Makalah Perbankan
Makalah Perbankan
KELOMPOK 4
Disusun Oleh :
1. Aulia Aliza Aris
2. Gilang Damar Satrio
3. Muhammadh Syyid Abdilalah
4. Nidya Fadillah Salma
5. Saniyyah Ramadhan Setiadi
1
Daftar Isi
Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
1. PENGERTIAN DAN FUNGSI PERBANGKAN.........................................................5
2. PENGERTIAN ASURANSI.......................................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
Kesimpulan......................................................................................................................16
Daftar Pustaka..................................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Ekonomi syariah semakin memasyarakat di Indonesia. Salah satu sektor ekonomi
yang juga berkembang berdasarkan sistem syariah adalah industry asuransi. Seiring
dioperasikannya perbankan syariah, timbul pula keinginan untuk mendirikan asuransi
berdasarkan syariah. Di samping sebagai mitra operasional perbankan syariah, juga untuk
memenuhi kebutuhan ummat Islam di Indonesia yang ingin terhindar dari sistem asuransi
konvensional yang bersifat maisir (gambling, peruntung-untungan), gharar
(ketidakjelasan, uncertainty, ketidakpastian,) dan riba (bunga). Asuransi syariah atau
asuransi Islam menerapkan kebersamaan dalam menanggung resiko yang diakibatkan oleh
musibah atau risk sharing (berbagi resiko), berbeda dengan asuransi konvensional yang
menerapkan risk transfer (transfer resiko). Para peserta asuransi syariah diharapkan
mempunyai kesepakatan untuk saling bertanggung jawab, bekerja sama, saling
melindungi, dan berbagi kesusahan antara satu sama lain. (Jurnal: Manajemen Syariah
Dalam Praktek Pengupahan Karyawan Perusahaan Syariah, oleh: Arijulmanan)
Setiap orang akan senantiasa berhadapan dengan kemungkinan terjadinya
malapetaka dan bencana yang membawa kerugian dalam hidupnya. Sebagai seorang
muslim, kita yakini bahwa rangkaian peristiwa tersebut bisa jadi berupa cobaan, teguran
maupun azab yang datangnya dari Allah. Dalam tataran tersebut, semuanya berada dalam
bingkai jargon agama qadha dan qadar Allah yang berlaku bagi semua mahluk-Nya.
Manusia dituntut untuk menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan segala upaya, ikhtiyar
dan do’a agar apa yang menderanya dapat diminimalisir dampak yang diakibatkannya.
Risiko di masa mendatang dapat berupa sakit, kecelakaan, bahkan kematian. Dalam dunia
bisnis, risiko yang dihadapi dapat berupa kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau
kehilangan maupun risiko-risiko lainnya. Oleh karena itu, setiap resiko harus
ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Untuk mengurangi risiko yang tidak kita inginkan dimasa yang akan datang, orang
kemudian membutuhkan suatu model untuk dapat menanggung berbagai kerugian yang
akan ditanggung. Salah satu cara menghadapi kemungkinan terjadinya bencana atau
3
malapetaka tersebut ialah dengan menyimpan atau menabung uang. Dalam hal ini,
perusahaan yang mau dan sanggup menanggung setiap resiko yang akan dihadapi oleh
nasabahnya adalah perusahaan asuransi.
Sistem atau akad yang dijalankan pada perusahaan asuransi ternyata tidak sejalan
dengan prinsip dasar yang ada dalam ajaran Islam, maka untuk memenuhi tujuan yang
sama, dengan tetap berjalan pada ajaran pokok Islam, ditemukan satu formulasi sistem
tersendiri, yang selanjutnya dikenal dengan nama asuransi takâful. Sistem ini didasarkan
pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (ta’âwanu alâ al-birri wa
al-taqwâ). Berbeda dengan konsep dasar asuransi non-Islam atau konvensional yang
mendasarkan akad sistemnya pada sistem jual beli (sistem tabâdulî).
III. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian dan Fungsi Perbankan
b. Untuk mengetahui Perbandingan Bank Konvensional dan Bank Syariah
c. Untuk memahami Riba, Bunga dalam Islam
d. Untuk mengetahui Ketentuan Deposito, Obligasi, dan Kredit dalam Islam
e. Untuk mengetahui Pengertian Asuransi
f. Untuk memahami Pengertian Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
g. Untuk mengetahui Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
Secara garis besar riba dikelompokan menjadi dua bagian masing-masing
adalah riba utang piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi
riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua adalah riba jual beli yaitu riba
fadhl dan riba nasi’ah.
Riba qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap orang yang berhutang
Riba jahiliyyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena sipeminjam
tidak mampu mebayar utangnya pada waktu yang ditetapkan
Riba fadhl yaitu pertukuran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang
ribawi
Riba nasi’ah yaitu penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Muncul karena
adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini
dengan yang diserahkan kemudian.
Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil, para pengambil riba
menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha dan
mengembalikannya, misalnya dua puluh lima persen lebih tinggi dari yang
dipinjamkannya.
8
Untuk itulah islam menjauhi sistem bunga dalam sistem perbankan konvensional yang
merupakan bagian dari praktik riba, dengan memberikan solusi yaitu bagi hasil bagi
pemilik dana.
9
C. Ketentuan Deposito, Obligasi, dan Kredit dalam Islam
a. Ketentuan Deposito
Deposito termasuk akad wadi’ah yang artinya titipan uang, barang, dan surat
berharga. Bank islam dalam operasinya menghimpun dana dari masyarakat dengan cara
menerima deposito berupa uang, barang, dan surat berharga sebagai amanah yang
wajib dijaga keselamatannya oleh bank islam.
Pada sisi lain bank berhak untuk menggunakan dana yang didepositokan itu
tanpa harus membayar imbalannya (riba), tetapi bank harus menjamin dapat
mengembalikan dana itu pada waktu pemiliknya memerlukannya. Bank sebagai
penerima dana dari masyarakat berjangka 1, 3, 6, 12 bulan dan seterusnya sebagai
penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya mendapat nisbah
bagi hasil keuntungan yang lebih kecil daripada mudharabah dan bagi hasil yang
diterima bank dalam pembiayaan kredit nasabah dibayar tiap bulan.
b. Ketentuan Obligasi
Obligasi berdasarkan definisinya adalah suatu surat berharga jangka panjang
yang bersifat utang yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi dengan
kewajiban membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh
tempo.
Dalam ajaran islam kegiatan/usaha bisnis diketegorikan kegiatan tijarah. Obligasi
dalam kaca mata konvensional tidak dapat dilepaskan dari sistem riba/bunga. Batasan-
batasan obligasi yang diperbolehkan dalam syari’ah islam yaitu:
1. Obligasi tidak dibenarkan menurut syari’ah yaitu obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.
2. Obligasi yang dibenarkan menurut syari’ah yaitu obligasi yang berdasarkan
prinsip-prinsip syari’ah
Akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syari’ah, antara lain:
1. Mudharabah
2. Murabahah
3. Salam
4. Istishna
10
5. Ijarah
11
lain berkewajiban memeberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika
terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Sedangkan, Dalam Ensklopedi Indonesia disebutkan bahwa asuransi ialah
jaminan atau perdagangan yang diberikan oleh penanggung (biasanya kantor asuransi)
kepada yang tertanggung untuk risiko kerugian sebagai yang ditetapka didalam surat
perjanjian (polis) bila terjadi kebakaran, kecurian, kerusakan dan sebagainya ataupun
mengenai kehilangan jiwa (kematian) atau kecelakaan lainnya, dengan yang
tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan kepada penanggung tiap-tiap
bulan.
12
Ketentuan-ketentuan dalam Islam yang berkaitan dengan asuransi adalah tidak
boleh mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), dan riba. Unsur
gharar dalam asuransi konvesional terletak pada bentuk akadnya, yaitu akad tabadduli
atau akad pertukaran. Syarat akad tabadduli adalah harus jelas besar pembayaran premi
yang harus dibayar oleh peserta dan besar uang pertanggungan yang akan diterima oleh
peserta. Hal ini menjadi tidak jelas, karena tidak dapat ditentukan jumlah premi yang
harus dibayarkan secara tepat karena jumlah premi amat tergantung pada takdir. Solusi
yang dilakukan dalam menghindari sifat gharar ini dalah dengan mengganti sifat
tabadduli dengan akad takaffuli atau akad tabarru.
Unsur maysir yang terkandung dala asuransi konvensional pada saat peserta
mengundurkan diri dari kepersertaan, ia tidak akan menerima kembali yang telah
dibayarkan, kecuali sebagian kecil saja. Akibatnya peserta mengalami kerugian,
sedangkan perusahaan mendapatkan keuntungan. Pada asuransi syariah, hal ini tidak
terjadi, karena rekening peserta beserta hasil investasinya akan dikembalikan kepada
peserta, kecuali dana yang ada pada rekening tabarru.
Unsur riba dieliminir dengan konsep mudharabah dalam menginvestasikan
dana peserta. Kemudianhasilnya akan dibagikan kepada peserta dan pengelola
(perusahaan asuransi) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal akad.
Pada awalnya asuransi konvensial dibenarkan beroperasi untuk orang Islam,
tetapi pada umumnya apa saja bentuk kontrak yang dibuat dalam asuransi konvensional
tidaklah berdasarkan syariah, yang hal tersebut dilarang dalam Islam karena
terdapatnya perbedaan antara asuransi konvensional dengan asuransi syariah.
15
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Bank syari’ah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga yang produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
Sedangkan Bank konvensional sendiri adalah bank yang system operasinya diterapkan
atas dasar kemampuan menghimpun dana masyarakat melalui pelayanan dan sistem
bunga yang menarik. Bank Syariah melakukan investasi yang halal saja, hubungan
dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan, berdasarkan prinsip bagi hasil, jual
beli, atau sewa, beorientasi pada keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan dunia
akhirat. Sedangkan, Bank Konvensional investasi yang halal dan haram, hubungan
dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditor-kreditor memakai perangkat bunga.
II. Saran
Sebagai orang muslim dan muslimin seharusnya kita bangga karena di dalam
kitab suci Al-Quran telah diatur segalanya, dan non muslimpun harus menyambut baik
lembaga-lembaga keungan dan sistem ekonomi tanpa riba atau bunga. Riba dapat
merugikan siapapun, karena riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil,
16
para pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar
berusaha dan mengembalikannya, misalnya dua puluh lima persen lebih tinggi dari
yang dipinjamkannya. Untuk itulah islam menjauhi sistem bunga dalam sistem
perbankan konvensional yang merupakan bagian dari praktik riba, dengan memberikan
solusi yaitu bagi hasil bagi pemilik dana.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Yunus Daulay, Nadirah Naimi. 2014. Studi Islam 2. Medan: Ratu Jaya
Amir Machmud, Rukmana. 2010. Bank Syariah. Ciracas, Jakarta: Erlangga
Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hasan, Ali. 1996. Zakat, Pajak Asuransi, dan Lembaga Keungan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
https://media.neliti.com/media/publications/56493-ID-asuransi-dalam-perspektif-
hukum-islam.pdf
http://jurnal.stailhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view108
18