Anda di halaman 1dari 18

PERBANKAN DAN ASURANSI MENURUT ISLAM

KELOMPOK 4

Disusun Oleh :
1. Aulia Aliza Aris
2. Gilang Damar Satrio
3. Muhammadh Syyid Abdilalah
4. Nidya Fadillah Salma
5. Saniyyah Ramadhan Setiadi

SMA NEGERI 1 BABELAN


Jl. Raya Taman Kebalen Indah Kec. Babelan – Bekasi17610
Telp. (021) 89132678

1
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
1. PENGERTIAN DAN FUNGSI PERBANGKAN.........................................................5
2. PENGERTIAN ASURANSI.......................................................................................11
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
Kesimpulan......................................................................................................................16
Daftar Pustaka..................................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Ekonomi syariah semakin memasyarakat di Indonesia. Salah satu sektor ekonomi
yang juga berkembang berdasarkan sistem syariah adalah industry asuransi. Seiring
dioperasikannya perbankan syariah, timbul pula keinginan untuk mendirikan asuransi
berdasarkan syariah. Di samping sebagai mitra operasional perbankan syariah, juga untuk
memenuhi kebutuhan ummat Islam di Indonesia yang ingin terhindar dari sistem asuransi
konvensional yang bersifat maisir (gambling, peruntung-untungan), gharar
(ketidakjelasan, uncertainty, ketidakpastian,) dan riba (bunga). Asuransi syariah atau
asuransi Islam menerapkan kebersamaan dalam menanggung resiko yang diakibatkan oleh
musibah atau risk sharing (berbagi resiko), berbeda dengan asuransi konvensional yang
menerapkan risk transfer (transfer resiko). Para peserta asuransi syariah diharapkan
mempunyai kesepakatan untuk saling bertanggung jawab, bekerja sama, saling
melindungi, dan berbagi kesusahan antara satu sama lain. (Jurnal: Manajemen Syariah
Dalam Praktek Pengupahan Karyawan Perusahaan Syariah, oleh: Arijulmanan)
Setiap orang akan senantiasa berhadapan dengan kemungkinan terjadinya
malapetaka dan bencana yang membawa kerugian dalam hidupnya. Sebagai seorang
muslim, kita yakini bahwa rangkaian peristiwa tersebut bisa jadi berupa cobaan, teguran
maupun azab yang datangnya dari Allah. Dalam tataran tersebut, semuanya berada dalam
bingkai jargon agama qadha dan qadar Allah yang berlaku bagi semua mahluk-Nya.
Manusia dituntut untuk menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan segala upaya, ikhtiyar
dan do’a agar apa yang menderanya dapat diminimalisir dampak yang diakibatkannya.
Risiko di masa mendatang dapat berupa sakit, kecelakaan, bahkan kematian. Dalam dunia
bisnis, risiko yang dihadapi dapat berupa kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau
kehilangan maupun risiko-risiko lainnya. Oleh karena itu, setiap resiko harus
ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Untuk mengurangi risiko yang tidak kita inginkan dimasa yang akan datang, orang
kemudian membutuhkan suatu model untuk dapat menanggung berbagai kerugian yang
akan ditanggung. Salah satu cara menghadapi kemungkinan terjadinya bencana atau
3
malapetaka tersebut ialah dengan menyimpan atau menabung uang. Dalam hal ini,
perusahaan yang mau dan sanggup menanggung setiap resiko yang akan dihadapi oleh
nasabahnya adalah perusahaan asuransi.
Sistem atau akad yang dijalankan pada perusahaan asuransi ternyata tidak sejalan
dengan prinsip dasar yang ada dalam ajaran Islam, maka untuk memenuhi tujuan yang
sama, dengan tetap berjalan pada ajaran pokok Islam, ditemukan satu formulasi sistem
tersendiri, yang selanjutnya dikenal dengan nama asuransi takâful. Sistem ini didasarkan
pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (ta’âwanu alâ al-birri wa
al-taqwâ). Berbeda dengan konsep dasar asuransi non-Islam atau konvensional yang
mendasarkan akad sistemnya pada sistem jual beli (sistem tabâdulî).

II. Rumusan Masalah


a. Apa Pengertian dan Fungsi Perbankan?
b. Apa saja Perbandingan Bank Konvensional dan Bank Syariah?
c. Apa itu Riba, Bunga dalam Islam?
d. Bagaimana Ketentuan Deposito, Obligasi, dan Kredit dalam Islam?
e. Apa Pengertian Asuransi?
f. Apa Pengertian Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah?
g. Apa saja Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah?

III. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian dan Fungsi Perbankan
b. Untuk mengetahui Perbandingan Bank Konvensional dan Bank Syariah
c. Untuk memahami Riba, Bunga dalam Islam
d. Untuk mengetahui Ketentuan Deposito, Obligasi, dan Kredit dalam Islam
e. Untuk mengetahui Pengertian Asuransi
f. Untuk memahami Pengertian Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
g. Untuk mengetahui Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

4
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian dan Fungsi Perbankan


Perbankan adalah lembaga yang mempunyai peran utama dalam pembangunan
suatu negara. Peran ini terwujud dalam fungsi bank sebagai lembaga intermediasi
keuangan (financial intermediary institution), yakni menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank adalah
lembaga yang melakukan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah
perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syari’ah
telah menjadi bagian tradisi umat islam sejak jaman Rasulullah SAW. Pratik-praktik
seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk
keperluan bisnis serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak jaman
Rasullullah SAW.

A. Perbandingan Bank Konvensional dan Bank Syariah


Bank syari’ah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga yang produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan
Bank konvensional sendiri adalah bank yang system operasinya diterapkan atas dasar
kemampuan menghimpun dana masyarakat melalui pelayanan dan sistem bunga yang
menarik.
Perbedaan pokok antara sistem bank konvensional dengan sistem bank syari’ah
secara ringkas dapat dilihat dari empat aspek yaitu:
a. Falsafah: Pada bank syari’ah, tidak berdasarkan atas bunga, spekulasi, dan
ketidakjelasan, sedangkan pada bank konvensional berdasarkan atas bunga.
b. Operasional: Pada bank syari’ah, dana masyarakat merupakan titipan dan
investasi baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu, sedangkan pada
bank konvensional, dana masyarakat merupakan simpanan yang harus dibayar
bunganya pada saat jatuh tempo. Pada sisi penyaluran, bank syariah menyalurkan
5
dananya pada sektor usaha yang halal dan menguntungkan, sedangkan pada bank
konvensional, aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama.
c. Sosial: Pada bank syari’ah aspek sosial dinyatakan secra eksplisit dan tegas
yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, sedangkan pada bank
konvensional tidak tersirat secara tegas.
d. Organisasi: Bank syari’ah harus memiliki DPS, Sementara itu bank
konvensional tidak memiliki Dewan Pengawas Syari’ah.
Secara umum Bank Islam dalam menjalankan usahanya minimal mempunyai
lima prinsip operasional, yaitu:
1. Prinsip simpanan Giro (Al-Wadiah)
Yaitu fasilitas yang diberikan oleh bank untuk memberikan kesempatan kepada
pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al wadiah, yang
diberikan untuk tujuan keamanan dan pemindah bukuan, bukan untuk tujuan investasi
guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan atau deposito
2. Prinsip bagi hasil (Syirkah)
Meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola
dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana
maupun antara bank dengan nasabah penerimaan dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip
mudharabah dapat digunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan
dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk
pembiayaan.
3. Prinsip jual beli (At-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana
bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengakat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
keuntungan (margin)
4. Prinsip sewa (Al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni,
seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Dalam
6
teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah
kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah.
(2) Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa
dan beli, dimana sipenyewa mempyunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa
sewa (finansial lease)
5. Prinsip jasa (Al-Ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain bank garansi, kliring, inkaso,
jasa transfer, dll. Secara syari’ah prinsip ini didasarkan pada konsep Al-Ajr
walumullah.
Dalam sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai jembatan antara
pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga masih menjadi penyekat antara
keduanya kerena tidak adanya transferability risk dan return. Tidak demikian halnya
sistem perbankan syari’ah dimana perbankan syari’ah menjaddi manajer investasi,
wakil, atau pemegang amanat (custodian) dari pemilik dana atas investasi disektor riil.
Dengan demikian, seluruh keberhasilan dan resiko dunia usaha atau pertumbuhan
ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik dana sehingga menciptakan
suasana harmoni.

B. Riba, Bunga dalam Islam


Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan (az-ziyadah), berkembang
(an-numuw), meningkat (al-irtifa) dan membesar (al-uluw). Dengan kata lain riba
adalah penambahan, pengembangan, peningkatan, dan pembesaran atas pinjaman
pokok yang diterima oleh pemberi pinjaman.
Riba merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang umurnya sudah cukup tua.
Bahkan pada zaman Arab Jahiliyah praktir riba telah ada terutama riba dalam utang
piutang. Riba dalam bentuk apapun merupakan kejahatan kemanusiaan. Riba juga mala
petaka bagi manusia karena bagian dari bentuk eksploitasi yang kuat terhadap yang
lemah.
Dalam Al-Qur’an ditemukan kata riba terulang sebanyak delapan kali, terdapat
dalam empat surah yaitu: al-Baqarah, Ali Imran, al-Nisa dan al-Rum.
7
Dalam surah al-Rum ayat 39 ALLAH berfirman:

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
Secara garis besar riba dikelompokan menjadi dua bagian masing-masing
adalah riba utang piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi
riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua adalah riba jual beli yaitu riba
fadhl dan riba nasi’ah.
 Riba qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap orang yang berhutang
 Riba jahiliyyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena sipeminjam
tidak mampu mebayar utangnya pada waktu yang ditetapkan
 Riba fadhl yaitu pertukuran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang
ribawi
 Riba nasi’ah yaitu penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Muncul karena
adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini
dengan yang diserahkan kemudian.

Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil, para pengambil riba
menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha dan
mengembalikannya, misalnya dua puluh lima persen lebih tinggi dari yang
dipinjamkannya.
8
Untuk itulah islam menjauhi sistem bunga dalam sistem perbankan konvensional yang
merupakan bagian dari praktik riba, dengan memberikan solusi yaitu bagi hasil bagi
pemilik dana.

Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil


Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi
akad dengan asumsi harus selalu hasil dibuat pada waktu akad dengan
untung berpedoman pada kemungkinan
untung atau rugi
Besarnya presentase berdasarkan pada Berdasarkan rasio bagi hasil
jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah keuntungan
dipinjamkan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil bergantung pada
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah keuntungan proyek yang dijalankan.
proyek yang dijalankan oleh pihak Bila usaha merugi, kerugian akan
nasabah untung atau rugi ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat
meningkat sekalipun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan
ekomoni sedang”booming”
Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan
tidak dikecam) oleh semua agama, keabsahan bagi hasil
termasuk islam

9
C. Ketentuan Deposito, Obligasi, dan Kredit dalam Islam
a. Ketentuan Deposito
Deposito termasuk akad wadi’ah yang artinya titipan uang, barang, dan surat
berharga. Bank islam dalam operasinya menghimpun dana dari masyarakat dengan cara
menerima deposito berupa uang, barang, dan surat berharga sebagai amanah yang
wajib dijaga keselamatannya oleh bank islam.
Pada sisi lain bank berhak untuk menggunakan dana yang didepositokan itu
tanpa harus membayar imbalannya (riba), tetapi bank harus menjamin dapat
mengembalikan dana itu pada waktu pemiliknya memerlukannya. Bank sebagai
penerima dana dari masyarakat berjangka 1, 3, 6, 12 bulan dan seterusnya sebagai
penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya mendapat nisbah
bagi hasil keuntungan yang lebih kecil daripada mudharabah dan bagi hasil yang
diterima bank dalam pembiayaan kredit nasabah dibayar tiap bulan.

b. Ketentuan Obligasi
Obligasi berdasarkan definisinya adalah suatu surat berharga jangka panjang
yang bersifat utang yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi dengan
kewajiban membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh
tempo.
Dalam ajaran islam kegiatan/usaha bisnis diketegorikan kegiatan tijarah. Obligasi
dalam kaca mata konvensional tidak dapat dilepaskan dari sistem riba/bunga. Batasan-
batasan obligasi yang diperbolehkan dalam syari’ah islam yaitu:
1. Obligasi tidak dibenarkan menurut syari’ah yaitu obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.
2. Obligasi yang dibenarkan menurut syari’ah yaitu obligasi yang berdasarkan
prinsip-prinsip syari’ah
Akad-akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syari’ah, antara lain:
1. Mudharabah
2. Murabahah
3. Salam
4. Istishna
10
5. Ijarah

c. Ketentuan kredit dan kartu kredit


Kredit secara umum adalah cara penjualan barang dengan pembayaran tidak
secara tunai (diangsur). Kredit juga dimaknai dengan membeli barang dengan harga
berbeda antara pembayaran dalam bentuk tunai dengan tenggang waktu. Pada dasarnya
kredit adalah salah satu bentuk muamalah yang bertujuan untuk membantu sesama
muslim.
Hukum kartu kredit dalam islam, kartu kredit adalah suatu jenis alat
pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat ditukarkan apa
saja yang kita inginkan. Dalam pandangan syariat, maka penggunaan kartu kredit ini
telah terjadi proses tolong-menolong yang diperbolehkan, dimana pemegang kartu
tergolong dalam hal kebutuhan pembayaran dengan uang tunai pada satu sisi, dan disisi
lain pedagang juga tertolong karena barangnya terjual.
Terdapat beberapa perjanjian yang dikenal dalam sistem manajemen
operasional perbankan syari’ah yang berkaitan dengan kartu kredit yaitu:
1. Al-‘ariyah (perjanjian kredit)
2. Al-wakalah (perjanjian pemberian kuasa)
3. Al-kafalah (perjanjian penanggungan)
Ada ketentuan dan batasan dalam penggunaan kartu kredit:
1. Tidak boleh menimbulkan riba
2. Tidak digunakan untuk transaksi objek yang haram atau maksiat
3. Tidak mendorong israf (penggeluaran yang berlebihan antara lain dengan cara
menetapkan pagu)
4. Tidak mengakibatkan hutang yang tidak pernah lunas (ghalabah al-dayn)
5. Pemegang kartu utama harus memiliki kemampuan finansial untuk melunasi
pada waktunya
II. Pengertian Asuransi
Asuransi (al-ta’min) dalam Ensiklopedi Hukum Islam yaitu transaski perjanjian
antara dua pihak dimana pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang

11
lain berkewajiban memeberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika
terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Sedangkan, Dalam Ensklopedi Indonesia disebutkan bahwa asuransi ialah
jaminan atau perdagangan yang diberikan oleh penanggung (biasanya kantor asuransi)
kepada yang tertanggung untuk risiko kerugian sebagai yang ditetapka didalam surat
perjanjian (polis) bila terjadi kebakaran, kecurian, kerusakan dan sebagainya ataupun
mengenai kehilangan jiwa (kematian) atau kecelakaan lainnya, dengan yang
tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan kepada penanggung tiap-tiap
bulan.

A. Pengertian Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


Asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi
ketentuan syariah, tolong-menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan
operator.
Istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful. Takaful
dalam pengertian muamalah ialah sering memikul risiko diantara sesame orang
sehingga antara satu dengan yang lain menjadi penanggung atas risiko yang lainnya,
semuanya dilakukan atas dasar menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkkan dana tabarru’, sumbangan, derma yang ditunjukkan untuk
menanggung risiko.
Konsep Asuransi Islam berasarkan konsep takaful yang merupakan perpaduan
rasa tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Untuk itu harus ada suatu
persetujuan dari para peserta takaful untuk memberikan sumbangan keuangan sebagai
derma (tabarru’) karena Allah semata dengan niat membantu sesame peserta yang
tertimpa musibah. Adapun prinsip-prinsip asuransi Islam adalah:
1. Saling bertanggung jawab
2. Saling bekerja sama untuk bantu membantu
3. Saling melindungi dari segala kesusahan.

12
Ketentuan-ketentuan dalam Islam yang berkaitan dengan asuransi adalah tidak
boleh mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), dan riba. Unsur
gharar dalam asuransi konvesional terletak pada bentuk akadnya, yaitu akad tabadduli
atau akad pertukaran. Syarat akad tabadduli adalah harus jelas besar pembayaran premi
yang harus dibayar oleh peserta dan besar uang pertanggungan yang akan diterima oleh
peserta. Hal ini menjadi tidak jelas, karena tidak dapat ditentukan jumlah premi yang
harus dibayarkan secara tepat karena jumlah premi amat tergantung pada takdir. Solusi
yang dilakukan dalam menghindari sifat gharar ini dalah dengan mengganti sifat
tabadduli dengan akad takaffuli atau akad tabarru.
Unsur maysir yang terkandung dala asuransi konvensional pada saat peserta
mengundurkan diri dari kepersertaan, ia tidak akan menerima kembali yang telah
dibayarkan, kecuali sebagian kecil saja. Akibatnya peserta mengalami kerugian,
sedangkan perusahaan mendapatkan keuntungan. Pada asuransi syariah, hal ini tidak
terjadi, karena rekening peserta beserta hasil investasinya akan dikembalikan kepada
peserta, kecuali dana yang ada pada rekening tabarru.
Unsur riba dieliminir dengan konsep mudharabah dalam menginvestasikan
dana peserta. Kemudianhasilnya akan dibagikan kepada peserta dan pengelola
(perusahaan asuransi) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal akad.
Pada awalnya asuransi konvensial dibenarkan beroperasi untuk orang Islam,
tetapi pada umumnya apa saja bentuk kontrak yang dibuat dalam asuransi konvensional
tidaklah berdasarkan syariah, yang hal tersebut dilarang dalam Islam karena
terdapatnya perbedaan antara asuransi konvensional dengan asuransi syariah.

B. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


a. Asuransi Konvensional
1. Mengandung unsur maysir (judi), gharar (unsur ketidakpastian), dan
riba. Hal ini tidak selaras dengan syariah Islamkarena diharamkan
dalam muamalah.
2. Asuransi konvensional bebas melakukan investasi pada sembarang
tempat yang tidak terbatas pada halal atau haram.
13
3. Asuransi konvensional pengurus dianggap sebagai pekerja dan
gajinya ditetapkan sebagai karyawan biasa.
4. Dalam asuransi konvensional biaya agen ditanggung oleh nasabah.
5. Dalam asuransi konvensional seluruh premi baik yang diterima
maupun yang akan diterima diakui sebagai pendapatan.
6. Dalam asuransi konvensional investasi yang dilakukan untuk
kepentingan perusahaan.
7. Asuransi konvensional hukum yang dipakai yaitu hukum yang
dibuat oleh manusia bersumber dari pikiran manusia.
8. Asuransi konvensional Dewan Pengawas Syariah tidak ada sehngga
dalam praktiknya bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’.
b. Asuransi Syariah
1. Dalam asuransi syariah bersih dari unsur maysir (judi), gharar (unsur
ketidakpastian), dan riba. Asuransi syariah mengandung prinsip
mudharabah, prinsip tolong-menolong dan saling menjamin antara para
peserta asuransi yang satu dengan peserta yang lain.
2. Asuransi syariah investasi dilakukan dengan hal-hal yang diizinkan
syara’ seperti sector riil dengan proyek-proyek mudharabah atau pada
pengusaha yang sudah kuat.
3. Asuransi syariah antara pengurus dan pemilik melakukan kontrak
mudharabah, pengurus sepenuhnya menjadi pelaksana dan tidak
mendapatkan gaji dari perusahaan.
4. Asuransi syariah biaya agen ditanggung oleh perusahaan.
5. Asuransi syariah uang premi nasabah yang berbentuk tabungan diakui
sebagai utang, pendapatan dan sebagai cadangan.
6. Asuransi syariah setiap investasi keuntungannya dibagi dua antara
perusahaan dan nasabah dengan prinsip yang adil.
7. Asuransi syariah dasar hukumnya bersumber dari syariat Islam atau
hukum Allah seperti Al-Quran dan Sunnah Rasul/Nabi.
8. Asuransi syariah ada dewan pengawas syariah yang berfungsi
mengawasi perusahaan asuransi syariah.
14
9. Asuransi syariah menggunakan konsep akuntansi cash basis yang
mengakui apa yang telah ada sedangkan asuransi konvensional
menggunkan sistem accrual basis yang mengakui asset, biaya,
kewajiban yang sebenarnya belum ada.
10. Asuransi syariah dibebani kewajiban membayar zakat dari keuntungan
yang di peeroleh sedangkan asuransi konvensional tidak.
11. Asuransi syariah menggunakan sistem sharing of risk di mana terjadi
proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya
(ta’awun), sedangkan pada asuransi konvensional yang dilakukan
adalah transfer of risk, di mana terjadi pengalihan risiko dari
tertanggung (klien) kepada penanggung (perusahaan).

15
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Bank syari’ah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga yang produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
Sedangkan Bank konvensional sendiri adalah bank yang system operasinya diterapkan
atas dasar kemampuan menghimpun dana masyarakat melalui pelayanan dan sistem
bunga yang menarik. Bank Syariah melakukan investasi yang halal saja, hubungan
dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan, berdasarkan prinsip bagi hasil, jual
beli, atau sewa, beorientasi pada keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan dunia
akhirat. Sedangkan, Bank Konvensional investasi yang halal dan haram, hubungan
dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditor-kreditor memakai perangkat bunga.

Asuransi (al-ta’min) dalam Ensiklopedi Hukum Islam yaitu transaski perjanjian


antara dua pihak dimana pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang
lain berkewajiban memeberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika
terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Dalam asuransi syariah bersih dari unsur maysir (judi), gharar (unsur ketidakpastian),
dan riba. Asuransi syariah mengandung prinsip mudharabah, prinsip tolong-menolong
dan saling menjamin antara para peserta asuransi yang satu dengan peserta yang lain.
Sedangkan, Asuransi Konvensional mengandung unsur maysir (judi), gharar (unsur
ketidakpastian), dan riba. Hal ini tidak selaras dengan syariah Islamkarena diharamkan
dalam muamalah.

II. Saran

Sebagai orang muslim dan muslimin seharusnya kita bangga karena di dalam
kitab suci Al-Quran telah diatur segalanya, dan non muslimpun harus menyambut baik
lembaga-lembaga keungan dan sistem ekonomi tanpa riba atau bunga. Riba dapat
merugikan siapapun, karena riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil,

16
para pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar
berusaha dan mengembalikannya, misalnya dua puluh lima persen lebih tinggi dari
yang dipinjamkannya. Untuk itulah islam menjauhi sistem bunga dalam sistem
perbankan konvensional yang merupakan bagian dari praktik riba, dengan memberikan
solusi yaitu bagi hasil bagi pemilik dana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Yunus Daulay, Nadirah Naimi. 2014. Studi Islam 2. Medan: Ratu Jaya
Amir Machmud, Rukmana. 2010. Bank Syariah. Ciracas, Jakarta: Erlangga
Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hasan, Ali. 1996. Zakat, Pajak Asuransi, dan Lembaga Keungan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
https://media.neliti.com/media/publications/56493-ID-asuransi-dalam-perspektif-
hukum-islam.pdf
http://jurnal.stailhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view108

18

Anda mungkin juga menyukai