Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI SD

PDGK4104

Modul 7 “KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR”

KEGIATAN BELAJAR 1 “PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR”


A. LANDASAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU SD
1.      Apa yang dimaksud dengan kompetensi

Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggung jawab
yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahawa ia memang kompeten dalam
bidang tersebut. Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan
oleh seseorang jika ia memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang
memadai serta sikap yang memungkinkan yang menunjukkan tidakan tersebut secara
cerdas.

2.      Proses Pengembangan Standar Kompetensi

Dengan pesatnya perkembangan diberbagai bidang guru dituntut untuk mampu


menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan mampu menghadapi berbagai tantangan.
Sebagaimana halnya sdnegan standar kompetensi dibidang profesi lainnya, standar
kompetensi guru SD di kembangkan dengan mengacu kepada hal-hal berikut.

1. Ketetapan perundang-undangan yang terkait dengan guru SD seperti UU


No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14/2005 tentang
Guru dan Dosen, dan PP No.15/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru SD.
3. Berbagai asumsi dan landasan program berupa pernyataan-pernyataan yang
dianggap benar berdasarkan dugaan ahli, penelitian, dan nilai-nilai yang dianut
oleh bangsa Indonesia.
4. Kompetensi guru SD ynag sudah pernah ada seperti 10 kompetensi guru
lulusan SPG
B. PROFIL KOMPETENSI GURU SD
Dalam SKGK-SD/MI, Standar kompetensi dirumuskan dalam 4 rumpun kompetensi
yaitu:

1.      Kemampuan mengenal peserta didik secara mendalam

2.      Penguasaan bidang studi

3.      Kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik

4.      Kemampuan mengembangkan kemampuan professional secra berkelanjutan

Sementara itu, dalam Permen No. 16/2007, Standar Kompetensi Guru SD/MI
dorumuskan menjadi 24 kompetensi inti yang dikelompokkan berdasarkan kompetensi
agen pemeblajaranyang terdapat dalam peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (PP No.19/2005, tentang SNP). Kompetensi sebagai agen
pembelajaran terdiri dari:

1.      Kompetensi Pedagogik

2.      Kompetensi Kepribadian

3.      Kompetensi Profesional

4.      Kompetensi Sosial

Pengelompokan kompetensi dalam permen No. 16/2007 yang mengambil PP No.


19/2005 tampaknya lebih mengacu pada teori bukan pada tugas-tugas nyata seorag guru
di  lapangan. Standar kompetensi guru SD/MI terdapat dalan dua dokumen yaitu
bukuStandar Kompetensi guru kelas SD/MI lulusan S1 PGSD Tahun 2006 dan Peraturan
Menteri Pendiidkan Nasional No. 16/2007.

Dari dua dokumen tersebut dapat diidentifikasi standar kompetensi guru kelas SD/MI
lulusan S1 PGSD, yang terdiri dari 30 kompetensi. Ke 30 kompetensi itu yang merupakan
integrasi dari kompetensi yang terdapat dalam kedua dokumen tersebut.

Semua komopetensi guru SD tercermin secara integrative dalam kinerja guru, baik
ketika merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, maupun ketika menilai proses dan
hasil belajar siswa. Kompetensi lulusan s1 PGSD mempunyai kelebihan dibandingkan
kompetensi lulusan D II PGSD. Kelebihan tersebut antara lain terletak pada kemampuan
memperbaiki pembelajaran melalui PTK, kemampuan berperan serta dalam kegiatan
pendidikan ditingkat lokal, regional, nasional, dan global, kemampuan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi baik untuk kepentingan pembelajaran maupun untutk
mengembangkan wawasan.

C. INDIKATOR PENGUASAAN KOMPETENSI GURU SD


Pendidikan berbasis kompetensi menggunakan penguasaan kompetensi sebagai indicator
bahwa seorang calon guru/guru telah menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Oleh
karena itu, perlu diketahui contoh-contoh indicator penguasaan tersebut, sehingga kita
dapat mengetahui status kita dalam penguasaan kompetensi tertentu.
Pada dasarnya asesmen penguasaan kompetensi harus diakses dengan prosedur sesuai
dengan hakikat kompetensi. Hubungan kompetensi dengan asesmen dapat digambarkan
pada table 7.1 berikut
Tabel 7.1 Kompetensi dan Asesmen
Kompetensi Asesmen
1. Pengetahuan /Penguasaan 1. Tes dalam berbagai bentuk
akademik 2. Pengamatan unjuk kerja/tugas
2. Keterampilan 3. Pengamatan dalam situasi otentik
3. Nilai, sikap, kebiasaan bertindak 4. Pengamatan dengan instrumen
4. Unjuk kerja profesional khusus seperti APKG

Berikut beberapa contoh sebagaimana table 7.2 berikut:


Table 7.2 Kompetensi, Contoh indikator, dan Contoh Asesmen
Kompetensi Contoh Indikator Contoh Asesmen
Pengetahuan Dapat menyebutkan ciri- Tes objektif
Memahami karakteristik ciri fisik anak usia 6-8
anak usia SD/MI dalam tahun
penggalan usia tertentu

Menguasai substansi dan Tes objektif/tes uraian


metodologi dasar Dapat menjelaskan
keilmuan Bahasa berbagai cara
Indonesia yang pemerolehan bahasa
mendukung pembelajaran
Bahasa Indonesia SD/MI
Ketrampilan Dapat menyusun Tugas Menyusun
Mampu merancang rancangan pembelajaran rancangan pembelajaran
pembelajaran yang bahasa Indonesia di (yang diakses: rancangan
mendidik kelas 4 SD pembelajaran yang
dihasilkan)
Mampu memanfaatkan Dapat mencetak Pemberi tugas: mencari
Teknologi Informasi dan informasi dari internet. dan mencetak informasi
Komunikasi untuk Dapat mengirim dan dari internet
keperluan pembelajaran, membuka e-mail.
berkomunikasi, dan
memperluas wawasan
Sikap dan Nilai Mengumpulkan tugas Pengamatan dalam
Selalu menampilkan diri tepat waktu melaksanakan tugas
sebagai pribadi yang jujur, Berbicara secara sopan sehari-hari di kampus dan
berakhlak mulia, dan Menunjukkan rasa Ketika praktek mengajar
sebagai teladan bagi simpati pada anak SD
peserta didik dan Ketika praktek mengajar
masyarakat
Unjuk Kerja Profesional Mengajarkan Bahasa Pengamatan dengan
Melaksanakan Indonesia di kelas 4 menggunakan APKG
pembelajaran yang SD/MI Ketika praktek mengajar
mendidik

Contoh-contoh indikator penguasaan kompetensi dapat dijadikan acuan oleh


mahasiswa/Guru SD untuk menilai statusnya dalam penguasaan kompetensi tertentu.
Pengetahuan mengenai kompetensi, asesmen kompetensi, dan indikator dapat
dimanfaatkan oleh para guru SD ketika melaksanakan tugas sebagai seorang guru ketika
mengembangkan indikator keberhasilan dan melakukan asesmen penguasaan kompetensi.

KEGIATAN BELAJAR 2 “FORUM PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU”

A. PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU


Makna Peningkatan Profesionalitas Guru
Peningkatan profesionalitas secara berkelanjutan atau terus menerus merupakan salah satu
rumpun kompetensi yang harus dikuasai setiap guru, termasuk guru SD. Kompetensi
peningkatan profesionalitas secara berkelanjutan dapat dijabarkan menjadi beberapa
kompetensi, salah satu diantaranya adalah mampu memperbaiki pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dimana sasaran akhir dari peningkatan profesionalitas
adalah meningkatnya kualitas kinerja guru yang berdampak pada meningkatnya kualitas
pembelajaran melalui PTK, artinya guru mampu meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa. Hal ini berarti dengan upaya peningkatan profesionalitas guru diharapkan akan
mampu meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas guru
Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas. Dalam hal ini,
jabaran kompetensi dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan pengalamn belajar atau
kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran
2. Berkolaborasi dengan teman sejawat dan jika perlu dengan dosen LPTK dalam
melaksanakan PTK.
3. Mengomunikasikan hasil-hasil PTK melalui berbagai media.
4. Mengikuti perkembangan dunia pendidikan.
5. Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi, pameran buku.
6. Berperan serta dalam berbagai kegiatan pendidikan.
7. Mengikuti perkembangan ilmu dalam 5 mata pelajaran SD melalui berbagai media.
8. Mengikuti berbagai kegiatan guru seperti berorganisasi, menghadiri pertemuan rutin,
atau melakukan kegiatan sosial.

B. BERBAGAI WADAH PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU


Beberapa wadah atau forum kegiatan peningkatan profesionalitas guru diantaranya:

1. Kelompok Kerja Guru (KKG)


Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui arena bertukar pikiran,
pengalaman, dan informasi, sehingga para guru dapat berkembang menjadi guru yang
professional, yang mampu meningkatkan kreativitas dan efetivitas dalam mengelola
pembelajaran, sehingga mampu menemukan atau menciptakan inovasi dalam
pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam forum KKG diantaranya:
a. Berbagi pengalaman tentang pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru, baik
yang berupa praktik-praktik yang dianggap berhasil (best practice)
b. Berbagi informasi tentang model-model pembelajaran terbaru.
c. Penelitian mengenai kinerja guru menunjukkan bahwa para guru, termasuk guru SD
masih banyak yang mempunyai masalah dalam menyajikan konsep tertentu
d. Penelitian mengenai kinerja guru menunjukkan bahwa para guru, termasuk guru SD
masih banyak yang mempunyai masalah dalam menyajjikan konsep tertentu.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervise, bimbingan,
arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk
mencapai standar nasinal pendidikan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan LPMP berkaitan dengan peningkatan profesionalisme
guru diantaranya:
a. Berbagai kegiatan pengembangan kurikulum dan perangkat pembelajaran seperti,
Ketika menyusun KTSP, RPP, soal-soal ujian, atau pengembangan berbagai media
pembelajaran.
b. Berbagai penataran atau pelatihan bagi para guru SD, baik berupa pelatihan
penguasaan bidang studi bahan ajaran, pembuatan media, maupun berbagai
pendekatan dalam pembelajaran.
c. Berbagai kegiatan sosialisasi kebijakan yang terkait dengan guru, seperti sosialisasi
program sertifikasi.
3. Klinik Pembelajaran
Dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 2005 dengan ciri-
ciri sebagai berikut.
a. Salah satu wadah bagi guru dan calon guru untuk mendapatkan bantuan professional
b. Wadah bagi dosen untuk mengembangkan kemampuan membimbing.
c. Wadah berbagi pengalaman bagi guru, mahasiswa calon guru, dosen melalui
komunikasi langsung dan tidak langsung.
d. Menerapkan pendekatan klinis (yang punya masalah proaktif)
e. Komunikasi langsung dilakukan di sentra-sentra Klinik Pendidikan, sedangkan
komunikasi tidak langsung dilakukan melalui online.
f. Menyediakan bantuan professional dalam bidang pembelajaran dan keterampilan
komunikasi online.
g. Fokus bantuan : guru dan calon guru
h. Menyediakan sumber belajar yang mencakup masalah-masalah
pembelajaran/Pendidikan yang terkini dalam bentuk booklet.
i. Mempunyai pusat kegiatan berupa telecentre
j. Ketenagaan: supervisor, fasilitator dan pengelola teknis
k. Fasilitas : computer dalam jumlah yang memadai dan jaringan internet, ruang
diskusi, sumber belajar
l. Web : memuat informasi/perkembangan Klinik Pembelajaran, wadah komunikasi
online
m. Terbuka bagi masyarakat luas
4. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
Merupakan wadah Pendidikan formal yang menyediakan kesempatan bagi guru untuk
meningkatkan kualifikasi.
5. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Merupakan wadah untuk peningkatan profesionalitas dan wawasana dengan
menyediakan berbagai bentuk seperti jurnal ilmiah, berbagai kegiatan pelatihan,
penyelenggaraan seminar dengan mengundang para pakar Pendidikan.
6. Kursus-kursus
Kursus yang dapat diikuti oleh guru agar melek teknologi contohnya kursus computer
sehingga dapat menggunakan keterampilan yang diperoleh untuk mengakses berbagai
informasi dan mengkomunikasikannya, dengan keterampilan computer akan membantu
guru untuk meningkatkan profesionalitasnya memalui informasi yang dapat diakses
melalui internet.

C. MEMILIH WADAH PENINGKATAN PROFESIONALITAS


Forum Guru dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Wadah yang menyelengakan kegiatan yang pesertanya sudah ditetapkan terlebih
dahulu, seperti LPMP. Maka peserta yang dilibatkan adalah guru yang diundang.
2. Wadah yyang menyelenggarakan program yang dapat diikuti oleh mereka yang
memenuhi syarat tertentu, tetapi juga mempunyai program kegiatan yang dapat diikuti
oleh semua guru yang berminat, contoh wadah ini seperti LPTK.
3. Wadah yang mempunyai anggota khusus dan program kegiatannya wajib diikuti oleh
setiap anggota, yaitu KKG.
4. Wadah dengan program terbuka bagi semua guru, seperti Klinik Pembelajaran dan
PGRI.
5. Wadah dengan program terbuka untuk umum, yaitu kursus-kursus.
Untuk memilih program terbuka untuk semua guru dan umum, maka kita harus memiliki
kriteria sesuai dengan kebutuhan, diantaranya:
1. Kegiatan harus ada kaitan dengan tugas sebagai guru SD.
2. Kegiatan memungkinkan berkembangya wawasan.
3. Waktu kegiatansesuai dengan waktu luang yang tersedia.
4. Ada dalam batas-batas kemampuan untuk mengikutinya.
Modul 8 “KURIKULUM SEKOLAH DASAR”

Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Kurikulum Sekolah Dasar


A. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan
Menurut Sukmadinata, pendidikan bermuara pada interaksi antara pendidik
dan peserta didik untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Salah
satu karakteristik pendidikan formal adalah bahwa pendidikan disekolah memiliki
rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis.
Dengan adanya rancangan atau kurikulum secara tertulis, pendidikan di
sekolah berlangsung secara terencana, sistematis, dan lebih disadari. Karakteristik
pendidikan formal tersebut dapat menunjukkan bahwa kurikulum merupakan syarat
mutlak bagi terjadinya pendidikan di sekolah.
Kurikulum merupakan bagian integral dari pendidikan atau pembelajaran.
Pendidikan di sekolah tidak akan terjadi apabila sekoah tidak memiliki kurikulum.
Kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.
Kurikulum yang merupakan rencana pendidikan memberikan arah dan pedoman bagi
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kurikulum merupakan panduan yang memberikan jawaban atas pertanyaan:
untuk apa pendidikan dilakukan, apa yang disampaikan dalam proses pendidikan,
bagaimana pendidikan akan dilaksanakan, serta bagaimana mengukur hasil dan proses
pendidikan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
butir 19 dinyatakan bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

B. Prinsip-prinsip Dasar Dalam Mengembangkan Kurikulum


Agar kurikulum yang dikembangkan membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan pendidikan, pengembangan kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Menurut Sukmadinata, empat prinsip pengembangan
kurikulum, yaitu relevansi, fleksibilitas, efisiensi, dan efektivitas serta prinsip
berkesinambungan.

1) Prinsip Relevansi
Pada prinsip Relevansi menuntut kurikulum sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan peserta didik dan perkembangan masyarakat.
a. Kurikulum SD dituntut untuk sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik
usia SD serta sesuai dengan proses belajar peserta didik SD. Pengalaman
belajar yang disediakan dirancang dengan memperhatikan karakteristik proses
belajar usia anak sesuai dengan konsep developmentally apporopriate
practices (DAP).
b. Kurikulum hendaknya dikembangkan membantu peserta didik mencapai
perkembangan yang optimal dengan tugas perkembangannya. Pengembangan
kurikulum hendaknya memahami dengan mendalam karakteristik dan
perkembangan peserta didiki serta karakteristik proses nbelajar peserta didik
yang menjadi binaannya.
c. Kurikulum harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengikuti
dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat. Kurikulum dituntut untuk
dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap yang
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat.
d. Prinsip relevansi yang berkaitan dengan kebutuhan serta tuntutan
perkembangan peserta didik dan masyarakat, terdapat dua: prinsip relevansi ke
dalam dan prinsip relevansi keluar.
Prinsip relevansi keluar mengacu pada kesesuaian kurikulum dengann
kebutuhan serta tuntutan perkembangan peserta didik dan perkembangan
masyarakat.
Prinsip relevansi ke dalam mengacu pada konsistensi antarberbagai komponen
kurikulum (tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi).

2) Prinsip Efektivitas
Pengembangan kurikulum mengacu pada sejauh mana kurikulum yang dirancang
dapat diimplementasikan atau dilaksanakan dan dicapai sekolah. Kurikulum yang
dirancang diharapkan dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
Semakin lengkap dan tinggi pencapaian kurikulum, semakin efektif implementasi
kurikulum.

3) Prinsip Efisiensi
Kurikulum yang dirancang dapat dilaksanakan dengan lancer dan optimal.
Pengembang kurikulum hendaknya memperhatikan berbagai faktor pendukung
dan penghambat pengelolaan pelaksanaa atau implementasi kurikulum di sekolah
sehingga kurikulum dapat diimplementasikan dengan lancar dan optimal.

4) Prinsip Fleksibilitas
Pengembangan kurikulum menuntut bahwa kurikulum dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi sekolah tempat kurikulum diimplementasikan. Kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang fleksibel atau luwes yang dapat dijadikan acuan
dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah dan memungkinkan guru
melakukan penyesuaian berdasarkan kondisi dan situasi lingkungan sekolah serta
karakteristik peserta didik.

5) Prinsip Berkesinambungan
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan
antara satu tingkatan kelas dengan kelas berikutnya, antara satu jenjang
pendidikan dengan jenjang pendidikan berikutnya.

C. Standar Kompetensi Lulusan dan Karakteristik Mata Pelajaran di SD


Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, dan kerampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut. Jenjang sekolah dasar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan pada Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, setelah menyelesaikan pendidikan di jenjang SD
siswa diharapkan mampu.
1. menjalankan ajaran agama yang dianutnya sesuai tahap perkembangan
anak;
2. mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3. mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya;
4. menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi di lingkungan sekitarnya;
5. menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan
kreatif;
6. menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan
bimbingan guru/pendidik;
7. menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya;
8. menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari;
9. menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan
sekitar;
10. menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan;
11. menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan
tanah air Indonesia;
12. menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya
local;
13. menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang;
14. berkomunikasi secara jelas dan santun;
15. bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri
dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya;
16. menunjukkan kegemaran membaca dan menulis;
17. menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung.
Peraturan pemerintah NO. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
6 Ayat (6) menyatakan bahwa kurikulum dan silabus SD hendaknya menekankan
pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecapakan berhitung,
kemampuan berkomunikasi.
Kurikulum dan pembelajaran yang dikembangkan di SD hendaknya
ditekankan pada pembentukan hal-hal berikut (Departeman Pendidikan Nasional,
2006: 12)
1. Kemelekwacanan (literacy), mengacu pada pemahaman peserta didik
tentang berbagai fenomena/gagasan di lingkungannya dalam rangka
menyesuaikan perilaku dalam kehidupan.
2. Kemampuan berkomunikasi, yaitu kemampuan peserta didik dalam
memahami fenomena/gagasan di lingkungannya dan mengemasnya dalam
bahasa Indonesia yang baik.
3. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving), yang mengacu pada
kemampuan peserta didik dalam merasakan masalah, mengidentifikasi
masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah, mengeksplorasi
alternatif pemecahan masalah, dan memilih alternative yang paling layak.
4. Kemampuan bernalar (reasoning), yang mengacu pada kemampuan
peserta didik dalam menggunakan logika dan bukti (evidence) secara
sistematis dan konsisten untuk sampai pada kesimpulan.

Standar kompetensi lulusan SD yang dikuasai peserta didik melalui pembelajaran


berbagai mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan dijabarkan dalam standar kompetensi
lulusan mata pelajaran.
Karakteristik kelima mata pelajaran yang dalam standar kompetensi lulusan.
1) Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah memperkuat dasar-dasar
kewarganegaraan Indonesia dalam konteks Negara KesatuanRepublik Indonesia
(NKRI) dan sekaligus menyiapkan warga Negara yang menjadi warga Negara
global yang siap bersaing dan bekerja sama namun tetap berpijak pada ke-
Indonesiaan.
Standar kompetansi lulusan atau kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa SD
setelah mempelajari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah siswa
mampu:
a. menerapkan hidup rukun dalam perbedaan;
b. memahami dan menerapkan hidup rukun di rumah dan si sekolah;
c. memahami kewajiban sebagai warga dalam keluarga dan sekolah
d. memahami hidup tertib dan gotong royong
e. menampilkan sikap cinta lingkungan dan demokratis;
f. menampilkan perilaku jujur, disiplin, senang bekerja dan anti korupsi dalam
kehidupan sehari-hari, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila;
g. memahami system pemerintahan, baik pada tingkat daerah maupun pusat;
h. memahami makna keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, dengan
kepatuhan terhadap undang-undang, peraturan, kebiasaan, adat istiadat, dan
menghargai keputusan bersama.
i. memahami dan menghargai makna nilai-nilai kejuangan bangsa; serta
j. memahami hubungan Indonesia dengan Negara tetangga dan politik luar
negeri.

2) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Mata pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, baik
secara formal maupun informal. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia
berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam berbagai mata pelajaran
karena bahasa Indonesia merupakan “alat” untuk menguasai berbagai bidang ilmu.
Standar kompetansi lulusan atau kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa SD
setelah mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut.
a. Dalam aspek mendengarkan, peserta didik diharapkan memahami wacana
lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita,
deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk
dongeng, puisi, cerita, drama, pantun, dan cerita rakyat.
b. Dalam aspek berbicara, peserta didik diharapkan mampu menggunakan
wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,dan informasi dalam
kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana, wawancara,
percakapan telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di sekitar,
memberi petunjuk, deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan, pemahaman
isi buku dan berbagai karya sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun,
drama, dan puisi.
c. Dalam aspek membaca, peserta didik diharapkan mampu menggunakan
berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks
panjang, dan berbagai karya sastra untuk anak dapat berbentuk: puisi,
dongeng, panting, percakakpan, cerita, dan drama.
d. Dalam aspek menulis, peserta didik diharapkan mampu melakukan berbagai
kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog,
formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, paraprase, serta berbagai karya sastra
untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.

3) Mata Pelajaran Matematika


Dalam kegiatan mengontruksi dan memahami konsep-konsep matematika
serta menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan matematika terdapat
nilai-nilai yang sangat tinggi, seperti ketekunan, disiplin, pernghargaan terhadap
aturan, komitmen, demokrasi yang didasarkan atas kebenaran yang dapat diuji,
kejujuran, dan sebagainya. Berkaitaan dengan nilai-nilai tersebut, pembelajaran
matematika di SD harus mampu memfasilitasi terbentuknya nilai-nilai tersebut
pada peserta didik.
Standar kompetansi lulusan atau kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa
SD setelah mempelajari mata pelajaran Matematika sebagai berikut.
a. memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari;
b. memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-
sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari;
c. memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,
sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari;
d. memahami konsep koordinat untuk menetukan letak benda dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
e. memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan table, gambar
dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus,
serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
f. memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan;
serta
g. memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.

4) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


IPA adalah pengetahuan tentang gelaja alam yang dapat didefinisikan sebagai:
cara berpikir untuk memahami alam semesta, cara melakukan investigasi, dan
ilmu pengetahun yang dihasilkan dari penyelidikan (Direktorat Ketenagaan,
2006). Mata pelajaran IPA di SD bersifat terpadu dari disiplin ilmu fisika, biologi,
dan kimia. Pembelajaran IPA di SD hendaknya memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung (hands on experience)
dalam menemukan dan mengembangkan konsep-konsep IPA.
Setelah mempelajari IPA, peserta didik SD diharapkan menguasai standar
kompetensi lulusan sebagai berikut.
a. melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil
pengamatannya secara lisan dan tertulis;
b. memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan
tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk
hidup dengan lingkungannya;
c. memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta
fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup;
d. memahami beragam sifat benda dalam hubungannya dengan penyusunannya,
perubahan wujud benda, dan kegunaannya;
e. memahami berbagai bentuk energy, perubahan, dan manfaatnya; serta
f. memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.

5) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Mata pelajaran IPS di SD merupakan kajian yang bersifat terpadu dari berbagai
ilmu yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu
sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan bahkan system
kepercayaan.
Pemberian mata pelajaran IPS di SD diarahkan untuk memeprsiapkan peserta
didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan
sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta
kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Menurut Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, standar
kompetansi lulusan mata pelajaran IPS di SD sebagai berikut.
a. memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling
menghormati dalam kemajemukan keluarga;
b. mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan
lingkungan tetangga, serta kerja sama di antara keduanya;
c. memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi;
d. mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi;
e. menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku
bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia;
f. menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia;
g. memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial Negara di Asia
Tenggara serta benua-benua;
h. mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara
tetangga; serta
i. memahami peranan Indonesia di era global.

Standar kompetensi lulusan untuk setiap mata pelajaran tersebut merupakan


kemampuan minimal yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah mempelajari mata
pelajaran pada jenjang pendidikan SD.

A. HAKIKAT KTSP
Seperti yang dinyatakan dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
KTSP sendiri merupakan Kurikulum yang bersifat desentralistik karena dikembangkan oleh
satuan Pendidikan. Desentralistik adalah bentuk pemberian kewenangan kepada unit-unit
yang lebih rendah dalam suatu struktur organisasi. Meskipun KTSP bersifat desentralistik,
Kurikulum yang dikembangkan di satuan Pendidikan harus mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang ditetapkan BNSP. Tetapi bagaimana cara
mencapainya diserahkan kepada satuan pendidikan masing-masing.
Disamping bersifat desentralisasi tapi berorientasi nasional, KTSP juga merupakan
Kurikulum yang bersifat operasional. Paling tidak KTSP terdiri dari tujuan Pendidikan
tingkat satuan Pendidikan.
1. Tujuan Pendidikan SD
Tujuan Pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan, untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan ini berlaku secara nasional. Jenjang dasar terdiri dari SD, MI, SMP dan MTs.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum SD
Struktur Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempub peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Berikut PerMen Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah SD/MI. Beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian guru berkenaan dengan struktur Kurikulum tersebut diantaranya
sebagai berikut:
a. Disamping terdapat delapan mata pelajaran yang harus diajarkan, Kurikulum SD juga
memuat Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri.
b. Pembelajaran di kelas I, II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan Tematik. Terlihat
pada jumlah jam pelajaran per minggu untuk setiap mata pelajaran. Kelas IV, V dan VI
dilaksanakan dengan pendekatan mata pelajaran.

Aspek-aspek yang harus tercantum


1. Mata Pelajaran: Dalam bagian ini dicantumkan mata pelajaran beserta alokasi waktu
pelajaran.
2. Muatan Lokal: Merupakan kegiatan kulikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan potensi daerah contoh bahasa Jawa dan bahasa inggris
3. Beban Belajar: Merupakan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
menguasai standar kompetensi lulusan.Contoh kelas I adalah 26 jam pelajaran perminggu
ditambah 2 jam untuk pengembangan diri
4. Kegiatan Pengembangan Diri: Pengembangan diri bukan mata pelajaran yang harus
diasuh guru, tetapi kegiatan yang dilakukan untuk memberi kesempatan kesempatan kepada
peserta didik mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai bakat dan minat. Contoh
Pramuka, Eskul.
5. Ketuntasan Belajar: Menurut BNSP (2006) ketuntasan belajar setiap indikator yang
merupakan penjabaran dari kompetensi dasar berkisar anatara 0% -100%. Kriteria Ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator adalah 75 %
6. Muatan Lokal: Sesuai ketentuan PP no. 19/2005 pasal 72 ayat 1 peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan Pendidikan setelah:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2) Memperoleh nilai baik pada seluruh mata pelajaran
7. Pendidikan Kecakapan Hidup: Untuk membekali peserta didik dengan kecakapan
sosial, akademik atau vokasional sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan kecakapan
hidup.
3. Kalender Pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,
dan hari libur. Penyusunan kalender harus sesuai ketentuan daerah Pemerintah pusat maupun
daerah.
4. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokopokok,
kegiatan, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/alat bahan ajar.

B. LATAR BELAKANG KTSP


Disamping aturan kebijakan yang menuntut Pengembangan KTSP, Hasan(2007) juga
mengemukakan landasan filosofis dan teoritis yang melatar belakangi perkembangan KTSP.
Berikut 3 landasan:
1. Kurikulum harus dimulai dari lingkungan terdekat. Kurikulum harus mendekatkan peserta
didik degan lingkungan sosial, budaya, fisik, ekonomi, agama masyarakat baik dan belajar
dari lingkungan yang lebih luas. Dengan pandangan seperti ini, pengembangan kurikulum
hendaknya berorientasi pada peserta didik serta kebutuhan dan tantangan masyarakat sekitar.
2. Kurikulum harus mampu melayani pencapaian tujuan pendidikan nasional dan satuan
pendidikan. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa meskipun kurikulum tingkat
satuan pendidikan dituntut untuk berorientasi pada pemanfaatan dan pengembangan potensi
peserta didik dan lokal, kurikulum tetap harus diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
3. Proses perkembangan kurikulum harus fleksibel. Penerapan prinsip kurikulum ini cocok
dengan KTSP yang mana kurikulum dikembangkan berdasarkan potensi peserta didik dan
masyarakat sekitar.

C. PROSEDUR PENGEMBANGAN KTSP


Berkenaan dengan pengembangan KTSP, BNSP mengemukakan pengembangan Kurikulum
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Berpusat pada potensi, kebutuhan peserta didik
2. Beragam dan Terpadu
3. Tanggal terhadap Ilmu pengetahuan dan Teknologi.
4 Relevan dengan kebutuhan hidup
5. Menyeluruh
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan KTSP adalah analisis
konteks, yang mencakup kegiatan berikut.
1. Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam
penyusunan KTSP.
2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya, serta program-program.
3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat serta lingkungan sekitar:
komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan
dunia kerja, sumber daya alam serta sosial budaya.
Langkah berikutnya adalah menyusun silabus. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada
suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu. Silabus disusun untuk seluruh alokasi
waktu yang disediakan untuk mata pelajaran/tema selama penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan. Menurut BSNP (2006), pengembangan silabus hendak
memperhatikan berbagai prinsip berikut.
1. Ilmiah, artinya muatan dari masing-masing komponen silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3. Sistematis, artinya komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten, artinya setiap komponen dalam silabus memiliki hubungan yang konsisten
(ajeg atau taat asas).
5. Memadai, artinya komponen Indikator, Materi Pokok, Pengalaman Belajar, Sumber
Belajar, dan Sistem Penilaian dalam silabus cukup untuk menunjang pencapaian Kompetensi
Dasar.
6. Aktual dan Kontekstual, artinya komponen Indikator, Materi Pokok, Pengalaman Belajar,
Sumber Belajar, dan Sistem Penilaian dalam silabus hendaknya disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan
peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel, artinya komponen-komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, dan perubahan yang terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat.
8. Menyeluruh, artinya silabus yang disusun mencakup proses pembelajaran semua ranah
kompetensi (afektif, kognitif, dan psikomotor).
Adapun langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam menyusun silabus adalah sebagai
berikut.
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran sebagaimana
yang tercantum dalam Standar Isi.
2. Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan potensi peserta didik; relevansi dengan karakteristik daerah; tingkat
perkembangan peserta didik;
3. Mengembangkan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik peserta
didik melalui interaksi antarpeserta didik serta peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya sehingga tercapainya kompetensi dasar.
4. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi berdasarkan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
5. Penentuan jenis penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dasar
berdasarkan indikator pencapaian kompetensi.
6. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi dasar.
7. Menentukan sumber/bahan/alat belajar yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
D. PIHAK – PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN KTSP
 Menurut Peraturan Menteri Pendidikan bahwa KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh KEPALA SEKOLAH dan KOMITE SEKOLAH dengan
berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta Panduan Penyusunan
Kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
 Khusus, untuk satuan pendidikan SD, BSNP (2006) mengemukakan bahwa Tim
Penyusun KTSP pada SD terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota. Tetapi, apabila di sekolah Anda tidak memiliki konselor khusus berarti
Tim Penyusun KTSP di sekolah Anda terdiri atas guru dan kepala sekolah.
 Guru yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan
kurikulum serta mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, dan
lingkungannya dapat menyusun silabus secara mandiri. Guru juga dapat menyusun silabus
secara bersama-sama dengan difasilitasi oleh Dinas Pendidikan setempat.

Anda mungkin juga menyukai