Anda di halaman 1dari 6

p- ISSN : 2407 – 1846

ARS - 010 e-ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

KONSEP PENERAPAN VALUE MANAGEMENT PADA PROSES


PENGEMBANGAN REAL ESTAT
Yeptadian Sari
Arsitektur, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta, Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat, 10510
yeptadian.sari@ftumj.ac.id

Abstrak
Metode value management dikenal mampu meningkatkan nilai proyek dan bahkan
membuang beaya yang tidak perlu dalam proyek. Pengembangan real estat di Indonesia
membutuhkan metode yang dapat membuat proyeknya berjalan dengan lancar dan dapat
meningkatkan nilai proyek real estat tersebut. Maka dari itu dicobakan sebuah konsep
yang menggabungkan antara metode value management dan tahapan dalam proses
pengembangan real estat. Literatur review digunakan paada penelitian ini. Penelitian ini
menghasilkan konsep penerapan value management pada pengembangan real estat, yaitu
menerapkan VM1, VM2 dan VM3 pada tahapan-tahapan pengembangan real estat yang
dimulai dari tahapan preliminari desain hingga tahap konstruksi.

Kata kunci: konsep, literatur review, real estat, value management

Abstract
Value management methods are known to be able to increase the value of a project and
even remove unnecessary costs in the project. Real estat development in Indonesia
requires a method that can make the project run smoothly and can increase the value of
the real estate project. Therefore, a concept that combines value management methods
and stages in the real estate development process is tried. Literature review was used in
this study. This research resulted in the concept of implementing value management in
real estate development, namely implementing VM1, VM2 and VM3 in the stages of
real estate development starting from the preliminary design stage to the construction
stage.

Keywords : concept, literature review, real estate, value management

PENDAHULUAN sistem nilai yang ditentukan oleh klien (Kelly,


Di Indonesia, pembangunan real estat Male dan Graham, 2004). Mereka juga
padadekade terakhir ini semakin berkembang, menyebutkan bahwa VM mengurangi biaya
denganmunculnya kawasan-kawasan real estat keseluruhan tanpa mempengaruhi aspek kualitas
baru baik dalam skala kecil maupun skala besar sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan
yang luasnya diatas 200 ha2, seperti pada kota- Utomo dkk.(2014) menyatakan bahwa VM
kotabesar di Jawa, terutama di Surabaya (Star adalah salah satu metodologi keputusan desain
Property, 2015). dalam konstruksi, dengan melibatkan multi
Penerapan sebuah metode dalam disiplin, kolaborasi dan kerja sama tim.
pengembangan real estat sangat dibutuhkan agar Negosiasi menjadi peran penting pada VM
memastikan proyek berjalan dengan lancar. menggunakan keputusan desain kelompok
Terdapat metode yang mampu meningkatkan berbasis nilai. Dalam menyelesaikan desain
nilai proyek dan bahkan membuang beaya yang bangunan konstruksi yang rumit dan kompleks
tidak perlu dalam proyek yang disebut dengan tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja,
value management. Value management atau terutama pada kompleksitas desain bangunan
yang biasa disingkat VM, merupakan nama gedung (Ren et al, 2011).
yang diberikan untuk sebuah proses di mana Sejak tahun 1980 VM dalam industri
manfaat fungsional dari sebuah proyek yang konstruksi Inggris telah berkembang untuk
dibuat eksplisit dan dinilai konsisten dengan menjadi alat, bentuk dan layanan yang biasa

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
ARS - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

dipahami (Kelly, Male dan Graham, 2004) dan Green, 1996). Persyaratan fungsional mencoba
juga menambahkan bahwa metode VM sudah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
ada sejak tahun 1947 dan dapat dipahami pelanggan. Dianjurkan oleh Wang dkk. (2002)
berdasarkan perspektif internasional sejak tahun dan Kalay, Khelmani dan Choi (1998) untuk
1996. Kemudian Ellis, Wood dan Keel (2005) menggunakan pendekatan tim multidisiplin
menyatakan bahwa VM secara luas dapat untuk menghindari keputusan yang salah dari
diterima sebagai alat penting dalam pengelolaan seorang individu. Kemudian, hal ini
proyek. Teori tersebut berusaha dibuktikan oleh dimungkinkan untuk meningkatkan nilai suatu
beberapa peneliti di negara, seperti pada Afrika produk dengan meningkatkan fungsinya bahkan
Selatan (Bowen dkk., 2009), Malaysia (Fathoni, jikahal ini dapat membuat biaya menjadi lebih
Zakaria dan Rahayu, 2013), atau Asia Tenggara besar, jika fungsi bertambah lebih tinggi dari
secara umum (Cheah dan Ting, 2004). Ketiga biaya tambahannya (Kelly, Male dan Graham,
penelitian tersebut mencari tahu tentang 2004).
pemahaman dan penerapan (awareness Utomo dan Idrus (2011) menyatakan
research) tentang VM dan rekayasa nilai di bahwa dalam VM, pengambilan keputusan
negara-negara tersebut yang hasilnya ternyata dapat ditingkatkan dengan menggunakan
bahwa VM belum dikenal secara luas, sehingga pendekatan tim. Setiap orang memiliki pendapat
Bowen dkk. (2009) menyatakan bahwa posisi mengenai apa yang mempengaruhi nilai suatu
VM di beberapa negara tidak begitu jelas, dan produk. Seringkali, keputusan dibuat oleh satu
perlu studi empiris tentang kesadaran dan orang yang dominan, yang mendasarkan pilihan
praktek (awareness research) VM tersebut. pada hanya satu kriteria, seperti biaya, kualitas,
Tingkat kesadaran para praktisi real estat atau keandalan (Kelly, Male dan Graham,
bahwa metode VM dalam proyek konstruksi 2004). Keputusan yang dibuat oleh satu orang
akan mempengaruhi nilai real estatnya, karena yang dominan tidak akan lebih baik daripada
metode ini dapat meningkatkan jadwal proyek, keputusan yang ditentukan oleh tim. Sebuah
kualitas proyek yang lebih tinggi, penghematan keputusan yang meningkatkan kualitas tetapi
biaya material atau produk, penghematan biaya meningkatkan biaya ke titik di mana produk
atau jadwal desain, dan sistem pemeliharaan dan tidak lagi berharga dan menjadi tidak dapat
operasi yang efisien (Kubal, 1994). diterima sebagai salah satu cara mengurangi
Maka dari itu, diteliti kesesuaian tentang biaya dengan mengorbankan kualitas atau
metode VM yang dilaksanakan pada proses kinerja yang diperlukan. Hal ini penting untuk
pengembangan real estat. menghindari kebingungan antara biaya dan
nilai. Jika biaya tambahan tidak meningkatkan
Konsep Value Management kualitas atau kemampuan untuk melakukan
Manajamen nilai merupakan layanan yang fungsi yang diperlukan, maka nilai menurun.
memaksimalkan nilai fungsional proyek dengan Tiga elemen dasar memberikan ukuran nilai
mengelola perkembangannya dari konsep bagi pengguna: fungsi, kualitas,dan biaya
sampai selesai dan komisioning melalui audit (Kelly, Male dan Graham, 2004; Kaufman,
(pemeriksaan) dari semua keputusan terhadap 2001).
sistem nilai yang ditentukan oleh klien atau Kubal (1994) menyatakan perbaikan
pemilik atau pemberi keputusan atas proyek dan proses konstruksi oleh VM termasuk perbaikan
produk tersebut (Kelly dan Male, 2005). jadwal proyek, kualitas proyek yang lebih
Kubal (1994) menyatakan bahwa VM tinggi, biaya bahan yang efektif, biaya atau
dapat menambahkan perbaikan untuk seluruh jadwal desain yang efektif, dan pemeliharaan
proses konstruksi, termasuk meningkatkan yang efisien atau sistem operasi. Ada tiga
jadwal proyek, memperoleh kualitas proyek metodologi utama VM yaitu rencana kerja (job
yang lebih tinggi, penghematan biaya material plan), analisis fungsi dengan Function Analysis
atau produk, penghematan biaya atau jadwal System Technique (FAST), dan Life Cycle Cost
desain, dan menghasilkan sistem pemeliharaan (LCC) (Kelly, Male dan Graham, 2004).
dan operasi yang efisien. Dell'Isolla (1977) dan Kaufman(1998)
VM didasarkan pada metode ilmiah mengungkapkan bahwa rencana kerja
pengumpulan data dari sumber terpercaya dan merupakan pendekatan disiplin yang terdiri dari
pada persyaratan fungsional (Connaughton dan langkah-langkah yang diurutkan melalui proses

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
ARS - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

pemecahan masalah untuk membedakan VM tahapan pengembangan real estat yang baik
dari proses pemotongan biaya lainnya. untuk digunakannya pendekatan VM dimulai
Kaufman (1998) mendefinisikan fungsi dari tahap briefing hingga tahap konstruksi dan
sebagai 'maksud atau tujuan yang produk atau menurutKalay, Khelmani dan Choi (1998) tahap
jasa diharapkan untuk dilakukan.' Klasifikasi desain memiliki 3 fase, yaitu fase konseptual
fungsi yang berkaitan dengan kinerja produk desain, fase detil desain dan fase produksi
yaitu fungsi dasar dan fungsi sekunder. desain. Sehingga, tahapan pengembangan real
Sehingga, proses sistematis analisis fungsi untuk estat yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari
mengidentifikasi produk atau jasa yang tahap project briefing, tahap studi kelayakan,
diharapkan untuk dilakukan. Istilah life cycle tahap konseptual desain, tahap detil desain,
cost berarti suatu proses untuk mengevaluasi tahap produksi desain, tahap kontrak, dan tahap
total nilai ekonomi dari segmen proyek dapat konstruksi.
digunakan dengan menganalisis biaya awal Tahap briefing merupakan tahap awal
(initial cost) dan discounted future cost, seperti dikembangkannya real estat, yang berarti terdiri
pemeliharaan, biaya pengguna, rekonstruksi, dari tahap pencetusan ide hingga tahap
rehabilitasi, memulihkan, dan biaya melapisi pendalaman ide. Tahap briefing adalah tahap
kembali, kelebihan usia dari segmen proyek dimana terdapat proses mengidentifikasi dan
(Utomo dkk., 2014). mendefinisikan persyaratan organisasi klien
Kelly, Male dan Graham (2004) dalam desain awaltahap proyek konstruksi (Yu
menyebutkan bahwa proses VM terdiri dari tiga dan Shen, 2005). Pada tahap ini terdiri dari
fase, yaitu fase orientasi dan diagnostik, fase inception of an idea (pencetusan ide) dan
workshop, dan fase implementasi. Dalam tiga Refinement of the Idea (pendalaman ide) (Miles
(3) fase tersebut terdapat delapan (8) tahap dkk., 2007). Pada masa pencetusan ide,
proses VM yaitu tahap informasi pra-studi, pengembang mencari peluang dan
tahap informasi, tahap kreativitas, tahap memperkirakan bagaimana caranya agar ide
evaluasi, tahap pengembangan, tahap rencana yang dicetuskannya dapat memperoleh
aksi, tahap rekomendasi dan terakhir adalah keuntungan semaksimal mungkin. Pada tahap
tahap implementasi, seperti yang ditunjukkan ini, pengembang sudah melakukan analisis pasar
oleh Gambar 1. dan menghasilkan ide melalui strategi
pengambilan keputusan dari hasil riset pasar
tersebut (Miles dkk., 2007; Peca, 2009). Pada
masa refinement of the idea (pendalaman ide),
pengembang sudah memutuskan akan
mengembangkan dan memutuskan jenis real
estatnya, misalnya retail, apartemen,
perkantoran, atau mixed-use.
Pada tahap ini pengembang mulai
menjalin hubungan dengan partner-partner
proyek real estatnya (Miles dkk., 2007; Peca,
Gambar 1. Tahapan Proses VM Menurut Kelly, 2009). Jika ternyata jenis proyek atau lahan
Male dan Graham yang dicari tidak layak (tidak memberi
keuntungan) menurut pengembang, maka
Konsep Pengembangan Real Estat pengembang tersebut harus kembali
Tahapan proyek pengembangan real estat mencetuskan ide baru yang lebih menjanjikan.
adalah tahap briefing, tahap desain, tahap Namun jika sesuai dengan yang diharapkan,
kontrak, tahap konstruksi, tahap timbal balik pengembang dapat memulai melakukan studi
dan tahap penyelesaian (Yu dan Shen, 2005). kelayakan proyek.Tahap ini juga
Menurut Cha (2003) fase proyek pengembangan memungkinkan pemilik proyek atau klien atau
real estat yang dianggap sebagai penyusun pengembang untuk menjelaskan fungsi proyek
seluruh siklus hidup proyek yaitu kelayakan dan dan biaya yang diizinkan, sehingga konsultan
perencanaan, desain rinci, pengadaan, perencana dapat secara tepat menafsirkan
konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Namun keiginan pemilik proyek dan membuat taksiran
Yu dan Shen (2005) juga menyatakan bahwa biaya yang diperlukan (Yu dan Shen, 2005).

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
ARS - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Tahap studi kelayakan,bertujuan untuk Khelmani dan Choi, 1998; Wang dkk., 2002).
meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek Tahap ini biasanya menghasilkan dokumen atau
konstruksi yang diusulkannya layak untuk album gambar (bestek), dokumen rencana
dibangun, baik dari aspek perencanaan dan anggaran biaya dan analisa rinci spesifikasi
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber teknis, dokumen rencana kerja dan syarat dan
pendanaan), maupun aspek lingkungan (Miles perhitungan enjineringnya. Tahap selanjutnya
dkk., 2007). Pengembang melakukan studi pasar adalah tahap produksi desain yang berarti tahap
lebih lanjut untuk memperkirakan daya serap penggambaran desain, di tahap ini biasanya
pasar dan studi kelayakan dengan yang terlibat adalah pengembang atau owner,
membandingkan nilai proyek dengan biaya yang arsitek dan desainer interior, enjiner sipil dan
harus dikeluarkan. Pemasukan dapat dihitung enjiner ME hanya sedikit dilibatkan pada tahap
dari perkiraan pemasukan kotor yang akan ini.
dihasilkan, berapa banyak yang tidak terjual Pada tahap kontrak, Miles dkk. (2007)
(vacancy), biaya operasional tetap, pendapatan menceritakan bahwa pengembang memutuskan
operasional bersih, nilai proyek di masa yang desain akhir berdasarkan studi akan apa yang
akan datang. Pemasukan ini harus lebih besar diinginkan dan mau dibayar oleh pengguna.
dari rate of return (inflasi) dan oleh karenanya, Kontrak dinegosiasikan, permintaan pinjaman
jika persyaratan ini tidak terpenuhi, dana diajukan, kontraktor utama dipilih, izin
pengembang harus menelaah kembali idenya dari pemerintah juga termasuk yang harus di
dari awal. dapatkan. Semua kontrak tersebut, kontrak
Berbagai jenis resiko, seperti resiko konstruksi, peminjaman, dan kontrak lainnya
bisnis, resiko finansial, resiko pembelian, resiko ditandatangani.Kemudian Miles dkk. (2007)
likuiditas, dan resiko manajemen pun harus juga menjelaskan bahwa pada tahap konstruksi,
dipikirkan secara matang dan dihitung agar pengembang berperan sebagai pengontrol
pengembang tidak merugi. Tahap ini biasanya keuangan, menjaga agar semua biaya projek
dilakukan penyusunan rancangan proyek secara masih dalam budget serta menjaga agar
kasar, mengestimasi biaya yang diperlukan pekerjaan terlaksana sesuai jadwal. Pada tahap
untuk pelaksanaan, meramalkan manfaat yang ini, perubahan-perubahan desain, marketing
akan diperoleh jika proyek tersebut sudah ditetapkan dan dilaksanakan (Kelly, Male
dilaksanakan manfaat langsung (ekonomis) dan Graham, 2004).
maupun tidak langsung (fungsi sosial),
menganalisis dampak lingkungan yang mungkin METODE
terjadi jika proyek tersebut dilaksankan (Miles Metode dalam penelitian ini dengan
dkk., 2007). menggunakan kajian literatur. Kajian literatur
Tahap selanjutnya adalah konseptual adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan
desain adalah tahapan dimana banyak partisipan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan
yang terlibat, yaitu pemilik, spesialis spesifikasi, acuan untuk dijadikan landasan kegiatan
arsitek, enjiner sipil, enjiner ME untuk penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran
menghasilkan ide dengan menggambarkan yang jelas dari perumusan masalah yang ingin
kebutuhan dan persyaratan dalam spesifikasi diteliti.
fungsional dan kemudian ditemukan beberapa Metode kajian literatur yang digunakan
alternatif solusi desain agar padadetail desain pada penelitian ini adalah dengan mengkaji
mampu menghasilkan desain yang optimal dan masing-masing subyek dan obyek penelitian,
sesuai dengan kebutuhan (Kalay, Khelmani dan kemudian digabungkan menjadi metode dalam
Choi, 1998; Wang dkk., 2002). suatu proses pengembangan. Sehingga pada
Tahap detil desain adalah tahapan yang penelitian ini dibutuhkan data-data primer yang
terdiri dari membuat gambar detail desain, jelas, dan mendeskripsikannya dalam bentuk
menyusun spesifikasi teknis, menyusun rencana kualitatif.
anggaran biaya, menyusun volume atau
kuantitas pekerjaan dan membuat laporan akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hampir semua partisipan dalam proyek terlibat Metode VM dicoba digabungkan
di tahap ini, seperti owner, arsitek, enjiner sipil, dengan proses pengembangan real estat agar
enjiner ME dan desainer interior (Kalay, proses pengembangan real estat tersebut

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
ARS - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

memiliki pilihan metode dalam proses Tujuan penerapan VM pada


pengembangan real estat agar menghasilkan pengembangan real estat lebih rinci dijelaskan
real estat yang baik. oleh Gambar 3.
Fase pada VM terdiri dari tiga, yaitu fase
orientasi dan diagnostik, fase workshop, dan
fase implementasi (Kelly, Male dan Graham,
2004), yang terdiri dari 8 tahapan dimulai dari
informasi pra-studi hingga tahap implentasi
(Leeuw, 2001; Kelly, Male dan Graham,
2004)VM menggunakan teknik penyelesaian
masalah yang kreatif, untuk mengevaluasi
Gambar 3. Tujuan Penerapan VM Pada
keputusan utama proyek dengan ketat.Tahapan
Pengembangan Real Estat
VM tersebut diterapkan pada pengembangan
real estat yang terdiri dari tahap pencetusan ide
VM1 yang berarti proses VM yang
(briefing) hingga tahap konstruksi (Yu dan
dilaksanakan di awal tahap pengembangan real
Shen, 2005; Kalay, Khelmani dan Choi, 1998).
estat dan prosesnya sama dengan proses umum
Peran VM pada tiap-tiap tahap
VM, tujuannya untuk menentukan tujuan proyek
pengembagan desain real estat adalah
berdasarkan keputusan bersama stakeholder atau
mengidentifikasi tugas proyek, kebutuhan dan
multidisiplin dengan proses negosiasi
keinginan klien yang dalam hal ini adalah
(Connaughton dan Green, 1996; Kalay,
pengembang yang dinyatakan dalam bentuk
Khelmani dan Choi, 1998; Lu dkk, 2000; Chiu,
fungsi untuk menghasilkan desain optimal agar
2002; Wang dkk., 2002; Yu dan Shen, 2005;
proyek tersebut dapat dinilai secara teknis dan
Utomo dan Idrus, 2011; Utomo, 2014). Jika VM
fungsional pada awal proyek dan pada tahap
diaplikasikan pada tahap studi kelayakan dan
desain untuk mengidentifikasi dan
tahap konseptual desain, maka tahapan proses
mengeleminasi beaya yang tidak perlu selama
VM yang dikerjakan adalah untuk menata
desain sampai konstruksi (Dell’Isola, 1995;
tujuan proyek terlebih dahulu kemudian
Connaughton dan Green, 1996; Kelly, Male dan
menghitung rekonsiliasi biaya atau nilai untuk
Graham, 2004, Yu dan Shen, 2005; Kelly dan
meningkatkan nilai proyek (Connaoughton dan
Male, 2005). Peran VM pada tahapan
Green, 1996). VM yang baru diterapkan pada
pengembangan real estat terpampang pada
tahap detil desain hingga konstruksi bertujuan
Gambar 2.
untuk mengurangi beaya yang tidak perlu atau
biasa dikenal dengan rekayasa nilai (Dell’Isola,
1995; Connaughton dan Green, 1996; Kelly,
Male dan Graham, 2004).

SIMPULAN DAN SARAN


Berisi simpulan dan saran. Simpulan
memuat jawaban atas pertanyaan penelitian.
Saran-saran mengacu pada hasil penelitian dan
Gambar 2. Peran VM pada Pengembangan Real berupa tindakan praktis, sebutkan untuk siapa
Estat dan untuk apa saran ditujukan. Ditulis dalam
bentuk essay, bukan dalam bentuk numerikal.
Connaughton dan Green (1996)
menyatakan bahwa tahapan value DAFTAR PUSTAKA
management terdiri dari 3 tahap, yaitu VM Star Property. (2015). Setelah 2014 Melambat,
1, VM 2, dan VM 3. Masing-masing Bisnis Properti 2015 Bakal
tahapan memiliki tujuan dan fungsi yang Meningkat.http://starproperty.co.id/setela
h-2014-melambat-bisnisproperti-2015-
berbeda. VM 1 dilakukan di awal metode,
bakal-meningkat/, dikutip 28 Januari 2015
VM 2 dilakukan di pertengahan metode dan pukul 06:18 WIB.
VM 3 dilakukan di akhir metode.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
ARS - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Kelly, J., Male, S. dan Graham, D. Construction. Journal of Sustainable


(2004).Value Managent of Construction Development. Vol. 4, No. 6.
Project, London, E. & F. N Spon. Dell’Isola, A. (1997).Value Enginering :
Utomo, C. dkk. (2014). A Conceptual Model of Practical Application, Kingston, R.S.
Agreement Options for Value-based Means Company, Inc.
Group Decision on Value Management. Kaufman, J,J. (1998).Value Management:
Jurnal Teknologi. 70:7 (2014), 39–45. Creating Competitive Advantage. E. & F.
Ren, Z. dkk. (2011). Multi-disciplinary N Spon.
collaborative building design—A Yu, A.T.W dan Shen, Q. (2005). Application of
comparative study between multi-agent Value Management In Project Briefing.
systems and multi-disciplinary Property Management & Built
optimisation approaches. Automation in Environment. Vol. 23 Iss: 7/8, 330 – 342
Construction, 20, 537-549. Cha, H.S. (2003). Selecting Value Management
Ellis, R.C.T., Wood, G.D. dan Keel, D.A. Processes For Implementation On Capital
(2005). Value management practices of Facility Projects, publish dissertation of
leading UK cost consultants. Construction Phylosophy, The University of Texas at
Management and Economics. 23, 483– Austin.
493. Miles M. E. dkk. (2007). Real Estate
Bowen, P.A. dkk. (2009). Value Management Development : Principles and Process
Awareness and Practice by South African (Fourth Edition). Urban Land Institute
Architects Construction Innovation, Peca, S. P. (2009). Real Estate Development
International Journal of Project and Investment : A Comprehensive
Management,Elsevier. Approach. Hoboken, New Jersey, John
Fathoni, U., Zakaria, C.M. dan Rohayu, C.O. Wiley & Sons, Inc.
(2013). Value engineering awareness Leeuw, C. P. (2001). Value Management: An
study for sustainable construction in Optimum Solution.International
Malaysia, Centre for Forensic Conference on Spatial Information for
Engineering. Universiti Tenaga Nasional, Sustainable Development. CMTS2.2.
Selangor Malaysia. Connaughton, J. N. dan Green, S.D. (1996).
Cheah, C. dan Ting, S. (2004).Appraisal of Value Management In Construction: A
Value Engineering in Construction in Client’s Guide. Westminster.
Southeast Asia, Singapore, International Construction Industry and Research
Journal of Project Management,23, 151– Information Association.
158. Chiu, M.L. (2002). An Organization View of
Kubal, M.T. (1994). Engineered Quality in Design Communication in Design
Construction. McGraw-Hill, NewYork, Collaborative. Design Studies, 23, 187-
NY. 210.
Kelly, J. dan Male, S. (1993).Value Managent Utomo, C. dkk. (2014). A Conceptual Model of
in Design and Construction : The Agreement Options for Value-based
Economic Management of Project, Group Decision on Value Management.
London, E. & F. N Spon. Jurnal Teknologi. 70:7 (2014), 39–45.
Wang, L. dkk. (2002). Collaborative Conceptual
Design – State of The Art And Future
Trends. Journal of Computer-Aided
Design, 34, hal 981-996.
Kalay,Y.E., Khemlani, L. & Choi, J.W. (1998).
An Integrated Model to Support
Distributed Collaborative Design of
Buildings. Automation in Construction,
Vol. 7, hal 177-188.
Utomo, C. dan Idrus, A. (2011). A Concept
toward Negotiation Support for Value
Management on Sustainable

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai