Anda di halaman 1dari 2

Developing Skills for Business

(Leadership and Human Capital Management)


I. Personal Kredibilitas
Dalam sebuah organisasi tentunya sangat penting untuk menempatkan orang yang tepat
untuk menjadi seorang pemimpin karena merupakan posisi yang vital untuk membawa dan
mengarahkan organisasi tersebut mencapai tujuan yang ingin di capai. Maka dari itu, seorang
pemimpin haruslah mempunyai kredibilitas. Kredibilitas itu sendiri mempunyai makna kemampuan
meraih rasa percaya dari orang lain untuk membuktikan bahwa dirinya bisa menjalani tugas dan
fungsinya dengan baik. Untuk mencapai sebuah kredibilitas tentunya terdiri dari dua komponen yang
saling melengkapi menurut Hughes yaitu “expertise” dan “trust”. Agar mendapat rasa percaya /
kredibilitas maka seseorang haruslah “expertise” atau menguasai bidang tersebut secara akademis
seperti kompetensi teknik, pengetahuan untuk mengelola sebuah organisasi dan pengetahuan
terhadap bidang yang dikerjakan. Sementara rasa “trust” ditimbulkan dari cara kita berkomunikasi
dengan orang lain, membangun relasi dengan rekan kerja, disiplin dan memberikan suasana positif
terhadap lingkungannya.

Adanya beberapa cara yang dapat diterapkan dalam membangun dan mengembangkan jiwa
kepemimpinan yaitu, disiplin terhadap diri sendiri dalam arti membiasakan diri untuk tepat waktu
dan menghargai waktu yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Menganalisa kekuatan dan
kelemahan dari gaya kepemimpinan diri sendiri seperti apa yang sudah baik harus dipertahankan
sedangkan ada juga yang perlu di perbaiki. Mengasah kemampuan komunikasi sehingga menjadi
efektif dan jelas dalam memberi arahan dan juga menjadi pendengar yang aktif. Menciptakan
lingkungan kerja yang positif dimana saling mendukung dan bersaing secara sehat.

Tantangan yang dihadapi oleh staff dalam membangun personal kredibilitas diantaranya
adalah budaya perusahaan dengan hirarki yang kuat sehingga ruang kreatifitas menjadi terbatas dan
takut mengekspresikan pendapatnya. Maka dari itu, sebagai seorang pemimpin yang bisa dilakukan
adalah memfasilitasi ruang dan waktu terhadap masing-masing individu untuk mendengarkan
pendapat dan menerima “feedback” dari staff untuk perbaikan management, memberikan pelatihan
problem solving skills sehingga menimbulkan rasa percaya diri dan kemampuan secara teknikal dan
mempertajam “thought process” langkah-langkah yang dapat dilakukan saat menghadapi masalah.
II. Optimizing Leadership as Situation Change
Adanya perubahan terhadap situasi kerja sangat memungkinkan apalagi pengaruh faktor internal
dan eksternal dapat mempengaruhi budaya dalam bekerja. Contoh faktor eksternal yang
mempengaruhi adalah bencana alam, kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, kebijakan politik
luar negeri, dan yang baru-baru ini terjadi yaitu Covid-19. Sedangkan faktor internal yang dapat
mempengaruhi budaya dalam bekerja yaitu kebijakan perusahaan, pergantian kepemimpinan / BOD,
dan lain-lain. Sehingga tantangan yang dihadapi pemimpin dalam mengelola karyawan yang tidak
sesuai ekspektasi perusahaan adalah mendorong semangat para karyawan untuk terus
mengembangkan potensi dalam diri agar tidak kalah saing dengan generasi yang masih muda-muda,
membekali pelatihan dan mempertajam soft skill dan hard skill untuk dapat mengikuti dan
beradaptasi pada kebijakan perusahaan yang berubah.

Perubahan yang terjadi di perusahaan saya bekerja (re: Industri Perhotelan) setelah melewati
keadaan Covid-19, dimana adanya pengurangan jumlah karyawan sehingga perusahaan mewajibkan
untuk karyawan bisa “multitasking” di bidang nya masing-masing. Sebagai contoh, karena penulis
berada di department Front Office maka diwajibkan untuk menguasai sistem komputerisasi (POS
System) sehingga setiap individu dapat melakukan proses check-in atau check-out dan melakukan
transaksi menggunakan sistem yang disediakan property (PowerPro System). Selain harus bertugas
sebagai Front Desk Agent, semua karyawan di department FO harus menguasai semua product
knowledge karena bertugas sebagai frontliner yang menghadapi tamu secara langsung ataupun
melalui telepon. Tentunya dengan keadaan tuntutan beban pekerjaan yang bertambah, seorang
pemimpin harus lebih mengayomi dan memberikan dorongan semangat bagi karyawan agar bisa
beradaptasi dan meningkatkan kemampuan secara teknikal dan non teknikal. Beberapa faktor yang
mendorong seorang karyawan dapat mengikuti perkembangan budaya kerja yang baru yang sesuai
dengan ekspektasi perusahaan adalah memiliki keberanian untuk bertanya jika ada yang kurang
dikuasai, kemauan untuk terus belajar dan membuka diri pada setiap masukan yang diterima, memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, dan mempunyai rasa loyalitas yang tinggi pada perusahaan. Itulah yang
faktor yang mempengaruhi karyawan yang bisa menempatkan diri untuk mencapai ekspektasi dari
perusahaan tempatnya bekerja.

Sebagai seorang pemimpin yang menghadapi beragam kepribadian dan kinerja dari karyawannya,
ada beberapa cara untuk menyiasati dalam memimpin sebuah organisasi agar tujuan dari organisasi
tersebut dapat tercapai, sebagai berikut: meluangkan waktu untuk “internal meeting” di department
tersebut untuk mencari solusi / jalan tengah mengatasi ketimpangan kinerja antar karyawan.
Membuat target dan standarisasi (KPI) bagi masing-masing individu agar mencapai kemampuan
minimal bahkan lebih untuk bisa perform di bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai