Anda di halaman 1dari 10

SIKAP, MORAL, dan AKHLAK

OLEH:

RISKY ORLANDO SITEPU

RIZA RASULDI

PRODI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA

2015
DAFTAR ISI

BAB I

PEMBAHASAN……………………………………………………………………
1I.1 Latar
belakang…………………………………………………………………..1 I.2
Rumusan masalah……………………………………………………………….2

BAB II

PEMBAHASAN……………………………………………………………………
2I.1 Konsep Etika, Moral dan
Akhlak……………………………………………….2 I.2 Hubungan Tasawuf
dengan Akhlak…………………………………………….3 I.3 Indikator Manusia
dan Akhlak………………………………………………….4 I.4 Aklak dan
aktualisasinya dalam kehidupan…………………………………….5

BAB III

PENUTUP………………………………………………………………………….8
Kesimpulan…………………………………………………………………………
8Daftar pustaka………………………………………………………………………
8
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan


menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan
hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang
dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-
tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan
halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.
Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau
patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah
yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama
dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia
bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

1
I.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian, pembagian dan peranan dari Etika ?
2. Pengertian dari Moral ?
3. Pengertian dan macam-macam dari Akhlak ?

BAB II
PEMBAHASAN

I.1 Konsep Etika, Moral dan Akhlak

Konsep Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral).

Konsep Moral
Secara bahasa moral berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores”
yang berarti juga adat atau cara hidup. Moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.

Konsep Etika Moral dan Akhlak


Secara definisi akhlak ialah : perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Konsep Akhlak
Ciri perbuatan Akhlak
Persamaan moral,etika, dan akhlak:

2
1) Persamaan ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.

2) Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal.

Perbedaan Etika, Moral,dan Akhlak


1. Sumber atau acuan
2. Sifat pemikiran
3. Proses munculnya perbuatan

I.2 Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah) dengan cara mensucikan hati.
Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah dapat melihat Tuhan (al-Ma’rifah).
Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati
yang suci.
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk juga bagaimana
mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan cara-cara yang nampak
seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain maka ilmu tasawuf menerangkan
bagaimana cara menyucikan hati , agar setelah hatinya suci yang muncul dari perilakunya adalah
akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak, menurut ilmu tasawuf, harus berawal dari penyucian hati.
Dalam kacamata akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan,
apalagi kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang “kaffah” adalah iman,ilmu dan amal.
Amal itulah yang dimaksud akhlak . Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak adalah
kesejahteraan hidup manusia de dunia dan kebahagian hidup di akhirat.
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan), tapi
dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia secara “zahiriyyah” dan “riyadhah”.

3
I.3 Indikator Manusia dan Akhlak

Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak
berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali manusia
tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia tidak berusaha
untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya ketimbang penyakit fisik.
Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat diobati dan disembuhkan
ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala persoalan melainkan pintu yang
semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati jika tidak disembuhkan maka akan
berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah tertanamnya iman
dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’u al-khuluq) adalah manusia yang
ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada kesesuaian
antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan
tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya
bahkan berbuah jika akarnya baik.

Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-apa
apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian juga amal tidak
bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di
dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah terbalik.
Taat akan perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan hati,
sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa melakukan
dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya dengan kebaikan,
tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang. Dengan mengutip beberapa ayat Al
Qur’an dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali mengemukakan tanda-tanda manusia beriman,
diantaranya :
a. Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam shalatnya
b. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c. Selalu kembali kepada Allah
d. Mengabdi hanya kepada Allah
e. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu’ dan tidak sombong
h. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j. Menghormati tamu
k. Menghargai dan menghormati tetangga
l. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan
n. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun  perbuatan
4
Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain :  Memiliki
budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak
kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja,
penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha terhadap ketentuan
Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak
suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena Allah dan
benci karena Allah.
Ketika Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah
menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang
munafik kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang ulama
tabi’in menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan berfikir dan
hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-angan, orang mukmin putus
harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya orang munafik banyak berharap
kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah. Mukmin merasa aman dari segala sesuatu
kecuali dari Allah, munafik merasa takut oleh segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani
mengorbankan hartanya demi agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya
demi hartanya. Mukmin menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-
bahak. Mukmin senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian. Mukmin
menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan mengharap
keuntungan.

Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi munkar) untuk kekuasaan, maka
kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas.

I.4 Akhlak dan Aktualisasinya dalam kehidupan

A.      Akhlak Dalam Islam


Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam
bebrapa hal diantaranya; Rassulullah SAW diutus kepada umatnya untuk membawa risalah yang
telah diwahyukan Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS, diantaranya yaitu untuk
menyempurnakan Akhlak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya;
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluluran Akhlak.(HR.Malik).
mendefinisikan agama sebagai akhlak yang baik. Dalam sabda Rasulullah SAW, ketika beliau
ditanya tentang makna agama, Beliu menjawab; “bahwa agama adalah akhlak yang baik”.
Rasulullah SAW juga bersabda “Timbangan yang berat pada hari perhitungannanti adalah
Takwa kepad Allah dan Akhlak yang mulia”.

5
Cara-cara untuk membentuk akhlak yang baik:
1. Mengetahui macam-macam akhlak yang baik dan akhlak yang buruk
2.       Mengetahui dan menyadari akan pentingnya berakhlak
3.       Merealisasikan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari
4.       Memelihara Ma’ani-ma’ani akidah dalah diri

B.      Urgensi moralitas islam (makarimul akhlak)


                Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) merupakan sifat para Nabi, orang Sidiq dan
Shalih. Akhlak  yang mulia yang di ajarkan Rasulullah SAW dan bersumber dari wahyu yang
meliputi akhlak kepada Allah yaitu beriman dan tauhidserta beribada kepadaNya tanpa berbuat
syirik dan maksiat sedikit pun dan berakhlak dalam berhubungan sesama makhluk Allah dalam
pergaulan pribadiatau masyarakat.

Diantara faedah yang dapat diambil dari ini adalah:


1.       Islam adalam agama yang menghilangkan kebatilan dan mengokohkan kebenaran.
2.       Bangsa arab sebelum diutusnya Rasulullah SAW termaksud bangsa yang berakhlak muliah.
3.       Akhlak yang muliah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun
masyarakat islam.
4.       Akhlak yang muliah merupakan tonggak kejayaan suatu bangsa atau umat.
5.       Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul.
6.       Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.

C.      Akhlak  terhadap Allah SAW


Firman Allah SAW Dalam (QS.An-Naml (27): 93) secara tegas dinyatakan-Nya bahwa,
“segala puji bagi Allah, Dia akan memperliahatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya,
maka kamu akan mengetahuinya. Dan tuhanmu tiada lalai daari apa yang kamu kerjakan”.
Sedang dalam (QS.Ash-Shaffat [37]: 159-160) “maha suci Allah dan segala sifat yang mereka
sifatkan kepada-Nya, kecuali hamba-hamba Allah yang terpilih”.

Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:


1.       Taat terhadap perintah-perintah-Nya
2.       Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah
3.       Ridha terhadap ketentuan Allah SWT
4.       Senantiasa bertaubat kepada-Nya
5.       Obsesinya adalah keridhaan Ilahi.
6.       Merealisasikan ibadah kepada-Nya
7.       Banyak membaca Al-Qur’an

6
D.      Akhlak terhadap sesama manusia
banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan sesama
manusia, seperti :

1.       (QS. AL-Baqarah [2]: 83 dan 263)


2.       (QS. An-Nur [24]: 22 dan 27)
3.       (QS. An-Nisa [4]: 86)
4.       (QS. Al-Ahzab [33]: 70)
5.       (QS. Hasyr [59]: 9)

E.       Akhlak terhadap lingkungan


Yang dimaksud lingkungan disini adalah segalah sesuatu yang berada disekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tak bernyawa. Pada dasarnya,
akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah yang dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan. Seperti
dalam pandangan akhlak islam, seorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini  berarti tidak memberikan kesempatan kepada
makhluk untuk mencapi tujuan penciptaannya.
Bukti-bukti penegasan dalam Al-Quran dan Hadis:
1.       (QS. Al-An’am [6]: 38)
2.       (QS. Hasyr [59]: 5)
3.       (QS. At-Takatsur: 102)
4.       (QS. Al-Ahqaf [46]: 3)
5.       (QS. Az-Zukhruf [43]: 13)
6.       (QS. Al-Hujurat: 11)
7.       (QS. Al-jatsiyah [45]: 13)
                             
Alhamdulillah pada akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan menarik kesimpulan
bahwasahnya keberagaman seorang diukur dari akhlaknya.

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.

Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Daftar pustaka

https://www.academia.edu/5511375/Makalah_agama_Etika_moral_akhlak
http://jamalftikom.blogspot.co.id/2012/11/akhlak-dan-aktualisasinya-dalam.html
http://syahruddinalga.blogspot.co.id/2011/10/indikatormanusia-berakhlak-manusia.html

Anda mungkin juga menyukai