Anda di halaman 1dari 1

Sistem Politik Myanmar dan Studi Kasus

Myanmar adalah negara dengan sistem politik dan pemerintahan yang cukup rumit. Negara
ini jatuh bangun dalam memperjuangkan identitas politiknya. Bahkan ada buku yang berjudul
“demokrasi mati suri” yang membahas perjuangan aktor-aktor tertentu untuk mewujudkan
Myanmar sebagai negara demokrasi. Beberapa ulasan mengatakan bahwa Myanmar adalah
negara dengan sistem pemerintahan presidensial, ada juga yang mengatakan bahwa Myanmar
merupakan negara dengan Hybrid Regime (jenis rezim politik campuran yang sering dibuat
sebagai akibat dari transisi yang tidak sempurna dari rezim otoriter ke rezim demokratis)
akan tetapi jika berlandaskan pada konstitusinya, Myanmar adalah negara yang berbentuk
republik parlementer. Yang dimana untuk republik parlementer itu sendiri mempunyai
penjelasan sebagai berikut parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri
dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan
semacam mosi tidak percaya. Penting untuk diketahui bahwa semasa kemederkaan Myanmar
pernah dipegang oleh partai sosialis burma, militer, partai pembangunan dan persatuan
solidaritas dan LND. Berangkat dari situ, penulis akan membawa studi kasus terhadap
Myanmar yaitu kepemimpinan Petahana Myint Swe dengan Aung San Suu Kyi dan
bagaimana dinamika pemerintahannya.

Seperti yang sudah penulis sebutkan, sistem pemerintahan myanmar menganut sistem
republik parlementer akan tetapi apa yang terjadi di Myanmar jauh lebih rumit sebagaimana
sistem republik parlementer itu sendiri seharusnya berjalan. Dimulai dari pemilu tahun 1990
yang memajukan partai yang diusung oleh Aung San Suu Kyi, yaitu NLD (National League
for Democracy) akan tetapi alih alih mendapatkan kekuasaan, Suu Kyi dijadikan tahanan
rumah selama 15 tahun dikarenakan kemenangannya di tolak oleh militer. Tahun-tahun
kemudian, Suu Kyi kembali maju dalam pemilihan tahun 2015 dan kian menjadikannya
sebagai pemenang. Namun, berdasarkan konstitusi, ia tidak bisa mejadi presiden karena Su
Kyii merupakan janda dan mempunyai ibu kandung bukan asli Myanmar. Tak berhenti disitu,
Suu Kyi tidak gentar dan meyakinkan Ia akan memegang peran penting dalam pemerintahan,
pada kepemimpinan Htin Kyaw, ia menciptakan posisi yang disebut penasihat pemerintahan
(setara dengan Perdana Menteri). Pada tahun 2018 Pemilu sela kembali dilaksanakan karena
Htin Kyaw memutuskan untuk mengundurkan diri, Myint Swe yang saat itu menjadi Wakil
Presiden mengambil alih pemerintahan dengan Suu Kyi sebagai penasihat pemerintahannya.
Jabatan ini bertahan hingga 2021 bahkan ketika pemilu kembali dilaksanakan pada november
2020. Popularitas Suu Kyi yang pernah mendapatkan nobel menjadi dipertanyakan akibat
kasus genosida etnis rohingya yang kian menarik perhatian masyrakat global. Hingga pada 1
Agustus 2021, Min Aung Hlaing melakukan kudeta dan mengumumkan dirinya sebagai
perdana menteri Myanmar dan pemegang pemerintahan. Jenderal Min Aung Hlaing yang
berasal dari pasukan militer ini menuduh NLD melakukan kecurangan dalam proses pemilu
dan bersama pasukan junta militernya memposisikan myanmar dalam status darurat dan
berjanji akan melakukan pemilu satu tahun kedepan. Kepemerintahan pun tetap dikuasai oleh
militer hingga saat ini, tidak ada perbedaan penanganan kasus terhadap etnis rohingya yang
dilakukan oleh militer dan sipil.

Anda mungkin juga menyukai