Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi kepada seseorang melalui cara
tertentu agar si penerima informasi (pesan) mengerti dan tersampaikan dengan jelas
(Salim,2021). Komunikasi ditandai dengan adanya makna dari komunikasi tersebut sehingga
berdampak kesenangan yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan dapat menimbulkan
suasana yang baik serta membuat suatu tindakan.

B. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi. sumber pernyataan umum,
pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara garis besar terdapat dua jenis
komunikator (Silviani, 2020).
1. Komunikator individual/perseorangan, yaitu komunikator yang bertindak atas nama
dirinya sendiri, tidak mewakili orang lain, lembaga, organisasi, atau institusi.
Komunikator jenis ini dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
menyampaikan informasi, dan lain-lain.
2. Komunikator yang mewakili lembaga (institutionalized person), yaitu komunikator yang
menjalankan fungsinya sebagai wakil, atau yang mewakili kelompok orang organisasi
komunikasi seperti wartawan surat kabar, penyiar radio, televisi, pembicara yang
mewakili institusinya, pemeran film, dan sebagainya
Sekalipun fungsinya sama sebagai pengirim pesan, tiap- tiap istilah itu memiliki ciri khas
tersendiri, terutama tentang sumber. Sumber bisa menjadi komunikator/pembicara,
sedangkan komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Pembicara adalah orang
yang berbicara dalam proses komunikasi. Windhal dan Olson (1992) memerinci
komunikator dalam sebuah komunikasi terencana (planned communication) dari perspektif
psikososial.

C. Prinsip Komunikasi
Prinsip komunikasi yang dapat diterapkan sbb (Silviani, 2020) ;
1. Komunikasi merupakan proses simbolik bersifat dinamis, tidak dapat berakhir dan terus
berkelanjutan
2. Komunikasi dapat berlangsung ada maupun tidak kesengajaan di dalamnya. Komunikasi
bersifat sistemik seperti beberapa orang yang dipengaruhi oleh adat budaya,
pengetahuan, pengalaman.
3. Latar belakang yang sama akan membuat komunikasi semakin efektif karena
mempunyai bahan untuk saling berdiskusi
4. Komunikasi merupakan proses dimana saling memberi dan menerima informasi
diantaranya.

D. Faktor komunikasi
Komunikasi membutuhkan beberapa keterlibatan oleh semua orang agar mencapai tujuan
utama dilakukkannya komunikasi tersebut, adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi
komunikasi tersebut anatara lain ;
1. Dapat dipercaya (credible), di dalam unsur dapat dipercaya harus ada kompetensi, sikap,
tujuan, kepribadian dan dinamis
2. Konteks (context) di dalam informasi mempunyai sasaran, topik pembicaraan dan
mendengarkan dengan seksama
3. Isi (content ) informasi tersebut harus bermanfaat dan menarik.
4. Kejelasan (clarity) informasi jelas dan dapat dipertanggungjawabkan agar tidak terjadi
kesalahpahaman
5. Berkesinambungan dan konsistensi, informasi harus tepat pada sasaran dan tidak
menyimpang dari topik
6. Saluran (chanel) informasi dapat disalurkan dengan berbagai teknik berkomunikasi,
verbal atau non verbal.
7. Kapabilitas sasaran, cara berkomunikasi harus disesuaikan dengan karakteristik
pendengar atau penerima..
E. Kredibitas
Kredibilitas merupakan keahlian komunikator atau kepercayaan khalayak pada komunikator.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang komunikator. Kredibilitas
mengandung dua hal:
1. Kredibilitas adalah persepsi komunikan, jadi tidak inheren dalam diri komunikator;
2. Kredibilitas berkaitan dengan sifal- sifat komunikator yang disebut sebagai komponen
kredibilitas.

Dua komponen kredibilitas yang paling penting adalah:

1. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam
hubungannya dengan topik yang dibicarakan;
2. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan
wataknya

F. Pesan
Dalam kehidupan manusia, komunikasi terasa sangat penting karena dapat menjembatani
segala bentuk ide yang akan disampaikan seseorang kepada orang lain. Salah satu unsur
penting dalam melakukan komunikasi adalah pesan. Oleh karena itu, pesan harus
disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana
dan sesuai dengan maksud serta tujuan penyampaian pesan, dan mudah dicerna oleh
komunikan.

G. Defenisi Pesan
Pesan adalah gagasan, perasaan, atau pemikiran yang akan di-encode oleh pengirim atau
didecode oleh penerima. Pada umumnya, pesan berbentuk sinyal, simbol, tanda, atau
kombinasi dari semuanya dan berfungsi sebagai stimulus yang akan direspons oleh penerima
(DeVito, 1986). Apabila pesan ini berupa tanda, harus dapat membedakan tanda yang alami,
artinya tanda yang diberikan oleh lingkungan fisik, tanda universal. Contoh, guntur
merupakan tanda hujan akan turun, asap merupakan tanda adanya api. yang dikenal secara
Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah dalam usaha mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang,
tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan pada tujuan akhir dari komunikasi. Pesan (message)
terdiri atas dua aspek, yaitu isi pesan (the content of message) dan lambang/simbol untuk
mengekspresikannya. Lambang utama pada komunikasi umumnya adalah bahasa karena
bahasa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkret dan
abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang, dan sebagainya. Pesan
merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
dapat berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk
dan melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang lain atau komunikan
Ada dua hal utama yang terkandung dalam "makna" pesan, yaitu sebagai berikut ;
1. Content meaning, merupakan makna literal suatu pesan yang sering ditampilkan secara
verbal. Makna ini mudah dipahami karena pesan selalu diucapkan atau ditulis dengan
menggunakan bahasa yang sama di antara pengirim dan penerima
2. Relationship meaning, merupakan makna pesan yang harus dipahami secara emosional
(konotasi). Pesan yang dikirimkan atau yang diterima hanya dipahami para pihak yang
sudah mempunyai relasi tertentu
H. Karateristik Pesan
Pesan mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Origin, pesan asli karena pesan ini merupakan simbol atau tanda yang berasal dari
lingkungan fisik sekitarnya. Hal ini untuk membedakan antara pesan yang diciptakan
melalui komunikasi intrapersonal dan antarpersonal
2. Mode, merupakan pesan yang tampil dalam bentuk visualisasi sehingga memungkinkan
indra manusia memberikan makna terhadap pesan ini.
3. Physical character, merupakan pesan yang memiliki ukuran, warna, kecerahan, dan
intensitas.
4. Organization, merupakan pesan yang mengandung ide atau pendapat. Pesan akan mudah
dimengerti jika pengirim menyusun (mengorganisasikan) pesan ini berdasarkan kriteria
tertentu. e. Novelty, atau kebaruan, kemutakhiran, adalah pesan yang mudah diterima
karena ditampilkan secara khas, atau pesan yang tampil beda sehingga menggugah indra
manusia

Menurut Hanafi, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan.

1. Kode pesan yaitu sekumpulan simbol yang dapat disusun sedemikian rupa sehingga
bermakna bagi seseorang
2. Isi pesan , perlu dipertimbangkan untuk memastikan apakab sumber sudah benar, yaitu
bahan atau material yang dipilih sumber untuk menyatakan maksudnya.
3. Wujud pesan yaitu keputusan yang dibuat sumber mengenai cara menyampaikan maksud
dalam bentuk pesan

Pesan yang disampaikan akan tepat sasaran apabila memenuhi syarat, yaitu:

1. Direncanakan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan;


2. Dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak;
3. Menarik minat dan kebutuhan penerima serta menimbulkan kepuasan

Dalam bentuknya, pesan merupakan gagasan yang telah diterjemahkan dalam simbol yang
dipergunakan untuk menyatakan maksud tertentu. Pesan adalah serangkaian isyarat yang
diciptakan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa serangkaian isyarat
atau simbol itu akan mengutarakan atau menimbulkan makna tertentu dalam diri orang lain
yang hendak diajak berkomunikasi

Dalam menciptakan pengertian yang baik dan tepat antara komunikator dan komunikan,
pesan harus disampaikan sebaik mungkin. Ada 7 pesan menurut S.M. Siahaan (1991: 63)
dalam bukunya, Komunikasi Pemahaman dan Penerapan, yaitu:

1. Cukup jelas (clear), bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit- belit, tanpa denotasi
yang menyimpang dan tuntas;b. mengandung kebenaran yang mudah diuji (correct)
berdasarkan fakta, tidak mengada-ada dan tidak diragukan;
2. Diringkas (concise) dan padat serta disusun dengan kalimat pendek (to the point) tanpa
mengurangi arti yang sesungguhnya;
3. Mencakup keseluruhan (comprelhensive), ruang lingkup pesan mencakup bagian-bagian
yang penting dan yang patut diketahui komunikan;
4. Nyata (concrete) dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada
5. Lengkap (complete) dan disusun secara sistematis;
6. Menarik dan meyakinkan (convincing); disampaikan dengan sopan (courtesy) harus
diperhitungkan kadar kebiasaan, kepribadian, pola hidup dan nilai-nilai komunikasi
7. Nilai pesan yang konsisten (consistent), artinya tidak mengandung pertentangan antara
bagian pesan yang lain

A.W. Widjaja (1987) dalam buku Illmu Komunikasi Pengantar Studi menyatakan bahwa
pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat berikut ini

1. Umum. Berisikan hal-hal yang umum dipahami oleh sasaran, bukan soal yang dipahami
oleh seseorang atau kelompok tertentu.
2. Jelas dan tidak samar-samar
3. Bahasa yang jelas. Hindari istilah-istilah yang tidak dipahami oleh audiens. Gunakanlah
bahasa yang sesuai dengan komunikan. Hati-hati dalam menggunakan bahasa istilah
daerah karena akan memberikan penafsiran yang berbeda antara satu daerah dan daerah
yang lain
4. Positif. Setiap pesan diutamakan dalam bentuk positif agar lebih mendapatkan simpati
5. Seimbang. Pesan yang disampaikan hendaknya wajar sebab jika tidak wajar akan
cenderung ditolak
6. Kondisi. Penyesuaian dengan keinginan komunikan dan orang- orang yang menjadi
sasaran komunikasi selalu mempunyai keinginan tertentu. Oleh sebab itu, perlu
mengetahui keadaan, waktu, dan tempat dalam penyampaian
J. Bentuk pesan
Terdapat tiga bentuk pesan, yaitu sebagai berikůt.
1. Informatif, Adalah bentuk pesan yang memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta) atau
pengetahuan-pengetahuan bagi komunikan kemudian komunikan mengambil kesimpulan
sendiri. Bentuk pesan ini lebih berhasil bila dilakukan kepada komunikan yang mempunyai rasa
ingin tahunya tinggi
2. Persuasif, yaitu bujukan, artinya membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia
bahwa yang disampaikan akan mengubah sikap penerima pesan. Perubahan ini
dilakukan atas kehendak sendiri. Perubahan seperti ini bukan dipaksakan, melainkan
diterima dengan keterbukaan dari penerima. Bentuk penyampain pesan dengan maksud
mempengaruhi audien/ komunikan untuk menerima atau menggunakan maksud pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Tujuan dari penyampaian bentuk pesan persuasive
adalah perubahan kesadaran atas kehendak sendiri (bukan paksaan)
3. Koersif, yaitu menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksisanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian secara ini adalah agitasi dengan
penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan publik Koersif
berbentuk perintah, instruksi untuk penyampaan suatu target.

K. Pesan sesuai kebutuhan


Keseuaian dengan isi pesan sama halnya dengan kesesuaian dengan kepentingan
sasaran (sesuai konteks atau realita) terdapat dan beberapa pesan yang di sampaikan
harus berhubungan dengan kepentingan sasarannya.
Pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat menimbulkan ketertarikan atau
sebaliknya kepada komunikan. Informasi atau pesan akan diminati atau bahkan “dikejar”
apabila pesan tersebut sesuai dengan kebutuhan atau yang diinginkan komunikan. Bila pesan
yang disampaikan dirasa tidak perlu dan tidak bermanfaat bagi komuikan, maka proses
komunikasi yang berlangsung akan cenderung pasif dan tidak berkembang.
L. Jelas
Kejelasan (clarity) dari pesan/ informasi yang disampaikan komunikator sangat penting.
Untuk menghindari kesalahpahaman komunikan dalam dalam menangkap isi pesan/
informasi yang disampaikan komunikator. Kejelasan disini mencakup kejelasan isi
pesan, kejelasan tujuan yang akan dicapai, kejelasan kata-kata (verbal) yang digunakan,
dan kejelasan bahasa tubuh (non verbal) yang digunakan.
Factor kejelasan pesan dapat menjamin keefektifan komunikasi yang dilakukan. Pesan yang
disampaikan dengan jelas dan mudah diterima oleh komunikan akan lebih nampak hasilnya
dan efektifnya proses komunikasi. Factor jelas ini dapat berupa jelas bahasa yang digunakan,
jelas maksud yang diharapkan dan jelas bentuk pesannya (bila pesan dalam bentuk tulisan).
Kejelasan disini juga dimaksudkan agar pesan yang disampaikan dengan kejujuran dan
keterbukan, tidak ada maksud yang tersembunyi dari tujuan awal.
Ketidakjelasan suatu informasi atau pesan dapat mengakibatkan interpretasi yang
diberikan komunikan akan berbeda dengan yang dikehendaki oleh komunikator

M. Simple (isi pesan tidak terlalu banyak)


Penyampaian pesan yang terlalu banyak juga merupakan factor yang dapat mengganggu
proses komunikasi. Komunikan akan merasa kelelahan dan bosan terhadap pesan yang
disampaikan. Disamping itu, bila pesan disampaikan secara melebar akan jauh dari tujuan
pesan semula sehingga komunikasi yang dilakukan tidak efektif

N. Kesinambungan dan konsistensi


Kesinambungan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, kesinambungan adalah
nomina (kata benda) perihal (yang bersifat) sinambung; kelanjutan; kontinuitas (KBBI).
Sedankan menurut Thesaurus, kesinambungan yaitu kelangsungan, kontinuitas,
perturutan; kelanjutan (Thesaurus) Konsistensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
konsistensi merupakan ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak) (KBBI). Konsistensi
adalah fokus pada suatu bidang yang mana kita tidak akan berpindah menuju bidang
lain sebelum pondasi bidang pertama benar-benar kuat (Reza M Syarif, 2005).
Dalam salah satu teori Konsistensi, Salah satu karya terbesar yang berhubungan
dengan sikap, perubahan sikap, dan kepercayaan berada di bawah cakupan teori
konsistensi. Semua teori konsistensi dimulai dengan dasar pikiran yang sama, yaitu
orang lebih nyaman dengan konsistensi daripada inkonsistensi. Sementara itu,
konsistensi adalah prinsip aturan utama dalam proses kognitif dan perubahan sikap
yang dapat di hasilkan dari informasi yang mengacaukan keseimbangan ini. Walaupun
kosa kata dan konsep dari teori ini berbeda, asumsi dasar dari konsistensi adalah
menghadirkan mereka semua dalam bahasa sibernetika, manusia mencari homeostasis
atau keseimbangan dan system kognitif adalah sebuah alat utama yang dapat di gunakan
untuk mencapai keseimbangan.
Dalam penulisan kali ini penulis akan memaparkan dua teori konsistensi kognitif,
pertama teori disonansi kognitif (cognitive dissonance) karya Leon Festinger, teori ini
dipillih karena merupakan teori klasik dan masih besar pengaruhnya pada bidang
komunikasi. Kedua, karya yang paling terkini dalam bidang komunikasi adalah teori
penggabungan problematis oleh Austin Babrow.
1. Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif karya Leon Festinger ini merupakan salahsatu teori yang
paling penting dalam sejarah psikologi sosial. Teori ini dimulai dengan gagasan bahwa
pelaku komunikasi memiliki beragam elemen kognitif seperti sikap, persepsi,
pengetahuan, dan perilaku. Elemen-elemen tersebut tidak terpisahkan, tetapi saling
menghubungkan antara satu sama lainnya dalam sebuah system serta setiap elemen dari
system tersebut akan memiliki satu dati tiga macam hubungan dengan setiap elemen
dari system lainnya. Jenis hubungan yang pertama adalah kosong atau tidak
berhubungan, jenis yang kedua adalah cocok atau sesuai dan jenis hubungan yang ketiga
adalah tidak cocok atau disonansi.
Ada dua dasar pemikiran yang menolak teori disonansi, pemikiran pertama adalah
disonansi menghasilkan ketegangan atau tekanan yang menciptakan keharusan untuk
berubah. Dasar pemikiran yang kedua secara alami mengikuti pemikiran yang pertama,
dimana ketika disonansi hadir, individu bukan hanya akan mencoba untuk
menguranginya, tetapi juga akan menghindari situasi adanya disonansi lain yang
mungkin akan dihasilkan. Disonansi sendiri merupakan sebuah hasil dari dua variabel
lain, dengan kata lain jika memiliki beberapa hal penting yang tidak sesuai maka akan
mengalami disonansi yang lebih besar.
2. Teori penggabungan Masalah
Teori sibernetika dari pelaku komunikasi menonjolkan penggabungan kognitif
sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Pikiran digolongkan oleh
susunan sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang bergerak kea rah meningkatkan
kesesuaian. Austin Babrow menambahkan kalimat ini dengan menjelaskan peran
komunikasi dalam membantu individu mengatur disonansi kognitif atau apa yang
disebut sebagai penggabungan masalah (PM) atau problematic integration (PI) tiga dalil
teori Babrow yaitu pertama, anda memiliki kecenderungan alami untuk menyejajarkan
harapan-harapan anda dan penilaian-penilaian anda. Kedua, menggabungkan harapan
dan penilaian dapat menjadi suatu masalah. Ketiga, penggabungan masalah berakar dari
komunikasi dan di atur melalui komunikasi.
Dalil pertama Babrow, (kebutuhan yang kita rasakan untuk menyejajarkan
harapan dengan nilai) dapat menghasilkan tekanan ketika apa yang anda inginkan tidak
sejajar dengan apa yang anda harapkan.
Dalil yang kedua adalah bahwa penggabungan harapan dan penilaian seringkali
menjadi masalah, kali ini Babrow mengidentifikasi empat problematis tersebut.
Pertama, adalah perbedaan (divergence) antara sebuah harapan dan sebuah penilaian.
Kondisi penggabungan masalah yang kedua adalah ambiguitas atau kurangnya
penjelasan mengenai apa yang diharapkan. Kondisi yang ketiga adalah dua perasaan
yang bertentangan (ambivalence) atau penilaian yang bertentangan. Kondisi terakhir
dari pengabungan masalah ini sangat menarik karena menilai sesuatu yang kita tahu
tidak pernah dapat kita raih dapat menjadi sumber keajaiban, misteri, dan inspirasi
Dalil ketiga dari teori ini adalah bahwa penggabungan masalah memerlukan
komunikasi karena kita mengalami PM melalui komunikasi, akan tetapi komunikasi
juga merupakan sebuah cara untuk memecahkan ataupun mengatur PM. Teori
penggabungan masalah merupakan salah satu dari banyak teori yang membantu kita
memahami caracara pelaku komunikasi berpikir bagaimana mereka menggabungkan
dan menyusun informasi yang mempengaruhi sikap, keyakinan, nilai dan perilaku
Teori-teori sibernetika pelaku komunikasi banyak berbagi dengan sosiopsikologis
karena keduanya terfokus pada system kognitif individu sebuah susunan keyakinan,
sikap, serta nilai yang kompleks serta saling berinteraksi yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perilaku.

O. Media/Channel (Saluran)
Dalam komunikasi, penggunaan media atau saluran sangatlah menentukan kelangsungan
komunikasi. Media atau saluran yang langsung terlibat dalam proses komunikasi disini
sebagaimana yang disampaikan oleh kariyoso (1994) adalah alat/sarana yang dilalui oleh
suara, antara lain:
• Mata (penglihatan)
• Hidung (penciuman)
• Otak
• Tangan
• Telinga

Kerusakan yang terjadi pada salah satu indra tersebut diatas akan berpengaruh pada jalanya
komunikasi. Pengaruh tersebut berupa persepsi yang salah, yang dapat diakibatkan karena
informasi/pesan tidak dapat dilihat, didengar, dirasakan dan ditafsirkan dengan jelas karena
adanya gangguan alat indra tersebut.

Komunikasi adalah proses yang menyangkut hubungan manusia satu dengan manusia lain di
lingkungan sekitarnya. Tanpa komunikasi, manusia terpisah dari lingkungan. Tanpa
lingkungan, komunikasi menjadi kegiatan yang tidak relevan. Dengan kata lain, manusia
berkomunikasi karena perlu mengadakan hubungan dengan lingkungan sosialnya. Dalam
berkomunikasi, manusia memerlukan media komunikasi yang dapat menyambungkan antara
manusia satu dan lainnya. Media komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk
memproduksi, mereproduksi, mengolah, mendistribusikan atau menyebarkan dan
menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.
Secara sederhana, media komunikasi adalah perantara dalam Penyampaian informasi dari
komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau
pesan tersebut. Fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi adalah sebagai berikut
(Burgon dan Huffner, 2002).
1. Efisiensi Penyebaran Informasi Dengan adanya media komunikasi yang liteclı,
penyebaran informasi menjadi semakin efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di sini
adalah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran, dan waktu. Misalnya, memberikan
ucapan selamat hari raya Idul Fitri atau Natal cukup melalui SMS, MMS, e-mail, dan
media canggih lainnya. Hal ini lebih disukai karena nilai praktisnya jika dibandingkan
dengan mengirimkan kartu Lebaran atau kartu Natal dengan waktu yang lebih lama.
2. Memperkuat Eksistensi Informasi Adanya media komunikasi yang lhi-tech dapat
membuat informasi atau pesan lebih berkesan terhadap audiens/komunikan. Misalnya,
dosen yang mengajar dengan multimedia akan lebih efektif daripada dosen yang
mengajar secara konvensional.
3. Mendidik/Mengarahkan/Memersuasi Media komunikasi yang berteknologi tinggi lebih
menarik audiens. Hal yang menarik mempermudah komunikator dalam memersuasi,
mendidik, dan mengarahkan karena adanya efek emosi positif.
4. Menghibur Media komunikasi berteknologi tinggi lebih menyenangkan (bagi yang
familiar) dan memberikan hiburan bagi audiens. Bahkan jika komunikasi itu bersifat
liitech, nilai jualnya pun akan semakin tinggi karena lebih menarik dan memberikan
pengaruh. Misalnya, presentasi seorang marketing lebih mempunyai nilai jual yang
tinggi jika menggunakan media komunikasi lti-tech daripada menggunakan metode
konvensional.
5. Kontrol Sosial Media komunikasi yang berteknologi tinggi lebih mempunyai fungsi
pengawasan terhadap kebijakan sosial. Misalnya, informasi yang disampaikan melalui
televisi dan internet lebih mempunyai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah
sehingga pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap dampak kebijakan tersebut.

Media terpisah dari kandungan yang disebarkan, memengaruhi individu dalam masyarakat,
atau yang lazim dinamakan sebagai teori medium;

1. Fungsi Media Komunikasi


 Efektivitas: mempermudah kelancaran penyampaian informasi.
 Efisiensi: mempercepat penyampaian informasi.
 Konkret: membantu mempercepat isi pesan yang bersifat abstrak. d. Motivatif:
menambah semangat untuk melakukan komunikasi.
2. Jenis-jenis Media Komunikasi
a) Berdasarkan Fungsinya
 Fungsi produksi, yaitu media komunikasi untuk menghasilkan informasi,
contohnya komputer pengolah kata (Word Processor)
 Fungsi reproduksi, yaitu media komunikasi untuk memproduksi ulang dan
menggandakan informasi, contohnya audio tapes recorder dan video tapes.
 Fungsi penyampaian informasi, yaitu media komunikasi yang dipergunakan
untuk menyebarluaskan dan menyampaikan pesan kepada komunikan yang
menjadi sasaran, contohnya telepon, faksmili, dan lain-lain.
b) Berdasarkan Bentuknya
 Media cetak, yaitu segala jenis barang/media komunikasi yang dilakukan inelalui
proses pencetakan yang dapat dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan
informasi. Contohnya: surat kabar, buku, brosur, buletin majalah, dan lain-lain.
 Media visual atau media pandang, yaitu penerimaan pesan yang tersampaikan
menggunakan indra penglihatan. Contohnya: televisi (tanpa suara), gambar, foto,
dan lain-lain.
 Media audio, yaitu penerimaan pesan yang tersampaikan dengan menggunakan
indra pendengaran. Contohnya: radio, tape recorder, dan lainlain
 Media audio visual aid (AVA), yaitu media komunikasi yang dapat dilihat
sekaligus didengar. Untuk mengakses informasi yang disampaikan, digunakan
indra penglihatan dan pendengaran sekaligus. Contohnya: televisi dan film.
c) Berdasarkan Jangkauan Penyebaran Informasi
 Media komunikasi eksternal, yaitu media komunikasi yang dipergunakan untuk
menjalin hubungan dan menyampaikan informasi dengan pihak luar. Media
komunikasi eksternal yang sering digunakan, antara lain sebagai berikut ;
• Media cetak, yaitu media komunikasi tercetak atau tertulis untuk
menjangkau publik eksternal, seperti pemegang saham, konsumen,
pelanggan, mitra kerja, dan sebagainya. Contoh media cetak adalah surat
kabar, majalah, tabloid, makalah perusahaan, bulletin, brosur, dan lain-lain.
Media eksternal cetak berfungsi sebagai: (1) media penghubung; (2) sarana
menyampaikan keterangan kepada khalayak; (3) media pendidikan; (4) sarana
membentuk opini publik; (5) sarana membangun citra.
• Media elektronik, (1) Radio adalah alat elektronik yang digunakan sebagai
media komunikasi dan informasi. Radio hanya dapat memberikan rangsangan
audio (pendengaran). Melalui radio, orang dapat mendengar siaran tentang
berbagai peristiwa, kejadian penting dan baru, masalah dalam kehidupan serta
acara hiburan yang menyenangkan. Bentuk radio sangat beragam, tetapi
secara sederhana. (2) Televisi, adalah sebuah alat penangkap siaran
bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision
yang berarti tampak. Dengan demikian, televisi berarti tampak atau dapat
melihat dari jarak jauh. Penyampaian pesan kepada publik melalui televisi
dapat dilakukan dengan memasang iklan, mengundang wartawan atau
reporter televisi agar memuat berita tentang kegiatan atau mengajukan
permohonan untuk mengisi acara. (3) Internet, Internet adalah jaringan
komputer yang terhubung secara internasional dan tersebar di seluruh dunia.
Internet merupakan media komunikasi berbasis komputer teknologi
informasi. Internet banyak dipilih oleh perusahaan untuk menjalin
kemampuan dalam menjangkau khalayak.
 Media komunikasi internal, Media komunikasi internal adalah semua sarana
penyampaian dan penerimaan informasi di kalangan publik internal dan bersifat
nonkomersial. Penerima ataupun pengirim informasi adalah orang-orang publik
internal. Media yang digunakan secara internal, antara lain: a) telepon; b) surat c)
house jurnal (majalah bulanan); d. papan pengumuman; e) printed material (media
komunikasi dan publikasi berupa barang cetakan); f. media pertemuan dan
pembicaraan.
P. Kapabilitas Sasaran
Kapabilitas Sasaran adalah kemampuan seseorang menerima Pesan seperti tingkat
pendidikan seseorang dan pengalaman seseorang akan mempengaruhi kemampuan
seseorang mencera sebuah pesan yang di sampaikan. Hal hal yang perlu di perhatikan dalam
Kapabilitas sasaran ialah Alat peraga yang di gunakan untuk memberi penyuluhan harus
tepat, baik dari segi isi, bentuk materi, skema atau alat peraga lainnya yang sesuai dengan
kapabilitas sasaran.
Kemampuan komunikan (Capability of audience) dengan tingkat pengetahuan, dan
kemampuan penerima pesan dalam memahami pesan yang disampaikan. Komunikator harus
memperhatikan audiensnya, menggunakan bahasa (baik verbal maupun non verbal) yang
sesuai dan dipahami oleh audiens. Materi dan tekhnik penyampaian pesan disesuaikan
dengan kemampuan penerima pesan sehingga tidak terkesan membingungkan.
DAFTAR PUSTAKA

Salim, A., & Amelia, S. (2021). Efektifitas komunikasi radiografer terhadap tingkat kepuasan
pada pasien pemeriksaan kontras konvensional di instalasi radiologi rsud arifin achmad provinsi
riau. Journal of STIKes Awal Bros Pekanbaru, 2(2), 39-44.

Silviani, I. (2020). Komunikasi Organisasi. Scopindo Media Pustaka.

Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung. CV Pustaka Setia

Romli, Khomsahrial. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta. Grasindo

Rohim, Syaiful. 2016. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai