Berhenti Membully
Berhenti Membully
Membully (Ingris=Bullying), bukan lagi jadi kata yang asing. Setiap orang
tanpa sadar atau dengan sadar pasti pernah mengalami atau menjadi pelaku bully.
Bully adalah perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar atau
sengaja terhadap orang lain yang nampak dalam bentuk menakuti, menindas,
mengintimidasi, melukai, menyakiti, melecehkan, menghina, caci-maki dan lain-lain.
Perilaku bully ini bisa terjadi dan dialami seseorang baik di sekolah, di kantor, di
gereja, di rumah, di dunia maya dan di banyak tempat. Bisa nampak dalam bentuk
fisik dan verbal.
Dampak dari Bully sangat besar bagi hidup seseorang. seseorang bisa
mengalami depresi, cemas, sedih, kesepian, hilang tujuan hidup, gangguan
kesehatan fisik dan mental bahkan dapat memilih mengakhiri hidup dengan cara
bunuh diri.
Ternyata perilaku bully bukan baru terjadi di zaman modern ini. Sejak zaman
dahulu, perilaku bully sudah terjadi. Dalam Alkitab PL, ada perilaku bully dialami
para Nabi. Nabi Elisa, saat berada di Betel di bully oleh anak-anak dengan kata-kata
yang melecehkannya melalui dengan kata-kata: Naiklah Botak, naiklah botak (II
Raja-Raja 23-25). Alkitab PB mencatat perilaku bully, bukan saja dialami para murid
tapi dialami juga oleh Yesus. Dalam karya pelayanan Yesus, mewartakan kabar baik
tentang Kerajaan Allah, Yesus mengalami bully yang hebat. Bahkan bully itu
mengiring perjalanan hidupnya menuju Salib dan kematian.
1
Pertama, Menanggalkan pakaian Yesus dan mengenakan jubah ungu pada Yesus
(Ay 17a; Band. Luk 27: 28,31).
Kedua, Mengenyam dan menaruh mahkota duri di kepala Yesus (ay 17b; Band. Luk
27:29a).
Ketiga, Berlutut di hadapan Yesus, menyembah dan memberi salam sebagai Raja
orang Yahudi (ay 18, 19c.; Band. Luk 27: 29b,c).
Pada zaman dahulu seorang raja diberi salam dengan cara berlutut. Para
prajurit Roma berlutut dan menyembah Yesus sebagai. Penghormatan yang pura-
pura sebagai lelucon untuk mengolok-olok kebesaran dan kemahakuasaan Yesus.
Berpura-pura tunduk dan menyembah Yesus tapi pada saat yang sama memberi diri
mengejek dan melecehkan Yesus.
2
Empat, Memukul kepala Yesus dengan buluh (ay 19a).
Lukas 27:29b memberi kesaksian, para prajurit Romawi memberi pada Yesus
sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Dan Markus mencatat, Buluh itu diambil dan
dipukul di kepala Yesus. Buluh yang diberikan di tangan kanan Yesus dianggap
sebagai tanda mahkota Kerajaan Yesus. Lalu mahkota Kerajaan itu dipakai untuk
memukul kepala Yesus. Ini merupakan bentuk celaan terhadap kebesaran Yesus.
Seorang hamba biasanya bersumpah setia kepada Raja dengan cara mencium
sebagai tanda hormat. Di hadapan Yesus, bukan ciuman tanda kesetiaan tapi
meludahi-Nya. Tindakan ini adalah bentuk penghinaan yang sangat merendahkan
harga diri seseorang di kalangan masyarakat Yahudi. Di kalangan masyarakat
Yahudi, jika seorang meludahi wajah anaknya atau wajah sesama maka harga diri
seseorang sudah jatuh pada titik nol. Lalu sang anak atau orang yang diludahi harus
dikucilkan selama tujuh (70 hari. Anak atau orang tersebut harus hidup terasing,
jauh dari sanak saudara, ada dalam kesendirian, kesunyian dan kesepian hidup.
Terkadang orang lebih memilih mati dari pada hidup tanpa harga diri.
Yesus diludahi wajah-Nya, tanda harga dan kehormatan diri dibuat begitu
rendah, tidak berarti apa-apa di hadapan banyak orang. Tindakan ini dilakukan
untuk mempercepat tingkat depresi Yesus dan bila perlu mempercepat jalan
kematian Yesus yang dianggap sebagai penjahat atau tokoh kriminal.
3
berdayaan atau bentuk kehilangan kuasa dan kemuliaan. Bukan pula sebagai bentuk
penerimaan dan pembenaran atas segala tindakan membully.
Yesus sebagai putera Allah tetap memiliki kuasa dan kemuliaan pada diri-Nya.
Ia tidak mau memakai kuasa dan kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah untuk
menghancurkan para musuh yang membully demi kuasa dan kemuliaan diri-Nya.
Yesus rela menerima semua perbuatan membully diri-Nya, agar rencana dan
kehendak Allah yang menyelamatkan manusia digenapi. Ia rela dihina, direndahkan,
diolok-olok, dilukai supaya manausia diselamatkan. Yohanes Calvin bilang: Kalau
Yesus pakai kuasa-Nya untuk menghancurkan perilaku jahat musuh dan selamatkan
diri-Nya, manusia tidak akan selamat. Manusia pasti binasa.
Yesus tidak membela diri, tapi belajar taat dan vokus pada Salib yang
semakin mendekat, karena Ia tahu Allah jadi pembela-Nya dan Ia akan jadi
pemenang atas segala kejahatan, derita daan kematian. Sikap Yesus itu adalah
tindakan yang suci dan mulia. Dalam ketaatan pada kehendak Allah, Yesus tidak saja
beri diri jadi KORBAN tapi juga KURBAN persembahan yang berkenan kepada Allah.
Derita dan kematian Yesus di kayu Salib bukan sekedar jadi KORBAN bully
(kekerasan, hinaan, pelecehan dll). Sebab kalau hanya sekedar jadi korban, Yesus
tidak dapat menyelamatkan manusia. Yesus hanyalah menderita dan mati karena
kesewenang-wenangan orang lain (prajurit romawi). Yesus selain KORBAN (Victim),
Ia juga KURBAN (Sacrifece). Fungsi kurban adalah untuk penebusan dosa.
Allah di dalam Yesus Kristus mau berkorban dan berkurban untuk manusia
yang tidak berdaya karena perbuatan dosa guna menebus dan menyelamatkan.
Dan tindakan itu (kerelaan berkorban dan berkurban) adalah tindakan yang
berkenan kepada Allah. Penulis Kitab Ibrani memberi kesaksian, bahwa Dia yang
untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari dari malaikat-malaikat
yaitu Yesus, kita lihat yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan
kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi
semua manusia (Ibrani 2:9).
Markus lewat narasi teks 15:16-20a, hendak memberi pesan bagi kita
bahwa:
4
Pertama, Yesus adalah pribadi yang penuh kasih dan cinta damai.
Ingatlah selalu, setiap kata dan tindakan kita, jadi bukti kualitas bersekutu
(Ber-Koinonia) dan bersaksi (Ber-Marturia) kita selaku Murid Kristus di tengah-
tengah dunia ini. diri kita dengan sesama dan dengan Yesus Kristus yang kita Imani
sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup.