Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERLAKUAN PANAS

HARDENING

Di Susun oleh :
Rahma aristo p (02.2016.1.09271)
R.Achmad supriyadi (02.2016.1.09276)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHITAMA SURABAYA
2020
BAB I. PENDAHULUAN

Sejak zaman dulu metode heat treatment telah digunakan oleh orang-orang untuk
mengubah sifat-sifat mekanik logam sesuai dengan keinginannya, contohnya dalam pembuatan
alat-alat perang seperti ujung tombak pedang serta tameng. Ini menunjukan bahwa heathreatment
adalah metode paling mudah dan baik yang dapat digunakan mengubah sifat-sifat mekanik dari
suatu material. Pada zaman dahulu logam yang baik dianggap adalah logam yang keras dan kuat
karena penggunannya hanya semata untuk peralatan peralatan yang sederhana seperti pedang,
ujung tombak dan yang lainnya. Oleh karena itu metode perlakuan panas yang digunakan belum
bervariasi, nanti kemudian dizaman moderen ketika qualitas logam tidak hanya diukur dari
kekuatan dan kekerasaanya tetapi dari terpenuhinya sifat-sifat mekanik lain yang sesuai dengan
kebutuhan, baru kemudian berkembang metode-metode Heathreatment untuk menghasilkan
sifat-sifat mekanik yang dibutuhkan.
Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan logam atau paduan dalam
keadaan padat dengan tujuan mengubah sifat-sifatnya. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai
proses pemanasan dan pendinginan logam besi terutama berbagai jenis baja di mana beberapa
sifat khusus seperti kelunakan , kekerasan , tarik – kekuatan, ketangguhan dll , diinduksi dalam
logam ini untuk mencapai tujuannya. Teori perlakuan panas didasarkan pada kenyataan bahwa
perubahan terjadi pada struktur dalam logam dengan pemanasan dan pendinginan yang
menginduksi sifat-sifat yang diinginkan di dalamnya. Laju pendinginan adalah factor kendali
utama. Cepatnya pendinginan logam dari atas kisaran kritis, menghasilkan struktur yang keras.
Sedangkan pendinginan yang sangat lambat menghasilkan pengaruh sebaliknya yaitu struktur
yang lunak.

Dalam setiap perlakuan panas , laju pemanasan dan pendinginan sangat penting. Bahan
yang keras sulit untuk dibentuk dengan pemotongan, pembentukan dll. Oleh karenanya supaya
bahan mudah dibentuk dengan pemotongan , pembentukan dan lain lain maka diperlukan proses
perlakuan panas untuk melunakkannya. Sehingga bahan tersebut memiliki sifat mampu mesin.
BAB II PEMBAHASAN

Bahan-bahan pada saat sekarang khususnya logam semakin baik dan rumit, digunakan
pada peralatan modern yang memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue
yang tinggi disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta peningkatan
frekwensi pembebanan pada komponen. Untuk mendapatkan kekuatan dari bahan tersebut dapat
dilakukan  dengan proses perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan
pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Melalui
perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar
atau diperkecil, ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang
keras disekeliling inti yang ulet. Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama
yaitu Fe, hanya kadar karbon lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja
dewasa ini sangat luas mulai dari perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat –
alat dan mesin berat. Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja)
terhadap penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras penetrator). Kekerasan meru-
pakan suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh un-sur-unsur paduannya dan
kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold worked seperti
pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain-lain serta kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan
dengan perlakuan panas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain;
Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan, dan
lain-lain Proses hardening cukup banyak dipakai di Industri logam atau bengkel-bengkel logam
lainnya.Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan supaya tahan
terhadap tusukan atau tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi, poros-poros dan
lain-lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan produksi, waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produksi adalah merupakan masalah yang sangat sering
dipertimbangkan dalam Industri dan selalu dicari upaya-upaya untuk mengoptimalkannya.
Pengoptimalan ini dilakukan mengingat bahwa waktu (lamanya) menyelesaikan suatu produk
adalah berpengaruh besar terhadap biaya produksi.
Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas daerah kritis
disusul dengan pendinginan yang cepat. Untuk proses ini dilakukan dengan input panas dan
transfer panas dalam waktu pendek. Tujuan hardening untuk merubah struktur baja sedemikian
rupa sehingga diperoleh struktur martensit yang keras. Prosesnya adalah baja dipanaskan sampai
suhu tertentu antara 770-830º C (tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu
tersebut, beberapa saat kemudian didinginkan secara mendadak dengan mencelupkan dalam air,
oli atau media pendingin yang lain. Dengan pendinginan yang mendadak, tidak ada waktu yang
cukup bagi austenit untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan
yang cepat menyebabkan austenit berubah menjadi martensit. Hasilnya keuletan tinggi.

Di dalam hardening baja hipoeutectoid dipanaskan 30-50 Oc diatas upper critical


temperatur, sementara baja hypereutectoid dipanaskan 30-50 Oc diatas lower critical temperatur.
Tergantung pada ketebalan dari komponen, baja ditahan pada temperatur ini untuk waktu yang
diperlukan dan kemudian didinginkan pada media pendinginan yang sesuai seperti udara, brine,
oil dan udara. Baja hypoeutectoid terdiri dari ferrit dan peaalit sementara baja hypereutectoid
terdiri dari pearlit dan cementit. Saat memanaskan diatas temperatur kritis, strukturnya terdiri
dari unsur pokok tunggal dinamakan austenit. Saat pendinginan cepat, austenit berubah menjadi
unsur pokok mikro dinamakan maartensit. Martensit mungkin disebut solusi titik jenuh dari
karbon pada α-iron dimana sangat kuat dan rapuh. Kekerasan pada baja akibat dari martensit.

            Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue
limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon
dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur
autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian
penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

Langkah-langkah proses hardening adalah sebagai berikut :

A. Melakukan pemanasan (heating) untuk baja karbon tinggi  200-300   diatas Ac-1 pada
diagram Fe-Fe3C, misalnya pemanasan sampai suhu 8500, tujuanya adalah untuk
mendapatkan struktur Austenite, yang salah sifat Austenite adalah tidak stabil pada suhu
di bawah Ac-1,sehingga dapat ditentukan struktur yang diinginkan. Dibawah ini diagram
Fe-Fe3C  dibawah ini :
                        Gambar :  diagram keseimbangan Fe-Fe3C

B. Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan


maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur
pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya
homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur
paduannya.  Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja:

1. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung
karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 – 15 menit setelah
mencapai temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
2. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding time
15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
3. Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang
diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal
benda, atau 10 sampai 30 menit.
4. High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling panjang di antara
semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pema-nasannya. Juga
diperlukan kom-binasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan
menggunakan 0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit,
maksimum 1 jam.
5. Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada
10000 C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat
besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel
Memerlukan temperatur pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk
mencegah terjadinya pertumbuhan butir holding time diambil hanya beberapa menit
saja. Misalkan kita ambil waktu holding adalah selama 15 menit pada suhu 8500 .
C. Pendinginan. Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan
menggunakan media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite,
semakin banyak unsur karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan
semakin banyak. Karena martensite terbentuk  dari fase Austenite yang didinginkan
secara cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan
terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong
antar atomnya kecil,sehingga kekerasanya meningkat.

Dari diagaram pendinginan diatas dapat dilihat bahwa dengan pendinginan cepat (kurva
6) akan menghasilkan struktur martensite karena garis pendinginan lebih cepat daripada
kurva 7 yang merupakan laju pendinginan kritis (critical cooling rate) yang nantinya akan
tetap terbentuk fase austenite (unstable). Sedangkan pada kurva 6 lebih cepat daripada kurva
7,sehingga terbentuk struktur martensite yang kekerasanya berkisar antara 600 BHN-750
BHN, tetapi bersifat rapuh karena tegangan dalam yang besar. Jadi  dapat disimpulkan bahwa
dengan proses hardening pada baja karbon tinggi akan meningkatkan kekerasanya. Dengan
meningkatnya kekerasan, maka efeknya terhadap kekuatan adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena dengan meningkatnya


kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada pengujian impact
beban yang bekerja adalah beban geser dalam satu arah , maka tegangan dalam akan
mengurangi kekuatan impact.
2. Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada
pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang berlawanan dengan arah
dari tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan meningkatkan
kekuatan tarik dari suatu material.

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa material akan dipanaskan terlebih dahulu
hingga mencapai titik dimana dapat ditemui austenite yang berguna sebagai pengeras
pada proses karena akan berubah menjadi martensit jadi suhu yang dicapai saat proses
pemanasan adalah suhu dimana austenite mulai terbentuk. Pada gambar diatas dapat
dilihat terdapat proses holding time, dimana proses holding timeberfungsi dimana saat
sudah mencapai suhu saat austenite terbentuk untuk menahan hingga beberapa menit agar
struktur mikro pada material yang dipanaskan mencapai keseragaman. Penseragaman ini
bertujuan agar austenite semakin banyak terbentuk sehingga saat didinginkan nanti
semakin banyak martensit yang didapatkan.

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja dalam
bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan
jalan heat treatment.Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai
tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja.
Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase
Keseimbangan.

A. Jenis-jenis Perlakuan Panas

Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :

1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan) Tujuan umum dari perlakuan panas jenis
Near Equilibriumini diantaranya adalah untuk : melunakkan struktur kristal, menghaluskan
butir, menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis dari
perlakukan panas Near Equibrium, misalnya: Full Annealing (annealing), Stress relief
Annealing, Spheroidizing, Normalizing danHomogenizing. Berikut dibawah ini merupakan
penjelasannya :

a. Full Annealing (annealing)


Pada proses pelunakkan atau annealing merupakan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan perlit yang kasar (coarse perlite) tetapi luna dengan pemanasan
sampai austenisasi dan didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas
(furnace), yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa
hal juga memperbaiki machinability. Disamping itu juga pelunakan
dilakukan untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam
yang meyebabkan material berprilaku getas (Dieter, 1996).
b. Stress relief Annealing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akib at
proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah
0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa
martensite. Caranya dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi
perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbul yang namanya tegangan
dalam atau tegangan sisa dan untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan
proses Stress relief Annealing.Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai
hasil dari salah satu faktor yang disebutkan diatas harus dapat dihilangkan agar sifat
yang diinginkan dari komponen yang terbuat dari logam tersebut dapat dicapai.
Proses penghilangan tegangan sisa dilakukan biasanya dengan cara memanaskan
benda kerja dibawah temperatur A1. Penghilangan tegangan sisa dari baja dilakukan
dengan memanaskan baja tersebut pada temperatur sekitar 550-700°C, tergantung
pada jenis baja yang diproses.Kemudian benda kerja ditahan pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang
merata diseluruh benda kerja selanjutnya didinginkan di dalam tungku.
c. Spherodized Annealing
Spherodized Annealingmerupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan
strukturcarbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses
Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar Karbon
tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja
hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang
“terbungkus” oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented
network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah.
Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan
proses spheroidizing.
d. Normalizing
adalah bagian dari proses heat treatment. Memanaskan baja dengah suhu 40°C-
50°C diatas kritikal temperature (A3 atau Acm), ditahan selama beberapa waktu,
dan didinginkan di suhu udarakamar normal. Dan setelah mendapat perlakuan
normalizing, hasil dari mikro struktur menjadi pearlitic. Material terutama carbon
steelakan mengalami perubahan struktur dan grain sizekarena efek dari
pemanasan dan pendinginan akibat dari proses pengelasan. Struktur yang tidak
homogen ini menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut
memiliki sifat yang lebih keras namun ketangguhannya lebih rendah. Untuk
mengembalikan kepada sifat yang diinginkan terutama dalam ketangguhannya
maka struktur yang berubah tadi dikembalikan lagi ke struktur yang semula melalui
pemanasan pada waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula, tergantung
dari jenis materialnya (Nugroho dkk, 2014).
e. Homogenizing
Homogenizing adalah suatu pemanasan pada temperatur tinggi didaerah fasa
austenit, jauh diatas titik kritis.Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek
segregasi kimia akibat proses pembekuan lambat ingot/billet dan untuk memperbaiki
mampu pengerjaan panas (hot workability).

2. Non Equilirium (Tidak setimbang) Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Non
Equilibriumini adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis
dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya: Hardening, Martempering, Austempering,
Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction
hardening). Berikut dibawah ini merupakan penjelasannya mengenai jenis-jenis perlakuan
panas tidak seimbang :

a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan
kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju
suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan
dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan
kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu
keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh karena itu
maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras
melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan
alih wujud. Kekerasan yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini
diringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya
dilakukan pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
b. Martempering
Martempering adalah proses perlakuan panas umum yang mengquenching material
ke suhu menengah tepat di atas suhu awal martensit dan kemudian mendinginkan
udara melalui rentang transformasi martensit ke suhu kamar (Krishna dkk, 2013).
c. Austempering
Austempering adalah proses perlakuan panas yang dikembangkan langsung dari
diagram transformasi isothermal untuk memperoleh struktur yang seluruhnya bainite.
Pendinginan dilakukan dengan quenching sampai temperatur di atas Ms dan
dibiarkan demikian sampai transformasi menjadi bainite selesai.Secara umum proses
austempering terdiri dari Fully austenitizing besi pada temperatur austenitizing,
Quenching pada temperatur austempering dan Pendinginan udara pada suhu kamar
(Umardani, 2010).
d. Surface Hardening
Proses pengerasan permukaan (surface hardening) adalah suatu perlakuan
(treatment) yang diterapkan pada suatu logam agar diperoleh sifat-sifat tertentu. Dan
agar dicapai hasil yang memadai, maka pelaksanaan dari suatu perlakuan harus
memperhitungkan aspek metalurgi dan peralatan yang tersedia, supaya supaya dapat
dipilih proses-proses perlakuan yang sesuai pada suatu logam untuk maksud tertentu
dengan ekonomis, juga agar dapat ditentukan tingkat kualitas yang akan
dihasilkan.Yang termasuk surface hardening adalah Carburizing, Nitriding,
Cyaniding, Flame hardening dan Induction hardening.

B. Macam-macam Media Pendingin Perlakuan Panas

Pemilihan media pendinginan akan berpengaruh terhadap hasil perlakuan panas pula,
berikut merupakan beberapa media pendingin yang sering digunakan :

a. Air
Air memiliki massa jenis yang besar daripada air garam, kekentalannya rendah sama
dengan air garam. Laju pendinginan air lebih lambat dari pada air garam.Pendinginan
dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan yang cepat. Biasanya
ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai usaha mempercepat turunnya
temperatur benda kerja dan mengakibatkan bahan menjadi keras. Air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Pada
kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) – 100°C, air berwujud
cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan
titik didih (boiling point) air. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air
memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.Sifat ini memungkinkan air
tidak menjadi panas atau dingin dalam seketika. Air memerlukan panas yang tinggi
dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air
menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Oleh
karena itudalam penelitian ini digunakan air es dalam proses pendinginan setelah
proses Heat Treatment karena dapat mendinginkan logam yang telah dipanaskan
secara cepat. Suhu air es berkisar antara 0°C-5°C, densitas (berat jenis) air
maksimum sebesar 1 g/cm3 terjadi pada suhu 3,95°C. Pada suhu lebih besar maupun
lebih kecil dari 3,95° C, densitas air lebih kecil dari satu (Moss, 1993 ; Tebbut,
1992).

b. Minyak / oli
Minyak/oli memberi pendinginan yang lambat, minyak/oli ini sering digunakan
diindustri. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan
dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju
pendinginannya lambat.Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam
perlakuan panasadalah benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus
digunakan sebagaibahan pendingin pada proses perlakuan panas, dapat juga
digunakan oli,minyak bakar atau solar.
c. Udara
Udara memberi pendinginan yang perlahan-lahan.Udara tersebut ada yang disirkulasi
dan adapula yang tidak.Untuk keperluan tersebut udara yang disirkulasikan ke dalam
ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang rendah. Udara sebagai pendingin
akan memberikan kesempatan kepada logam untuk membentuk kristal – kristal dan
kemungkinan mengikat unsur – unsur laindari udara. Adapun pendinginan pada
udara terbuka akan memberikan oksidasi oksigen terhadap proses pendinginan.
d. Air garam
Air garam memberi pendinginan yang cepat dan merata, air garam lebih serin
digunakan untuk proses hardening dari pada air.Garam dipakai sebagai bahan
pendingin disebabkan memiliki sifat mendinginkan yang teratur dan cepat. Bahan
yang didiginkan di dalam cairan garam yang akan mengakibatkan ikatannya menjadi
lebih keras karena pada permukaan benda kerja tersebut akan meningkat zat arang.
Kemampuan suatu jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbedabeda,
perbedaan kemampuan media pendingin disebabkan oleh temperatur, kekentalan,
kadar larutan dan bahan dasar media pending.

Ukuran butir yang diperoleh dengan pendinginan udara dan air makin halus. Dengan media air
proses pendinginan berlangsung sangat cepat, maka kesempatan pertumbuhan butir terhambat
sehingga ukuran butir lebih halus dari udara dan pasir.(Nuraini dkk, 1996).

Pada saat pendinginan juga akan berpengaruh pada hasil akhir dimana pada material yang
medianya lebih cepat mendinginkan maka akan menghasilkan material yang cenderung keras
dan getas sedangkan proses pendinginan yang lebih lama material akan cenderung lebih ulet.
Karena pada media yang pendinginan nya cepat martensit cepat terbentuk sempurna.

C. Tempering

Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper. Untuk
menghasilkan suatu produk yang menuntut keuletan dan tahan terhadap gesekan perlu dilakukan
proses pemanasan ulang atau temper. Pengaruh dari suhu temper ini akan menurunkan tingkat
kekerasan dari logam. Kekerasan merupakan sifat ketahanan dari bahan terhadap
penekanan.Tujuan dari dilakukannya proses tempering adalah untuk meningkatkan keuletan,
toughness, dan ukuran butir dari matriks. Secara umum baja dilakukan tempering (pemanasan
kembali) setelah dilakukan proses hardening, supaya mendapatkan sifat mekanik yang
diinginkan, selain itu juga untuk mengurangi tegangan hasil proses quenching, pengelasan, dan
pemesinan.
BAB III KESIMPULAN

Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan


kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu
pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan
(pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan
dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang
merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut.

Anda mungkin juga menyukai