Anda di halaman 1dari 2

Yang tak berdosa

“Lagi dan lagi


Bosan sudah rasanya menatap layar sinar biru ini
Membaca bait perbait digital, yang tak kunjung tercerna
Tercekat! Rasanya aku ingin mati dengan rutinitas ini!”

“Itu yang kau katakan? Coba ulangi


Sungguh kah kau bosan hanya dengan menatap layar itu?
Tak lihat kah kau sebosan apa ibuku yang terus tergusur hanya karna menawarkan sayur?
Kau anak petinggi dan hanya diperintahkan untuk belajar!
Sedangkan aku mati-matian hanya untuk sesuap nasi”

“Kenapa kalian tidak bisa diam!?


Aku sedang berduka! Ayahku mati!
Tak lihatkah kau? Aku kini menjadi yatim
Ayahku gugur demi menyelamatkan banyak raga
Siapa yang bisa ku salahkan terhadap kematiannya?
Bukannya mendukungku, kalian malah menaikan suara dengan hal yang tak penting itu”

Kalian lihat anak-anak disana? Ya, mereka yang sedang berdebat itu
Mereka adalah anak-anak tak berdosa yang harus menelan akibat dari kita
“Loh? Memangnya kita salah apa?”
Kita terlalu lalai
Kita menyepelekan
Kita terlalu banyak lelucon
Kita terlalu menganggap remeh, kawan
2019 itu datang, tepat pada penghujung tahun yang harusnya diakhiri dengan gembira
Mereka datang merajalela tanpa tau kapan akan pergi

“Halah! Pakai masker itu bikin susah bernapas!”


Ya, tapi setidaknya walau susah esok kau masih bisa bernapas
“Duh! Tangan ku sangat kering akibat air dan sabun yang menerus itu!”
Ya, tapi setidaknya tangan mu masih bisa berfungsi walau kering kerontang

Kawan, tak apa


Aku tau ini sulit namun tak apa
Jangan kau lepas masker itu barang sejenak
Jangan lengah dengan kotornya tangan mu yang tak terlihat
Kita bisa lewati ini kawan, dengan bersama-sama

Kita berjuang sekarang bukan hanya untuk kita dan kesehatan kita
Tapi juga untuk kesehatan sekaligus kelangsungan anak dan cucu kita di masa depan
Kita bertemu lagi nanti ya, dan semoga nanti aku sudah bisa memeluk mu erat kawan.

Anda mungkin juga menyukai