Anda di halaman 1dari 4

Assalamualaikum Wr.

Wb
Sahabat sahabat yang dirahmati oleh Allah pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit
mengulas salah satu tokoh agung, peremuan mulia, perempuan cerdas, perempuan solih
sepanjang zaman yaitu Sayyidah Aisyah.
Siapakah beliau? mungkin sahabat-sahabat sudah mengetahuinya, namun mari kita pelajari
kembali sosok perempuan yang sudah seharusnya dijadikan teladan terkhusus di bulan suci
Ramadhan ini.
Beliau adalah istri dari Baginda Nabi Muhammad saw, ayahnya merupakan sahabat yang
paling dipercaya oleh rasulallah yaitu Abu Bakar as-Shiddiq. Kesalihan karakternya
menjadikannya disebut sebagai ummul mukminin atau ibunya orang-orang yang beriman. Juga
disebut shiddiqa yaitu perempuan yang jujur atau penuh integritas karena selaras atara yang
dikatakan dengan yang dikerjakan.
Berikut 4 karakter Sayyidah Aisyah yang bisa diteladani:
1. Kritis
Ibnu Katsir, ahli tafsir al-Qur’an terkemuka menggambarkan sosok Sayyidah Aisyah sebagai
perempuan luar biasa. Bahwa di negara manapun pada saat itu tidak ada perempuan sehebat
Syd. Aisyah dalah hal ingatan, pengetahuan, kefasihan berbicara, kemuliaan akhlaknya, dan
kecerdasannya.
Kecerdasan Syd. Aisyah membuat ia berhasil mengukir tinta emas dan namanya bersanding
dengan para sahabat laki-laki yang paling banyak meriwayatkan hadis. Beliau berhasil
meriwayatkan 2210 hadis selama mendampingi Rasulalloh saw. Secara keseluruhan Aisyah
menempati posisi keempat sebagai perawi hadits terbanya setelah Abu Hurairah (5374 hadits),
Ibnu Umar (2630 hadits), Anas bin Malik (2286 hadits). Beliau dikatakan tidak hanya hafal
hadits secara riwayah wadiroyah saja tetapi sekaligus memahami isi kandungan dari hadits-
hadits tersebut, bahkan beliau adalah perempuan yang sangat berani mengkritik hadits-hadits
yang diriwayatkan sahabat laki-laki jika terdapat kekeliruan interpretasi.
Sebagaimana salah satu contohnya suatu hari Abu Huroiroh dating dan bertanya tentang sebuah
hadits:

‫ املرأة واحلمار والكلب األسود أخرجه‬،‫يقطع صالة املرء املسلم إذا مل يكن بني يديه مثل مؤخرة الرحل‬
‫مسلم‬
“Shalat seseorang batal karena tidak ada pembatas yang menghalangi melintasnya seseorang,
disebabkan melintasnya perempua, keledai, anjing hitam.”
Kemudian Syd Aisyah memprotes bahwa “kalian sudah menyamakan perempuan dengan
khimar dan anjing.(Itu tidak benar) karena pernah suatu hari Nabi sedang shalat dan Aisyah
ada di hadapannya di arah kiblat beliau tidak bermaksud untuk bangun dan malah ingin iseng
kepada Nabi, tapi Nabi tidak membatalkan shalatnya.
Pertama, mensejajarkan perempuan dengan anjing dan keledai sebagai sesuatu yang
diyakininya tidak mungkin dilakukan oleh Rasulullah Saw yang sangat menghormati
perempuan.

Kedua, ungkapan tersebut tidak sesuai dengan pengalamannya Syd Aisyah.

Di awal sejarah, masjid Nabawi merupakan pusat penyebaran ilmu-ilmu agama, baik saat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup dan sepeninggal beliau. Saat itu, beliau
sering mengikuti pengajaran Nabi kepada para sahabat dari balik tirai kamarnya. Kesempatan
ini menjadi sangat langka bahkan tidak dimiliki oleh istri-istri Baginda Nabi yang lain. Maka
karena alasan inilah, kemudian rumah beliau Aisyah, menjadi pusat madrasah hadits.
(Jalaluddin al-Suyuthi, ‘Ayn al-Ishabah fī Istidrak ‘Aishah ‘ala al-Shaḥabah. Kairo:
Maktabah al-‘Ilm, 1988, halaman: 78)

2. Berakhlak mulia

Kecerdasannya tersebut tentunya dihiasi dengan akhlak yang mulia. Hal tersebut tercermin
pada saat kejadian luar biasa ketika beliau diterpa oleh kabar bohong (hadits al-ifki) bahwa
beliau berselingkung dengan sahabat bernama Shafwan bin Mu’atthal sepulang dari ekspedisi
Musthaliq. Setelah kabar tersebut menyebar hubungan Nabi dan Syd . Aisyah merenggang. Hal
ini tentu sangat menyakitkan hati keduanya. Sikap yang diambil dari seorang Aisyah beliau
tidak lentas memberontak tetapi sabar menunggu firman Allah membuktikan kebohongan
fitnah tersebut dengan penuh rasa takwa.
Masya Allah..
3. Abidah
Al-Qasim bin Muhammad pernah mengatakan seperti ini

‫ت يَ ْوما فإذا هي قائمة تُسبِح‬ ِ ‫ت عائشة رضي هللا عنها فأ‬ ِ ‫غدوت أبدأ بِب ي‬
ُ ‫ُسل ُم عليها َو َغ َد ْو‬
َ َْ ُ ْ َ ‫نت إذا‬ ُ ‫ُك‬
‫ت‬ ِ
ُ ‫ت َح ََّّت َملَْل‬
ُ ‫) وتَ ْدعُو وتَ ْبكى وتَ َرَّد َدها فَ ُق ْم‬27 ،‫الس ُم ْوم (الطور‬
َّ ‫اب‬
َ ‫اَن َع َذ‬
َ َ‫ فَ َم َّن هللاُ علينا َوَوق‬:‫وت ْقرأ‬
.‫ فَإذا هي قائمة كما هي تصلى وتبكى‬.‫اجَّت‬ ِ ِ ُّ ‫فَ َذهبت إىل‬
َ ‫السوق حل‬ ُ َْ
“Pada pagi hari aku ke rumah Aisyah, aku menyampaikan salam. Suatu hari aku melihatnya
sedang berzikir, mengucapkan tasbih dan membaca ayat, lalu berdoa sambil menangis. Ia
mengulang-ulang bacaannya. Aku menunggu lama sekali. Aku kemudian pergi ke pasar
untuk suatu keperluan. Ketika aku kembali, ia masih sholat dan berzikir”

4. Dermawan
Dermawan itu suka berderma, ini sebetulnya salah satu kearifan lokal bangsa Arab, seolah
berderma sudah menjadi genetic orang Arab Maka tidak heran jika di anah Arab mereka suka
berlomba-lomba untuk memberi bahkan memberi atau bersedekah dalam Bahasa Arabnya
sudah menjadi kebiasaan sebelum Islam hadir.
Sebagaimana guyup rukunnya tipologi masyarakat kampung, orang Arab punya tradisi
menyalakan api di depan rumah mereka sebagai penerang jalan bagi orang lewat, terlebih para
kelana. Dan juga sebagai tanda bahwa si empunya rumah menyediakan kudapan ataupun
makanan untuk mereka yang membutuhkan. Terlebih di masyarakat nomaden akan banyak
orang baru yang datang untuk sekadar lewat ataupun berteduh.

Mekah pra Islam sudah menjadi sebuah negeri yang sangat puitik secara sistem di tangan
kakek ke-4 Nabi Muhammad yang bernama Qushai bin Kilab. Saat beliau memegang tampuk
kendali Mekah dan Ka’bah beliau menciptakan beberapa buah sistem, namun sistem yang
berkepentingan dengan tema kita saat ini ada dua; ar-rifâdah (menyediakan jamuan gratis
bagi para fakir miskin yang menunaikan haji) dan as-Siqâyah (menyediakan air bagi para
haji).

Kedua jabatan yang justru lekat dengan khidmat dan hormat tamu ini justru bisa memicu
perang antar suku jika ada yang berani mengambil alih. Padahal semuanya secara biaya dan
tenaga murni ditanggung yang menjabatSemuanya demi menjamu tamu Allah. Tidak ada
upah atau gaji, hanya murni khidmat dan kebanggaan.

Sifat tersebut dimiliki pula oleh Syd Aisyah sebagaimana diceritakan di dalam hadis shahih
bukhori :

ِ
ْ ‫ان ََلَا تَ ْسأ َُل فَلَ ْم ََِت ْد ِعْندي َشْي ئًا َغ ْ َْي َتََْرٍة فَأ‬
َ َْ‫َعطَْي تُ َها إِ ََّّي َها فَ َق َس َمْت َها ب‬
‫ني‬ ِ َ‫ت امرأَةٌ معها اب نَ ت‬
ْ َ َ َ َ ْ ْ َ‫َد َخل‬
ِ َّ ‫اب نَ تَ ي ها وَمل ََتْ ُكل ِمْن ها ُُثَّ قَامت فَخرجت فَ َدخل النَِِّب صلَّى‬
‫ال َم ْن‬ ْ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َعلَْي نَا فَأ‬
َ ‫َخ َ َْبتُهُ فَ َق‬ َ ُّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َْ ْ
‫ات بِ َش ْي ٍء ُك َّن لَهُ ِس ْ ًْتا ِم ْن النَّار‬ِ َ‫اب تُلِي ِمن ه ِذ ِه الْب ن‬
َ َ ْ َ ْ
datang seorang perempuan membawa dua orang anaknya ke rumah Syd. Aisya meminta
sesuatu untuk bisa dimakan, ternyata di rumahnya hanya ada satu kurma dan akhirnya kurma
itu dibaginya menjadi dua. Hingga Nabi dawuh “Barangsiapa yang diserahi anak perempuan
lalu ia mendidiknya dengan baik anak-anak mereka menjadi penghalang dirinya dari api
neraka.
Dari kisah tersebut dapat kita gambarkan betapa beliau ringan tangan untuk memberi walaupun
itu satu-satunya makanan yang beliau miliki.
Dari penjelasan di atas benang merah yang bisa ditarik, di bulan suci Ramadhan karakteristik
Syd. Aisyah bisa menjadi tauladan bagi kita. Di dalam kitab Nihayatuz Zain fi Irsyadil
Mubtadi’in hal. 194 karangan Imam Nawawi, salah satu kesunnahan di bulan ramadan yaitu
memperbanyak sedekah karena hal tersebut sangat dianjurkan Nabi. Jadi Nabi memang pada
dasarnya senang sekali bersedekah tetapi ketika bulan ramadan beliau mempersering aktifitas
tersebut. Sebagaimana sebuah hadits:

‫يل‬ِِ ِ
َ ‫َج َو ُد َما يَ ُكو ُن ِِف َرَم‬ ِ ‫َج َوَد الن‬ ُّ ِ‫َكا َن الن‬
ُ ‫ني يَ ْل َقاهُ ج َْب‬
َ ‫ ح‬، ‫ضا َن‬ ْ ‫ َوأ‬، ‫َّاس‬ ْ ‫َِّب – صلى هللا عليه وسلم – أ‬
َِّ ‫ول‬
– ‫اَّلل‬ ٍِ
َ ‫السالَ ُم – يَ ْل َقاهُ ِِف ُك ِل لَْي لَة م ْن َرَم‬
ُ ‫ فَيُ َدا ِر ُسهُ الْ ُق ْرآ َن فَلََر ُس‬، ‫ضا َن‬ َّ ‫يل – َعلَْي ِه‬ِِ
ُ ‫ َوَكا َن ج َْب‬،
‫يح الْ ُم ْر َسلَ ِة‬ِ ‫َجو ُد ِِب ْْلَِْْي ِم َن‬
ِ ‫الر‬ َ ْ ‫صلى هللا عليه وسلم – أ‬
“Nabi Saw. adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah
lebih membara lagi ketika bulan Ramadan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui
beliau setiap malam di bulan Ramadan. Jibril mengajarkan Alquran kala itu. Dan Rasul
Saw. adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.”

Sekian yang bisa saya sampaikan,


Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq, Wassalamu alaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai