600 SM). Zaman ini diisi oleh peradaban bangsa Arya. Pada saat itu barn
muncul benih pemikiran filsafat yang berupa mantera-mantera, pujian keagamaan yang
terdapat dalam sastra Brahmans dan Upanishad.
2. Zaman Wiracarita (600-200 SM). Zaman ,ini diisi oleh perkembangan sistem pemikiran
filsafat yang berupa Upanishad. Ide pemikiran filsafat tersebut muncul berupa tulisan-tulisan
tentang kepahlawanan clan tentang hubungan antara manusia dengan dewa.
3. Zaman Sastra Sutra (200 SM – 1400 M). Zaman ini diisi oleh semakin banyaknya bahan-
bahan pemikiran filsafat (sutra), ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh seperti Sankara,
Ramanuja, Madhwa, dan lainnya.
4. Zaman kemunduran (1400 – 1800 M). Zaman ini diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul
karena para ahli pikir hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau. Timbulnya keadaan
ini disebabkan oleh pertemuan antara kebudayaan Barat dengan pemikiran India sehingga
menimbulkan reaksi hebat dari para pemikir India.
5. Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M). Zaman ini diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat
India. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray, seorang pembaru yang menclapatkan pencliclikan
di Barat.
Tokoh – tokoh
Sankara (788 – 820) merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok ajarannya adalah bahwa “Brahman
adalah nyata. jiwa perorangan adalah Brahman. Brahman tidak rangkap. Dunia itu tidak nyata. jiwa
tidak berbeda dengan Brahman.

Ramanuja (1017 – 1137), is berupaya mempersatukan agama Wisnu dengan Wedanta. Sumber
ajarannya Wisista Waits (kitab Upanishad).Menurutnya, terdapat tiga kenyataan yang tertinggi:
Tuhan (Iswara),jiwa (cit), dan benda (acit). Hanya Tuhanlah kenyataan yang bebas.

Madwa (1199 – 1278), ia sangat berpengaruh di India Barat. Pokokajarannya, “ada”, merupakan
kenyataan yang jamak (dualisme). Segala sesuatu di dunia ini beraneka ragam. Terdapat lima per-
bedaan, yaitu antara Tuhan dan jiwa; antara jiwa (yang satu) dan jiwa (yang lain); antara Tuhan dan
benda; antara jiwa dan benda; antara benda (yang satu) dan benda (yang lain).

Filsafat Tiongkok

Meng Zi 

Meng Zi atau lebih dikenal dengan Mencius adalah tokoh filsafat cina kuno yang hidup sekitar abad
ke 4 SM, para sejarawan kebanyakan menyebutkan mencius hidup sekitar tahun 372-289 SM. Meng
Zi  lahir di Mang Ko negara Zhou, dimana pada saat itu cina kuno berada pada masa perang besar
antar kerajaan (476-289 SM). Meng Zi adalah penganut aliran konfusianisme/ konfusius yang
merupakan ajaran dari Nabi Kong Hu Cu. Meng Zi kemudian melanjutkan ajaran konfusius dan
melahirkan beberapa pemikiran yang sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran filsafat. Meng Zi
lahir ari keluarga menengah kebawah tetapi ada pendapat yang menyebutkan bahwa keluraga Meng
Zi keturunan bangsawan. Pada waktu kecil Meng Zi sudah ditinggal ayahnya meninggal, kemudian
Meng Zi diasuh ibunya yang sangat bijaksana.

Diceritakan ibunya Meng Zi sangat memperhatikan Meng Zi terutama dalam hal pemdidikan.
Sampai-sampai ibunya Meng Zi harus berpindah rumah tiga kali demi mendapatkan lingkungan yang
baik untuk kehidupan anaknya.

Pada awalnya Meng Zi dan ibunya pertama kali tinggal di dekat pemakaman. Di pemakaman mereka
menjumpai orang-orang berduka yang ditinggal mati. Tinggal di dekat pemakaman menjadikan
ternyata malah membuat Meng Zi bersikap dan menirukan layaknya orang sedang berduka. Ibunya
Meng Zi khawatir sikap Meng Zi yang menirukan orang yang berduka akan terbawa sampai ia
dewasa.

Hal inilah yang kemudian membuat ibunya memutuskan untuk berpindah tempat tinggal lagi. Meng
Zi dan ibunya akhirnya tinggal di dekat pasar. Lingkungan pasar sangat dipenuhi hiruk pikuk orang
jual beli. Ternyata pindah rumah di dekat pasar membuat Meng Zi suka menirukan gaya orang jual
beli. Ibunya khawatir lagi Meng Zi dikhawatirkan dewasa nanti akan bersikap layaknya penjual yang
kadang suka berbohong. Akhirnya ibunya memutuskan untuk berpindah tempat tinggal lagi. Meng Zi
dan ibunya berpindah di dekat sekolahan. Akhrinya tempat tinggal di dekat sekolahan inilah yang
cocok untuk lingkngan Meng Zi. Disinilah Meng Zi juga menempuh pendidikan. Di sinilah Meng Zi
mulai meniru perilaku, pidato, dan disiplin guru sehingga ia menjadi seorang sarjana hingga akhirnya
Meng Zi  menjadi seorang pejabat dan guru di Jixa Academy di negara bagian Qi dan menjadi filsuf
yang tersohor.

Pemikiran Meng Zi

Seperti yang telah saya singgung sebelumnya bahwasanya Meng Zi ini hidup pada masa kekacauaan
yakni perang perebutan kekuasaan yang terus menerus. Hidup di tengah kekacauan membuat Meng Zi
berpikir untuk mencerahkan para penguasa dengan filsafat. Tidak hanya ditujukan kepada penguasa,
pemikirannya ini juga memberikan dampak pada masyarakat Cina Kuno.

Menurut Meng Zi kodrat manusia adalah baik. Seseorang yang berbuat baik hakikatnya didorong oleh
kesadarannya yang terdalam terhadap kodratnya. Sebaliknya orang yang tidak berbuat baik, tidak
menyadari kodratnya alias lupa hakekat dirinya yang sesungguhnya.

Meng zi menjelaskan bahwa setiap manusia ada 4 buah hati , yakni (1) Empati, dalam keadaan normal
manusia akan merasa kasihan kepada orang lain ketika dilanda kesusahan; (2) Malu berbuat jahat,
pada dasarnya manusia sejatinya bersifat malu akan bertindak kejahatan, (3) Mau mengalah,
menurutnya manusia dalam keadaan normal orang akan memberi kemudahan atau mengalah kepada
orang lain yang lebih membutuhkan; (4) Membedakan benar dan salah, dalam keadaan normal
manusia akan jujur mengakui mana suatu hal yang benar dan mana yang salah.

Menurut Meng Zi manusia seharusnya menjaga keempat buah hati tersebut agar selalu berfungsi
melaksanakan tugasnya. Karena empat buah hati itu adalah jiwa yang memberikan nilai kemanusiaan
dirinya. Itulah Inner Beauty karunia Tuhan yang tak ternilai harganya. Ke 4 hati itu harus selalu
disirami, dirawat, di pupuk dan diberi anti hama serta dijaga kebersihan lingkungan, layaknya kita
merawat tanaman di kebun, maka hasilnya akan mendapatkan buah yang manis subur serta indah dan
menyenangkan. Inilah makna hidup manusia yang paling dasar sesungguhnya yang menjanjikan
kebahagiaan.

Lalu mengapa manusia melakukan kejahatan? Menurut Meng Zi manusia bertindak jahat karena tiga
hal, Pertama, kejahatan terjadi karena pengaruh lingkungan sosial.  Kedua, kejahatan terjadi karena
orang menyangkal atau menolak kebaikan kodrati yang ada dalam dirinya. Mereka yang memandang
diri terlalu negatif dan tanpa berharga, tak akan peduli dengan kebaikan.  Ketiga, kurang merefleksi
diri. Semakin seseorang kurang merefleksi diri, semakin ia tidak mengenal kebaikan yang ada dalam
dirinya.

Han Fei Zi (Legalisme)

Han Fei Zi atau biasa disebut Master Han lahir sekitar tahun 280 SM dan wafat sekitar tahun 233 SM.
Han Fei Zi berasal dari keluarga bangsawan penguasa Han, ia belajar di bawah filsuf  aliran
Konfusianisme bernama Xunzi. Tetapi ia meninggalkan dia karena tidak cocok dan kemudian masuk
di sekolah lain dengan pemikiran yang lebih cocok dengannya.

Ketika itulah Han Fei Zi menghasilkan beberapa pandangan dan pemikiran. Kebanyakan pemikiran
Han Fei Zi ditujukan kepada pemerintah, tetapi  pemikirannya di daerah asalnya tidak disukai oleh
penguasa karena pemikiranya mengkritik pemerintahan yang diktator. Akhrinya teman Han Fei Zi
menyarankan untuk pindah ke negeri Qin.

Di negeri Qin tulisannya sangat disukai. Esainya terhadap pemerintahan otokratik begitu
mengesankan raja Qin Shi Huang dari Qin bahwa Kaisar masa depan mengadopsi asas-asasnya
setelah merebut kekuasaan pada 221 SM. Disinilah gagasan-gagasanya Han Fei Zi sangat dikenal dan
diterapkan dalam kerajaan.

Han Fei Zi mengkritik pendapatnya Meng Zi yang menyatakan bahwa kodrat manusia adalah baik,
menurut Han Fei Zi sebaliknya, ia berpendapat bahwa sesungguhnya kodrat manusia adalah jahat.
Menurut Han Fei Zi moral manusia tidak bisa menjadi pijakan utama untuk membuat keteraturan,
karena pada dasarnya sifat manusia adalah ingin berbuat jahat. Menurutnya manusia akan berubah
menjadi baik jika diatur dengan aturan yang ketat dan ancaman hukuman yang keras, dan untuk ini
diperlukan penguasa yang kuat. Hal ini diperlukan untuk  stabilitas dan ketertiban masyarakat.

Metode alternatif menurut Han Fei Zi untuk mewujudkan stabilitas dan ketertiban masyarakat adalah 
penguasa harus menerapkan hukum secara tegas dengan hadiah bagi yang patuh dan hukuman yang
keras bagi yang membangkang.

Ada tiga unsur legalisme menurut Han Fei Zi yakni Shi, Shu, dan Fa. Shi atau otoritas yakni suatu
kekuatan yang membuat satu perintah yang dapat dipatuhi. Shu atau metode/seni memerintah adalah
suatu kemampuan untuk mengatur bawahan. Kemudian yang terakhir adalah Fa yakni hukum dengan
garansi berlakunya berupa imbalan dan hukuman.

Ada pendapat Han Fei Zi yang begitu populer menurut Han Fei Zi tidak ada negara yang kuat atau
lemah selamanya; kalau mereka yang menegakkan hukum kuat, negara akan kuat; namun kalau
penegak hukum lemah, negara akan lemah. Masyarakat itu takluk pada kekuatan, dan sedikit yang
dapat dipengaruhi doktrin-doktrin kebajikan.

Zhuang Zi

Chuang Tzu atau lebih dikenal dengan nama Zhuang Zi hidup sekitar tahun 369 – 286 SM,
merupakan seorang filsuf Cina Kuno yang menganut aliran Taoisme. Zhuang Zi lebih dikenal sebagai
filsuf dengan pemikiran tentang kebahagiaan yang sebenarnya/ hakiki.[6]

Zhuang Zi hidup pada masa peperangan antar kerajaan. Zhuang Zi berasal dari negeri Meng (sekarang
provinsi Henan). Tidak ada sumber sejarah yang menyebutkan lengkap riwayat hidup Zhuang Zi.
Dalam berbagai sumber sejarah beliau pernah menjabat sebagai Qiyuan Li atau seorang pejabat dari
negeri Meng pada masa pemerintahan Liang Hui Wang dan Qi Xuan Wang.
Pemikiran Zhuang Zi

Menurut Zhuang Zi ada tiga orang yang paling bijaksana yakni Buddha, Konfusius, dan Lao-tse. Kata
Zhuang Zi, Buddha menganggap hidup ini pahit. Ia menganggap hidup ini penuh penderitaan dan
ilusi, penuh dengan keterikatan dan jebakan. Ia merasa bahwa kita harus memasuki dunia spiritual
untuk menyingkirkan penderitaan tersebut. Kemudian Konfusius menganggap hidup ini asam/kecut.
Ia merasa dunia ini adalah tempat yang tidak teratur, sehingga harus dikontrol. Yang terakhir ialah
Lao-tse yang berpendapat bahwa  hidup ini sempurna dan indah sesuai apa adanya. Ia melihat adanya
satu harmoni alam yang bisa dialami siapapun dan kapanpun. Dunia ini adalah guru yang paling
berharga untuk hidup kita.

Seperti yang telah saya singgung sebelumnya Zhuang Zi merupakan filsuf aliran Taoisme, segala
pemikirannya nantinya akan bersandar pada prinsip-prinsip Taoisme. Secara garis besar pemikiran
Zhuang Zi merupakan ajaran tentang cara memandang dan cara menjalani hidup.

Menurut Zhuang Zi hidup ini adalah sebagai suatu proses alamiah yang harus dijaga, dijalani,
dinikmati dan diisi dengan hal-hal positif. Ia berpendapat bahwa manusia itu bagaikan alam semesta
kecil yang mempunyai ikatan erat dengan alam semesta yang besar dan yang maha besar, sehingga
menganjurkan agar manusia hidup secara alamiah serta selaras dengan alam.

Menurut Zhuang Zi kebahagiaan tertinggi adalah “Wu-wei”. Wu-wei secara harafiah: ‘tidak
mempunyai kegiatan’ atau ‘tidak berbuat’, Maksudnya bukan tidak berbuat apapun, melainkan
berbuat tanpa dibuatbuat dantidaksemau-maunya. Bersikap dibuat-buat dan semau-maunya
berlawanan dengan sikap kodrati atau sikap yang wajar. Menurut teori Wu-wei, seseorang hendaknya
membatasi kegiatan-kegiatannya pada apa yang diperlukan dan apa yang kodrati atau wajar.

Mo Zi/ Mo Tzu (Mohisme)

Mo Zi atau biasa dikenal dengan Mo Tzu merupakan tokoh filsuf Cina Kuno pendiri aliran Mohisme,
Mo Zi juga merupakan filsuf pra modern. Mo Zi hidup sekitar tahun 479-381 SM, berasal dari negara
Lu. Mo Tzu pada awalnya belajar kepada Konfusius, namun kemudian Mo Tzu  tidak setuju dengan
pemikiran Konfucius tentang tradisi kuno yang menurut Mo Tzu tidak bermakna pada masa sekarang
(Keadaan politik pada zaman masa kehidupan Mo Tzu adalah Zaman ambang kehancuran dinasti
chou yang terkenal dengan ke feodalanya). Dari sinilah Mo Tzu mendirikan aliran/ madzab sendiri
yang mernama Mohisme untuk mengkritik argumen-argumen para penganut Konfusianisme.

Pemikiran Mo Zi

Seperti yang telah saya singgung sebelumnya bahwa dasar/ inti pemikiran dari Mo Zi adalah kritik
terhadap argumen Konfusianisme. Menurut Mo Zi  ajaran Konfusianisme itu terlalu fatalistik dan
terlalu banyak ritual, dan perayaan-perayaan tradisi, termasuk penguburan, yang merugikan
kehidupan dan produktifitas orang biasa.

Ia mengatakan bahwa Konfusius memiliki pandangan dengan ukuran moral adalah diri sendiri. Tetapi
MoZi mengkritiknya, ia berpandangan bahwa apabila diri sendiri adalah titik ukur sebagai moral
terhadap orang lain. Itu adalah sempit karena dia harus memandang dirinya sendiri untuk memandang
orang lain. Kitalah yang harus memperhatikan orang lain, seperti memperhatikan diri kita sendiri.

Gagasan pemikiran Mo Zi juga lebih dikenal dengan universal love atau impartial care. Seperti
pendapatnya tentang  seseorang harus peduli kepada sesama, siapapun, tanpa mempertimbangkan
posisi dan relasinya dengan dirinya. Orang baik itu adalah orang yang mampu mewujudkan cinta
sesama tanpa syarat. Oleh karena itu diperlukan satu unconditional love/universal love (Jin Ai).
Mo Zu juga dikenal sebagai filsuf anti fatalisme, seperti gagasanya tentang fatalisme yang ia anggap
sebagai jalan kejahatan. Ia meemberi contoh bahwa di masa lalu, orang-orang yang malang, gemar
makan dan minum, namun malas bekerja. Akhirnya mereka kekurangan makanan dan pakaian,
terancam kelaparan dan sakit. Mereka tidak berkata: “Aku ini bodoh dan rendah, serta tidak tekun
bekerja”.Namun mereka berkata:“memang takdirku menjad imiskin

Filsafat Islam

Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang
dialami oleh filosof-filosof lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan
pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya tidak bisa di pungkiri bahwa dunia Islam telah
berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat
Islam sendiri. Pemikiran-pemikiran para filsuf muslim tidak hanya memberikan pengaruh pada
perkembangan pemikiran dan keilmuan Islam, tetapi juga memberikan pengaruh secara universal.

Adapun beberapa tokoh muslim yang mengkaji tentang filsafat diantaranya:

1.AL-KINDI

Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’kub bin Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin Kays Al-
Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kufah. Keturunan dari suku
Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq
Ashabbah, dan ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun
Al-Rasyid dari Bani Abbas. Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-
Nadim buku yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, aritmatika, astronomi,
kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangan-
karangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme; dalam
metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat
Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan Plato. Mengenai filsafat dan agama, Al-
Kindi berusaha mempertemukan antara kedua hal ini Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat
bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi
martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki
perbedaan.

2. AL-FARABI

Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi
diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah
seorang Iran dan menikah dengan seorang wanita Turkestan. Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan
negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya,
untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami
ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya,
baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu
bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.
Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat
Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun
banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.

3. IBNU SINA
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, di mana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran,
dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan
diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah
Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka
berlangsung terus sampai tahun 447 H. Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap
pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal
kejiwaan atau pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat. Pengaruh Ibnu Sina
dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pemikiran Arab sejak abad kesepuluh
Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas
Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan
mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi
keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H
(1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.

4. AL-GHAZALI

Nama lengkapnya Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir
tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di
kota Tus, kemudian meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam al-Juwaini, sampai
yang terakhir ini wafat tahun 478 H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada Nidzam al-Mulk di kota
Mu’askar, dan dari padanya ia mendapat kehormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal
di kota itu enam tahun lamanya. Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat menjadi guru di sekolah
Nidzamah Baghdad, dan pekerjaannya itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad,
selain mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan Bathiniyah,
Isma’iliyyah, golongan filsafat dan lain-lain. Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar
sekali, sehingga menurut pandangan kaum Orientalis, agama Islam yang digambarkan oleh
kebanyakan kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi al-Ghazali. Karyanya yang terbesar yaitu Ihya
‘Ulumiddin yang artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya selama beberapa
tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan yang berisi
tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum
Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan luar Islam. Pikiran-pikiran al-Ghazali telah
mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh kegoncangan batin. Sehingga sulit
diketahui kesatuan dan kejelasan corak pemikirannya seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap
filosof-filosof dan terhadap aliran-aliran akidah pada masanya. Namun demikian, al-Ghazali telah
mencapai hakikat agama yang belum pernah ditemukan oleh orang-orang sebelumnya dan
mengembalikan kepada agama. Jalan yang terdekat kepada Tuhan ialah jalan hati dan dengan
demikian ia telah membuka pintu Islam seluas-luasnya untuk tasawuf.

5.IBNU BAJAH

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal dengan sebutan Ibnu-
Shaigh atau Ibnu Bajah. Orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan menamai Ibnu Bajah dengan
"Avempace". Ibnu Bajah dilahirkan di Saragosta pada abad ke-11 Masehi. Tahun kelahirannya yang
pasti tidak diketahui, demikian pula masa kecil dan masa mudanya. Sejauh yang dapat dicatat oleh
sejarah ialah bahwa ia hidup di Serville, Granada, dan Fas; menulis beberapa risalah tentang logika di
kota Serville pada tahun 1118 M, dan meninggal dunia di Fas pada tahun 1138 M ketika usianya
belum lagi tua. Menurut satu riwayat, ia meninggal dunia karena diracuni oleh seorang dokter yang iri
terhadap kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya. Ibnu Bajah telah memberi corak baru terhadap filsafat
Islam di negeri Islam barat dalam teori ma’rifat (epistemologi, pengetahuan), yang berbeda sama
sekali dengan corak yang telah diberikan oleh al-Ghazali di dunia timur Islam, setelah ia dapat
menguasai dunia pikir sepeninggal filosof-filosof Islam.
6. IBNU THUFAIL

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi
Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/1110 M. Kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran,
kesusasteraan, matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota tersebut dan berulangkali menjadi
penulis penguasa negerinya. Setelah terkenal, ia menjadi dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf al-
Mansur, khalifah kedua daru daulah Muwahhidin. Dari al-Mansur ia memperoleh kedudukan yang
tinggi dan dapat mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana Khalifah itu, di antaranya ialah
Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan Aristoteles. Buku-buku biografi
menyebutkan beberapa karangan dari Ibnu Thufail yang menyangkut beberapa lapangan filsafat,
seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya, disamping risalah-risalah (surat-surat)
kiriman kepada Ibnu Rusyd. Akan tetapi karangan-karangan tersebut tidak sampai kepada kita,
kecuali satu saja, yaitu risalah Hay bin Yaqzan, yang merupakan intisari pikiran-pikiran filsafat Ibnu
Thufail, dan yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Ibnu Thufail tergolong filosof dalam
masa Skolastik Islam. Pemikiran kefilsafatannya cukup luas termasuk metafisika. Dalam pencapaian
Ma’rifatullah Ibnu Thufail menempatkan sejajar antara akal dan syari’at. Pemikiran tersebut
sebenarnya merupakan upaya yang tidak pada tempatnya, sebab syari’at sumbernya adalah wahyu
(yakni: dari Tuhan), sedangkan akal merupakan aktifitas manusiawi. 

7. IBNU RUSYD

Nama lengkapnya Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 520 H.
Ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan
tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan kakeknya yang terkenal dengan
sebutan “Ibnu Rusyd kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim di Cordova. Ibnu Rusyd adalah seorang
ulama besar dan pengulas yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu
sukar dicari bandingannya, karena menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tidak pernah terputus
membaca dan menelaah kitab. Karya Ibnu Rusyd meliputi berbagai ilmu seperti: fiqih, ushul, bahasa,
kedokteran, astronomi, politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah
ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, atau ulasan. Ibnu Rusyd adalah
tokoh pemikir Islam yang paling kuat, paling dalam pandangannya, paling hebat pembelaannya
terhadap akal dan filsafat, sehingga ia benar-benar menjadi filosof-pikiran dikalangan kaum
Muslimin. Pada garis besar filsafatnya, ia mengikuti Aristoteles dan berusaha mengeluarkan pikiran-
pikirannya yang sebenarnya dari celah-celah kata-kata Aristoteles dan ulasan-ulasannya.

Filsafat Indonesia

Filsafat nusantara adalah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi yang
diselidiki dan diketahui dengan akal budi mengenai asal, hakikat, hukum, dan sebab segala yang ada
di Indonesia yang kemudian menghasilkan teori yang mendasari suatu kegiatan alam pikiran
nusantara. Hal ini penting untuk dicermati kembali sebagai bentuk evaluasi kritis, bahwa filsafat
nusantara merupakan kajian yang dapat berdiri sebagai bentuk narasi dari pemikiran filsafat bukan
hanya sebagai potongan-potongan fenomena sosial yang perlu dievaluasi. Filsafat Nusantara
berusaha untuk mengungkap "kejatidirian" alam pikiran nusantara. Landasan yang digunakan sebagai
sumber dari pemikiran filsafat nusantara adalah kebudayaan yang terdapat dalam lingkup geografis.
Kebudayaan dalam lingkup geografis terdapat pada sistem sosial, politik, ekonomi, bahasa, dan seni
yang dilatar belakangi oleh adanya sejarah panjang yang disebut sebagai peradaban bangsa. Bentuk-
bentuk tersebut merupakan bentuk dari kearifan lokal untuk merumuskan sistem nilai filsafat
nusantara. Usaha yang dapat dilakukan untuk merumuskan filsafat Nusantara adalah dengan berpikir
logis dan berpikir simbolis. Atas dasar ini pula, lahirlah beberapa tokoh yang mengisi alam pikiran
nusantara dengan perspektif masing-masing menyoalkan jawaban dari falsafah indonesia.
Berikut tokoh-tokoh yang dimaksud.

1. M. Nasroen

Istilah filsafat Indonesia berasal dari judul sebuah buku yang ditulis oleh M. Nasroen, seorang
Guru Besar di bidang Filsafat Universitas Indonesia (UI), yang di dalamnya ia menelusuri unsur-
unsur filosofis dalam kebudayaan Indonesia. Para pengkaji filsafat Indonesia mendefinisikan kata
‘Filsafat Indonesia’ secara berbeda, dan itu menyebabkan perbedaan dalam lingkup kajian filsafat
Indonesia. M. Nasroen tidak pernah menjelaskan definisi kata itu. Ia hanya menyatakan bahwa
‘Filsafat Indonesia’ adalah bukan Barat dan bukan Timur, sebagaimana terlihat dalam konsep-konsep
dan praktik-praktik asli dari mupakat, pantun-pantun, Pancasila, hukum adat, gotong-royong, dan
kekeluargaan (Nasroen 1967:14, 24, 25, 33, dan 38).

2. Soenoto

Lahir pada tahun 1929, Soenoto merupakan pengkaji filsafat Indonesia generasi kedua di era 1980-
an. Pendidikan kefilsafatan pertama kalinya diperoleh dari Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta (Sarjana dan Magister Ilmu Sosial dan Politik), lalu Vrije Universiteit Amsterdam
(Doktor Ilmu Sosial dan Politik). Jabatan yang pernah dipegang ialah Dekan Fakultas Filsafat UGM
(1967-1979), Peneliti Filsafat Pancasila di Dephankam (Departemen Pertahanan dan Keamanan).
Karya-karyanya yang langsung berhubungan dengan kajian filsafat Indonesia ialah: Selayang
Pandang tentang Filsafat Indonesia (Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 1981), Pemikiran tentang
Kefilsafatan Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Lembaga Studi Filsafat Pancasila & Andi Offset, 1983),
dan Menuju Filsafat Indonesia: Negara-Negara di Jawa sebelum Proklamasi Kemerdekaan
(Yogyakarta: Hanindita Offset, 1987). Dalam ketiga karyanya itu, Soenoto menyempurnakan karya
rintisan Nasroen dengan menelusuri tradisi kefilsafatan Jawa dan memberikan penjabaran yang amat
detail tentang tradisi itu. Tentu saja, walaupun karya ini cukup berhasil menyempurnakan Nasroen,
tetapi Nasroen mengakui tetap saja masih memiliki kekurangan dan akan disempurnakan oleh
penerusnya.

3. R. Parmono

Lahir pada tahun 1952, R. Parmono adalah salah seorang pelopor filsafat Indonesia. R. Parmono
menempuh jenjang pendidikan kefilsafatan di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada Yogyakarta
(Sarjana Filsafat), lalu setelah lulus pada 1976, ia meneruskan pendidikan di Program Pasca-Sarjana
Jurusan Filsafat Indonesia di UGM pula. Setelah memperoleh gelar Magister, ia diterima sebagai
Dosen Filsafat di UGM, bahkan pernah menjadi Sekretaris Jurusan (Sekjur) pada Jurusan Filsafat
Indonesia yang dirintisnya bersama-sama dengan Sunoto. Selain mengajar di UGM, ia juga salah
seorang anggota Peneliti Filsafat Pancasila (1975-1979) di Dephankam. Karya-karyanya yang
membahas Filsafat Indonesia ialah: Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia (Yogyakarta: Andi
Offset, 1985), Penelitian Pustaka: Beberapa Cabang Filsafat di dalam Serat Wedhatama (1982/1983),
dan Penelitian Pustaka: Gambaran Manusia Seutuhnya di dalam Serat Wedhatama (1983/1984).
Dalam Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia, R. Parmono menyempurnakan kekurangan kajian
Soenoto yang mengkaji sebatas tradisi kefilsafatan Jawa dengan melebarkan lingkup kajian pada
tradisi filsafat Batak, Minang, dan Bugis. Dalam buku itu pula, Parmono mencoba mendefinisikan
ulang istilah ‘Filsafat Indonesia’, sebagai pemikiran-pemikiran yang tersimpul di dalam adat istiadat
serta kebudayaan daerah (hal. iii). Jadi, baginya Filsafat Indonesia berarti segala filsafat yang
ditemukan dalam adat dan budaya etnik Indonesia.

4. Jakob Sumardjo

Lahir di Klaten pada tahun 1939, Jakob Sumardjo adalah salah seorang pelopor kajian filsafat
Indonesia.

Karier kefilsafatannya dimulai ketika ia menulis kolom di harian KOMPAS, Pikiran Rakyat, Suara
Karya, Suara Pembaruan dan Majalah Prisma, Basis, dan Horison sejak tahun 1969. Sejak tahun 1962,
ia mengajar di Fakultas Seni Rupa Daerah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung dalam salah
satu mata kuliah yaitu Filsafat Seni. Buku-bukunya yang khusus membahas Filsafat Indonesia ialah:
Menjadi Manusia (2001), Arkeologi Budaya Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2002, ISBN
979-9440-29-7), dan Mencari Sukma Indonesia: Pendataan Kesadaran Keindonesiaan di tengah
Letupan Disintegrasi Sosial Kebangsaan (Yogyakarta: AK Group, 2003).

Dalam karyanya Arkeologi Budaya Indonesia, Jakob membahas ‘Ringkasan Sejarah Kerohanian
Indonesia’, yang secara kronologis memaparkan sejarah filsafat Indonesia dari ‘Era Primordial’, ‘Era
Kuno’, hingga ‘Era Madya’. Dengan berbekal hermeneutika yang sangat dikuasainya, Jakob
menelusuri medan-medan makna dari budaya material (lukisan, alat musik, pakaian, tarian, dan lain-
lain) hingga budaya intelektual (cerita lisan, pantun, legenda rakyat, teks-teks kuno, dan lain-lain)
yang merupakan warisan filosofis agung masyarakat Indonesia. Dalam karyanya yang lain, Mencari
Sukma Indonesia, Jakob pun menyinggung ‘Filsafat Indonesia Modern’, yang secara radikal amat
berbeda Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologinya dari ‘Filsafat Indonesia Lama’. Definisinya
tentang Filsafat Indonesia sama dengan pendahulu-pendahulunya, yakni, pemikiran primordial atau
pola pikir dasar yang menstrukturi seluruh bangunan karya budaya dari suatu kelompok etnik di
Indonesia. Maka, jika disebut ‘Filsafat Etnik Jawa’, artinya filsafat yang terbaca dalam cara
masyarakat Jawa menyusun gamelannya, menyusun tari-tariannya, menyusun mitos-mitosnya, cara
memilih pemimpin-pemimpinnya, dari bentuk rumah Jawanya, dari buku-buku sejarah dan sastra
yang ditulisnya (Mencari Sukma Indonesia, hal. 116).

5. Mohammad Hatta

Wakil Presiden Indonesia pertama yang akrab dipanggil Bung Hatta merupakan penulis yang
produktif. Beberapa buku yang dihasilkannya antara lain Demokrasi Kita, Krisis Ekonomi dan
kapitalisme, Sekitar Proklamasi, dan Alam Pikiran Yunani. Sebagai akademisi, Bung Hatta mampu
dalam merangkum pemikiran-pemikiran (tokoh) lain dengan motif yang sangat mulia. Semasa Bung
Hatta diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Boven Digul (Papua) tahun 1934, ia sempat
membuat kursus filsafat untuk para tahanan. Dalam rangka tersebut, disusunlah buku Alam Pikiran
Yunani. Pada bagian pengantar buku tersebut, Bung Hatta mengakui bahwa "Dalam pergaulan hidup,
yang begitu menindas akan rohani, sebagai di tanah pembuangan Digul, keamanan perasaan itu perlu
ada, siapa yang hidup dalam dunia pikiran, dapat melepaskan dirinya daripada, gangguan hidup
sehari-hari. Dengan timbangan seperti itu, kami menyusun pelajaran filosofi ini".

6. Tan Malaka

Pemikiran Tan Malaka, secara konsisten didasarkan pada filsafat dan pandangan hidup Madilog yang
merupakan landasan dasar dan harus disadari oleh kaum proletar Indonesia saat itu untuk
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Madilog hadir, berangkat dari keprihatinan Tan Malaka kepada
kaum proletarian Indonesia yang terlalu tenggelam dengan dunia takhayul dan mistis yang
menjadikan mereka tidak realistik dan tak punya nyali untuk bergerak melawan imperialisme. Dalam
filsafat pemikirannya, Tan Malaka, menyebut masalah pelik ini sebagai logika mistika. Untuk
mengatasi hal tersebut, Tan Malaka menyodorkan tiga hal sebagai senjata penangkalnya, yakni
Materialisme, Dialektika, dan Logika (MADILOG).

7. Gadis Arivia

Lahir di New Delhi, India, 4 September 1964, Gadis Arivia merupakan seorang aktivis pergerakan
perempuan, Doktor filsafat Universitas Indonesia (UI), dan pendiri Yayasan Jurnal Perempuan. Gadis
Arivia mulai dikenal sejak peristiwa penangkapannya ketika berdemonstrasi bersama puluhan ibu
lainnya yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli, yang menyuarakan isu kelangkaan susu bayi di
bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta, Februari 1998. Ketertarikan Gadis soal studi feminisme sudah
sejak masa kuliah filsafat. Ketika itu, di Indonesia, feminisme masih dibentuk menjadi teori atau
wacana yang diasumsikan baru. Saat ini, selain menekuni pekerjaannya menjadi pengajar tetap studi
feminisme dan filsafat kontemporer di Universitas Indonesia, Gadis mengabdikan diri menjadi
Direktur Yayasan Jurnal Perempuan (YJP). Gadis juga sering menulis wacana-wacana feminisme di
berbagai media, jurnal, dan buletin di dalam maupun luar negeri.

8. Musa Asy'arie

Musa Asy’arie, filsuf muslim sekaligus guru besar UIN Yogyakarta. Dalam bukunya yang khusus
membahas seputar filsafat Islam dengan judul Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berpikir (terbitan
LEFSI 2001) Asy’arie pertama-tama mencoba untuk mengurai definisi filsafat dan Islam yang jika
digabung maka akan memiliki makna sebuah olah pikir yang radikal dan bebas, yang berada pada
tataran makna dan memiliki sifat, corak, dan karakter yang menyelamatkan dan memberikan
kedamaian hati. Baginya filsafat Islam bukan hanya berbasiskan nalar-logis (rasional) melainkan juga
memasukkan dimensi spiritual atau supra natural. Ia menyebutnya sebagai metode rasional
transendental. Asy’arie meyakini bahwa di dalam kajian filsafat Islam terdapat berbagai macam
pendekatan, mulai dari historis, doktrinal, metodik, organik, hingga teleologis.

9. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah salah satu pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman
penjajahan Belanda. konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara masuk ke dalam filsafat Aliran
Idealisme. Aliran ini menyatakan nilai itu bersifat mutlak, benar salah dan baik buruk secara
fundamental yang tidak berubah dari generasi ke generasi. Konsep pendidikan budi pekerti yang
dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara pada dasarnya mengacu kepada nilai benar dan salah serta
baik dan buruk yang bersifat mutlak dan universal. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara juga
masuk ke dalam filsafat Aliran Rekonstruksionisme. Aliran ini menyatakan tujuan pendidikan adalah
membuat aturan sosial yang ideal dan merekonstruksi budaya pada masyarakat majemuk. Konsep
Trikon yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara, terdiri dari kontinuitas, konvergensitas, dan
konsentrisitas yang pada dasarnya memberi tempat budaya masyarakat lain yang majemuk ke dalam
budaya masyarakat setempat sepanjang perpaduan antarbudaya tersebut bersifat akulturatif dan saling
mengisi.

10. Ki Ageng Suryomentaram

Ki Ageng Suryomentaram adalah seorang filosof Jawa. Beliau meninggalkan segala kemegahan yang
dimiliki sebagai seorang pangeran dari istana Kraton Yogyakarta dan memilih jalan hidup sebagai
petani kecil di Desa Bringin, Salatiga, ia menyelami segala peristiwa dengan cara berpikir rasional.
Berbeda dengan para tokoh budaya lain di sekitarnya yang pada saat itu percaya dengan mitos, ia
justru lari dari mistisisme menuju pemikiran ilmiah akademis sebagaimana Plato, pemikir kritis dari
Yunani abad 3 SM. Ratih Surwiyono dalam bukunya Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato dari Jawa,
merumuskan kembali pengetahuan tentang ilmu kebahagiaan atau kawruh beja yang dirumuskan oleh
Ki Ageng Mentaram yang kemudian dicatat oleh para muridnya sebagai bahan refleksi filosofis. Salah
satu ilmuwan asingpun, Marcell Boneff, mengakui bahwa pemikiran Ki Ageng Suryomentaram
sangat penting bagi pencerahan dunia Jawa untuk membentuk pribadi yang cerdas dan cendekia tanpa
kehilangan kepribadian timurnya.

11. Rocky Gerung

Lahir di Manado, 20 Januari 1959, Rocky Gerung menempuh pendidikan di Universitas Indonesia
pada tahun 1986. Ia lalu bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya
UI. Rocky Gerung yang dikenal sebagai ahli filsafat. Pada 2007, Rocky Gerung mendirikan lembaga
SETARA Institute. Lembaga ini berfokus pada isu-isu kesetaraan, Hak Asasi Manusia (HAM), dan
keberagaman. Pria berkacamata ini juga, menjadi peneliti di Perhimpunan Pendidikan,Demokrasi,
(P2D).

12. Damardjati Supadjar

Damardjati Supadjar, melalui pemikiran filsafatnya telah berusaha merumuskan bentuk dari
karakteristik filsafat nusantara yang dilandaskan dari sistem kebudayaan Jawa. Pengaruh sistem nilai
melekat pada peradaban kebudayaan Jawa sehingga dapat dikembangakan menjadi pemikiran filsafat
nusantara. Pemikiran Damardjati meliputi Filsafat Ketuhanan yang mensinkretiskan antara Islam
dengan budaya Jawa, filsafat manusia, filsafat kebudayaan, epistemologi, filsafat sosial, metafisika,
kosmologi, etika, logika, filsafat politik dan filsafat Jawa sebagai pandangan hidup. Rumusan
pemikiran filsafat Damardjati sangatlah beragam yang berlandaskan dari pemikiran Jawa dan Islam.

Pemikiran kefilsafatan Damardjati Supadjar memiliki asumsi dasar filsafat, yaitu: asumsi metafisis,
asumsi epistemologis, asumsi aksiologis Tujuan dari metode berfilsafat Damarjdati adalah membantu
mengarahkan orang pada peningkatan kualitas ke arah realitas yang paling hakiki, melalui tahapan
jenjang-jenjang kenyataan, pengetahuan, dan moralitas menuju Tuhan Yang Maha Ada, Maha Tahu,
dan Maha Baik. Bentuknya menuju pada Manunggaling Kawula Gusti. Keunikan metode berfilsafat
Damardjati adalah pada penerapan tata langkah dalam menyatukan antara yang lahir dan batin, yang
awal dan akhir dalam suatu proses menuju kesempurnaan. Alasan utama Damarjdati Supadjar patut
dijadikan sebagai sosok filsafat Indonesia adalah karena kontribusi pemikirannya yang orisinil untuk
menggali kasanah budaya Jawa. Damardjati mengemukakannya dalam rangkaian pemikiran filsafat
yang kontroversial karena merevitalisasi pemikiran filsafat Jawa dan filsafat Pancasila dalam berbagai
persoalan fundamental filsafat.

13. Karlina Supelli

Karlina Rohima Supelli atau lebih dikenal sebagai Karlina Supelli (lahir di Jakarta, 15 Januari 1958)
adalah salah satu filsuf perempuan Indonesia. Ia memiliki perhatian akan isu-isu kemanusiaan. Pada
19 Februari 1998, ia memimpin demonstrasi bersama Aktivis Suara Ibu Peduli menuntut turunnya
harga susu. Kemudian, karier akademisinya sempat dicurahkan untuk Ilmu Filsafat. Karlina Supelli
merupakan dosen tetap pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara. Dia lalu
mengambil studi lanjut bidang filsafat untuk meraih gelar Magister dan Doktor di Universitas
Indonesia. Bidang penelitiannya adalah kosmologi, filsafat analitik, filsafat sains, dan hubungan
antara sains dan agama. Tulisannya tersebar di berbagai buku, jurnal, majalah, dan surat kabar.

C. Filsafat Modern
 Rasionalisme

Rasionalisme ada dua macam dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat rasionalisme adalah
lawan otoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme

. Sejarah rasionalisme sudah tau sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme dalam filsafat. Pada
zaman moderen filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes yang dibicarakan setelah ini.

Setelah priodermi rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh liagu yang kemudian terkenal
sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah .

Deskartes ( 1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. bukunya di caurs deia methode
( 1537) dan meditations ( 1642) kedua buku ini saling melengkapisatu sama lain. Didalam kedua buku
inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode ini juga sering disebut cogito Descartes,
atau metode catigo saja.

Ia mengatahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokooh-tokoh gereja. Bahwa dasar filsafat vharuslah
rasio (akal) untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun orgumentasi
yang sangat terkenal.

Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu segala sesuatu
yang dapat diragukan. Didalam mimpi seolah olah seorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh
terjadi, persis seperti tidak mimpi (juga) begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan
gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya seperti bukan
mimpi.

Benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi
kita juga, itu tidak ada. Akan tetapi benda-benda itu sunguh-sunguh ada bila dilihat dari posisi kita
dalam mimpi. Hausinasi. Ilusi dan roh halus

Spinoza ( 1632-1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. nama aslinya banich
SPINOZA. Setelah ia mengucilkan dirinya dari agama yahudi, ia mengubah namanya menjadi
benedictus de Spinoza ia hidup dipinggiran kota dan baik Spinoza maupun leibniz ternyata mengikuti
pemikiran Descartes itu. Dua tokoh terakhir ini menjadi substansi sebagai tema pokok dalam
metafisika mereka, dan mereka berdua juga mengikuti metode Descartes, tiga filosof ini, descartos,
spinozo dan leigniz, biasanya dikelompokkan dalam satu mazhab. Yaitu rasionalisme.

Dalam gometri. Spinoza memulai dengan meletakkan defenisi- defenisi, cobalah perhatikan beberapa
contoh defenisi ini yang digunakan dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dalam metafisika
defenisi ini diambil dari Solomon :

Beberapa defenisi

 sesuatu yang sebabnya pada dirinya saya maksudkan esensinya mengandung eksistensi,
atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai adanya.
 sesuatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain, misalnya tubuh
kita terbatas, yang membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu.
 substansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipaham melalui dirinya, konsep dapat
dibentuk tentangnya bebas dari yang lain.
 yang saya maksud dengan atribut (sifat)ialah apa yang dapat dipahami sebagai melekat
pada esensi substansi
 yang saya maksud mede ialah perubahan-perubahan pada substansi
 tuhan yang saya maksud ialah sesuatu yang terbatas secara absolute (mutlak) sesutau saya
sebut disebabkan oleh yang lain, dan tindakan ditentu olehnya sendiri.
 yang saya maksud dengan kekekalan (etermity) ialah sifat pada aksistensi itu tadi
spinosa berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka adanya itu haruslah abadi sama
halnya dengan tatkala ia berbicara dalam astronomi, defenisi selalu di ikuti oleh aksioma. Aksioma
ialah jarak terdekat antara dua titik ialah garis lurus. Cobalah lihat aksioma-aksioma yang
dipasangnya dalam metafisika berikut:

Aksioma-aksioma

 segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain.
 sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus di pahami melalui
sesuatu yang lain harus di pahami melalui dirinya sendiri
 dari suatu sebab tentu di ikuti bila tidak ada sebab tidak mungkin ada akibat yang
mengikutinya
 pengetahuan kita tentang akibat di tentukan oleh pengetahuan kita tentang sebab
 sesuatu yang tidak bisa di kenal umum yang tidaak akan dapat di pahami konsep tentang
sesuatu tidak melibatkan konsep tentang yang lain.
 ide yang benar harus sesuai dengan objeknya
 bila sesuatu dapat di pahami sebagai tidak adanya maka esensinya tidak ada.
Demikianlah kilasan tentang metafisika Spinoza. Ia juga berbicara tentang etika, tetapi tidak kita
bicarakan di sini. Kita hanya ingin melihat apa kira-kira sumbangan Spinoza dalam kekalauan
pemikiran pada zaman modern itu. Di sini jelas smbngan adalah dalammetafisika.

Lleibniz (1646-1716)
Gotifried willheim von Leibniz lahir pada tahun 11646 dan meninggal pada tahun 1716 dan
meninggal pada tahun 1718. ia filosofi jerman matamatikawan, menjadi atasan, pembantu pejabat
tinggi Negara. Pusat metafisikanya adalah ide tentang substansi yang di kembangkan dalam konsep
monad. Metafisika leigniz sama memusatkanperhatian pada substansi. Bagi spinoz sama memusatkan
perhatian pada substansi. Bagi Spinoza ,alam semesta ini mekanistis dan keseluruhnya bergantung
pada sebab, sementara substansi pada leignizadalah tujuan. Penentuan prinsip filsafat (eiguiz ialah
prinsip akan yang mencukupi, yang secara sederhana dapat di rumuskan sesuatu harus mempunyai
masalah bahkan tuhan harus mempunyai masalah untuk setiap yang di ciptaan-nya. Kita lihat bahwa
prinsip ini menuntun filsafat leigniz.

Sementara sfinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Leibniz berpendapat bahwa
substansiitu monad, setiap monad berbeda satu dengan yang lain dan tuhan (sesuatu yang super
monad dan satu-satunya monad yang tidak di cipta)adalah pencipta monad-monad itu. Maka karya
leigniz tentang ini di beri judul menadologis (studi tentang monad / yang di seterusnya 1714. ini
adalah serusnya).

 monad yang kita bicarakan di sini , adalah substansi yang sederhana, yang selanjutnya
menyusun substansi yang sederhana,yang selanjutnya menyusun substansi yang lebih
besar.
 harus ada substansi yang sederhana karena ada susunan itu, karena susunan tidak lain
darisuatu koleksisubstansi sederhana.Satu substansi sederhana ialah : substansi yang kecil
yang tidak dapat di bagi. Adapun substansi yang berupa susunan (Compositas)jenis dapat
di bagi. Akan tetapi, ada kesulitan di sini. Bila simple sub stance (monad) itu terletak
dalam ruang, maka akibatnya ia mesti dapat di bagi. Oleh karena itu,Leibniz menyatakan
bahwa semua monad itu haruslah material dan tidak mempunyai ukuran,tidak dapat di
bagi
 sekarang, apa pun yang tidak mempunyai bagian – bagian terlentulah tidak dapat di bagi
monad itu adalah atau yang sebenarnya pada sifatnya dan kenyataannya adalah unsure
segala sesuatu.
 kerusakan, karena itu, tidakkan menjadi pada substansi itunya, karena tidak dapat di bagi
karena immaterial itu.
 Dengan cara yang sama tidak ada jalan untuk memahami simple substansiitu di cipta
(come into exintence) karena monad itu tidak dapat di bentuk dengan menyusun .
 Kita hanya dapat menatakan sekarang bahwa peniadaan, yang tersusun mempunyai
permulaan dan berakhir melalui peniadaan. Yang terusan mempunyai permulaan dan
berakhir secara berangsur
 monad tidak mempunyai kualitas, karenanya mestinya tidak akan pernah ada.
 Setiap monad harus di keadaan satu dengan lainnya karena tidak pernah ada isi alam yang
sama sekalipun kita tidak dapat mengetahui perbedaan itu.
 tidak ada jalan masuk menjelaskan bagaimana monad-monad itu dapat perubahan dalam
dirinya sendiri oleh sesuatu di luarnya karena tidak ada kemungkinan suatu yang masuk
ke dalamnya.
Masalahnya ialah setiap subtansi itu bebas, dan karena itu sesuatu yang lain tidak dapat melakukan
sesuatu kapadanya satu sama lainya. Descartes menemui kesulitan dalam menyelesaikan hubungan
mind dan body. Spinoza, sebagai monis, menyelesaikan masalah ini dengan cara yang amat
sederhana: karena hanya ada satu substansi, maka persoalan ini tidak ada padanya. Akan tetapi,
Leibniz adalah pluralis; ada lebih dari satu substansi, yang tidak dapat saling berintraksi. Monad itu
tidak mempunyai jendela; mereka tidak memahami satu sama lain. Ia mengatakan, “Tidak ada yang
dapat masuk dan keluar”. Dan Leibniz tidak mau mengambil penyelesaian lama bahwa monad-monad
itu berkombinasi dan berkombinasi lagi untuk membentuk susunan. Jadi, bagaimana monad berubah?
Mereka harus mempunyai perubahan tatkala meraka diciptakan tuhan, dalam dirinya sendiri. Jadi,
perubahan monad ada secara internal, deprogram oleh tuhan tatkala menciptakanya. Perhatikan,
monad itu imaterial, jadi ia “berkembang” tidak dapat dipahami oleh dunia fisik. Pertumbuhan
(termasuk perubahan tentunya) terjadi secara internal, terjadi antarmonad; ini hanya dipahami oleh
dunia monad itu. Disini kelihatan bahwa Leibniz seorang idealis.

 Empirisme

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman indra manusia. Dalam empirisme, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui pengalaman.
Pola pikir empirisme mengandalkan bukti empiris. Empirisme termasuk salah satu jenis aliran
ontologi.

Aristoteles

Pemikiran Aristoteles, agar orang dapaf hidup baik maka ia harus mendapat pendidikan.
Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata , akan tetapi merupakan bimbingan-bimbingan
kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi., supaya mengarahkan diri kepada akal, sehingga
dapat mengatir nafsu-nafsu.

Thomas Hobbes (1588-1679)

    Hobbes mengatakan bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan, pengalaman


intelektual tidak lain adalah semacam perhitungan yaitu penggabungan dari data-data inderawi.
    Hobbes membantah Descrates yang mengatakan bahwa jiwa adalah subtansi rohani. Menurutnya
seluruh dunia termasuk manusia merupakan suatu proses yang berlansung dengan tiada henti-hentinya
berdasarkan hukum mekanis.
    Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang "Yang Ada"
secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang materialis pertama dalam filsafat modern.
Pokok-pokok Pandangan Hobbes

 Materialisme ; segala sesuatu yang ada itu bersifat materi, segala kejadian berlansung secara
keharusan dan mekanis.
 Manusia ; adalah tidak lain dari pada sesuatu bagian alam bendawi. Oleh karena itu segala
sesuatu yang terjadi pada diri manusia adalah perjalanan secara mekanis. Manusia itu hidup
selama darahnya beredar dan jantungnya berdenyut yang disebabkan karena pengaruh mekanis
dari hawa atmofer. Dengan demikian manusia hidup tiada lain adalah gerak anggota tubuh.
 Jiwa; menurut Hobbes jiwa adalah proses mekanis di dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan
melainkam hasil perkembangan dari pengalaman yang diperolehnya.

John Locke (1632-1704)


    Locke adalah termasuk seorang filosof yang mengagumi
Descrates tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi Locke mula-mula rasio manusia harus dianggap
sebagai gambaran kertas putih (As a white paper) seluruh isinya berasal dari pengalaman, ia membagi
pengalaman atas dua bagian yaitu pengalaman lahiriyah (sensation) dan pengalaman batiniyah
(reflection).
    Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal  (simple ideas). Roh manusia bersifat
pasif sama sekali, selama menerima ide-ide. Namun demikian, roh juga mempunyai aktifitas. Oleh
karena itu lahirlah filsafat teorinya "Tabula Rasa" yakni manusia itu dilahirkan bagaikan kertas putih
bersih. Pengalamanlah yang dapat membentuk seseorang.
    Menurut John Locke, pengalaman dapat diperluas sehingga meliputi juga pemikian. Ia mengatakan
bahwa pikiran datang dari pengalaman dan percobaan semata-mata.
    Oleh karena pengalamanlah yang dapat menentukan pembentukan dan kepribadian dan watak
seseorang, maka diperlukan adanya pendidikan yang baik. Ada tiga unsur yang turut dalam
menentukan dalam pendidikan yaitu : Pembawaan, kecakapan, dan kecerdasan seseorang yang
diperoleh melalui proses belajar dan bimbingan. Perlunya kesehatan baik jasmani maupun rohani,
permainan kegembiraan, humor adalah kodrat bagi anak yang perlu di bimbing dimana saja.
    Ajaran politiknya telah menyusun sistem pemerintahan dengan Trias Politica yaitu ;

 Kekuasaan yang membuat Undang-Undang (Legislatif)


 Kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (Eksekutif)
 Kekuasaan menentukan perang atau damai disebut (Peyoratif)

David Hume (1711-1776)


    Puncak kejayaan Emperisme adalah pada masa David Hume, yang menggunakan prinsip-prinsip
emperisme yang radikal, terutama pengertian subtansi dan kausalitas yang menjadi objek kritiknya. Ia
tidak menerima subtansi sebab yang dialami adalah pesan-pesan saja tentang beberapa ciri yang selalu
mendapat bersama-sama (misalnya : Putih, licin, berat, dan sebagainya). Tetapi atas dasar pengalaman
tidak dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada substansi tetap (misalnya : Sehelai
kertas yang mempunyai ciri-ciri tadi)
    Dengan sistem yang ditempuh ini, menunjukkan pikirannya yang skeptis dan radikal, tidak puas
dengan masalah yang ditemukan sehingga keraguannya ini berbeda dengan keraguan Descrates. Bagi
Descrates keraguan itu digunakan untuk mendapatkan, sedangkan David Hume ragu semakin ragu
akhirnya menjadi pesimis.
    Kepercayaan terhadap agama dianggapnya sebagai hayalan belaka tidak dapat berlaku secara
umum. Proses terjadinya agama bukanlah dari Tuhan, bukan pula atas kekaguman manusia,
melainkan karena adanya pengharapan serta rasa takut terhadap kehidupan.
    David Hume membedakan dua bentuk agama yaitu Natural Religion yang berasal dari hasil akal
budi dan Publik Religion yang penuh Fantisme dan diantara kedua agama ini yang paling baik adalah
Natural Religion.

 Kritisisme

Immanuel Kant menganggap bahwa kesalahan terbesar dari filsafat empirisme dan rasionalisme
adalah tidak menyelidiki terlebih dahulu sejauh mana kekuatan sekaligus batasan kemampuan akal
manusia dalam memperoleh pengetahuan, yang selanjutnya begitu saja dijadikan sebagai konsep ilmu
yang diyakini kebenarannya.

 Idealisme

Adapun pemikiran tokoh filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :

1. Plato (427-374 SM)


Tokoh aliran idealisme yang pertama kali adalah Plato murid Socrates. Menurut pemikiran plato
hakikat segala sesuatu itu tidak terletak pada bendawi atau materi, melainkan berada di balik materi
itu yaitu ide atau gagasan. Sehingga dalam mencari kebenaran plato berpendapat bahwa kebenaran itu
tidak bisa ditemukan dalam dunia nyata, sebab dunia nyata ternyata akan hancur dan akan mengalami
perubahan. Artinya bahwa dunia materi bukanlah dunia yang sebenarnya, tetapi hal itu  merupakan
ilusi semata yang dihasilkan oleh panca indera.

2. George Wilhelm Friedrich Hegel ( 1770 - 1831 )


Dalam  metode berfilsafat Hegel menggunakan dialektika. Menurut Hegel dialektika adalah dua hal
yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa disebut dengan tesis (pengiyaan), antitesis
(pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi). Tesis harus berupa konsep pengertian yang
empiris indrawi. Menurut Hegel yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam,
dengan maksud agdapat sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah ide atau pikiran.  

3. Immanuael Kant  (1724 - 1808 )


Immanuel Kant dikenal sebagai filosofis idealisme transendental  pada Abad ke - 18. Doktrin ini
ditemukan di sepanjang Critique of Pure Reason (1781). Adapun idealisme transendental yang
dimaksud Immanuael Kant adalah doktrin yang berpendapat  bahwa penampilan harus dianggap
sebagai, satu dan semua , representasi saja, bukan benda-benda dalam diri mereka sendiri, dan karena
itu waktu dan ruang hanyalah bentuk-bentuk intuisi kita yang masuk akal ... " Kant mengemukakan
beberapa klaim ini di bagian Critique of Pure Reason yang berjudul" Transcendental Aesthetic ".

 Positivisme

1. Auguste Comte

Philosophe Isidore Auguste Marie Francois Xavier Comte, yang lebih dikenal dengan Auguste
Comte, adalah seorang filsuf Perancis. Dia adalah pendiri dari disiplin sosiologi dan doktrin
positivisme. Lahir: 19 Januari 1798, Montpellier, Prancis. Meninggal: 5 September 1857, Paris,
Prancis. Nama lengkap: Isidore Auguste Marie François Xavier Comte. Pendidikan: Universitas
Montpellier, École Polytechnique.

Auguste Comte merupakan tokoh pertama yang memunculkan aliran positivisme. Sebuah karya
pentingnya yaitu “Cours de Philisophia Positivie “. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting
dalam memperoieh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
experiment. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat experiment-experiment yang memerlukan
ukuran yang jelas.

2. John Stuart Mill

Adalah seorang filsuf Inggris, ekonom politik dan pegawai negeri sipil. Dia adalah seorang
kontributor berpengaruh untuk teori sosial, teori politik dan ekonomi politik. Lahir: 20 Mei 1806,
Pentonville, London. Meninggal: 8 Mei 1873, Avignon, Prancis. Pasangan: Harriet Taylor Mill. (M
1851-1858). Pendidikan: University College London. Orangtua: James Mill, Harriet Burrow. Ia
menggunakan sistem positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan.

3. Hippolyte Taine Adolphe

Adalah seorang kritikus Perancis dan sejarawan. Dia adalah pengaruh teoritis kepala naturalisme
Perancis, pendukung utama positivisme sosiologis dan salah satu praktisi pertama kritik historis.
Lahir: 21 April 1828, Vouziers, Prancis. Meninggal: 5 Maret 1893, Paris, Prancis. Pendidikan: École
Normale Supérieure. Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan
kesastraan.

4. Émile Durkheim

Sosiolog David Émile Durkheim adalah seorang sosiolog Perancis, psikolog sosial dan filsuf. Ia
secara resmi mendirikan disiplin akademis dan, dengan Karl Marx dan Max Weber, yang sering
dikutip sebagai kepala sekolah. Lahir: 15 April 1858, Épinal, Prancis. Meninggal: 15 November 1917,
Paris, Prancis. Pendidikan: Lycée Louis-le-Grand, École Normale Supérieure,Universitas Leipzig. Ia
menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.

5. Charles D. Hardie

Ia mendasarkan teori positivisme pada dunia pendidikan. Dalam bukunya “Truth and fallacy in
education theory” ( kebenaran dan kesalahan dalam teori pendidikan ) menyatakan bahwa tidak ada
yang bermakna tentang pendidikan jika pernyataannya secara empiris tidak bisa diverifikasi secara
benar. Para ahli aliran positivisme berpendapat bahwa pernyataan etika hanyalah merupakan
ungkapan perasaan seseorang.

6. D.J.O” Connor

Menurut teori D.J.O’Connor aliran positivisme adalah merupakan aliran yang sadar, bisa dijelaskan
dalam sebuah formulasi verifikasi teori makna yang bermutu yang merupakan serangan lanjutan
terhadap metafisika, sebuah penolakan terhadap teori kognitivisme.
 Evolusionisme

Anaximander

Berpendapat bahwa asal mula kehidupan di bumi adalah lautan. Maka dari itu, semua makhluk hidup
yang ada di bumi, termasuk manusia, pada awalnya adalah ikan. Saat panas matahari menyebabkan
munculnya daratan di bumi, makhluk hidup mulai berpindah ke daratan. Menurutnya, hal itu
membuat terjadinya evolusi makhluk hidup dari ikan menjadi berbagai makhluk hidup darat, termasuk
manusia.

George Louis Leclerc

Percaya bahwa bumi sudah berusia sangat tua, lebih dari 7.000 tahun. Oleh karena itu, ia berpendapat
bahwa makhluk hidup sudah ada dan berkembang selama masa usia bumi berdasarkan pergerakan
migrasinya. Akibat dari pergerakan migrasi tersebut, makhluk hidup pada akhirnya harus beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Pola adaptasi itulah yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi
karena adanya interaksi partikel organik yang memicu perubahan pada tubuh makhluk hidup.

Jean-Baptiste Lamarck

Memiliki dua gagasan mengenai evolusi. Gagasan pertama berkaitan dengan bagian tubuh yang
digunakan dan tidak digunakan oleh makhluk hidup. Melalui gagasannya ini, ia menganggap bahwa
bagian tubuh yang terus-menerus dipakai makhluk hidup dalam menghadapi lingkungan tertentu akan
menjadi lebih besar dan lebih kuat dibandingkan anggota tubuh yang jarang digunakan. Sementara
anggota tubuh yang jarang digunakan akan mengalami kemunduran. Gagasan kedua Lamarck
berkaitan dengan pewarisan sifat atau ciri-ciri yang diperoleh makhluk hidup dalam beradaptasi
dengan lingkungannya. Pewarisan sifat atau ciri-ciri inilah yang memodifikasi organisme yang
diperolehnya selama hidupnya. Contohnya, jerapah yang disebut berleher pendek, tapi karena
lehernya terus menerus menjulur untuk mendapatkan daun di pohon yang tinggi, leher jerapah mulai
menjadi panjang. Leher panjang inilah yang diwariskan ke semua keturunannya.

Charles Robert Darwin

Berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui proses seleksi alam. Hanya makhluk hidup yang dapat
menyesuaikan diri dengan alam yang dapat bertahan hidup. Berbeda dengan Lamarck yang
menganggap bahwa jerapah pada awalnya hanya berleher pendek, Darwin berpendapat bahwa leher
jerapah pada awalnya bervariasi, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Lewat
proses seleksi alam, jerapah berleher pendek akhirnya punah dan hanya jerapah berleher panjanglah
yang berhasil bertahan hidup dan bereproduksi hingga saat ini. Selain menjelaskan evolusi
berdasarkan proses seleksi alam, Darwin juga berpendapat bahwa semua spesies yang ada di bumi
berasal dari nenek moyang yang sama (common ancestor), yang berkembang dari waktu ke waktu.

 Materialisme
Pengertian Filsafat Materialisme
Filsafat pendidikan Materialisme merupakan aliran yang berpandangan bahwa hakikat kenyataan
bersifat meterial. Dan suatu hal dikatakan benar-benar ada karena materi. Aliran Materialisme
mencari dasar segala sesuatu hanya pada alam kebendaan, aliran ini tidak memiliki susunan konsep
pendidikan secara langsung maka dari itu aliran materialisme belum dan tidak pernah menjadi aliran
penting dalan teori pelaksanaan pendidikan.

1. Demokritos

Seorang pelopor pemikiran materialisme klasik dan biasa dikenal sebagai "atomisme".

2. Julient de Lamettrie

Julient berpendapat bahwa manusia dan hewan itu sama, sama dalam artian manusian dan hewan
dianggap sebagai mesin.

3. Ludwig Feuerbach

Menurutnya sesuatu yang ada hanyalah materi kalaupun sesuatu tersebut benar ada maka ia pasti
memliki jumlah dan jumlah itu sendiri bisa diukur. Ludwig juga berfikir bahwa suatu metafisik,etika
humaniatis,dan epistimologi menjunjung tinggi alat indera.

4. Karl Marx

Mendapat gelar dokter dalam pemikirannya yang dipengaruhi oleh ajaran hegel. Pemikirannya
disebut hiatoria materialisme dan dialektik materialisme.

 Neo-Kantianisme

Tokoh-tokoh yang menganut paham ini di antaranya adalah Otto Liebmann (1840-1912), Kuno
Fischer (1824-1907), Hermann von Helmholtz (1821-1894), Friedrich Albert Lange (1828-1875),
Eduard Zeller (1814-1908), African Spir (1837-1890), Hermann Cohen (1842-1918), Alois Riehl
(1844-1924).

Neo-Kantianisme terbagi menjadi dua aliran utama. Yang pertama yaitu yang dinamakan orang
sebagai mazhab Marburg(menurut kota universitas Marburg di Jerman) dan mazhab Baden atau
mazhab Jerman Barat Jaya. Neo-Kantianisme adalah filsafat akademi sejati, alian besar terakhir yang
menguasai pengajaran filsafat pada perguruan tinggi besar.

a. Mazhab Marburg

Tokoh yang paling berkusa dari aliran ini adalah Herman Cohen (1842-1918), Paul Natorp (1854-
1924), dan Ernst Cassier (1874-1945). Filsafat mereka pada dasarnya berorientasi pada ilmu-ilmu
kealaman matematika. Ilmu-ilmu ini mewakili dari perkembangan puncak dari cita-cita pengetahuan,
yang mencekamkan pengaruhnya dengan hebat pada peradaban barat abad-abad terakhir ini. Berpikir
adalah menetapkan, mendeterminasikan, juga pengamatan berdasarkan penetapan oleh pikiran.

b. Mazhab Baden
Suatu contoh dari filsafat ilmu yang dipelajari menurut metode, tidaklah tertuju untuk mempelajari
sendi-sendi dari ilmu kealaman, melainkan pertama sekali tertuju untuk mempelajari dasar-dasar
ilmu-ilmu kebudayaan. Selanjutnya mazhab tersebut menaruh nilai-nilai dipusat perhatian dan
menghubungkannya erat dengan ilmu-ilmu yang diselidikinya. Penganut mazhab Baden merupakan
kaum idealis. Mereka anti metafisika dalam arti kata yang lama dan anti psychology sebagai alat
untuk menolong menyelesaikan tentang pengetahuan.

Pengaruh yang besar dari mazhab Baden adalah berkat prestasi-prestasinya dalam lapangan dan teori
ilmu-ilmu.Windleband pada tahun 1894 telah mengucapkan sebuah pidato yang menjadi mahsyur
tentang “sejarah dan ilmu kealaman”. Didalamnya diberikan pembagian ilmu-ilmu dan dibaginya
dalam dua gugusan utama. Ada ilmu-ilmu yang bertujuan membuat hokum-hukum umum
(Nomotetis). Dan ilmu-ilmu yang melukiskan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian antara
individu yang satu dengan individu yang lain yang tidak pernah terulang lagi.

 Pragmatisme

Aliran pragmatisme ini terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu: pragma yang
berarti "perbuatan atau tundakan" dan isme berarti "ajaran atau pandangan". Jadi pragmatisme ini
menekankan bahwa pemikiran yang memiliki tindakan dalam pendidikan aliran pragmatisme
berpandangan bahwa kriteria kebenaran suatu ialah yang memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata,
semakin banyak manfaatnya maka semakin benar bagi kalangan pragmatis.

Tujuan pragmatisme dalam pendidikan bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang yang berpikir
dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi. Dalam aliran pragmatisme pendidikan ada
dua sudut pandang, yaitu: peserta didik dan pendidik.

Tkoh-tokoh pragmatisme beserta pemikiranya

1. Charles sanders peirce (1839)

Dalam konsepnya, ia menyatakan bahwa sesuatu dinyatakan berpengaruh bila memang membuat hasil
yang praktis. Ia juga mengatakan bahwa pragmatisme sebenarnya bukan suatu metafisika dan juga
bukan teori kebenaran melainkan suatu teknik memecahkan masalah.

2. William James (1842)

Ia lahir di New York pada tahun 1842, ia juga dikenal luas dengan bidang psikolog. Dalam aliran ini
James mengemukakan bahwa tidak ada kebenaran mutlak yang berlaku umum, bersifat tetap, berdiri
sendiri.

3. John Diwey (1859-1852)

Ia merupakan seorang pragmatis, tetapi pemikiranya sering disebut dengan instrumentalis. Tujuan
filsafat diwey untuk mengatur kehidupan dan aktifitas manusia agar lebih baik.

4. Herakleitos (550-480SM)
Ia dikenal dengan sebutan si gelap karena pemikiranya sukar untuk dipahami, pemikiran yang paling
terkenal dari Herakleitos adalah perubahan alam semesta.

 Filsafat Hidup

Cara atau pandangan hidup dan ini bertujuan mengatur segalanya secara praktis. Etika sebagai suatu
ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut Filsafat
Kehidupan.

 Fenomenologi

Metode Fenomenologi, Secara bahasa kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
pheinomenon yang berarti sesuatu yang tampak. Dan Logos yang berarti ilmu atau teori. Sedangkan
secara istilah adalah ilmu yang membahas suatu permasalahan atau pengalaman yang tampak dalam
masyarakat. Adapun pengalaman yang dimaksud adalah subjektif dan eksistensionalitasnya.
Fenomenologi merupakan salah satu cabang filsafat pertama kali dikembangkan di universitas-
universitas Jerman pada masa sebelum perang dunia I. Adapun tokoh aliran ini adalah Edmund
husserl dan kemudian dilanjutkan oleh Martin heideger dan yang dan yang lainnya. Seperti Jean Paul
sartre.

Menurut Husserl, fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau
suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi memiliki riwayat
cukup panjang dalam penelitian sosial, termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial.
fenomenologi awalnya dapat didefinisikan sebagai studi tentang struktur pengalaman, atau kesadaran.
Secara harfiah, fenomenologi adalah studi tentang "fenomena": penampakan hal-hal, atau hal-hal
seperti yang muncul dalam pengalaman kita, atau cara kita mengalami hal-hal, dengan demikian
makna yang dimiliki benda dalam pengalaman kita. Fenomenologi mempelajari pengalaman sadar
yang dialami dari sudut pandang subyektif atau orang pertama.

 Eksistensialisme

Aliran eksistensialisme dalam pendidikan adalah suatu aliran yang berpegang teguh pada kebebasan
dirinya menurut keyakinan alirannya sendiri untuk membentuk jati dirinya sendiri agar berkehidupan
baik dimasa depan dan mampu mencapai tujuannya.

Tujuan aliran eksistensialisme ini agar seseorang bisa mengembangkan potensi atau bakat yang ada
pada dirinya dan berani menunjukkannya dengan keyakinanannya sendiri dan beradabtasi dengan
lingkungan sekitarnya. Sehingga mampu menampakkannya dengan sebuah pengalaman yang
menjadikan bekal bagi diri agar menemukan jati dirinya dan menjadi orang berguna dimasa yang akan
datang.

Contohnya didalam sebuah kelas peserta didik diberi kebebasan untuk berpendapat menurut
keyakinannya sendiri. Sedangkan pendidik diwajibkan untuk mendengarkan pendapat tersebut dan
memberi saran yang baik serta mendorong peserta didik agar tidak takut untuk berpendat. Tujuannya
agar peserta didik terbiasa berpendapat dan tidak malu untuk mengungkapkannya apabila terdapat
pendapat yang berbeda.

Adapun tokoh-tokoh beserta aliran pemikirannya yaitu


1. Soren Kierkegaard

Menurut pemikirannya bahwa manusia tidak pernah bisa hidup dengan aku umum tetapi melainkan
dengan aku pribadi. Hal tersebut sangat unik sehingga hal tersebut tidak mampu dijabarkan siapa pun
itu yang mencobanya.

2. Jhon Paul Sartre

Menurut pemikirannya bahwa ia berpendapat bahwa eskistensi ini ada sebelum persepsi.

3. Martin Buber

Menurut pemikirannya bahwa terjadi perbedaan makna aku dan aku engkau

4. Martin Heidegger

Menurut pemikirannya ia berpendat bahwa terjadi perubahan karena adanya eksistensi.

5. Karl Jaspers

Menurut pemikirannya pokok filsafat yang paling penting untuk dipelajari yaitu bagaimana dan ada,
bahwa ada ini bukan suatu hal objektif tetapi hal tersebut membuat orang yang mencarinya sangat
susah meskipun dengan berbagai tahap sekalipun.

6. Gabril Marchel

Menurut pemikirannya bahwa pradigma adalah kedudukan yang sulit bagi manusia, sebab jawaban
menurutnya bahwa siapa aku dan apa wujudku.

7. Paul Tillich

Menurut pemikirannya menganggap bahwa eksistensialisme ini sebagai suatu elemen dalam
keseluruhan, karena elemen ini hal yang paling besar karena mencakup keseluruhan visi struktur dan
keberadaan yang ia ciptakan.

 Neo-Thomisme

Neo-Thomisme adalah kebangkitan kuat dan kompleks dari pemikiran teolog Dominika abad ketiga
belas Santo Thomas Aquinas , yang mungkin adalah pemikir hukum alam paradigmatik. Sumber
paling penting dari kebangkitan neo-Thomist adalah surat ensiklik Paus Leo XIII tahun 1879, Aeterni
patris, di mana Leo menyerukan peremajaan filsafat Kristen dan mengusulkan St. Thomas Aquinas
sebagai contohnya. Pada dekade-dekade setelah seruan Leo, neo-Thomisme bergabung menjadi
sejumlah sekolah yang bertolak belakang yang menekankan berbagai aspek pengajaran Aquinas, atau
berfokus pada pertemuan tantangan para filsuf modern yang berbeda seperti Kant atau Husserl.
Tokoh-tokoh kunci awal dalam neo-Thomisme adalah Reginald Garrigou-Lagrange, Charles De
Koninck, Joseph Marechal, Etienne Gilson, dan Jacques Maritain.
Semua tokoh ini adalah Katolik dan sebagian besar adalah ulama; kepedulian terhadap hukum kodrat
hanyalah bagian dari kepedulian mereka untuk menguraikan filosofi dan teologi yang komprehensif.
Garrigou-Lagrange menyajikan Thomisme yang berhutang budi pada tradisi komentar Skolastik; De
Koninck menekankan Aristotelianisme Aquinas; Marchal mengerjakan ulang Aquinas untuk
melibatkan Kant dan Descartes; Gilson dan Maritain menekankan, dengan cara yang berbeda,
prioritas dan kekhasan metafisika Thomistik. Karya Maritain tentang hukum kodrat memiliki
pengaruh terbesar pada pemikiran Amerika. Dia mengajar di Amerika Serikat selama dan setelah
Perang Dunia Kedua dan terlibat dalam politik di tingkat tinggi (khususnya penyusunan Deklarasi
Hak Asasi Manusia PBB). Dalam beberapa hal tulisan-tulisan politik Maritain mengantisipasi karya
filsuf Harvard John Rawls . Tokoh yang lebih baru yang telah mengembangkan neo-Thomisme
dengan fokus yang lebih eksklusif pada hukum alam meliputi: Russell Hittinger, J. Budzisewski,
Ralph McInerny, Henry Veatch, dan Martin Rhonheimer. Dengan pengecualian Veatch, para neo-
Thomis ini secara sadar bekerja dalam tradisi Katolik. Untaian neo-Thomisme yang lebih kecil dan
kurang jelas berasal dari filsafat Anglophone dengan karya Peter Geach, Anthony Kenny, GEM
Anscombe, Herbert McCabe, Alan Donagan, Mark C. Murphy, Eleonore Stump, Anthony Lisska, dan
Alasdair MacIntyre. Meskipun para pemikir ini telah dipengaruhi oleh arus utama Katolik tentang
neo-Thomisme, banyak keasyikan dan keprihatinan mereka adalah asli dari tradisi filosofis analitik
yang muncul bersama Frege, Russell, dan Wittgenstein. Banyak neo-Thomis 'analitik', khususnya
MacIntyre, telah memberikan kontribusi penting bagi teori moral kontemporer. Hubungan kontribusi
ini dengan tradisi hukum kodrat dipertentangkan, karena mereka sering dibingkai dalam istilah "teori
kebajikan," dan kompatibilitas etika kebajikan dengan moralitas hukum adalah masalah yang
diperdebatkan.

Anda mungkin juga menyukai