Abstrak
Metode value management dikenal mampu meningkatkan nilai proyek dan bahkan
membuang beaya yang tidak perlu dalam proyek. Pengembangan real estat di Indonesia
membutuhkan metode yang dapat membuat proyeknya berjalan dengan lancar dan dapat
meningkatkan nilai proyek real estat tersebut. Maka dari itu dicobakan sebuah konsep
yang menggabungkan antara metode value management dan tahapan dalam proses
pengembangan real estat. Literatur review digunakan paada penelitian ini. Penelitian ini
menghasilkan konsep penerapan value management pada pengembangan real estat, yaitu
menerapkan VM1, VM2 dan VM3 pada tahapan-tahapan pengembangan real estat yang
dimulai dari tahapan preliminari desain hingga tahap konstruksi.
Abstract
Value management methods are known to be able to increase the value of a project and
even remove unnecessary costs in the project. Real estat development in Indonesia
requires a method that can make the project run smoothly and can increase the value of
the real estate project. Therefore, a concept that combines value management methods
and stages in the real estate development process is tried. Literature review was used in
this study. This research resulted in the concept of implementing value management in
real estate development, namely implementing VM1, VM2 and VM3 in the stages of
real estate development starting from the preliminary design stage to the construction
stage.
dipahami (Kelly, Male dan Graham, 2004) dan Green, 1996). Persyaratan fungsional mencoba
juga menambahkan bahwa metode VM sudah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
ada sejak tahun 1947 dan dapat dipahami pelanggan. Dianjurkan oleh Wang dkk. (2002)
berdasarkan perspektif internasional sejak tahun dan Kalay, Khelmani dan Choi (1998) untuk
1996. Kemudian Ellis, Wood dan Keel (2005) menggunakan pendekatan tim multidisiplin
menyatakan bahwa VM secara luas dapat untuk menghindari keputusan yang salah dari
diterima sebagai alat penting dalam pengelolaan seorang individu. Kemudian, hal ini
proyek. Teori tersebut berusaha dibuktikan oleh dimungkinkan untuk meningkatkan nilai suatu
beberapa peneliti di negara, seperti pada Afrika produk dengan meningkatkan fungsinya bahkan
Selatan (Bowen dkk., 2009), Malaysia (Fathoni, jikahal ini dapat membuat biaya menjadi lebih
Zakaria dan Rahayu, 2013), atau Asia Tenggara besar, jika fungsi bertambah lebih tinggi dari
secara umum (Cheah dan Ting, 2004). Ketiga biaya tambahannya (Kelly, Male dan Graham,
penelitian tersebut mencari tahu tentang 2004).
pemahaman dan penerapan (awareness Utomo dan Idrus (2011) menyatakan
research) tentang VM dan rekayasa nilai di bahwa dalam VM, pengambilan keputusan
negara-negara tersebut yang hasilnya ternyata dapat ditingkatkan dengan menggunakan
bahwa VM belum dikenal secara luas, sehingga pendekatan tim. Setiap orang memiliki pendapat
Bowen dkk. (2009) menyatakan bahwa posisi mengenai apa yang mempengaruhi nilai suatu
VM di beberapa negara tidak begitu jelas, dan produk. Seringkali, keputusan dibuat oleh satu
perlu studi empiris tentang kesadaran dan orang yang dominan, yang mendasarkan pilihan
praktek (awareness research) VM tersebut. pada hanya satu kriteria, seperti biaya, kualitas,
Tingkat kesadaran para praktisi real estat atau keandalan (Kelly, Male dan Graham,
bahwa metode VM dalam proyek konstruksi 2004). Keputusan yang dibuat oleh satu orang
akan mempengaruhi nilai real estatnya, karena yang dominan tidak akan lebih baik daripada
metode ini dapat meningkatkan jadwal proyek, keputusan yang ditentukan oleh tim. Sebuah
kualitas proyek yang lebih tinggi, penghematan keputusan yang meningkatkan kualitas tetapi
biaya material atau produk, penghematan biaya meningkatkan biaya ke titik di mana produk
atau jadwal desain, dan sistem pemeliharaan dan tidak lagi berharga dan menjadi tidak dapat
operasi yang efisien (Kubal, 1994). diterima sebagai salah satu cara mengurangi
Maka dari itu, diteliti kesesuaian tentang biaya dengan mengorbankan kualitas atau
metode VM yang dilaksanakan pada proses kinerja yang diperlukan. Hal ini penting untuk
pengembangan real estat. menghindari kebingungan antara biaya dan
nilai. Jika biaya tambahan tidak meningkatkan
Konsep Value Management kualitas atau kemampuan untuk melakukan
Manajamen nilai merupakan layanan yang fungsi yang diperlukan, maka nilai menurun.
memaksimalkan nilai fungsional proyek dengan Tiga elemen dasar memberikan ukuran nilai
mengelola perkembangannya dari konsep bagi pengguna: fungsi, kualitas,dan biaya
sampai selesai dan komisioning melalui audit (Kelly, Male dan Graham, 2004; Kaufman,
(pemeriksaan) dari semua keputusan terhadap 2001).
sistem nilai yang ditentukan oleh klien atau Kubal (1994) menyatakan perbaikan
pemilik atau pemberi keputusan atas proyek dan proses konstruksi oleh VM termasuk perbaikan
produk tersebut (Kelly dan Male, 2005). jadwal proyek, kualitas proyek yang lebih
Kubal (1994) menyatakan bahwa VM tinggi, biaya bahan yang efektif, biaya atau
dapat menambahkan perbaikan untuk seluruh jadwal desain yang efektif, dan pemeliharaan
proses konstruksi, termasuk meningkatkan yang efisien atau sistem operasi. Ada tiga
jadwal proyek, memperoleh kualitas proyek metodologi utama VM yaitu rencana kerja (job
yang lebih tinggi, penghematan biaya material plan), analisis fungsi dengan Function Analysis
atau produk, penghematan biaya atau jadwal System Technique (FAST), dan Life Cycle Cost
desain, dan menghasilkan sistem pemeliharaan (LCC) (Kelly, Male dan Graham, 2004).
dan operasi yang efisien. Dell'Isolla (1977) dan Kaufman(1998)
VM didasarkan pada metode ilmiah mengungkapkan bahwa rencana kerja
pengumpulan data dari sumber terpercaya dan merupakan pendekatan disiplin yang terdiri dari
pada persyaratan fungsional (Connaughton dan langkah-langkah yang diurutkan melalui proses
pemecahan masalah untuk membedakan VM tahapan pengembangan real estat yang baik
dari proses pemotongan biaya lainnya. untuk digunakannya pendekatan VM dimulai
Kaufman (1998) mendefinisikan fungsi dari tahap briefing hingga tahap konstruksi dan
sebagai 'maksud atau tujuan yang produk atau menurutKalay, Khelmani dan Choi (1998) tahap
jasa diharapkan untuk dilakukan.' Klasifikasi desain memiliki 3 fase, yaitu fase konseptual
fungsi yang berkaitan dengan kinerja produk desain, fase detil desain dan fase produksi
yaitu fungsi dasar dan fungsi sekunder. desain. Sehingga, tahapan pengembangan real
Sehingga, proses sistematis analisis fungsi untuk estat yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari
mengidentifikasi produk atau jasa yang tahap project briefing, tahap studi kelayakan,
diharapkan untuk dilakukan. Istilah life cycle tahap konseptual desain, tahap detil desain,
cost berarti suatu proses untuk mengevaluasi tahap produksi desain, tahap kontrak, dan tahap
total nilai ekonomi dari segmen proyek dapat konstruksi.
digunakan dengan menganalisis biaya awal Tahap briefing merupakan tahap awal
(initial cost) dan discounted future cost, seperti dikembangkannya real estat, yang berarti terdiri
pemeliharaan, biaya pengguna, rekonstruksi, dari tahap pencetusan ide hingga tahap
rehabilitasi, memulihkan, dan biaya melapisi pendalaman ide. Tahap briefing adalah tahap
kembali, kelebihan usia dari segmen proyek dimana terdapat proses mengidentifikasi dan
(Utomo dkk., 2014). mendefinisikan persyaratan organisasi klien
Kelly, Male dan Graham (2004) dalam desain awaltahap proyek konstruksi (Yu
menyebutkan bahwa proses VM terdiri dari tiga dan Shen, 2005). Pada tahap ini terdiri dari
fase, yaitu fase orientasi dan diagnostik, fase inception of an idea (pencetusan ide) dan
workshop, dan fase implementasi. Dalam tiga Refinement of the Idea (pendalaman ide) (Miles
(3) fase tersebut terdapat delapan (8) tahap dkk., 2007). Pada masa pencetusan ide,
proses VM yaitu tahap informasi pra-studi, pengembang mencari peluang dan
tahap informasi, tahap kreativitas, tahap memperkirakan bagaimana caranya agar ide
evaluasi, tahap pengembangan, tahap rencana yang dicetuskannya dapat memperoleh
aksi, tahap rekomendasi dan terakhir adalah keuntungan semaksimal mungkin. Pada tahap
tahap implementasi, seperti yang ditunjukkan ini, pengembang sudah melakukan analisis pasar
oleh Gambar 1. dan menghasilkan ide melalui strategi
pengambilan keputusan dari hasil riset pasar
tersebut (Miles dkk., 2007; Peca, 2009). Pada
masa refinement of the idea (pendalaman ide),
pengembang sudah memutuskan akan
mengembangkan dan memutuskan jenis real
estatnya, misalnya retail, apartemen,
perkantoran, atau mixed-use.
Pada tahap ini pengembang mulai
menjalin hubungan dengan partner-partner
proyek real estatnya (Miles dkk., 2007; Peca,
Gambar 1. Tahapan Proses VM Menurut Kelly, 2009). Jika ternyata jenis proyek atau lahan
Male dan Graham yang dicari tidak layak (tidak memberi
keuntungan) menurut pengembang, maka
Konsep Pengembangan Real Estat pengembang tersebut harus kembali
Tahapan proyek pengembangan real estat mencetuskan ide baru yang lebih menjanjikan.
adalah tahap briefing, tahap desain, tahap Namun jika sesuai dengan yang diharapkan,
kontrak, tahap konstruksi, tahap timbal balik pengembang dapat memulai melakukan studi
dan tahap penyelesaian (Yu dan Shen, 2005). kelayakan proyek.Tahap ini juga
Menurut Cha (2003) fase proyek pengembangan memungkinkan pemilik proyek atau klien atau
real estat yang dianggap sebagai penyusun pengembang untuk menjelaskan fungsi proyek
seluruh siklus hidup proyek yaitu kelayakan dan dan biaya yang diizinkan, sehingga konsultan
perencanaan, desain rinci, pengadaan, perencana dapat secara tepat menafsirkan
konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Namun keiginan pemilik proyek dan membuat taksiran
Yu dan Shen (2005) juga menyatakan bahwa biaya yang diperlukan (Yu dan Shen, 2005).
Tahap studi kelayakan,bertujuan untuk Khelmani dan Choi, 1998; Wang dkk., 2002).
meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek Tahap ini biasanya menghasilkan dokumen atau
konstruksi yang diusulkannya layak untuk album gambar (bestek), dokumen rencana
dibangun, baik dari aspek perencanaan dan anggaran biaya dan analisa rinci spesifikasi
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber teknis, dokumen rencana kerja dan syarat dan
pendanaan), maupun aspek lingkungan (Miles perhitungan enjineringnya. Tahap selanjutnya
dkk., 2007). Pengembang melakukan studi pasar adalah tahap produksi desain yang berarti tahap
lebih lanjut untuk memperkirakan daya serap penggambaran desain, di tahap ini biasanya
pasar dan studi kelayakan dengan yang terlibat adalah pengembang atau owner,
membandingkan nilai proyek dengan biaya yang arsitek dan desainer interior, enjiner sipil dan
harus dikeluarkan. Pemasukan dapat dihitung enjiner ME hanya sedikit dilibatkan pada tahap
dari perkiraan pemasukan kotor yang akan ini.
dihasilkan, berapa banyak yang tidak terjual Pada tahap kontrak, Miles dkk. (2007)
(vacancy), biaya operasional tetap, pendapatan menceritakan bahwa pengembang memutuskan
operasional bersih, nilai proyek di masa yang desain akhir berdasarkan studi akan apa yang
akan datang. Pemasukan ini harus lebih besar diinginkan dan mau dibayar oleh pengguna.
dari rate of return (inflasi) dan oleh karenanya, Kontrak dinegosiasikan, permintaan pinjaman
jika persyaratan ini tidak terpenuhi, dana diajukan, kontraktor utama dipilih, izin
pengembang harus menelaah kembali idenya dari pemerintah juga termasuk yang harus di
dari awal. dapatkan. Semua kontrak tersebut, kontrak
Berbagai jenis resiko, seperti resiko konstruksi, peminjaman, dan kontrak lainnya
bisnis, resiko finansial, resiko pembelian, resiko ditandatangani.Kemudian Miles dkk. (2007)
likuiditas, dan resiko manajemen pun harus juga menjelaskan bahwa pada tahap konstruksi,
dipikirkan secara matang dan dihitung agar pengembang berperan sebagai pengontrol
pengembang tidak merugi. Tahap ini biasanya keuangan, menjaga agar semua biaya projek
dilakukan penyusunan rancangan proyek secara masih dalam budget serta menjaga agar
kasar, mengestimasi biaya yang diperlukan pekerjaan terlaksana sesuai jadwal. Pada tahap
untuk pelaksanaan, meramalkan manfaat yang ini, perubahan-perubahan desain, marketing
akan diperoleh jika proyek tersebut sudah ditetapkan dan dilaksanakan (Kelly, Male
dilaksanakan manfaat langsung (ekonomis) dan Graham, 2004).
maupun tidak langsung (fungsi sosial),
menganalisis dampak lingkungan yang mungkin METODE
terjadi jika proyek tersebut dilaksankan (Miles Metode dalam penelitian ini dengan
dkk., 2007). menggunakan kajian literatur. Kajian literatur
Tahap selanjutnya adalah konseptual adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan
desain adalah tahapan dimana banyak partisipan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan
yang terlibat, yaitu pemilik, spesialis spesifikasi, acuan untuk dijadikan landasan kegiatan
arsitek, enjiner sipil, enjiner ME untuk penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran
menghasilkan ide dengan menggambarkan yang jelas dari perumusan masalah yang ingin
kebutuhan dan persyaratan dalam spesifikasi diteliti.
fungsional dan kemudian ditemukan beberapa Metode kajian literatur yang digunakan
alternatif solusi desain agar padadetail desain pada penelitian ini adalah dengan mengkaji
mampu menghasilkan desain yang optimal dan masing-masing subyek dan obyek penelitian,
sesuai dengan kebutuhan (Kalay, Khelmani dan kemudian digabungkan menjadi metode dalam
Choi, 1998; Wang dkk., 2002). suatu proses pengembangan. Sehingga pada
Tahap detil desain adalah tahapan yang penelitian ini dibutuhkan data-data primer yang
terdiri dari membuat gambar detail desain, jelas, dan mendeskripsikannya dalam bentuk
menyusun spesifikasi teknis, menyusun rencana kualitatif.
anggaran biaya, menyusun volume atau
kuantitas pekerjaan dan membuat laporan akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hampir semua partisipan dalam proyek terlibat Metode VM dicoba digabungkan
di tahap ini, seperti owner, arsitek, enjiner sipil, dengan proses pengembangan real estat agar
enjiner ME dan desainer interior (Kalay, proses pengembangan real estat tersebut