Anda di halaman 1dari 156

UNIVERSITAS INDONESIA

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM


MELAKSANAKAN PENGOSONGAN TANAH ATAS
PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK
ATAU KUASANYA

TESIS

CAHYA FEBRIANA
NIM. 1706992980

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
JAKARTA
2019

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


i

UNIVERSITAS INDONESIA

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM


MELAKSANAKAN PENGOSONGAN TANAH ATAS
PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK
ATAU KUASANYA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Hukum (M.H.)

CAHYA FEBRIANA
NIM. 1706992980

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
JAKARTA
JUNI 2019

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019
Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019
Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019
v

ABSTRAK

Nama : Cahya Febriana


Npm : 1706992980
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul tesis : Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Melaksanakan
Pengosongan Tanah Atas Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak Atau Kuasanya.

Penggunaan tanah tanpa izin yang berhak menjadi permasalahan bagi pemegang
hak atas tanah. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menyelesaikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya. Bagaimana kewenangan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan atas pemakaian tanah tanpa
izin yang berhak dan mengapa pemilik hak atas tanah mengajukan permohonan
pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau kuasanya kepada
Pemerintah Daerah serta bagaimana tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap
pelaksanaan kewenangan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang
berhak atau kuasanya. Penelitian dilakukan dengan metode yuridis-normatif dalam
lingkup wilayah di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan hasil
penelitian, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan melakukan pengosongan
tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak berdasarkan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak Atau Kuasanya dan warga perseorangan atau badan hukum dapat memilik
penyelesaian dengan pengajukan permohonan bantuan pengosongan kepada
Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaan kewenangan pengosongan, Pemerintah
Daerah harus melaksanakan urusan pemerintahan sesuai kewenangan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Kata kunci : Kewenangan; pemerintah daerah; pengosongan; pemakaian tanah


tanpa izin; Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


vi

ABSTRACT

Name : Cahya Febriana


Npm : 1706992980
Study Program : Legal Studies
Title of the thesis : Authority of the Regional Government in Implementing the
Disposal of Land for Use of Land without Rightful Permits or
Proxies.

The use of land without the right of permission is a problem for holders of land
rights. The Regional Government has the authority to settle based on Law Number
51 of 1960 concerning the Prohibition of Use of Land without Rightful Permissions
or Proxies. What is the authority of the Regional Government to carry out the
emptying of land use without the right of permission and why the owner of land
rights applies for land emptying for use without permission that is entitled or
authorized to the Regional Government and how the Regional Government is
responsible for the implementation of authorization to use land without permission
who has the right or power. The research was carried out by juridical-normative
method in the scope of territory in the Jakarta Special Capital Region. Based on the
results of the study, the Regional Government has the authority to carry out land
emptying for land use without a entitled permit based on Law Number 51 of 1960
concerning Prohibition of Use of Land without Rightful Permits or Proxies and
individuals or legal entities may have a settlement by submitting an application for
vacant assistance to the Regional Government. In implementing the authority for
evacuation, the Regional Government must carry out government affairs in
accordance with the authority stipulated in Law Number 23 Year 2014 concerning
Regional Government.
Keywords: Authority; local government; emptying; use of land without permission;
Law Number 51 of 1960.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan Syukur kepada Allah SWt atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


penulis selama ini, yaitu:

1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta atas kesempatan yang diberikan untuk


menempuh pendidikan Magister Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Indonesia periode 2017-2019.
2. Dr. Harsanto Nursadi, S.H., M.Si. atas bimbingan dan bantuannya
selama perkuliahan hingga proses penulisan tesis.
3. Dr. Tri Hayati, S.H., M.H. dan Dr. Dian Puji Simatupang, S.H., M.H.
atas kesediaanya untuk menjadi penguji penulisan tesis ini.
4. Orang tua penulis, Bapak Soemarsono Martoatmodjo dan Ibu
Temuningsih yang telah banyak memberikan doa, dukungan serta
bantuan yang tidak terhitung, semoga penulis dapat menjadi anak
sholehah yang berbakti kepada orang tua.
5. Suami penulis, Erwin Bahar serta anak, Aqila Khairunnisa Bahar,
Muhammad Faiz Najiha Bahar dan Razka Febrian Maulana Bahar yang
selalu memberikan doa, dukungan dan pengertian selama periode
perkuliahan, semoga Aqila, Faiz dan Razka akan selalu termotivasi
untuk menimba ilmu hingga jenjang yang tertinggi.
6. Teman-teman Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Bang Rikson, Mbak Anita, Mbak Reni, Mbak Silvi, Mbak Septi, Mas
Fakur, Mas Fajar, Mas Nanang sesama veteran serta Yati, Dewi, Felda,
Syifa, Kamil, Bahir, Fauzan, Hadi, Fazari, Wira, Akbar, Rizal, Vincent,
Clara dan Vikson yang telah menjadi teman yang baik dan mendukung

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


viii

selama perkulian, semoga pertemanan kita akan terjalin selalu, ditunggu


reuni pertemuan-pertemuan berikutnya.
7. Rekan-rekan Bagian Hukum Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan, Bapak Jan H Oslan, Bapak Juli Susanto, Bapak Henry
Hasudungan, Ibu R. Setia Nuraini, Ibu Nurul Baiti, Ibu Novvera, Ibu
Luci, Bapak Harmanto, Mbak Ratna, Mbak Fitri, Mas Dicky, Ibu Dian,
Ibu Tuti, Ibu Yusmaya dan Bapak Santibi atas bantuan dan
dukungannya.
8. Rekan-rekan eks. Bagian Hukum Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan Bang Luhut, Pak Zulkifli, Bu Hasanah, Bu Leni, Pak Didi,
Maya, Bu Esti, Bu Retno, Mas Tepan dan Bu Anna.
9. Sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini dan semoga tesis
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis
ingin menyampaikan bahwa Allah akan selalu memberi jalan keluar yang terbaik
untuk semua permasalahan kita dan semua yang kita jalanin sudah ditentukan waktu
yang terbaik oleh Allah SWT, semoga kita semua selalu berada dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin yaa rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Juni 2019

Penulis

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


ix

DAFTAR ISI

Halaman judul i
Pernyataan Orisinalitas ii
Pengesahan iii
Persetujuan Publikasi iv
Abstrak v
Kata Pengantar vii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel/Gambar xi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Pokok Permasalahan 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 14
D. Kerangka Konseptual 15
E. Metode Penelitian 20
F. Sistematika Penelitian 22
Bab 2 Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Hal Pemakaian Tanah-Tanah
Kosong
A. Kewenangan Pemerintah Daerah 23
1. Pengertian Kewenangan 23
2. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang pertanahan
berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959
tentang Pemerintah Daerah 31
3. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang pertanahan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah 32
4. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Bidang Pertanahan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah 37
5. Kewenangan Pemerintah Pusat dalam Bidang Pertanahan 41

B. Hak-hak penguasaan atas tanah 44


1. Hak-hak atas tanah 44
2. Tanah terlantar 50
3. Tanah bersengketa 55
4. Tanah yang dipakai pihak lain 58

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


x

Bab 3 Penyelesaian Tanah Kosong Yang Dikuasai Oleh Pihak Lain


A. Permohonan yang diajukan oleh warga 63
1. Permohonan yang masih dalam proses 63
2. Permohonan yang telah ditindaklanjuti 68
B. Penertiban guna normalisasi kali 73
C. Perangkat Daerah yang membantu terlaksananya kewenangan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah
atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya 77
Bab 4 Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengosongan Tanah
A. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang
berhak atau kuasanya 93
B. Perlindungan kepastian hukum hak atas tanah melalui
kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang
berhak atau kuasanya 99
C. Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang
berhak atau kuasanya 119
D. Perbandingan Prosedur Pengosongan tanah di Indonesia, India,
Filipina dan Hukum Internasional 130
Bab 5 Simpulan dan Saran
A. Simpulan 135
B. Saran 136
Daftar Pustaka 137

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


xi

DAFTAR TABEL/BAGAN

Tabel
Tabel 2.1 Pembagian urusan pemerintahan bidang pertanahan 39
Tabel 4.1 Asas-asas umum pemerintahan yang baik 94
Tabel 4.2 Pemegang hak atas tanah 99
Tabel 4.3. Tahapan penertiban 110
Tabel 4.4. Pengosongan atas permohonan warga 116
Tabel 4.5. Pengosongan guna proyek normalisasi kali 117
Tabel 4.6. Tugas SKPD pada penertiban 118
Tabel 4.7. SKPD yang terlibat pada penertiban lahan privat 125
Tabel 4.8. Standar hak asasi manusia terkait penggusuran 131
Tabel 4.9. Pengaturan pengosongan pada Negara Indonesia, India
Filipina dan Hukum Internasional 132
Tabel 4.10. Perbandingan prosedur pelaksanaan pengosongan di
Negara Indonesia, India, Filipina dan Hukum Internasional 133

Bagan
Tabel 2.1. Struktur organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional 41

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewenangan Pemerintah Daerah untuk melakukan pengosongan tanah
atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah yang memegang alas hak
yang sah. Pemegang hak atas tanah dari sektor publik maupun privat berhak
atas perlindungan hukum dari pihak-pihak yang menggunakan tanahnya tanpa
izin, sepanjang kepemilikannya berdasarkan alas hak yang jelas, itikad baik dan
peralihan hak yang sah.
Negara Republik Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas
hukum, negara berkewajiban memberikan perlindungan terhadap warga
negaranya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa
mendiskriminasikan status, agama maupun golongan tertentu. Perlindungan
yang adil terhadap warga negara akan memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam peri kehidupan bermasyarakat.
Undang-Undang Nomor 51/Prp/Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya ditetapkan pada
tanggal 14 Desember 1960 dan berlaku sejak tanggal 16 Desember 1960 serta
ditetapkan sebagai Undang-Undang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1961 tentang Penetapan Semua Undang-Undang Darurat dan Semua
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Yang Sudah Ada Sebelum
Tanggal 1 Januari 1961 Menjadi Undang-Undang, disahkan tanggal 4 Februari

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


2

1961 yang berlaku tanggal 1 Januari 1961 selanjutnya disebut Undang-Undang


Nomor 51 Tahun 1960.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 Penguasa Daerah
diberi kewenangan untuk menyelesaikan pemakaian tanah tanpa izin yang
berhak atau kuasanya yang sah, sebagaimana disebutkan bahwa “Penguasa
Daerah dapat mengambil tindakan-tindakan untuk menyelesaikan pemakaian
tanah yang bukan perkebunan dan bukan hutan tanpa izin yang berhak atau
kuasanya yang sah, yang ada di daerahnya masing-masing pada suatu..waktu”.1
Undang-Undang tersebut digunakan sebagai dasar oleh Pemerintah
Daerah setempat untuk membantu warga masyarakat (privat) dan pemerintah
dalam hal penguasaan asset-aset negara (publik) yang lahannya dikuasai oleh
pihak lain tanpa izin yang berhak atau kuasanya serta mengembalikan
penguasaan tanah dimaksud kepada yang berhak sesuai dengan alas hak yang
dimilikinya. Pemerintah Daerah melaksanakan pengosongan berdasarkan
permohonan dari warga masyarakat perorangan atau badan hukum dan
pemerintah yang terlanggar hak kepemilikan tanahnya sehingga tidak dapat
digunakan oleh pemilik atas dasar alas hak yang sah karena ada pihak lain yang
memakai tanahnya tanpa terlebih dahulu memperoleh izin atau persetujuan dari
pemegang hak atas tanah atau pihak yang dikuasakan oleh pemegang alas hak
yang sah.
Pada rentang waktu periode 1960 hingga 2018 belum pernah dilakukan
perubahan atau penggantian terhadap Undang-Undang tersebut. Pada tahun
2016 terhadap Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 telah diajukan uji materi
oleh pemohon2yang merasa dirugikan hak konstitusionalnya akibat pelaksanaan

1
Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
Atau Kuasanya, UU No. 51 Tahun 1960, LN No. 158 Tahun 1960, TLN No. 2106, Pasal 3 ayat (1).
2
Pemohon berdasarkan pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi dinyatakan bahwa “Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: a. perorangan
warga negara Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur
dalam undang-undang; c. badan hukum publik atau privat; atau d. lembaga negara”, selanjutnya
dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005, kerugian hak dan/atau kewenangan
konstitusional harus memenuhi 5 syarat, yaitu a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional
Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945. b. Hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh
Pemohon dianggap dirugikan oleh berlakunya UU yang dimohonkan pengujian. c. Kerugian hak

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


3

dari Undang-Undang tersebut oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini pemohon
dirugikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pemohon berpendapat
terdapat pelanggaran yang ditimbulkan oleh Undang-Undang tersebut, yaitu3
Pemerintah Daerah tidak beritikad baik membuktikan kepemilikan tanah di
pengadilan, penggunaan kekerasan pada proses pengosongan dan tidak
diberikan jaminan hak atas perumahan yang layak.
Uji materi di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia teregister dalam
perkara Nomor 96/PUU-XIV/2016 atas nama pemohon Rojiyanto,4 Mansur
Daud P,5 Rando Tanadi6 diwakili kuasa hukumnya Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta. Pemohon mengajukan uji materi terhadap pasal 2, pasal 3 ayat (1) dan
ayat (2), pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), pasal 6 ayat (1) butir a, butir b, butir c dan
butir d, dan pasal 6 ayat (2) UU Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak atau Kuasanya karena bertentangan
dengan pasal 27 ayat (2), pasal 28 C ayat (1), pasal 28 D ayat (1), pasal 28 G
ayat (1), pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa dalam Putusan Nomor 96/PUU-III/2005 Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi berkesimpulan:7

a. Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;


b. Para Pemohon..memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan
permohonan a quo.

dan/atau kewenangan konstitutiosional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau
setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. d.
Adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan berlakunya UU yang
dimohonkan pengujian. e. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka
kerugian hak dan/atau kewenangan konstitutsional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi
terjadi.
3
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Nomor 96/PUU-XIV/2016, hal. 5.
4
Rojiyanto, Pemohon I adalah korban penggusuran paksa di wilayah Papanggo, Jakarta
Utara Tahun 2008.
5
Mansur Daud, Pemohon II adalah korban penggusuran paksa di kawasan Duri Kepa,
Jakarta Barat.
6
Rando Tanadi, Pemohon III adalah korban penggusuran paksa di kawasan Duri Kepa,
Jakarta Barat.
7
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Nomor 96/PUU-XIV/2016, hal. 298-
290.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


4

c. Pokok permohonan Para Pemohon tidak beralasan hukum.

Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam amar putusannya menyatakan


“Menolak permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya”.8
Berdasarkan putusan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Nomor
96/PUU-XIV/2016 tanggal 28 November 2017, kewenangan Pemerintah
Daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960
untuk melakukan pengosongan dari pemakaian tanah tanpa izin yang berhak
atau kuasanya masih melekat pada Pemerintah Daerah.
Menunjuk pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat” negara memegang hak menguasai negara dengan merumuskan
kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan
pengurusan (bestuursdaad), melakukan pengelolaan (beheersdaad) dan
melakukan pengawasan (toezichthoudensdaad)9 bertujuan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, negara bukanlah sebagai pemilik tanah serta tidak dapat
secara semena-mena menetapkan kebijakan-kebijakan yang hanya
menguntungkan pihak-pihak tertentu tanpa mempertimbangkan pihak lain yang
kepentingannya terabaikan.
Penggunaan tanah haruslah secara yang teratur, pemakaian tanah secara
tidak teratur melanggar norma-norma hukum dan tata tertib, menghambat, dan
bahkan mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya pembangunan yang

8
Ibid, hal 290.
9
Tody Sasmitha, Haryo Budhiawan dan Sukayadi, “Pemaknaan Hak Menguasai Negara
Oleh Mahkamah Konstitusi (Kajian Terhadap Putusan MK No. 35/PUU-X/2012, Putusan MK No.
50/PUU-X/2012 dan Putusan MK No. 3/PUU-VIII/2010)”, dalam Asas-Asas Keagrariaan Merunut
Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan
di Indonesia, “ ed. Ahmad Nashih Luthfi, (Yogyakarta: STPN Press, 2015), hal.408, disebutkan
bahwa menurut MK dalam pertimbangan pengujian UU No. 20 Tahun 2002 terhadap pasal 33 UUD
1945 mengandung pengertian yang lebih tinggi daripada pemilikan dalam konsepsi hukum perdata.
Konsepsi penguasaan negara merupakan konsepsi hukum publik yang berkaitan dengan kedaulatan
publik. Oleh karena itu makna HMN bukan dalam makna negara memiliki bumi, air dan sumber daya
alam Indonesia, melainkan dalam pengertian bahwa negara merumuskan kebijakan (beleid),
melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan pengurusan (bestuursdaad), melakukan
pengelolaan (beheersdaad) dan melakukan pengawasan (toezichthoudensdaad).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


5

mendorong bagi perekonomian negara. Bahwa larangan pemakaian tanah tanpa


izin yang berhak atau kuasanya mencegah adanya perbuatan mengambil hak
seseorang dengan sewenang-wenang atau tidak mengindahkan hukum dan
aturan, seperti penempatan tanah atau rumah orang lain yang bukan merupakan
haknya. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 merupakan tindakan
Pemerintah dalam melakukan pencegahan yang menyatakan larangan
pemakaian tanah tanpa izin dari yang berhak atau kuasanya yang didalamnya
diatur sanksi pidana atas perbuatan-perbuatan dimaksud.10
Melalui Undang-Undang Nomor 51/Prp/Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya jo Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1961 tentang Penetapan Semua Undang-Undang Darurat dan
Semua Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Yang Sudah Ada
Sebelum Tanggal 1 Januari 1961 Menjadi Undang-Undang, negara mengatur
pemberian kepastian hukum atas hak-hak atas tanah di wilayah Negara
Indonesia. Negara telah menjalankan fungsi pengaturan (regelendaad) dalam
hal pertanahan melalui kewenangan legislasi yang dilakukan oleh DPR bersama
Pemerintah.
Peran Pemerintah untuk mengatur perlindungan atas kepemilikan tanah
oleh orang/badan hukum sesuai dengan amanat dalam pasal 33 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”, memiliki makna bahwa Negara menguasai bumi
dalam hal ini tanah, untuk mengatur dan mengawasi segala macam kepemilikan
tanah yang ada di Indonesia, agar kepemilikan dan penggunaannya dilakukan
tidak dengan semena-mena atau melawan hukum.11
Latar belakang dari diterbitkannya Undang-Undang Nomor 51 Tahun
1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau
Kuasanya dicantumkan dalam penjelasannya yang menyebutkan bahwa banyak

10
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Keterangan Presiden dan DPR,”
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/persidangan/risalah/risalah_sidang_8977_PE
RKARA%20NOMOR%2096.PUU-XIV.2016%20tgl%2029%20Nov%202016.pdf, diakses tanggal
12 Oktober 2017, hlm 4-5,
11
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Nomor 96/PUU-XIV/2016, hal 282.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


6

tanah-tanah, baik di dalam maupun di luar kota besar, dipakai oleh orang-orang
tanpa izin dari penguasa yang berwajib atau yang berhak akibat keterbatasan
lahan, namun walaupun beralasan, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan dan
harus dilarang. Guna menghindari pemakaian tanah tanpa izin semakin meluas
maka diterbitkanlah peraturan dimaksud.12
Hal ini juga terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang
peraturan bidang pertanahan serta keterbatasan lahan sehingga terjadi perbuatan
yang sewenang-wenang oleh perorangan atau kelompok untuk menguasai atau
memiliki sebidang tanah tanpa alas hak sah, yang sebelumnya telah dimiliki
berdasarkan alas hak yang sah oleh pihak lain.13
Sehingga Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 merupakan salah satu
instrumen hukum Negara dalam bidang pertanahan untuk mengatur kepemilikan
tanah oleh warga Negara agar tidak dikuasai secara semena-mena atau melawan
hukum oleh pihak lain. Guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
Pemerintah diberikan kewenangan untuk memberikan perlindungan dan
mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum
atas tanah agar tidak terjadi pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasa
dalam rangka memberikan perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingan
perseorangan atau badan hukum pemegang hak atas tanah dari tindakan
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak.14
Bahwa pelaksanaan pengosongan pemakaian tanah tanpa izin yang
berhak atau kuasanya oleh pejabat yang ditunjuk dapat dilaksanakan tanpa
memerlukan perantara pengadilan. Sehingga kewenangan pejabat yang ditunjuk
dalam melakukan pengosongan tidak memerlukan putusan maupun perintah
pengadilan. Namun ketentuan tersebut tidak menciptakan absolutisme
kekuasaan, karena ketentuan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tidak
menutup kesempatan kepada pihak yang dirugikan untuk menempuh jalur

12
Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
Atau Kuasanya, penjelasan angka 1 dan 2.
13
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Putusan Nomor 96/PUU-XIV/2016, hal 282.
14
Ibid, hal 283-284.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


7

hukum.15 Para pihak diberi kesempatan untuk menempuh penyelesaian lain baik
melalui peradilan perdata maupun pidana.
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 memberikan kewenangan
penyelesaian pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya kepada
Penguasa Daerah. Penguasa Daerah bertanggungjawab untuk menyelesaikan
permohonan warga masyarakat atas pemakaian tanah tanpa izin dengan terlebih
dahulu melakukan pemeriksaan atas data fisik dan data yuridis terkait
kepemilikan pemohon serta dasar pemakai tanah memanfaatkan tanah tanpa
izin. Penyelesaian dilakukan dengan pertimbangan yang tidak merugikan kedua
belah pihak karena keduanya sama-sama merupakan warga negara Indonesia
yang berhak memperoleh perlindungan hukum yang adil.
Undang-Undang ini memberikan kekuasaan kepada Penguasa Daerah
untuk melakukan penyelesaian pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau
kuasanya, sebagaimana disebutkan dalam penjelasan atas Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1960,

… oleh..karena perlindungan tanah-tanah terhadap pemakaian yang


tidak teratur dan melawan hukum itu dewasa ini masih perlu
dilangsungkan, lagi pula kepada penguasa-penguasa yang bersangkutan
masih perlu diberikan dasar hukum bagi tindakan-tindakannya untuk
menyelesaikan pemakaian tanah yang demikian ini, perlu diadakan
peraturan baru yang dapat dilaksanakan secara lebih efektif…16

Kewenangan tersebut diberikan kepada Penguasa Daerah untuk dapat


mengambil tindakan-tindakan untuk menyelesaikan pemakaian tanah yang
bukan perkebunan dan bukan hutan tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang
sah, yang ada didaerahnya masing-masing pada suatu waktu.17 Oleh karena
pemakaian tanah-tanah yang dimaksudkan itu tidak sama disemua tempat maka
titik berat kebijaksanaan dalam pelaksanaannya diserahkan kepada penguasa-

15
Ibid, hal. 287.
16
Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
Atau Kuasanya, Penjelasan angka 4.
17
Ibid, Pasal 3 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


8

penguasa daerah, hingga dapatlah diperhatikan segi-segi dan coraknya yang


khusus, sesuai keadaan setempat.18 Adapun Penguasa Daerah yang ditunjuk oleh
Undang-Undang ini adalah19

Penguasa Daerah ialah..:


a. untuk daerah-daerah yang tidak berada dalam keadaan bahaya seperti
yang dimaksudkan dalam Undang-undang Nomor 23/Prp/Tahun
1959 (LN. 1969-139): ”Bupati atau Walikota/Kepala Daerah yang
bersangkutan, sedang untuk Daerah Swatantra Tingkat I Jakarta
Raya: Gubernur/ Kepala Daerah Jakarta Raya”.
b. Untuk daerah-daerah yang berada dalam keadaan bahaya dengan
tingkatan keadaan darurat sipil, darurat militer atau keadaan perang,
masing-masing Penguasa Darurat Sipil Daerah, Penguasa Darurat
Militer Daerah atau Penguasa Perang Daerah yang bersangkutan,
seperti yang dimaksudkan dalam Undang-undang Nomor
23/Prp/Tahun 1959 (LN. 1959-139).

Penguasa Daerah adalah satu-satunya pihak yang diberi kewenangan


untuk mengambil tindakan untuk menyelesaikan dengan memerintahkan kepada
pihak yang menggunakan tanpa izin dan melakukan pengosongan atas lahan
dimaksud, hal ini sebagaimana disebutkan, bahwa 20

1. Dalam rangka menyelesaikan.. pemakaiaan tanah sebagai yang


dimaksudkan Pasal 3, maka Penguasa Daerah dapat memerintahkan
kepada yang memakainya untuk mengosongkan tanah yang
bersangkutan dengan segala barang dan orang yang menerima hak
daripadanya.
2. Jika setelah berlakunya tenggang waktu yang ditentukan di dalam
perintah pengosongan tersebut pada ayat (1) Pasal ini perintah itu
belum dipenuhi oleh yang bersangkutan, maka Penguasa Daerah atau

18
Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
atau Kuasanya, Penjelasan angka 7.
19
Ibid, pasal 1 angka 4. Bahwa Undang-undang Nomor 23/Prp/Tahun 1959 tentang Kedaan
Bahaya berlaku hingga tanggal 16 Juni 1960 dan diperpanjang melalui Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1960 tentang Perpanjangan Jangka Waktu Berlakunya
Peralihan yang Tersebut pada Pasal 61 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 23
Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 No. 139) tentang Keadaan Bahaya, sampai dengan
tanggal 15 Desember 1960. Dengan berakhirnya keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat
sipil, darurat militer atau keadaan perang, maka definisi penguasa daerah ditujukan kepada Bupati
atau Walikota atau Kepala Daerah atau Gubernur.
20
Ibid, pasal 4 ayat (1) dan (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


9

pejabat yang diberi perintah olehnya melaksanakan pengosongan itu


atas biaya pemakai tanah itu sendiri.

Definisi Penguasa Daerah dalam hal dapat disamakan dengan definisi


Pemerintah Daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana Pemerintah Daerah merupakan..
Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.21
Bahwa kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang pertanahan
merupakan pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat. Sebagaimana
dinyatakan oleh Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan bahwa
kewenangan di bidang pertanahan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah
dalam kerangka otonomi adalah pelaksanaan hukum tanah nasional.22
Pelimpahan kewenangan pertanahan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah sesuai dengan hak menguasai negara yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya
disebut UUPA, sebagai berikut:23

Hak menguasai dari negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat


dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat
hukum adat , sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan
Peraturan..Pemerintah.

Selanjutnya dalam penjelasannya disebutkan bahwa

Ketentuan dalam ayat 4 adalah bersangkutan dengan azas ekonomi dan


medebewind dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Soal agraria
menurut sifatnya dan pada azasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat
(pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar). Dengan demikian maka

21
Ibid, pasal 1 angka 3.
22
Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di bidang
Pertanahan, Ed. 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 113.
23
Indonesia, Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 5
Tahun 1960, LN No. 104 Tahun 1960, TLN. No. 2043, pasal 2 ayat (4).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


10

pelimpahan wewenang untuk melaksanakan hak penguasaan dari Negara


atas tanah itu adalah merupakan medebewind. Segala sesuatunya akan
diselenggarakan menurut keperluannya dan sudah barang tentu tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan nasional. Wewenang dalam
bidang agraria dapat merupakan sumber keuangan bagi daerah itu.

Berdasarkan ketentuan tersebut, kewenangan Pemerintah Daerah dalam


bidang pertanahan sifatnya adalah medebewind (tugas pembantuan). Dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
dijelaskan bahwa24

Tugas Pembantuan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah


otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah
provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah telah diatur mengenai kewenangan dari Pemerintah
Daerah salah satunya adalah memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat.25 Melaksanakan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin
merupakan salah satu bentuk menjaga ketertiban masyarakat, walaupun tugas
atau wewenang melakukan pengosongan tidak secara tegas disebutkan.
Selanjutnya disebutkan bahwa Kepala Daerah juga berwenang melaksanakan
wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan26 dalam
hal ini Kepala Daerah diberikan wewenang oleh Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960.
Dalam menjalankan kewenangannya Pemerintah Daerah dibantu oleh
Perangkat Daerah sehingga semua tugas dan wewenang yang diemban oleh
Pemerintah Daerah dapat terlaksana dengan baik. Pembentukan Perangkat

24
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014, LN
No. 244 Tahun 2014, TLN No. 5587, pasal 1 angka 11.
25
Ibid, pasal 65 ayat (1) huruf b.
26
Ibid, pasal 65 ayat (2) huruf e.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


11

Daerah didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang


Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah membentuk Perangkat Daerah sesuai
dengan kebutuhannya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan.
Pemerintah Daerah dan Perangkat Daerah adalah lini terdepan yang
langsung berhubungan dengan masyarakat, segala permasalahan dan kondisi
lingkungan masyarakat menjadi pertimbangan dalam menyelesaikan
pengaduan. Permasalahan antara warga dengan warga dan warga dengan negara
adalah obyek yang menjadi ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah.
Dalam hal perlindungan kepemilikan tanah sering kali warga memiliki
alas hak namun tidak menguasai secara fisik atau negara memiliki asset tercatat
namun secara fisik dikuasai oleh pihak lain. Alas hak yang dimiliki pun
bermacam-macam ada yang belum bersertipikat seperti girik dan eigendom,
maupun yang telah bersertipikat seperti sertipikat hak pakai, sertipikat hak milik,
sertipikat hak guna bangunan dan sertipikat hak guna usaha, masing-masing alas
hak mempunyai kekuatan pembuktian, sertipikat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah merupakan alat
bukti yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis sepanjang data dimaksud
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang
bersangkutan.27 Pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah dimaksud
tidak dapat lagi menuntut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada
pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun
tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau
penerbitan sertifikat tersebut sepanjang pemegang sertipikat memperoleh tanah
dengan itikad baik dan menguasainya.28
Pihak yang memiliki alas hak namun tidak menguasai secara fisik karena
ada pihak lain yang menguasai tanpa izin pemegang hak tetap memiliki hak
untuk dilindungi kepemilikannya, kemana pihak-pihak dimaksud dapat

27
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah, PP No. 24 Tahun 1997, LN
No. 59 Tahun 1997, TLN No. 3696, pasal 32 ayat (1).
28
Ibid, pasal 32 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


12

mengajukan permohonan pengosongan, salah satu penyelesaian yang dapat


ditempuh adalah melalui instansi Pemerintah Daerah berdasarkan kewenangan
yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, namun apakah
kewenangan tersebut masih relevan dalam kondisi saat ini dan bagaimana
hubungan kewenangan tersebut dengan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah,
mengingat Pemerintah Daerah bukanlah lembaga judisial yang memutuskan
kepemilikan namun bagian dari eksekutif yang menjalankan roda pemerintahan
yang harus menjaga ketertiban masyarakat.
Penulis mengkaji kewenangan Pemerintah Daerah dalam hal ini
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam menjalankan
kewenangannya menegakkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 yang
dalam menjalankan kewenangannya, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016
Tentang Penerbitan Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak.
Peraturan Gubernur tersebut dibuat dalam rangka mencegah,
mengurangi dan mengatasi penguasaan/pemakaian tanah tanpa izin yang berhak
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, baik tanah Milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah,
Perorangan atau Badan Hukum, dengan melakukan usaha-usaha pencegahan,
pengamanan dan tindakan penertiban guna memelihara dan meningkatkan
disiplin serta tanggung jawab masyarakat sehingga terwujud ketenteraman dan
ketertiban umum.29
Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, bertujuan untuk:30

a. Mencegah..terjadinya pemakaian/penguasaan tanah tanpa izin yang


berhak.
b. mewujudkan tertib administrasi pertanahan, administrasi pemakaian
dan pemanfaatan tanah.

29
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, Pergub No. 207 Tahun 2016, BD No. 73008
Tahun 2016, menimbang.
30
Ibid, pasal 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


13

c. memberikan kepastian hukum pelaksanaan penertiban terhadap


pemakaian/penguasaan tanah tanpa izin yang berhak.

Ketentuan dimaksud sejalan dengan tujuan kepastian hukum yang


dicantumkan dalam UUPA yaitu meletakkan dasar-dasar untuk memberikan
kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.31 Warga
masyarakat berhak memperoleh kepastian hukum kepemilikan hak atas tanah
yang diperoleh dengan itikad baik sesuai dengan alas hak yang dimilikinya dan
merupakan tugas negara dalam memberikan perlindungan hukum.
Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis mengambil judul
“Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Melaksanakan Pengosongan Tanah
Atas Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya”.

B. Pokok Permasalahan
1. Bagaimana kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau kuasanya?
2. Mengapa pemilik hak atas tanah memilih penyelesaian dengan mengajukan
permohonan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau
kuasanya kepada Pemerintah Daerah?
3. Bagaimana tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan
kewenangan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau
kuasanya?

31
Indonesia, Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Penjelasan
Umum, disebutkan bahwa tujuan Undang-undang Pokok Agraria ialah:
a. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan
alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat,
terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
b. meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan.
c. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
bagi rakyat seluruhnya.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
1.1.Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kewenangan Pemerintah
Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang
Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya
masih relevan untuk dimiliki oleh Pemerintah Daerah serta tanggung
jawab yang harus di emban oleh Pemerintah Daerah dalam menjalankan
kewenangan tersebut. Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji
mengenai kewenangan Pemerintah Daerah, peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pemerintahan daerah dan pertanahan.
2. Tujuan Khusus
2.1.1. Menjelaskan kewenangan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin
yang berhak atau kuasanya berdasarkan Undang-Undang Nomor
51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin
Yang Berhak Atau Kuasanya, Peraturan Perundang-undangan
tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
2.1.2. Menjelaskan landasan pemilik hak atas tanah memilih
penyelesaian dengan mengajukan permohonan pengosongan
tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau kuasanya
kepada Pemerintah Daerah terkait dengan kewenangan
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pengosongan tanah
yang dipakai tanpa izin yang berhak atau kuasanya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya dan
hubungannya dengan kewenangan Pemerintah Daerah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


15

2.1.3. Menjelaskan tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap


pelaksanaan kewenangan pengosongan tanah atas pemakaian
tanpa izin yang berhak atau kuasanya.

2. Manfaat Penelitian
2.1.Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang hukum, khususnya dalam bidang Pemerintahan Daerah.
2.2.Manfaat Praktis
2.2.1. Penelitian ini akan bermanfaat bagi pemegang kewenangan dan
pemegang pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya.
2.2.2. Penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat umum,
khususnya masyarakat yang memiliki permasalahan penguasaan
tanah tanpa izin dan masyarakat yang menguasai tanah tanpa izin
untuk dapat menghormati hukum yang berlaku di Indonesia.

D. Kerangka Konseptual
1. Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan sebagai berikut

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan


oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik..Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.32

32
Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014,
pasal 1 angka 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


16

2. Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah telah didefinisikan dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagai berikut:

Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur


penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.33

3. Penguasa Daerah
Penguasa daerah yang ditunjuk oleh Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960 adalah sebagai berikut34

Penguasa Daerah ialah :


a. untuk daerah-daerah yang tidak berada dalam keadaan bahaya
seperti yang dimaksudkan dalam Undang-undang Nomor
23/Prp/Tahun 1959 (LN. 1969-139): ”Bupati atau
Walikota/Kepala Daerah yang bersangkutan, sedang untuk
Daerah Swatantra Tingkat I Jakarta Raya: Gubernur/ Kepala
Daerah Jakarta Raya”.
b. Untuk daerah-daerah yang berada dalam keadaan bahaya dengan
tingkatan keadaan darurat sipil, darurat militer atau keadaan
perang, masing-masing Penguasa Darurat Sipil Daerah,
Penguasa Darurat Militer Daerah atau Penguasa Perang Daerah
yang bersangkutan, seperti yang dimaksudkan dalam Undang-
undang Nomor 23/Prp/Tahun 1959 (LN. 1959-139).

4. Otonomi Daerah
Pemerintahan Daerah diberi kewenangan menjalankan otonomi
daerah berdasarkan peraturan perundang - undangan. Otonomi daerah

33
Ibid, pasal 1 angka 3.
34
Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak Atau Kuasanya, pasal 1 angka 4. Dengan berakhirnya keadaan bahaya dengan tingkatan
keadaan darurat sipil, darurat militer atau keadaan perang, maka definisi penguasa daerah ditujukan
kepada Bupati atau Walikota atau Kepala Daerah atau Gubernur. Kepala Daerah dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah disamakan dengan Pemerintah
Daerah, lihat pasal 1 angka 3.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


17

didefinisikan sebagai berikut:

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang.. dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.35

5. Perangkat Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Perangkat Daerah didefinisikan sebagai unsur
pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.36
Organisasi perangkat daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, dalam Peraturan
Pemerintah tersebut perangkat daerah dibagi menjadi dua, yaitu

a. Perangkat Daerah Provinsi


Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu gubernur dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi.37
b. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu
bupati/wali.. kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.38

35
Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014,
pasal 1 angka 6.
36
Ibid, pasal 1 angka 23.
37
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah, PP No. 18 Tahun 2016,
LN No. 114 Tahun 2016, TLN No. 5887, pasal 1 angka 2.
38
Ibid, pasal 1 angka 3.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


18

6. Tanah
Tanah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali; keadaan bumi di
suatu tempat; permukaan bumi yang diberi batas; daratan; permukaan bumi
yang terbatas yang ditempati suatu bangsa yang diperintah suatu negara atau
menjadi daerah negara; negeri; negara; bahan-bahan dari bumi; bumi sebagai
bahan sesuatu (pasir, napal, cadas, dan sebagainya); dasar.39
Pada Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, yang dimaksud
dengan tanah adalah:40

a. tanah yang langsung dikuasai oleh Negara;


b. tanah yang tidak termasuk huruf a yang dipunyai dengan sesuatu
hak oleh perseorangan atau badan hukum.…

7. Yang Berhak
Asal katanya hak, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak berarti
benar; milik, kepunyaan; kewenangan; kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya);
kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu; derajat atau
martabat; wewenang menurut hukum.41
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, yang
dimaksud dengan yang berhak42

jika mengenai tanah yang termaksud dalam..:


1/a. Negara dalam hal ini Menteri Agraria atau pejabat yang
ditunjuknya;

39
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id/tanah, diakses 10 April 2019.
40
Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak Atau Kuasanya, pasal 1 angka 1.
41
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id/hak, diakses 10 April 2019.
42
Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak Atau Kuasanya, pasal 1 angka 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


19

1/b. orang atau badan hukum yang berhak atas tanah itu.

8. Memakai Tanah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, yang
dimaksud dengan memakai tanah adalah43

menduduki,..mengerjakan dan/atau menguasai sebidang tanah atau


mempunyai tanaman atau bangunan diatasnya, dengan tidak
dipersoalkan apakah bangunan itu dipergunakan sendiri atau tidak.

9. Pendaftaran Tanah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran tanah, pendaftaran tanah didefinisikan sebagai:

rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus


menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.44

10. Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak


Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 Tentang
Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak,
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak didefinisikan sebagai:

43
Ibid, pasal 1 angka 3.
44
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 1 angka 1.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


20

Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak adalah penggunaan tanah


tanpa memiliki surat-surat bukti kepemilikan atas tanah yang sah
dan/atau tidak mempunyai izin dari yang berhak atau kuasanya.45

11. Penertiban
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penertiban berasal dari
kata tertib yang artinya teratur, menurut aturan, rapi dan penertiban berarti
proses, cara, perbuatan menertibkan.46

12. Pengosongan
Pengosongan berasal dari kata kosong yang artinya tidak berisi,
pengosongan berarti proses, cara, perbuatan mengosongkan. 47

E. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian yuridis-normatif, yakni penelitian
yang berdasarkan pada hukum tertulis berupa peraturan perundang-udangan
berlaku, teori hukum konsep hukum, doktrin atau pendapat ahli dan literature
serta kasus.48 Lingkup penelitian akan mengambil contoh pelaksanaan
kewenangan di lingkungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tipologi
penelitian evaluatif.
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder
yakni data yang diperoleh dari kepustakaan seperti dokumen resmi, buku
ataupun hasil penelitian berupa literatur dan studi kasus. Sehingga, bahan hukum
yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tertier.49

45
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, Pasal 1 angka 18.
46
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id/tertib, diakses 25 Maret 2019.
47
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id/kosong, diakses 25 Maret 2019.
48
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2007), hal.14.
49
Ibid, Penelitian Hukum Normatif, hal. 13-14.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


21

Untuk memperoleh hasil dari penelitian secara maksimal, maka Penulis


menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:
a. Library research atau penelitian kepustaakaan yang dijadikan pedoman
atau petunjuk bagi penulis dalam mempelajari, menganalisa, memahami
serta menemukan penyelesaian bagi permasalahan yang dihadapi.dalam
penulisan ini menggunakan alat pengumpulan data yang dilakukan
mempelajari kepustakaan seperti undang-undang, yurisprudensi, buku-
buku, majalah serta tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan dengan objek
yang diteliti.
b. Wawancara dilakukan untuk melengkapi pembahasan ini yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tidak dapat
diperoleh melalui pengamatan.50 Dalam penelitian ini maka penulis akan
melakukan wawancara mendalam (In-depht interview) terhadap para
pihak yang menurut penulis dapat dijadikan sebagai narasumber dalam
permasalahan yang dijadikan objek dalam penelitian ini, yaitu
1. Ibu Dewi Masitoh, Kepala Seksi Penanganan Perkara Kantor
Wilayah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Provinsi DKI Jakarta
2. Bapak Tumbur Parluhutan, Kepala Bidang Ketenteraman dan
Ketertiban Umum Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta.
3. Bapak Juli Susanto, Kepala Sub Bagian Pelayanan Hukum Bagian
Hukum Kota Administrasi Jakarta Selatan.
4. Bapak Henry Hasudungan, Pengelola Sub Bagian Pelayanan Hukum
Bagian Hukum Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Penelitian dalam penulisan ini menggunakan metode yang sifatnya
kualitatif dalam bentuk penelitian, dimana penelitian tersebut dapat
digunakan untuk meneliti aktivitas sosial dan akhirnya menemukan dan
memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala
merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.51 Bentuk

50
Ibid, hal. 59
51
Pupu Saeful Rahmat, Equilibrium, Penelitian Kualitatif, Vol. 5, No.9, Januari-Juni 2009,
hal. 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


22

hasil penelitian berupa evaluatif-analitis terhadap kewenangan kewenangan


Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah atas pemakaian
tanpa izin yang berhak atau kuasanya.

F. Sistematika Penelitian

Tesis ini akan diawali dengan Bab 1 Pendahuluan yang berisi latar
belakang pengambilan topik dimaksud. Dilanjutkan dengan Bab 2 yang
menjelaskan mengenai kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau kuasanya dan
hak-hak atas tanah.

Pada bab 3 penulis akan membahas mengenai penyelesaian


permasalahan tanah kosong yang dikuasai oleh pihak lain, uraian mengenai
contoh permohonan yang diajukan oleh warga kepada Pemerintah Daerah serta
Perangkat Daerah yang membantu terlaksananya kewenangan Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa
izin yang berhak atau kuasanya

Selanjutnya pada bab 4 penulis akan mengkaji kewenangan Pemerintah


Daerah serta pemenuhan tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap
pelaksanaan kewenangan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang
berhak atau kuasanya. Terakhir pada Bab 5 akan dijelaskan mengenai Simpulan
dan Saran dari tesis dimaksud.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


23

BAB 2
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM HAL PEMAKAIAN
TANAH-TANAH KOSONG

A. Kewenangan Pemerintah Daerah


1. Pengertian Kewenangan
Wewenang menurut H.D. Stout sebagaimana dikutip Ridwan HR
dalam buku “Hukum Administrasi Negara” adalah sebagai berikut:52

Bevoegdheid is een begrip uit het bestuurlijke organisatierecht, wat


kan worden omschreven als het geheel van regels dat betrekking heft
op de verkrijging en uit oefening van bestuursrechtelijke
bevoegdheden door publiekrechtelijke rechtssubjecten in het
bestuursrechtelijke rechtsverkeer.
(wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi
pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-
aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang
pemerintahan oleh subjek hukum publik.. di dalam hubungan hukum
publik).

Soerjono Soekanto sebagaimana dikutip Arie Sukanti Hutagalung


dan Marcus Gunawan dalam buku “Kewenangan Pemerintah di bidang
Pertanahan” melihat wewenang sebagai kekuasaan yang ada pada seseorang
atau kelompok orang yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan
dari masyarakat.53 Sedangkan Bagir Manan berpendapat bahwa kekuasaan

52
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Ed. Revisi, Cet.8, (Jakarta: Rajawali
Pers:2013), hal.98.
53
Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di bidang
Pertanahan, hal 105.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


24

(macht) menggambarkan hak untuk berbuat ataupun tidak berbuat,


sedangkan wewenang berarti hak dan sekaligus kewajiban (rechten en
plicten).54
Selanjutnya Bagir Manan sebagaimana dikutip Ridwan HR dalam
buku “Hukum Administrasi Negara”, wewenang seperti dalam otonomi
daerah, hak merupakan kekuasaan untuk mengatur (zelfregelen) dan
mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan kewajiban dapat dibagi baik
secara horizontal untuk menyelenggarakan pemerintahan didaerah maupun
vertikal untuk menyelenggrakan pemerintahan dalam satu ikatan dengan
pemerintah pusat.55
Menurut Indroharto, wewenang dalam arti yuridis adalah
kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk
menimbulkan akibat-akibat hukum. Sedangkan wewenang dalam arti luas
lebih bersifat umum yaitu wewenang untuk berbuat sesuatu. Wewenang
dalam pemerintahan dapat menghasilkan norma-norma hukum material
perdata, TUN, pidana maupun hukum formal lainnya dan pelaksanaan
wewenang pemerintahan tunduk pada hukum tertulis maupun tidak
tertulis.56
Menurut S. Prajudi Atmosudirdjo, kewenangan adalah apa yang
disebut “kekuasaan formal”, yaitu kekuasaan legislative yang diberi oleh
Undang-undang atau kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan
biasanya terdiri atas beberapa wewenang yang merupakan kekuasaan
terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu
bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan
wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Dalam
kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtsbevoegdhenden).
Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan tindak hukum publik.57

54
Ibid.
55
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, 99-100.
56
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Buku I, (Jakarta: Sinar Harapan, 2002), hal 68-69.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


25

Peter Leyland sebagaimana dikutip Safri Nugraha dkk dalam buku


“Hukum Administrasi Negara”, menyatakan kewenangan publik menurut
Peter Leyland mempunyai dua ciri utama, yaitu:58

1. setiap putusan yang dibuat oleh pejabat pemerintah mempunyai


kekuatan mengikat kepada seluruh anggota masyarakat (harus
dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat).
2. Setiap putusan yang dibuat oleh pejabat pemerintah mempunyai
fungsi publik (melakukan public..service).

Menurut Safri Nugraha dkk, kewenangan adalah kekuasaan yang


mempunyai landasan hukum, agar tidak timbul kesewenang-wenangan.
Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum
publik. Hak adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum
privat.59 Dalam hal ini wewenang dan hak dibedakan melalui lingkupnya
antara publik dan privat. Selanjutnya dinyatakan bahwa wewenang
pemerintah adalah60

1. Hak…untuk menjalankan suatu urusan pemerintahan (dalam arti


sempit).
2. Hak untuk dapat secara nyata mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh instansi pemerintah lainnya (dalam arti luas).

Tindakan pemerintah dilegitimasikan melalui kewenangan


pemerintah untuk bertindak yang diperoleh dari Undang-Undang yang
dibuat parlemen. Melalui undang-undang ini diletakkan parameter dari

57
S. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Cet.10, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1994), hal 78.
58
Safri Nugraha et.al., Hukum Administrasi Negara, Ed. Revisi, (Depok: Center For Law
and Good Governance Studies (CLGS-FHUI) Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007), hal.
30.
59
Ibid, hal. 30.
60
Ibid, hal. 29-30.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


26

kewenangan bertindak pemerintah, yang dapat dilakukan dengan


menetapkan kriteria-kriteria dari kekuasaan bertindak, antara lain:61

a. Tujuan dari tindakan pemerintah.


b. Pertimbangan yang harus diambil dalam melakukan
pertanggungjawaban.
c. Prosedur yang harus dipatuhi sebelum bertindak.

Harsanto Nursadi menyatakan kewenangan pemerintah adalah


bagian dari sistem kekuasaan Negara.62 Safri Nugraha dkk menyatakan sifat
wewenang pemerintah adalah63

1. Selalu terikat pada suatu masa tertentu.


2. Selalu tunduk pada batas yang ditentukan.
3. Pelaksanaan wewenang pemerintah terikat pada hukum tertulis
dan hukum tidak tertulis (asas-asas pemerintahan yang baik).

Peter Leyland dan Terry Woods sebagaimana dikutip safri Nugraha


dkk dalam buku “Hukum Administrasi Negara” menyatakan cara pejabat
pemerintah memperoleh wewenang, yaitu64

Government acquires its power to act form parliament in statute. The


statute legitimizes the action (compulsorily to purchase property, to
allow a refugee into the country, to award and educational grant,
etc). it may well lay down the parameters of the power to act, by
specifying the power.

61
Ibid, hal. 33.
62
Harsanto Nursadi, “Tindakan Administrasi Negara”, dalam Hukum Aministrasi Negara
Sektoral, ed. Harsanto Nursadi, (Depok: Center for Law and Good Governance Studies (CLGS) dan
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016), hal 4.
63
Ibid, hal. 31.
64
Ibid, hal. 33.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


27

Sumber kewenangan pemerintahan menurut H.D. Van Wijk/Willem


Konijenbelt sebagaimana dikutip Ridwan HR dalam buku “Hukum
Administrasi Negara, sebagai berikut:65

a. Attributie: toekenning van een bestuursbevoegheid door een


wetgever aan een bestuursorgaan (atribusi adalah pemberian
wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada
organ pemerintahan).
b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene
bestuursorgaan aan een ander (delegasi adalah pelimpahan
wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada
organ pemerintahan lainnya).
c. Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid names hem
uitoefenen door een ander (mandat terjadi ketika organ
pemerintahan mengizinkan kewenangan dijalankan oleh organ
lain atas namanya).

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan dijelaskan mengenai definisi wewenang, yaitu “hak.. yang
dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara
negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.”66 Selanjutnya kewenangan pemerintahan
atau kewenangan adalah kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum
publik.67
Kewenangan yang dimiiki oleh pejabat pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya diperoleh melalui Atribusi, Delegasi, dan/atau
Mandat68 yang dijelaskan sebagai berikut:

65
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, hal 102.
66
Indonesia, Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan, UU No. 30 Tahun 2014,
LN No. 292 Tahun 2014, TLN No. 5601, pasal 1 angka 5.
67
Ibid, pasal 1 angka 6.
68
Ibid, pasal 11

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


28

1. Atribusi
Atribusi adalah pemberian kewenangan oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.69 Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan memperoleh wewenang melalui atribusi apabila:70

a. diatur dalam..Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 dan/atau undang-undang;
b. merupakan Wewenang baru atau sebelumnya tidak ada; dan
c. Atribusi diberikan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan.

Tanggung jawab kewenangan Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan yang memperoleh wewenang melalui atribusi berada pada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan71 dan
kewenangan tersebut tidak dapat didelegasikan, kecuali diatur di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan/atau
undang-undang.72
2. Delegasi
Dalam Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan
dijelaskan bahwa delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi,73 dan
apabila dalam pelaksanaannya menimbulkan ketidakefektifan
penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

69
Ibid, pasal 1 angka 22.
70
Ibid, pasal 12 ayat (1).
71
Ibid, pasal 12 ayat (2).
72
Ibid, pasal 12 ayat (3).
73
Ibid, pasal 1 angka 23.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


29

yang memberikan pendelegasian Kewenangan dapat menarik kembali


Wewenang yang telah didelegasikan.74
Walaupun kewenangan telah didelegasikan pemberi kewenangan
tetap dapat menggunakan sendiri wewenang yang telah diberikan
melalui delegasi, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.75 Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
memperoleh wewenang melalui delegasi apabila76

a. Diberikan..oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada Badan


dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya;
b. ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
dan/atau Peraturan Daerah; dan
c. merupakan wewenang pelimpahan atau sebelumnya telah
ada.

Pendelegasian kewenangan ditetapkan berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan dan tidak dapat didelegasikan lebih
lanjut kecuali diatur dalam peraturan perundang-undangan.77
Pendelegasian lebih lanjut mensubdelegasikan tindakan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan lain dengan ketentuan78

a. dituangkan…dalam bentuk peraturan sebelum wewenang


dilaksanakan;
b. dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri; dan
c. paling banyak diberikan kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan 1 (satu) tingkat di bawahnya.

74
Ibid, pasal 13 ayat (6).
75
Ibid, pasal 12 ayat (5).
76
Ibid, pasal 13 ayat (2).
77
Ibid, pasal 13 ayat (1) dan ayat (3).
78
Ibid, pasal 13 ayat (4)

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


30

3. Mandat
Berbeda dengan delegasi, mandat melimpahkan kewenangan
dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan
tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi
mandate,79 penerima mandat juga tidak berwenang mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak
pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan
alokasi anggaran80. Dalam menjalankan mandat, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan penerima mandat harus menyebutkan atas nama pemberi
Mandat.81
Walaupun kewenangan tersebut telah dilimpahkan melalui
mandat Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tetap dapat menjalankan
kewenangan yang telah diberikan melalui mandat, kecuali ditentukan
lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.82
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh mandat
apabila83 ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan di
atasnya; dan merupakan pelaksanaan tugas rutin. Pejabat yang
melaksanakan tugas rutin terdiri atas84 pelaksana harian yang
melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan
sementara dan pelaksana tugas yang melaksanakan tugas rutin dari
pejabat definitif yang berhalangan tetap.
Apabila terjadi ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan,
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan mandat dapat

79
Ibid, Pasal 1 angka 24.
80
Ibid, pasal 14 ayat (8).
81
Ibid, pasal 14 ayat (4).
82
Ibid, pasal 14 ayat (5).
83
Ibid, pasal 14 ayat (1).
84
Ibid, pasal 14 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


31

menarik kembali Wewenang yang telah dimandatkan dari Badan


dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah.85

2. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang pertanahan


berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang
Pemerintah Daerah.
Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang Pemerintah
Daerah86 berlaku sejak tanggal 7 Sepember 1959 sebagai tindak lanjut dari
Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal 5 Juli
195987 tentang kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
Penetapan Presiden disebutkan bahwa Kepala Daerah adalah alat pemerintah
pusat dan alat pemerintah daerah.88 Kepala Daerah sebagai alat pemerintah
pusat bertugas89

a. mengurus ketertiban dan keamanan umum di daerah;


b. menyelenggarakan koordinasi antara jawatan-jawatan
Pemerintah Pusat di daerah..dan antara jawatan-jawatan tersebut
dengan pemerintah daerah;
c. melakukan pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah;
d. menjalankan lain-lain kewenangan umum yang terletak dalam
bidang urusan pemerintah pusat.

Sedangkan Kepala Daerah sebagai alat pemerintah daerah bertugas dalam


rumah tangga daerah (otonomi) maupun dibidang tugas pembantuan rumah

85
Ibid, pasal 14 ayat (6).
86
Indonesia, Penetapan Presiden tentang Pemerintah Daerah, Penetapan Presiden No. 6
Tahun 1959, LN No. 94 Tahun 1959, TLN No. 1843.
87
Isi Dekrit Presiden:
a. Menetapkan pembubaran Konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia terhitung mulai tanggal
penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara.
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri dari anggota-anggota
DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, serta
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara.
88
Indonesia, Penetapan Presiden tentang Pemerintah Daerah, pasal 14 huruf a.
89
Ibid, pasal 14 huruf b.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


32

tangga daerah (otonomi) maupun dibidang tugas pembantuan dalam


pemerintahan.90
Pada Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang Pemerintah
Daerah tidak ditemukan secara spesifik kewenangan Pemerintah Daerah
dalam bidang pertanahan.

3. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pertanahan Berdasarkan


Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan
dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan
memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.91 Hal ini
dilakukan agar tidak terdapat tumpang tindih dalam pelaksanaan
kewenangan sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat diberikan
semaksimal mungkin.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.92 Urusan wajib yang

90
Ibid, pasal 14 huruf c.
91
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 32 Tahun 2004, LN
No. 125 Tahun 2004, TLN No. 4434, Pasal 11 ayat 1. Dalam penjelasan pasal 11 ayat (1) dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan "kriteria eksternalitas" dalam ketentuan ini adalah penyelenggara
suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul
akibat penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Yang dimaksud dengan "kriteria akuntabilitas"
dalam ketentuan ini adalah penanggung jawab penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan
ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang
ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Yang dimaksud dengan "kriteria
efisiensi" dalam ketentuan ini adalah penyelenggara suatu urusan pemerintahan ditentukan
berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.
92
Ibid, Pasal 11 ayat (3). Dalam penjelasan pasal 11 ayat (3) dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan "urusan wajib" dalam ketentuan ini adalah urusan yang sangat mendasar yang
berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara antara lain: a. perlindungan hak
konstitusional; b. perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, ketenteraman dan
ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI; dan c. pemenuhan komitmen nasional
yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional. Yang dimaksud dengan "urusan
pilihan" dalam ketentuan ini adalah urusan yang secara nyata ada di Daerah dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan
daerah.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


33

menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan


dalam skala provinsi yang meliputi:93

a. Perencanaan..dan pengendalian pembangunan;


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial;
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
termasuk lintas kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota ; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.

Sedangkan Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi


urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan,
dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.94
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:95

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

93
Ibid, pasal 13 ayat (1).
94
Ibid, pasal 13 ayat (2).
95
Ibid, pasal 14 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


34

e. penanganan bidang kesehatan;


f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan.. pertanahan;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.

Sedangkan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat


pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.96
Menurut Suparjo Sujadi dan Hendriani Perwitasari, berdasarkan
pemahaman terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka secara yuridis dapat
dijelaskan mengenai kewenangan di bidang pertanahan:97

1. Lingkup kewenangan Pemerintah Pusat adalah lingkup membuat


blue print politik/kebijakan pertanahan nasional sebagai
pelaksanaan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dalam lingkup substansi
pengaturan yang sudah ada dalam pasal 2 dan 14 UUPA98.

96
Ibid, pasal 14 ayat (2).

Suparjo Sujadi dan Hendriani Perwitasari, “Hukum Administrasi Negara Sektoral dalam
97

BidangAgraria,” dalam buku Hukum Aministrasi Negara Sektoral, hal 141


98
Dalam pasal 2 UUPA disebutkan
(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang
dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan
seluruh rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


35

2. Lingkup kewenangan Pemerintah Daerah, dapat disikronkan


berkenaan dengan pelaksanaan delegasi kewenangan
Pemerintah Pusat (dapat ditafsirkan dalam bidang pelayanan
pertanahan) dan membuat Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
(RUTR) sebagai kewenangan yang linear dengan kewenangan
Pemerintah Pusat. Dalam lingkup kebijakan ini Pemerintah
Daerah tetap tunduk pada pedoman umum kebijakan/politik
pertanahan nasional yang diatur Dalam pasal 33 ayat (3) UUD
1945 jo pasal 14 dan pasal 2 UUPA. Hal itu sebagai konsekuensi
format Negara Kesatuan yang memberikan kedaulatan penuh
kepada NKRI dalam segala aspek. Pemerintah Pusat sebagai
organisasi kekuasaan adalah penyelenggara kekuasaan Negara,
sedangkan Pemerintah Daerah tidak lain hanya menjalankan
pemerintahan sebagai pelimpahan kekuasaan Negara dari
Pemerintah Pusat.

Selanjutnya pembagian kewenangan dibidang pertanahan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dituangkan dalam Keputusan

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi,


air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatanperbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini
digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka
berdaulat, adil dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-
daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
Dalam pasal 14 UUPA disebutkan:
(1) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan (3) , pasal 9 ayat (2) serta
pasal 10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu rencana
umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya:
a. untuk keperluan Negara,
b. untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sesuai dengan dasar Ketuhanan
Yang Maha Esa;
c. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan dan lain-lain
kesejahteraan;
d. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, peternakan dan perikanan serta
sejalan dengan itu;
e. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan.
(2) Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat (1) pasal ini dan mengingat peraturan-peraturan
yang bersangkutan, Pemerintah Daerah mengatur persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi,
air serta ruang angkasa untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.
(3) Peraturan Pemerintah Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini berlaku setelah mendapat
pengesahan, mengenai Daerah Tingkat I dari Presiden, Daerah Tingkat II dari, Gubernur/Kepala
Daerah yang bersangkutan dan Daerah Tingkat III dari Bupati/Walikota/Kepala Daerah yang
bersangkutan.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


36

Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang


Pertanahan, sebagai berikut:
1. Kewenangan Pemerintah Pusat99
Kewenangan bidang pertanahan oleh Pemerintah Pusat
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional dengan melakukan
langkah-langkah percepatan, yaitu:

a. Penyusunan…Rancangan Undang-Undang Penyempurnaan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria dan Rancangan Undang-Undang tentang Hak
Atas Tanah serta peraturan perundang-undangan lainnya di bidang
pertanahan.
b. Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang
meliputi:..
1) penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/
pemerintah/pemerintah daerah di seluruh Indonesia;
2) penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan
pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan
pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e-government, e-
commerce dan e-payment;
3) pemetaan kadastral dalam rangka inventarisasi dan registrasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi
informasi untuk menunjang kebijakan pelaksanaan landreform
dan pemberian hak atas tanah.
4) pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan
pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi, dengan
mengutamakan penetapan zona sawah beririgasi, dalam rangka
memelihara ketahanan pangan nasional.

2. Kewenangan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dengan


pengecualian hal yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dalam satu
provinsi, maka dilaksanakan oleh provinsi yang bersangkutan. Adapun
kewenangan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) adalah:100

99
Indonesia, Keputusan Presiden tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan,
Keppres Nomor 34 Tahun 2003, LN No. 60 Tahun 2003, pasal 1.
100
Ibid, pasal 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


37

a. pemberian ijin..lokasi;
b. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan;
c. penyelesaian sengketa tanah garapan;
d. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan;
e. penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian
tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;
f. penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat;
g. pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong;
h. pemberian ijin membuka tanah;
i. perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/ Kota.

4. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pertanahan berdasarkan


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan di Daerah dilaksanakan
berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.101
Pada Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
telah dijelaskan ketiga asas dimaksud, yaitu
a. Asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi.102
b. Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan/atau kepada Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai penanggung
jawab urusan pemerintahan umum.103
c. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah
provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi 104.

101
Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014,
pasal 5 ayat (4).
102
Ibid, pasal 1 angka 8.
103
Ibid, pasal 1 angka 9.
104
Ibid, pasal 1 angka 11.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


38

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas


urusan pemerintahan wajib, baik yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, serta urusan pemerintahan
pilihan.
Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
meliputi:105

a. pendidikan;
b. kesehatan;.
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat;
dan
f. sosial.

Urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan


dasar meliputi:106

a. tenaga kerja;.
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan

105
Ibid, pasal 12 ayat(1).
106
Ibid, pasal 12 ayat(2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


39

r. kearsipan.

Urusan pemerintahan pilihan meliputi:107

a. kelautan dan perikanan;


b. pariwisata;
c. pertanian;
d. kehutanan;
e. energi dan sumber daya mineral;
f. perdagangan;..
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.

Kewenangan daerah yang berkaitan dengan pertanahan termasuk


kedalam urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar.108 Walaupun tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, namun bidang
pertanahan sangat penting karena berkaitan dengan perencanaan kota.
Berdasarkan Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah, Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren
Antara Pusat dan Daerah Kabupaten/Kota, huruf J. Pembagian Urusan
Pemerintahan Bidang Pertanahan, sebagai berikut:

Tabel. 2.1. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan


No Sub Urusan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah
Pusat Kabupaten/Kota
1 Izin Lokasi Pemberian izin Pemberian izin lokasi Pemberian izin
lokasi lintas lintas Daerah lokasi dalam 1
Daerah provinsi. kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah
(satu) Daerah provinsi. kabupaten/kota.
2 Pengadaan Pelaksanaan Penetapan lokasi
Tanah Untuk pengadaan tanah pengadaan tanah untuk
Kepentingan untuk kepentingan umum
Umum kepentingan provinsi
umum
3 Sengketa Tanah Penyelesaian Penyelesaian sengketa Penyelesaian
Garapan sengketa tanah tanah garapan lintas sengketa tanah
Daerah kabupaten/kota garapan dalam

107
Ibid, pasal 12 ayat (3).
108
Ibid, pasal 12 ayat (2) huruf d.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


40

No Sub Urusan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah


Pusat Kabupaten/Kota
garapan lintas dalam 1 (satu) Daerah Daerah
Daerah provinsi. provinsi. kabupaten/kota.
4 Ganti Kerugian Penyelesaian Penyelesaian masalah Penyelesaian
dan Santunan masalah ganti ganti kerugian dan masalah ganti
Tanah Untuk kerugian dan santunan tanah untuk kerugian dan
Pembangunan santunan tanah pembangunan oleh santunan tanah
untuk Pemerintah Daerah untuk
pembangunan provinsi. pembangunan
oleh Pemerintah oleh Pemerintah
Pusat. Daerah
5 Subyek dan Penetapan Penetapan subyek dan Penetapan subyek
Obyek subyek dan obyek redistribusi tanah, dan obyek
Redistribusi obyek serta ganti kerugian tanah redistribusi tanah,
Tanah, serta redistribusi kelebihan maksimum dan serta ganti
Ganti Kerugian tanah, serta ganti tanah absentee lintas kerugian tanah
Tanah kerugian tanah Daerah kabupaten/kota kelebihan
Kelebihan kelebihan dalam 1 (satu) maksimum dan
Maksimum dan maksimum dan Daerah provinsi tanah absentee
Tanah tanah absentee dalam Daerah
Absentee lintas Daerah kabupaten/kota.
provinsi.
6 Tanah Ulayat Penetapan tanah ulayat Penetapan tanah
yang lokasinya lintas ulayat yang
Daerah kabupaten/kota lokasinya dalam
dalam 1 (satu) Daerah
Daerah provinsi. kabupaten/kota.
7 Tanah Kosong a.Penyelesaian masalah a.Penyelesaian
tanah kosong lintas masalah tanah
Daerah kabupaten/kota kosong dalam
dalam 1 (satu) Daerah Daerah
provinsi kabupaten/kota
b.Inventarisasi dan b.Inventarisasi
pemanfaatan tanah dan
kosong lintas Daerah pemanfaatan
kabupaten/kota dalam tanah kosong
1 (satu) Daerah provinsi dalam Daerah
kabupaten/kota
8 Izin Membuka Penerbitan izin
Tanah membuka tanah
9 Penggunaan Perencanaan Perencanaan penggunaan Perencanaan
Tanah penggunaan tanah yang hamparannya penggunaan tanah
tanah yang lintas Daerah yang
hamparannya kabupaten/kota dalam 1 hamparannya
lintas Daerah (satu) Daerah provinsi. dalam Daerah
provinsi. kabupaten/kota.
Sumber: Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pusat dan Daerah Kabupaten/Kota,
huruf J. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


41

5. Kewenangan Pemerintah Pusat dalam bidang pertanahan


Kewenangan Pemerintah Pusat dalam bidang pertanahan
dilaksanakan oleh Kementrian Agraria dan Tata Ruang serta Badan
Pertanahan Nasional. Kementerian Agraria dan Tata Ruang merupakan
lembaga pemerintah Kementerian sedangkan Badan Pertanahan Nasional
adalah lembaga pemerintah non kementerian,109 keduanya membantu
Presiden dalam mengatur hal-hal dalam bidang pertanahan. Secara struktur
organisasi keduanya terpisah namun pimpinan kedua lembaga tersebut
dipegang oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang.110

Bagan 2.1. Struktur Organisasi Kementerian Agraria dan Tata


Ruang/Badan Pertanahan Nasional
STAF AHLI
BIDANG LAND FORM DAN
HAK MASYARAKAT ATAS
TANAH

STAF AHLI MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG / KEPALA BADAN


BIDANG MASYARAKAT ADAT STAF KHUSUS
PERTANAHAN NASIONAL
DAN KEMASYARAKATAN

STAF AHLI
BIDANG EKONOMI INSPEKTORAT SEKRETARIAT
PERTANIAN JENDERAL JENDERAL

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT JENDRAL DIREKTORAT JENDRAL


JENDRAL TATA JENDRAL JENDRAL JENDRAL JENDRAL PENGENDALIAN PENANGANAN MASALAH
PENATAAN PENGADAAN PEMANFAATAN RUANG AGRARIA, PEMANFAATAN
RUANG INFRASTRUKTUR HUBUNGAN DAN PENGUASAAN
AGRARIA TANAH RUANG DAN TANAH
KEAGRARIAN HUKUM TANAH
KEAGRARIAN

PUSAT PUSAT PUSAT DATA DAN INFORMASI


PENDIDIKAN PENELITIAN DAN PERTAHANAN TATA RUANG
DAN PENGEMBANGAN DAN LAHAN PERTANIAN
PANGAN BERKELANJUTAN
PELATIHAN

SEKOLAH TINGGI PERTAHAN


NASIONAL (STPN)

KANTOR WILAYAH
BADAN PERTANAHAN
NASIONAL

KANTOR
PERTANAHAN

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

109
Pada Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional,
pasal 1 ayat (1), disebutkan bahwa “Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut BPN adalah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden”.
110
Pada Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional pasal
5 huruf a, disebutkan bahwa Kepala Badan Pertanahan Nasional dijabat oleh Menteri Agraria dan
Tata Ruang.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


42

Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan
tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.111 Fungsi yang dijalankan oleh Kementerian Agraria
dan Tata Ruang adalah:112

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang,


infrastruktur.. keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum
keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah,
pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta
penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah.
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang.
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria
dan Tata Ruang.
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah.
f. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Sedangkan Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas


melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.113 Guna melaksanakan tugasnya
Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi:114

a. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan.


b. perumusan. dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran,
dan pemetaan.

111
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Perpres
No. 17 Tahun 2015, LN No. 18 Tahun 2015, pasal 2.
112
Ibid, pasal 3.
113
Indonesia, Peraturan Presiden tentang Badan Pertanahan Nasional, Perpres No. 20
Tahun 2015, LN No. 21 Tahun 2015, pasal 2.
114
Ibid, pasal 3.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


43

c. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah,


pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat.
d. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan
dan pengendalian kebijakan pertanahan.
e. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah.
f. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan.
g. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN.
h. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN.
i. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan.
j. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan.
k. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala


Badan Pertanahan Nasional Nomor 167/KEP-7.1/VI/2015 tentang
Hubungan Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pusat dengan Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan, unit organsisai
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yaitu
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan,
Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan, Direktorat Jenderal
Penataan Agraria, Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah, Direktorat Jenderal
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Direktorat
Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah, dan
Inspektorat Jenderal bertugas untuk mengkoordinasikan,
menyelenggarakan, membina, mengendalikan, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas, fungsi dan program pada unit organisasi
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan yang
tugas dan fungsinya bersesuaian.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


44

B. .Hak-hak penguasaan atas tanah


1. Hak-hak atas tanah
Dalam UUPA disebutkan bahwa atas dasar hak menguasai dari
negara ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah,115 jenis hak-hak atas tanah, yaitu:116

a. hak milik,
b. hak guna usaha,
c. hak guna bangunan,
d. hak pakai,.
e. hak sewa,
f. hak membuka tanah,
g. hak memungut hasil hutan,
h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas
yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang
sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.

Jenis hak-hak atas tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Hak milik
Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat fungsi sosial
tanah.117 Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.118
Pihak yang dapat memperoleh hak milik hanya warga negara Indonesia
dan badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah.119
Hak atas tanah berupa hak milik hapus bila:120

a. tanahnya jatuh kepada negara,

115
Indonesia, Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, pasal 4
ayat (1).
116
Ibid, pasal 16 ayat (1).
117
Ibid, pasal 20 ayat (1). Dalam pasal 6 UUPA disebutkan bahwa semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial.
118
Ibid, pasal 20 ayat (2).
119
Ibid, pasal 21 ayat (1) dan (2).
120
Ibid, pasal 27.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


45

1. karena pencabutan..hak berdasarkan pasal 18;121


2. karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya;
3. karena ditelantarkan;122
4. karena ketentuan pasal 21 ayat (3)123 dan 26 ayat (2).124
b. tanahnya musnah.

b. Hak guna usaha


Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu 25 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 25 tahun.125 Hak guna usaha dapat diberikan
kepada perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.126
Hak guna usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit
5 hektar, dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus
memakai investasi modal yang layak dan teknik perusahaan yang baik,

121
Dalam pasal 18 UUPA disebutkan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk
kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-
Undang.
122
Dalam penjelasan pasal 27 UUPA disebutkan Tanah diterlantarkan kalau dengan sengaja
tidak dipergunakan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan daripada haknya.
123
Dalam pasal 21 ayat (3) UUPA disebutkan bahwa orang asing yang sesudah berlakunya
Undang-Undang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta
karena perkawinan, demikian pula warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah
berlakunya Undang-Undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam
jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika
sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena
hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang
membebaninya tetap berlangsung.
124
Dalam pasal 26 ayat (2) UUPA disebutkan bahwa setiap jual-beli, penukaran,
penghibahan, pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk
langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada seorang warga-
negara yang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing atau
kepada suatu badan hukum kecuali yang ditetapkan oleh Pemerintah termaksud dalam pasal 21 ayat
(2), adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara, dengan ketentuan, bahwa hak-
hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung serta semua pembayaran yang telah diterima
oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali.
125
Dalam pasal 29 UUPA disebutkan bahwa hak guna usaha diberikan untuk waktu paling
lama 25 tahun. dan untuk perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan hak
guna-usaha untuk waktu paling lama 35 tahun. Serta dapat diperpanjang dengan waktu yang paling
lama 25 tahun.
126
Ibid, pasal 28 ayat (1)

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


46

sesuai dengan perkembangan zaman.127 Hak guna usaha dapat beralih


dan dialihkan kepada pihak lain.128 Hak guna usaha dapat diberikan
kepada129
a. warga negara Indonesia;
b. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
Apabila orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna
usaha atau pihak yang memperoleh hak guna usaha tidak lagi memenuhi
syarat-syarat sebagai yang berhak maka dalam jangka waktu satu tahun
wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang
memenuhi syarat. Jika hak guna usaha, yang bersangkutan tidak
dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut maka hak itu
hapus karena hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan
diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.130 Hak guna usaha dapat dihapus karena alasan
sebagai berikut:131

a. jangka waktunya berakhir.


b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat
tidak dipenuhi.
c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir.
d. dicabut untuk kepentingan umum.
e. ditelantarkan.
f. tanahnya musnah.
g. orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna.usaha dan tidak
lagi memenuhi syarat-syarat sebagai yang berhak.

127
Ibid, pasal 28 ayat (2).
128
Ibid, pasal 28 ayat (3).
129
Ibid, pasal 30 ayat (1).
130
Ibid, pasal 30 ayat (2).
131
Ibid, pasal 34.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


47

c. Hak guna bangunan


Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri,
dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas permintaan pemegang
hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-
bangunannya, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dengan waktu
paling lama 20 tahun. Hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain.132 Pihak-pihak yang dapat mempunyai hak guna
bangunan ialah:133
a. warga negara Indonesia;
b. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna bangunan
dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam jangka waktu
1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain
yang memenuhi syarat. Jika hak guna bangunan yang bersangkutan tidak
dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu
hapus karena hukum, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain akan
diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.134 Hak guna bangunan dapat timbul karena hal
sebagai berikut:135

a. mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara; karena


penetapan Pemerintah;..
b. mengenai tanah milik; karena perjanjian yang berbentuk otentik
antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan pihak yang akan
memperoleh hak guna bangunan itu, yang bermaksud menimbulkan
hak tersebut.

132
Ibid, pasal 35.
133
Ibid, pasal 36 ayat (1).
134
Ibid, pasal 36 ayat (2).
135
Ibid, pasal 37.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


48

Hak guna bangunan hapus karena:136

a. jangka waktunya berakhir;


b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat
tidak dipenuhi;
c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir;
d. dicabut untuk kepentingan umum;
e. ditelantarkan;
f. tanahnya musnah;
g. ketentuan dalam pasal 36 ayat (2)137.

d. Hak pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik
orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang
bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-
ketentuan Undang-Undang ini.138 Hak pakai dapat diberikan untuk:139

a. selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya


dipergunakan untuk keperluan yang tertentu;

136
Ibid, pasal 40.
137
Dalam pasal 36 UUPA disebutkan
(1) Yang dapat mempunyai hak guna-bangunan ialah:
a. Warga negara Indonesia;
b. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
(2) (2) Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna-bangunan dan tidak lagi memenuhi
syarat-syarat yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu 1 tahun wajib
melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan ini
berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh hak guna-bangunan, jika ia tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut. Jika hak guna-bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau
dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan,
bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuanketentuan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
138
Ibid, pasal 41 ayat (1).
139
Ibid, pasal 41 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


49

b. dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa


apapun.

Pemberian hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang


mengandung unsur-unsur pemerasan.140 Pihak-pihak yang
diperbolehkan mempunyai hak pakai ialah:141

a. warga negara Indonesia;..


b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara


maka hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin
pejabat yang berwenang. Sedangkan terhadap hak pakai atas tanah milik
hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, jika hal itu dimungkinkan
dalam perjanjian yang bersangkutan.142

d. Hak sewa
Hak sewa diperoleh seseorang atau badan hukum dengan
membayar uang sewa kepada pemilik tanah, dengan dilakukan
pembayaran sewa maka ia berhak untuk mempergunakan tanah
dimaksud. Pembayaran sewa dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan
para pihak, sekali bayar atau bertahap, dengan waktu sebelum atau
sesudah tanah dipergunakan.143 Namun tidak semua orang dapat
memiliki hak sewa, hak sewa hanya dapat dimiliki oleh:144

140
Ibid, pasal 41 ayat (3).
141
Ibid, pasal 42.
142
Ibid, pasal 43.
143
Ibid, pasal 44.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


50

a. warga negara Indonesia;


b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

e. Hak membuka tanah dan hak memungut hasil hutan.


Terhadap Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan hanya
dapat dipunyai oleh warga-negara Indonesia dan diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Hak ini tidak serta merta secara otomatis di peroleh oleh
pihak yang menggunakan hak memungut hasil hutan secara tidak sah.145

f. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang
akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya
sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.
Hak-hak lain yang sifatnya sementara adalah hak gadai, hak
usaha bagi hasil dan hak sewa tanah pertanian.146

2. Tanah terlantar
Tanah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan,
tanah dapat berfungsi sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat
mencari pencaharian, tentunya dengan tetap memperhatikan kondisi
lingkungan sekitarnya. Berdasarkan UUPA, disebutkan bahwa tanah harus
mempunyai fungsi sosial147. Hal ini berarti tanah yang telah dimiliki oleh
orang pribadi atau badan hukum dalam pemanfaatannya tidak boleh
merugikan pihak lain dan harus sesuai dengan keadaan serta sifat haknya,

144
Ibid, pasal 45.
145
Ibid, pasal 46.
146
Ibid, pasal 53.
147
Indonesia, Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria , dalam
pasal 6 disebutkan “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


51

sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan pemilik maupun


masyarakat dan negara.148
Guna menjaga manfaat tanah dalam menjalankan fungsi sosialnya
maka kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah untuk memelihara tanah
termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya, dengan
memperhatikan pihak yang ekonomis lemah.149
Terhadap tanah-tanah yang tidak dipergunakan, tidak diusahakan,
tidak dimanfaatkan dan tidak dipelihara sesuai sifat dan tujuan haknya oleh
pemegang hak atas tanah merupakan tanah terlantar yang menjadi tidak
memiliki fungsi sosial dan tidak memiliki fungsi ekonomis.
Pada UUPA disebutkan bahwa tanah diterlantarkan kalau dengan
sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan
daripada haknya.150 Apabila pemegang hak atas tanah dengan sengaja
menelantarkan tanahnya hak atas tanah yang dimilikinya dapat dihapus
secara hukum. Hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan dapat
dihapus dengan salah satu dasar karena diterlantarkan, hal ini sesuai dengan
Pasal 27, Pasal 34, dan Pasal 40 UUPA.
Berbeda dengan UUPA, pada Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, obyek

148
Ibid, dalam penjelasan II angka (4) disebutkan bahwa hak atas tanah apapun yang ada
pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan
kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat
daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya
maupun bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.
149
Ibid, pasal 15 dan dicantumkan dalam penjelasan II angka (4) bahwa Berhubung dengan
fungsi sosialnya, maka adalah suatu hal yang sewajarnya bahwa tanah itu harus dipelihara baik-baik,
agar bertambah kesuburannya serta dicegah kerusakannya. Kewajiban memelihara tanah ini tidak
saja dibebankan kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi
beban pula dari setiap orang, badan-hukum atau instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum
dengan tanah itu (pasal 15). Dalam melaksanakan ketentuan ini akan diperhatikan kepentingan fihak
yang ekonomis lemah.
150
Ibid, penjelasan pasal 27.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


52

tanah terlantar diperluas menjadi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan,151 disebutkan bahwa

Obyek penertiban tanah terlantar meliputi tanah yang sudah


diberikan hak oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar
penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan
tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.152

Dalam penjelasannya disebutkan bahwa tanah yang dinyatakan


sebagai tanah terlantar adalah tanah yang sudah memiliki Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, atau Hak Pengelolaan namun
tanahnya tidak diusahakan, tidak dipergunakan atau tidak dimanfaatkan
sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan haknya serta tanah yang ada
dasar penguasaannya namun tanahnya tidak dimohon hak, tidak diusahakan,
tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan persyaratan atau
ketentuan yang ditetapkan dalam izin lokasi, surat keputusan pemberian hak,
surat keputusan pelepasan kawasan hutan, dan/atau dalam
izin/keputusan/surat lainnya dari pejabat yang berwenang.153

151
Hak pengelolaan tidak secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, namun dalam penjelasan umum II disebutkan
“…negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan-hukum dengan
sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak-guna-usaha, hak guna
bangunan atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatu Badan Penguasa
(Departemen, Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya
masing-masing…”. Pengertian hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, pasal 1 angka 2,
disebutkan bahwa hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. Pengertian lebih rinci ditemukan dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan,
Penjelasan pasal 2 ayat (3) huruf f. Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang
kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain, berupa
perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan
tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama
dengan pihak ketiga.
152
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar, PP No. 11 Tahun 2010, LN No. 16 Tahun 2010, TLN No. 5098, pasal 2.
153
Ibid, penjelasan pasal 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


53

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan


Pendayagunaan Tanah Terlantar memperluas obyek penertiban tanah
terlantar yang telah diatur dalam UUPA, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan
yang tadinya bukan merupakan obyek penertiban tanah terlantar, sekarang
termasuk menjadi obyeknya sehingga obyek penertiban tanah terlantar
menjadi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, atau
Hak Pengelolaan.
Pengecualian terhadap obyek penertiban tanah terlantar sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar adalah:154

a. tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama


perseorangan yang secara tidak sengaja tidak dipergunakan
sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian
haknya;155 dan
b. tanah yang dikuasai pemerintah baik secara langsung maupun
tidak langsung dan sudah berstatus maupun belum berstatus
Barang Milik Negara/Daerah yang tidak sengaja tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan
pemberian haknya.156

Sebagai peraturan pelaksanaan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11


Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, Kepala
Badan Pertanahan Nasional menerbitkan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban

154
Ibid, pasal 3.
155
Dalam penjelasan Pasal 3 huruf a disebutkan yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya” dalam ketentuan ini
adalah karena Pemegang Hak perseorangan dimaksud tidak memiliki kemampuan dari segi ekonomi
untuk mengusahakan, mempergunakan, atau memanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan
tujuan pemberian haknya.
156
Dalam penjelasan Pasal 3 huruf b Yang dimaksud dengan “tidak sengaja tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya” dalam ketentuan ini
adalah karena keterbatasan anggaran negara/daerah untuk mengusahakan, mempergunakan, atau
memanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian haknya.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


54

Tanah Terlantar, didalamnya dijelaskan definisi tanah terlantar sebagai


berikut:

Tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh Negara
berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan
hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai
dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
penguasaannya.157

Indikasi adanya tanah terlantar adalah tanah-tanah yang belum


dilakukan identifikasi dan penelitian atas dugaan tidak diusahakan, tidak
dipergunakan atau tidak dimanfaatkan tanah tersebut sesuai dengan keadaan
atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.158
Guna pelaksanaan penertiban atas tanah terlantar, pihak Kantor
Pertanahan akan melakukan inventarisasi atas tanah yang terindikasi
terlantar, selanjutnya akan dilakukan identifikasi dan penelitian, apabila dari
hasil identifikasi dan penelitian disimpulkan terdapat tanah yang
diterlantarkan, maka akan dilakukan peringatan terhadap pemegang hak dan
tahap terakhir adalah penetapan tanah terlantar.159 Terhadap tanah yang
telah ditetapkan sebagai tanah terlantar maka hapus hak atas tanah, putus
hubungan hukum dengan ex pemegang hak dan tanah langsung dikuasai oleh
negara.160
Guna menghindari hilangnya hak atas tanah dan putusnya hubungan
hukum dengan tanah dimaksud, pemegang hak atas tanah harus
mengusahakan, mempergunakan dan memanfaatkan tanah sesuai dengan
keadaan atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.
Putusnya hubungan hukum akan mengakibatkan tanah menjadi langsung

157
Kepala Badan Pertanahan Nasional, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar, Perkaban No. 4 Tahun 2010, Pasal 1 angka 6.
158
Ibid, pasal 1 angka 5.
159
Ibid, pasal 3.
160
Ibid, pasal 19 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


55

dimiliki oleh negara dan guna memiliki kembali maka pihak ex pemegang
hak harus mengajukan permohonan hak baru.161

3. Tanah bersengketa
Tanah bersengketa dapat terjadi antar warga atau swasta, warga atau
swasta dengan Pemerintah ataupun Pemerintah dengan Pemerintah.
Sengketa tanah yang terjadi dapat diselesaikan melalui jalur litigasi dan non
litigasi. Penyelesaian melalui jalur litigasi dapat dilaksanakan melalui badan
peradilan umum yang berwenang, sedangkan penyelesaian melalui jalur non
litigasi dapat dilaksanakan melalui mediator pada Kementrian Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional dan Pemerintah Daerah.
Menurut Boedi Harsono, sebagaimana dikutip Arie S. Hutagalung
dalam buku “Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah”, masalah
tanah yang dapat disengketakan adalah sebagai berikut:162

a. Sengketa mengenai bidang tanah yang mana yang dimaksudkan.


b. Sengketa mengenai batas-batas bidang tanah.
c. Sengketa mengenai luas bidang tanah.
d. Sengketa mengenai status tanahnya, tanah negara atau tanah hak.
e. Sengketa mengenai pemegang haknya.
f. Sengketa mengenai hak yang membebaninya.
g. Sengketa mengenai pemindahan haknya.
h. Sengketa mengenai penunjuk lokasi dan penetapan luasnya
untuk proyek pemerintah atau swasta.
i. Sengketa mengenai pelepasan/pembebasan tanah.

161
Ibid, lihat pasal 10 dan 11, disebutkan bahwa terhadap tanah terlantar dapat terjadi 3 (tiga)
hal, yaitu:
1. Tanah yang ditetapkan sebagai tanah terlantar apabila merupakan keseluruhan hamparan, maka
hak atas tanahnya dihapuskan, diputuskan hubungan hukumnya, dan ditegaskan menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara.
2. Tanah yang ditetapkan sebagai tanah terlantar, apabila merupakan sebagian hamparan yang
diterlantarkan, maka hak atas tanahnya dihapuskan, diputuskan hubungan hukumnya dan
ditegaskan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dan selanjutnya kepada bekas
Pemegang Hak diberikan kembali atas bagian tanah yang benar-benar diusahakan,
dipergunakan, dan dimanfaatkan sesuai dengan keputusan pemberian haknya.
3. Apabila tanah hak yang diterlantarkan kurang dari atau sama dengan 25% (dua puluh lima
persen), maka Pemegang Hak dapat mengajukan permohonan revisi luas atas bidang tanah yang
benar-benar digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan keputusan pemberian haknya.
162
Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, (Jakarta:
Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, 2005), hal 370-371.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


56

j. Sengketa mengenai pengosongan tanah.


k. Sengketa mengenai pemberian ganti rugi, pesangon atau imbalan
lainnya.
l. Sengketa mengenai pembatalan haknya.
m. Sengketa mengenai pencabutan haknya.
n. Sengketa mengenai pemberian haknya.
o. Sengketa mengenai penerbitan sertipikatnya.
p. Sengketa mengenai alat-alat pembuktian adanya hak atau
perbuatan hukum yang dilakukan dan sengketa-sengketa lainnya.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional telah mengeluarkan aturan mengenai penyelesaian kasus
pertanahan salah satunya sengketa tanah. Dalam Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016
tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan, kasus pertanahan163 terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Sengketa Tanah yang selanjutnya disebut Sengketa adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang
tidak berdampak luas.164
2. Konflik Tanah yang selanjutnya disebut Konflik adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi,
badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah
berdampak luas.165
3. Perkara Tanah yang selanjutnya disebut Perkara adalah perselisihan
pertanahan yang penanganan dan penyelesaiannya melalui lembaga
peradilan.166

163
Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan, Permen Agraria dan Tata Ruang No. 11 Tahun 2016, BN No. 569 Tahun 2016, dalam
pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa Kasus Pertanahan adalah Sengketa, Konflik, atau Perkara
Pertanahan untuk mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan.
164
Ibid, pasal 1 angka 2.
165
Ibid, pasal 1 angka 3.
166
Ibid, pasal 1 angka 4.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


57

Penyelesaian Kasus Pertanahan yang dilaksanakan oleh Kementerian


Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, bertujuan
untuk memberikan kepastian hukum dan keadilan mengenai penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah167 serta dimaksudkan
untuk:168

a. mengetahui riwayat dan akar permasalahan Sengketa, Konflik


atau Perkara;
b. merumuskan kebijakan strategis penyelesaian Sengketa, Konflik
atau Perkara; dan
c. menyelesaikan Sengketa, Konflik atau Perkara, agar tanah dapat
dikuasai, dimiliki, dipergunakan dan dimanfaatkan oleh
pemiliknya.

Sengketa atau Konflik yang menjadi kewenangan Kementerian


terbatas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang meliputi:169

a. kesalahan prosedur dalam proses pengukuran, pemetaan dan/atau


perhitungan luas;
b. kesalahan prosedur dalam proses pendaftaran penegasan
dan/atau pengakuan hak atas tanah bekas milik adat;
c. kesalahan prosedur dalam proses penetapan dan/atau pendaftaran
hak tanah;
d. kesalahan prosedur dalam proses penetapan tanah terlantar;
e. tumpang tindih hak atau sertifikat hak atas tanah yang salah satu
alas haknya jelas terdapat kesalahan;
f. kesalahan prosedur dalam proses pemeliharaan data pendaftaran
tanah;
g. kesalahan prosedur dalam proses penerbitan sertifikat pengganti;
h. kesalahan dalam memberikan informasi data pertanahan;
i. kesalahan prosedur dalam proses pemberian izin;
j. penyalahgunaan pemanfaatan ruang; atau
k. kesalahan lain dalam penerapan peraturan perundang-undangan.

167
Ibid, pasal 2 ayat (2).
168
Ibid, pasal 2.
169
Ibid, pasal 11 ayat (3).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


58

Terhadap sengketa tanah yang menjadi kewenangannya dapat


diselesaikan oleh Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, sedangkan sengketa tanah yang berada diluar
kewenangan tersebut dapat dibantu penyelesaian di intansi lain yang
berwenang atau melalui mediasi dengan catatan disepakati oleh kedua belah
pihak untuk dimediasikan oleh pihak Kementrian Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.

4. Tanah Yang Pakai Pihak Lain


Permasalahan pemakaian tanah oleh pihak lain tanpa alas hak yang
sah telah ada sejak lama, hal ini dapat terjadi karena bermacam faktor seperti
karena kurangnya persediaan tanah untuk rakyat terutama dikawasan
perkotaan dan peningkatan nilai ekonomis tanah dari yang awalnya berada
di daerah pinggir kota menjadi daerah perkotaan.
Penyelesaian permasalahan pemakaian tanah oleh pihak lain tanpa
izin yang berhak atau kuasanya diatur pada Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960. Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa peraturan dimaksud
diterbitkan untuk memberikan perlindungan terhadap pemilik hak atas tanah
baik pemerintah dan perseorangan atau badan hukum dari pemaikan tanah
yang tidak teratur serta melawan hukum. Hal ini ditujukan agar tercipta
kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah dan efek jera bagi pemakai
tanah tanpa izin.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun 1960, Kepala Daerah
dapat mengambil tindakan-tindakan untuk menyelesaikan pemakaian tanah
tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah, yang ada didaerahnya
masing-masing pada suatu waktu. Undang-Undang ini dijadikan dasar oleh
Penguasa Daerah untuk mengosongkan tanah dari pihak yang memakai
tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah. Terhadap Undang-
Undang dimaksud tidak ditemukan aturan pelaksanaan dalam bentuk
Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden, sehingga masing-masing
Kepala Daerah membentuk aturan pelaksanaan melalui Peraturan Daerah
atau Peraturan Gubernur.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


59

Pada Provinsi DKI Jakarta, penerapan Undang-Undang dimaksud


didasarkan pada Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 886 Tahun 1983
tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penertiban Penertiban
Penguasaan/Pemakaian Tanah Tanpa Hak di Wilayah DKI Jakarta yang
selanjutnya dicabut dan diganti dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 207 Tahun 2016 tentang Penertiban Pemakaian/Penguasaan
Tanah Tanpa Izin Yang Berhak.
Dalam pelaksanaannya terdapat perubahan pola prosedur penertiban,
dalam Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 886 Tahun 1983 tentang
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penertiban Penertiban
Penguasaan/Pemakaian Tanah Tanpa Hak di Wilayah DKI Jakarta,
disebutkan “sebelum mengadakan penertiban Walikota terlebih dahulu:
a. Mengadakan penerangan-penerangan,
b. Mengeluarkan surat peringatan seperlunya terhadap
sipelanggar.”170
Didalamnya tidak diatur mengenai jumlah penerangan, jumlah surat
peringatan dan jangka waktu peringatan.
Sedangkan dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 207
Tahun 2016 tentang Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin
Yang Berhak, tahapan pelaksanaan penertiban dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu:171
a. Pembinaan,
b. Pemberitahuan dan peringatan, dan
c. Penertiban.
Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 207 Tahun
2016 tentang Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak diatur mengenai jangka waktu dalam setiap tahapan, sehingga ada

170
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Lampiran Keputusan Gubernur KDKI Jakarta tentang
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penertiban Penertiban Penguasaan/Pemakaian Tanah Tanpa Hak
di Wilayah DKI Jakarta, No. 886 Tahun 1983, Bagian II angka 3 huruf d.
171
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tentang
Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, No. 207 Tahun 2016, Berita
Daerah No. 73008 Tahun 2016, pasal 9.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


60

kesempatan yang cukup bagi pelanggar untuk menempuh proses mediasi


atau keberatan.172
Adapun tahapan penertiban dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebelum Penertiban
Penertiban dipertimbangkan untuk dilaksanakan setelah diterima
diterima permohonan penertiban terhadap pemakaian / penguasaan tanah
tanpa izin yang berhak oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta,173 atas
permohonan dimaksud akan dilakukan penelitian dan verifikasi data
yuridis, berupa Surat bukti kepemilikan tanah, riwayat perolehan tanah
dan surat-surat/dokumen pendukung lainnya 174 dan data fisik, berupa
luas, letak serta batas tanah, jumlah dan jenis bangunan, pihak-pihak
yang menempati/menguasai tanah tanpa izin yang berhak dan data-data
fisik lainnya 175 oleh SKPD/UKPD yang mendapai disposisi Gubernur.176
SKPD/UKPD yang mendapat disposisi Gubernur mengadakan
ekspose mengenai hasil penelitian dan verifikasi data permohonan
penertiban kepada Asisten Pemerintahan dan Kepala SKPD/UKPD
terkait lainnya untuk mendapatkan rekomendasi yang dituangkan dalam
berita acara.177Gubernur Provinsi DKI Jakarta memberikan persetujuan
pelaksanaan penertiban berdasarkan hasil rekomendasi dari Asisten
Pemerintahan.178

172
Ibid, tahapan Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak diatur
dalam pasal 10 dan 11.
173
Ibid, lihat pasal 4 dan pasal 7 ayat (1).
174
Ibid, pasal 5 ayat (2).
175
Ibid, pasal 5 ayat (3).
176
Ibid, pasal 5 ayat (1).
177
Ibid, pasal 6 ayat (1).
178
Ibid, pasal 6 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


61

2. Pelaksanaan Penertiban
a. Pembinaan
Pembinaan dilakukan oleh Walikota/Bupati dan dapat
menugaskan Camat dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja, dengan cara:179

a. mengunjungi warga masyarakat yang menempati/menguasai


tanah tanpa izin yang berhak serta memberikan arahan dan
imbauan untuk mematuhi ketentuan peraturan
perundangundangan; dan/ atau
b. mengundang warga masyarakat yang menempati/menguasai
tanah tanpa izin yang berhak dengan melibatkan SKPD/UKPD
terkait serta memberikan arahan dan imbauan untuk mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pemberitahuan dan Peringatan


Dalam hal jangka waktu pembinaan telah berakhir,
Walikota/Bupati mengeluarkan surat pemberitahuan yang diikuti
dengan surat peringatan kepada setiap orang/ badan hukum yang
memakai/menguasai tanah tanpa izin yang berhak untuk melakukan
sendiri pengosongan tanah dan/atau pembongkaran bangunan. Surat
peringatan satu diberikan selama jangka waktu 7 (tujuh) hari
kalender, surat peringatan kedua dalam jangka waktu 3 (tiga) hari
kalender dan surat peringatan ketiga dalam waktu 1 (satu) hari.
Apabila setelah surat peringatan ketiga tetap tidak dilakukan, maka
Walikota/Bupati melakukan tindakan penertiban secara paksa.180

c. Penertiban
Sebelum dilakukan penertiban secara paksa Walikota/Bupati
melakukan koordinasi dengan SKPD /UKPD terkait, Kepolisian,

179
Ibid, pasal 10.
180
Ibid, pasal 11.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


62

TNI, Kejaksaan, Pengadilan dan Instansi terkait lainnya, untuk


memutuskan:181

a. waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan penertiban;


b. menentukan jumlah personil yang akan dikerahkan;
c. prasarana dan sarana pendukung yang diperlukan;
d. instansi yang terlibat;dan
e. pola operasi penertiban yang akan diterapkan.

3. Pasca Penertiban
Pengaturan dalam Pergub Nomor 207 Tahun 2016 hanya
mengatur kewajiban dari pemilik tanah/pengguna asset untuk melakukan
pengamanan terhadap asset tanah pasca penertiban.182 Pengamanan asset
tanah dapat dilakukan dengan cara antara lain:183

a. memasang tanda letak tanah dengan membangun pagar


batas;
b. memasang tanda kepemilikan tanah;
c. pemanfaatan sementara; dan
d. melakukan penjagaan.

Sedangkan terhadap warga yang terkena penertiban tidak ada aturan


yang secara khusus mengatur.

181
Ibid, pasal 12.
182
Ibid, pasal 14.
183
Ibid, pasal 15.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


63

BAB 3
PENYELESAIAN TANAH KOSONG YANG DIKUASAI
OLEH PIHAK LAIN

A. Permohonan yang diajukan oleh warga


1. Permohonan yang masih dalam proses
1) Permohonan SF184
SF ahli waris JK mengajukan permohonan kepada Gubernur
Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan pengosongan sebidang tanah
yang terletak di Kavling DKI Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan dasar kepemilikan, sebagai
berikut:
a. Kartu Kaveling/Perpetakan tanggal 27 Januari 1978 atas lokasi di
Ciganjur, Kecamatan Pasar Minggu, Wilayah Jakarta Selatan seluas
1.500 m2
b. Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta tanggal 5 Juli 1994 tentang Pemberian Hak Guna
Bangunan Kepada JK di Jakarta
c. Sertipikat HGB No. XX/Cipedak atas nama JK terbit tanggal 17-10-
1994 berakhir tanggal 17-10-2014.
d. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah tanggal 6 Juli 2015.
e. Surat Kepala Seksi Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan
Kota Administrasi Jakarta Selatan tanggal 10 Februari 2017 perihal
Pemberitahuan Hasil Pengukuran Pengembalian Batas.

184
Nama pemohon tidak disebutkan karena belum ada putusan hukum atas permasalahan
dimaksud.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


64

Atas permasalahan dimaksud pihak Walikota Kota Administrasi


Jakarta Selatan melakukan penelitian data fisik dan data yuridis serta
melakukan peninjauan lapangan. Selanjutnya dilakukan koordinasi
internal dengan pihak Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta
Selatan. Dari hasil pengukuran pengembalian batas diperoleh informasi
bahwa diatas lokasi dimaksud terdapat 8 (delapan) pihak yang
mendasarkan dasar kepemilikan melalui Akta Jual Beli dengan alas hak
girik C, 2 (dua) diantaranya telah mengajukan permohonan sertipikat dan
1 (satu) telah diterbitkan sertipikat.
Terhadap sertipikat yang telah terbit dijelaskan oleh Kantor
pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan bahwa oleh karena Hak
Milik No. XXXX/Cipedak atas nama N secara fakta letak/posisinya
tumpang tindih (overlap) dengan sebagian Hak Guna Bangunan No.
XX/Cipedak atas nama JK, maka Hak Milik No. XXXX/Cipedak atas
nama N dicoret dari daftar isian-daftar isian.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan telah
melakukan upaya mediasi antara kedua belah pihak, dengan hasil akhir
pihak warga dilokasi bersedia membeli tanah yang dikuasai dengan
harga Rp. 1.500.000,- per m2 (dibawah harga NJOP), namun pihak SF
tidak bersedia sehingga tidak tercapai kesepakatan. Terhadap
permohonan SF hingga saat ini belum dapat ditindaklanjuti oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan pengosongan dan disarankan
menempuh jalur hukum.

2) Permohonan HS185
HS mengajukan permohonan kepada Gubernur Provinsi DKI
Jakarta untuk melakukan pengosongan atas tanah yang terletak di Jl.
Aselih Kelurahan Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi
Jakarta Selatan berdasarka Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor
XXX/Cipedak.

185
Nama pemohon tidak disebutkan karena belum ada putusan hukum atas permasalahan
dimaksud.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


65

Atas permohonan HS didisposisi kepada Walikota Kota


Administrasi Jakarta Selatan untuk ditindaklanjuti. Selanjutnya Pihak
Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan penelitian atas
data fisik dan data yuridis atas permohonan dimaksud serta melakukan
koordinasi dengan SKPD/UKPD terkait serta instansi lain seperti Kantor
Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta, Kepolisian Resort Jakarta
Selatan dan Komandan Militer Jakarta Selatan. dengan hasil sebagai
berikut:
1. Dasar kepemilikan HS Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor
XXX/Cipedak tanggal 11 September 1997 atas nama HS.
2. Bahwa diatas lahan Sertipikat HGB No. XXX/Cipedak seluas 3.800
m2 terbit Sertipikat HGB No. XXY/Cipedak seluas 2.759 m2 dengan
alas hak girik dan telah dilakukan pembatalan atas Sertipikat HGB
No. XXY/Cipedak oleh Badan Pertanahan Nasional.
3. Diatas tanah dimaksud telah berdiri beberapa bangunan permanen
yang dikuasai oleh 7 (tujuh) pihak dengan alas hak girik.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan telah
melakukan upaya mediasi antara kedua belah pihak, namun belum
tercapai titik temu dan atas permohonan dimaksud belum dapat
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan
pengosongan dan disarankan menempuh jalur hukum.

3) Permohonan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 186


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengajukan
permohonan pengosongan tanah kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta
atas tanah yang terletak di Jalan Hang Jebat III/F-3 Kelurahan Gunung,
Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan
berdasarkan Sertipikat Hak Pakai Nomor 374/Gunung atas nama
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

186
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 836/Pdt.G/2017/PN.JKT.Sel tanggal
13 November 2018.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


66

Terhadap permohonan dimaksud, dilakukan penelitian atas data


fisik dan data yuridis pemohon oleh SKPD yang didisposisi oleh
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, dalam pengaduan ini dilakukan oleh
Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan
penelitian, peninjauan lapangan dan pengumpulan data terkait
permohonan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta
melakukan koordinasi dengan SKPD/UKPD terkait serta instansi lain
seperti Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta, Kepolisian
Resort Jakarta Selatan dan Komandan Militer Jakarta Selatan. Dari hasil
penelitian diperoleh informasi bahwa
a. Tanah yang terletak di Jalan Hang Jebat III/F-3 Kelurahan Gunung,
Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan
terdaftar sebagai inventaris Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
b. Kepemilikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
berdasarkan Sertipikat Hak Pakai Nomor 374/Gunung atas nama
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia terbit tahun 1999 serta
didukung oleh Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
59/Kab/B/69 tanggal 10 Februari 1969 kepada Kepala Daerah
/Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang mencantumkan persyaratan
bahwa tanah/bangunan yang dibangun diatas tanah tersebut harus
diserahkan kembali kepada Pemerintah cq Kementerian Kesehatan
dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak National Training Centre
digunakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia dan
surat timbang terima antara Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan Kepala Daerah /Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun
1969 yang mencantumkan persyaratan yang sama.
c. Diatas lokasi dimaksud terdapat bangunan National Training Centre
yang saat ini merupakan Wisma Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia yang dikuasai oleh Perkumpulan Keluarga Berencana

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


67

Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah


Khusus Ibukota Jakarta Nomor Ad. 7/2/34/70 tertanggal 25 April
1970 perihal Penunjukkan Peruntukan/Penggunaan Tanah seluas
5.400 m2 terletak di Kebayoran Baru Wilayah Jakarta Selatan dan
surat Kepala Agraria Daerah Kota Jakarta Selatan Nomor
67/TU/I/Ad/70 tertanggal 1 Juli 1970 yang menyatakan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia dapat mengajukan
permohonan hak atas lokasi dimaksud.
d. Pemohon telah melakukan upaya persuasif melalui musyawarah
yang diinisiasi oleh pemohon maupun pemerintah daerah Provinsi
DKI Jakarta dan melakukan upaya hukum berupa melakukan
pemblokiran hak atas tanah kepada Kantor Pertanahan, mengajukan
gugatan ke pengadilan dan melaporkan adanya dugaan tindak pidana.
Berdasarkan hasil penelitian dan verifikasi data permohonan
penertiban dilakukan ekspose kepada Asisten Pemerintahan dan Kepala
SKPD/UKPD terkait untuk mendapatkan rekomendasi yang dituangkan
dalam berita acara.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan telah
mengundang pihak Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia untuk
sosialisasi dan pemberitahuan tertulis, namun karena tidak terdapat
respon maka diterbitkan Surat Peringatan I, Surat Peringatan II dan Surat
Peringatan III kepada penghuni lahan yang terletak di di Jalan Hang
Jebat III/F-3 Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota
Administrasi Jakarta Selatan.
Terhadap permohonan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia untuk melaksanakan pengosongan atas lahan Sertipikat Hak
Pakai Nomor 374/Gunung atas nama Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia yang terletak di di Jalan Hang Jebat III/F-3 Kelurahan
Gunung, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan
belum dapat ditindaklanjuti karena pihak Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


68

Selatan dengan register perkara Nomor 836/Pdt.G/2017/PN.JKT.Sel dan


hingga saat ini belum ada putusan hukum tetap.

2. Permohonan yang telah ditindaklanjuti


1) Permohonan DG187
DG mengajukan permohonan kepada Gubernur Provinsi DKI
Jakarta untuk melakukan pengosongan tanah yang berada diatas
sebidang tanah milikinya yang berlokasi di di Swadaya Kelurahan
Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Kota Administrasi Jakarta Selatan
seluas 3.150 m2 dengan dasar kepemilikan
a. Akta Jual Beli No. XX/1.711.1/1983 tanggal 2 Juni 1983 yang dibuat
dihadapat Camat PM untuk tanah seluas 1.899,75 m2 dengan dasar
Girik C.XX
b. Akta Jual Beli No. XX/1.711.1/1983 tanggal 2 Juni 1983 yang dibuat
dihadapat Camat PM untuk tanah seluas 1.250,25 m2 dengan dasar
Girik C.XX
Diatas tanah seluas 3.150 m2 sebagaimana tersebut diatas
awalnya fisiknya dikuasai oleh masyarakat (29 KK) dengan mendirikan
bangunan tempat tinggal tanpa memiliki alas hak apapun, 20 KK
diantaranya telah dikosongkan dengan memberikan kompensasi biaya
pindah dan saat ini tertinggal 9 (sembilan) KK yang menguasai secara
fisik 1.010 m2 dilapangan.
Atas permohonan GD telah dilakukan upaya mediasi di tingkat
Kelurahan dan Kecamatan namun ke 9 (Sembilan) KK yang berada di
lokasi menolak untuk mengosongkan bangunan dimaksud.
Selanjutnya permohonan DG ditindaklanjuti di tingkat Walikota
Kota Administrasi Jakarta Selatan, pihak Walikota Kota Administrasi
Jakarta Selatan melakukan penelitian kembali data fisik dan data yuridis
yang dimiliki oleh pemohon serta melakukan peninjauan lapangan
sebagai bahan pertimbangan pengambil kebijakan.

187
Nama pemohon tidak disebutkan karena belum ada putusan hukum atas permasalahan
dimaksud.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


69

Sebagai upaya penyelesaian, Walikota Kota Administrasi Jakarta


Selatan melakukan upaya mediasi sebanyak 5 (lima) kali dan akhirnya
tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak, dimana pemohon
bersedia memberikan uang kerohiman kepada warga yang menguasai di
lokasi.
Terhadap lahan yang terletak di di di Swadaya Kelurahan
Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Kota Administrasi Jakarta Selatan
telah dilakukan pengosongan secara sukarela dan penguasaan tanah
dimaksud telah dikembalikan kepada pemohon.

2) Permohonan TB188
TB mengajukan permohonan penertiban bangunan liar kepada
Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan yang terletak di Jl. Pancoran
Timur II d/h Jl. Sarinah Raya Kelurahan Pancoran, Kecamatan Pancoran,
Kota Administrasi Jakarta Selatan berdasarkan Sertipikat Hak Guna
Bangunan Nomor XXX, XYX dan YXX atas nama pemilik TB.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan
penelitian, peninjauan lapangan dan pengumpulan data terkait
permohonan TB serta melakukan koordinasi dengan SKPD/UKPD
terkait serta instansi lain seperti Kantor Pertanahan Kota Administrasi
Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kepolisian Resort
Jakarta Selatan dan Komandan Militer Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Dasar kepemilikan TB adalah Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor
XXX, XYX dan YXX atas nama TB, Putusan PTUN No.
95/G/2006/PTUN-JKT tanggal 27 Desember 2007 jo PT.TUN
perkara No. 12/G/2008/PTUN.Jkt antara TB dengan ahli waris PS,
Akta Perdamaian No.248/PDT/G/2009/PN.BKS tanggal 25 Maret
2010 yang menerangkan bahwa Kuasa ahli waris PS dengan TB
bersedia mengakhiri sengketa dengan damai sesuai dengan

188
Nama pemohon tidak disebutkan karena belum ada putusan hukum atas permasalahan
dimaksud.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


70

Perjanjian perdamaian tanggal 16 Februari 2008 dan Surat Kantor


Pertanahan Jakarta Selatan No.XX/7-31.74-300/IX/2013 tanggal 10
September 2013 Perihal Penjelasan Hak Guna Bangunan No. XXX,
XYX dan YXX /Pancoran yang menyatakan Sertipikat HGB XXX,
XYX dan YXX /Pancoran tercatat atas nama TB.
b. Diatas lokasi tersebut dikuasai oleh ZS dan WD yang menyewakan
tanah dimaksud kepada beberapa orang dengan dasar penguasaan
tidak dapat ditunjukkan.
Bahwa pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan telah
melakukan upaya mediasi antara TB dengan ZS danWD dengan hasil
pihak TB bersedia memberikan kompensasi sebesar Rp. 200.000.000,00
untuk masing-masing jika pihak ZS dan WS bersedia mengosongkan
secara sukarela, namun hingga jangka waktu yang diberikan tidak
dilakukan pengosongan sukarela maka pihak Walikota Kota
Administrasi Jakarta Selatan menerbitkan Surat Peringatan I, Surat
Peringatan II dan Surat Peringatan III kepada pada pihak yang berada
diatas tanah yang terletak di Jl. Pancoran Timur II d/h Jl. Sarinah Raya
Kelurahan Pancoran, Kecamatan Pancoran, Kota Administrasi Jakarta
Selatan. Selanjutnya pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan
melakukan pengosongan atas lahan dimaksud dan penguasaannya
dikembalikan kepada pihak pemohon.

3) Permohonan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna189


PT Pelayaran Bahtera Adhiguna mengajukan permohonan
pengosongan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta atas tanah dan
bangunan yang terletak di Jalan MT Haryono Persil 14 RT.011, RW.05
Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta
Selatan dengan dasar kepemilikan Sertipikat Hak Guna Bangunan
Nomor 1860/Tebet Barat atas nama PT Pelayaran Bahtera Adhiguna.

189
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 193/G/2017/PTUN.JKT tanggal 20 Maret
2018 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 148/B/2018/PT.TUN. JKT
tanggal 2 Agustus 2018 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 642 K/TUN/2018 tanggal 27 Nopember 2018.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


71

Terhadap permohonan dimaksud, dilakukan penelitian atas data


fisik dan data yuridis pemohon oleh SKPD yang didisposisi oleh
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, dalam pengaduan ini dilakukan oleh
Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan
penelitian, peninjauan lapangan dan pengumpulan data terkait
permohonan PT Pelayaran Bahtera Adhiguna serta melakukan
koordinasi dengan SKPD/UKPD terkait serta instansi lain seperti Kantor
Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, Kepolisian Resort Jakarta Selatan dan Komandan
Militer Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa
a. sertipikat hak guna bangungan Nomor 1860/Tebet Barat atas nama
PT Pelayaran Bahtera Adhiguna terbit 4 Januari 1991 masih berlaku
dan tidak ada pemblokiran
b. diatas lokasi Jalan MT Haryono Persil 14 RT.011, RW.05 Kelurahan
Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta Selatan
dikuasai oleh pihak Ong A Kim cs. Berdasarkan Surat Izin Untuk
Mempergunakan Tanah (Occupatie Verguning).
Terhadap permasalahan tanah dimaksud telah terdapat putusan
pengadilan yaitu
a. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor
124/G/2007/PTUN-JKT jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Jakarta Nomor 109/B/2008/PT.TUN.JKT jo Putusan Kasasi
Tata Usaha Negara Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
52 K/TUN/2009 antara
Penggugat : Ny. Ong A Kim dan Tjoe Harry Hamzah (Tjoe Tjiang)
MELAWAN
Tergugat : 1. Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan,
2. PT Pelayaran Bahtera Adhiguna (Persero).
b. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
23/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Nomor
248/Pdt/2011/PT.DKI jo Putusan Mahkamah Agung Republik

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


72

Indonesia Nomor 2096 K/Pdt/2012 jo Putusan Peninjauan Kembali


Nomor 583 PK/PDT/2014 tanggal 12 Maret 2015 antara Penggugat
: Ny. Ong A Kim, Tjoe Harry Hamzah (Tjoe Tjiang), Tjoe Inge
Susilowati Hamzah, Lany Hamzah Hanafi, Lily Hamzah Hanafi.
MELAWAN
Tergugat : 1. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia cq
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta cq Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta
Selatan,2. Pemerintah Republik Indonesia cq Menteri Dalam Negeri
cq Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta,3. PT Pelayaran
Bahtera Adhiguna (Persero), 4. Ny. (Janda) Kho A Moy, 5. Hendra
Hanapi, 6. Yoyo Hanapi Hong, 7. Herlina Hong, 8. Hartono Hanapi
Hong, 9.Hong Ming Kui
Putusan-putusan tersebut diatas memperkuat bukti kepemilikan dari PT
Pelayaran Bahtera Adhiguna.
Selanjutnya pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan
melakukan upaya mediasi antara PT Pelayaran Bahtera Adhiguna dan
Ong A Kim cs, untuk menghindari upaya paksa pengosongan namun
tidak tercapai kata sepakat antara kedua belah pihak.
Berdasarkan hasil penelitian dan verifikasi data permohonan
penertiban dilakukan ekspose kepada Asisten Pemerintahan dan Kepala
SKPD/UKPD terkait untuk mendapatkan rekomendasi yang dituangkan
dalam berita acara.
Berdasarkan hasil rekomendasi yang disetujui oleh Gubernur
Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan
menerbitkan Surat Peringatan I, Surat Peringatan II dan Surat Peringatan
III kepada para penghuni tanah dan bangunan yang terletak di Jalan MT
Haryono Persil 14 RT.011, RW.05 Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan
Tebet, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Terhadap tindakan Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan
pihak Ong A Kim cs mengajukan gugatan pada Pengadian Tata Usaha
Negara dengan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


73

193/G/2017/PTUN.JKT tanggal 20 Maret 2018 jo Putusan Pengadilan


Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 148/B/2018/PT.TUN. JKT
tanggal 2 Agustus 2018 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 642 K/TUN/2018
tanggal 27 Nopember 2018. Adapun pada tingkat kasasi Majelis Hakim
memutuskan

1. menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi 1.


Ny. Ong A Kim, 2. Tjoe Harry Hamzah, 3. Tjoe Inge
Susilowati Hamzah, 4. Lany Hamzah Hanafi, 5. Lily Hamzah
Hanafi.
2. Menghukum Para Pemohon Kasasi membayar biaya
perkaran pada tingkat kasasi sejumlah Rp 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, atas tanah dan bangunan


yang terletak di Jalan MT Haryono Persil 14 RT.011, RW.05 Kelurahan
Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta Selatan telah
dilakukan pengosongan oleh Walikota Kota Administrasi Jakarta
Selatan dan penguasaannya diserahkan kepada pemohon PT Pelayaran
Bahtera Adhiguna.

B. Penertiban Guna Normalisasi Kali


1. Penertiban Bantaran Kali Kelurahan Selong
Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan bangunan liar di bantaran
kali Polombangkeng seluas 1200 m2 yang membatasi hunian teratur
sepanjang Jalan Mataram, Jalan Adityawarman dan Jalan Purnawarman,
Kelurahan Selong, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Terhadap hasil temuan dimaksud, pihak Walikota Kota Administrasi
Jakarta Selatan melakukan koordinasi dengan SKPD/UKPD serta instansi
terkait seperti Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan guna
mengidentifikasi batas-batas kepemilikan warga.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat bangunan
liar yang berdiri diatas Kali Polombangkeng seluas + 1.200 m2 dengan

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


74

penguasaan seluas + 400 m2 diduduki oleh 39 Kepala Keluarga dan 150


orang warga yang ber-Kartu Tanda Penduduk DKI Jakarta dan seluas + 800
m2 dimanfaatkan oleh + 4 rumah.
Pihak Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan mengundang
warga yang menguasai dan mensosialisasikan pelanggaran yang dilakukan,
terhadap warga disarankan untuk melakukan penertiban secara sukarela dan
difasilitasi untuk relokasi bagi warga ber- Kartu Tanda Penduduk DKI
Jakarta ke rumah susun sewa milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Warga yang menguasai bersedia melakukan penertiban sukarela dan
menerima fasiltas relokasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

2. Penertiban Kampung Pulo190


Berdasarkan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 68
Tahun 2014 tentang Penataan dan Penertiban di sepanjang Kali, Saluran dan
Jalan Inspeksi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dilakukan penertiban
terhadap lahan yang berada di Kampung Pulo, Kota Administrasi Jakarta
Timur dalam rangka persiapan pekerjaan normalisasi fungsi sungai
Ciliwung sebagai jalur utama drainase dan pengendali banjir di Provinsi DKI
Jakarta.
Setelah dilakukan inventarisasi oleh instansi terkait, diperoleh data
bahwa diatas lokasi dimaksud terdapat 527 bidang dan sebagian besar ber-
Kartu Tanda Penduduk DKI Jakarta.
Sebelum dilakukan penertiban, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
melakukan sosialisasi rencana penertiban dan relokasi penghuni pada
tanggal 5 Juni 2015 di Kantor Camat Jatinegara, warga diberi tenggang
waktu hingga tanggal 25 Juli 2015 untuk mengosongkan sendiri bangunan
serta menempati rumah susun sewa yang disediakan.
Guna melaksanakan penertiban Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Administrasi Jakarta Timur menerbitkan Surat Peringatan I, Surat
Peringatan II dan Surat Peringatan III ditujukan kepada para warga yang
mendiami rumah dan bangunan yang berada pada bantaran sungai Ciliwung

190
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor 475 K/TUN/2016.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


75

di RW.01, RW.02 dan Rw.03 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan


Jatinegara Kota Administrasi Jakarta Timur. Yang kemudian ditindaklanjuti
dengan penertiban pada tanggal 20 Agustus 2015 dan warga direlokasi ke
rumah susun sewa Jatinegara.
Terhadap Surat Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Administrasi Jakarta Timur perihal Surat Peringatan I, Surat Peringatan II
dan Surat Peringatan III ditujukan kepada para warga yang mendiami rumah
dan bangunan yang berada pada bantaran sungai Ciliwung di RW.01, RW.02
dan Rw.03 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara Kota
Administrasi Jakarta Timur digugat oleh warga Kampung Pulo ke
Pengadilan Tata Usaha Negara dan telah diputus dengan Putusan
Pengadilaan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 172/G/2015/PTUN-JKT jo
Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor
103/B/2016/PT.TUN.JKT jo Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 475 K/TUN/2016. Adapun putusan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 475 K/TUN/2016 adalah

Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: 1. ABDUL


MAJID, 2. RUKIYAH, 3. SARINAH, 4. SUDIN BIN USMAN, 5.
ABDUL MAJID, 6. NAHASAN, 7. ZULKARNAEN, 8. TATA
SUPRIATA, 9. NURYANI SUPRIATNA, 10. FADILLA
CHAEDORULLAH, 11. NYAI LENY, 12. KASYEM, 13. FITRIA,
14. SUHELI, 15. BAHRUDIN, 16. TIHANI/NURSALI, 17.
UMING, 18. AISAH/ISHAK, 19. SUHAELA, 20. S. SOLEH. HS.
ALAYDRUS, 21. RUKMINI, 22. SYAFITRIYANI, 23. ADUNG,
24. SUADI, 25. ADI ANAN, 26. ACANDRA, 27. MARYANTI,
28. SUKRI, 29. NURHADI, 30. ANITA, 31. NURLIS, 32.
DUDUNG M., 33. MARUP, 34. MAMENUN, 35. BILALUDIN, 36.
KURNAIN, 37. MULYADI, 38. UIES SITI AISAH, 39. ATIK
ASMANAH, 40. UTIAH, 41. WARSIH, 42. HERIANTO, 43. M.
YUNUS, 44. ROYANI, 45. NYAI SAINAH, 46. SAPRUDIN, 47.
SUSILAWATI, 48. SUHARI, 49. SITICHADIDJAH, 50.
NURLAELA, 51. SUKARMA, 52. SARIH, 53. FITRIANO, 54.
ABD. MUID, 55. SUMARDI, 56. ICAH AISAH, 57. HASAN
BASRI, 58. HASINAH, 59. A. WAHID, 60. SAEPULLOH, 61.
KUSMIATI, 62. RUSWANDI, 63. MINARTI, 64.
KARTINI, 65. MUNIR, 66. TAIM PERMANA, 67. SUHARNI, 68.
HERMAN GULIAGO, 69. SUINIH, 70. M. YUNUS, 71. A.
SURYADI, 72. TARYA, 73. SUHADI, 74. JUHENI, 75.
SANWANI, 76. WARJI, 77. M. TOHA, 78. CHAERUL ANWAR,

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


76

79. YUSUP, 80. RUSLAN, 81. OJI, 82. DJAFAR. MS., 83.
JUNAENI, 84. SARNAH, 85. ROSITA, 86. GUFRON, 87. TOYIB,
88. S.A. TARMUZI, 89. WARJI, tersebut.

3. Penertiban Bukit Duri191


Lokasi Kelurahan Bukit Duri termasuk ke dalam lokasi yang akan
dilaksanakan normalisasi Kali Ciliwung dan terhadap lokasi tersebut
dilakukan terhadap bangunan yang berada dibantaran kali. Pelaksanaan
penertiban didasarkan pada Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
118 Tahun 2016 tentang Penertiban Terpadu dan Instruksi Walikota Kota
Administrasi Jakarta Selatan Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan
Penertiban Bangunan Yang Terletak di Bantaran Kali Ciliwung RW.09,
RW.010, RW.011 dan RW.012 Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet
Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Sebelum dilakukan penerbitan Surat Peringatan I, Surat Peringatan
II dan Surat Peringatan III, telah dilakukan sosialisasi pada tanggal 15 Maret
2016, tanggal 21 April 2016 dan tanggal 2 Mei 2016 untuk melakukan
relokasi warga ke rusunawa. Terhadap warga yang menempati Bantaran Kali
Ciliwung Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta menyediakan lokasi penampungan di beberapa Rumah Susun Sewa
yaitu Rusunawa Pulo Gebang, Rusunawa Cipinang Besar Selatan dan
Rusunawa Rawa Bebek dan pada RW.010, 011 dan 012 keseluruhannya
terdapat 460 bidang (terdiri dari 776 KK)
Setelah dilakukan sosialisasi, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Administrasi Jakarta Selatan menerbitkan Surat Peringatan I, Surat
Peringatan II dan Surat Peringatan III yang ditujukan kepada Para Pemilik/
Penghuni bangunan yang terletak di Bantaran Kali Ciliwung RW. 09,
RW.010, RW.011, dan RW.012, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet,
Kota Administrasi Jakarta Selatan di Jakarta.
Penertiban 28 September 2016 dilaksanakan oleh personel
gabungan. Terhadap surat Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota

191
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor 560 K/TUN/2017.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


77

Administrasi Jakarta Selatan perihal Surat Peringatan I, Surat Peringatan II


dan Surat Peringatan III dilakukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara
dengan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor
205/G/2016/PTUN.JKT jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Jakarta Nomor 95/B/2017/PT.TUN.JKT jo Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 560 K/TUN/2017. Adapun putusan kasasi
Putusan Nomor 560 K/TUN/2017, sebagai berikut:192

Majelis Hakim menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon


Kasasi: 1. MASENAH, 2. SRI KENCANA, AHLI WARIS dari
H.BASUKI 3. SITI NURHIKMAH - AHLI WARIS dari D.
MULYADI, 4. RISWANINGSIH, 5. SERE SITUMEANG, 6.
SINTA SIREGAR, 7. IRVAN, 8. JASMAN, 9. EMAN
SULAEMAN, 10. H. KASMO, BA., 11. ENOK, 12. YAYASAN
CILIWUNG MERDEKA.

C. Perangkat Daerah yang membantu terlaksananya kewenangan Pemerintah


Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah atas pemakaian tanah
tanpa izin yang berhak atau kuasanya.
Dalam menjalankan kewenangannya berdasarkan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1960, Pemerintah Daerah dibantu oleh perangkat daerah
sehingga semua tugas dan wewenang yang diemban oleh Pemerintah Daerah
dapat terlaksana dengan baik. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan
membentuk perangkat daerah sesuai dengan kebutuhannya dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan. Pembentukan organisasi perangkat
daerah didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah.193
Setiap Daerah mempunyai karakter yang berbeda dengan daerah lainnya
sehingga masing-masing memiliki tujuan prioritas tersendiri dalam upaya
mensejahterakan masyarakatnya serta menyelesaikan permasalahannya. Guna

192
Mahkamah Agung RI, Putusan Nomor 560 K/TUN/2017, hal 148.
193
Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014,
pasal 57, disebutkan bahwa “Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi dan kabupaten/kota
terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah”.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


78

mencapai tujuan tersebut maka kelembagaan antara satu daerah dengan daerah
lain dapat berbeda sesuai dengan karakter Daerah dan kebutuhan masyarakatnya
agar terbentuk Perangkat Daerah yang efektif dan efisien.194
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Perangkat Daerah dibentuk dengan prinsip tepat fungsi
dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan
kondisi nyata yang ada pada masing-masing daerah. Hal ini juga sejalan dengan
prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional, proporsional,
efektif, dan efisien.195 Bahwa pembentukan Perangkat Daerah dilakukan
berdasarkan asas:196

a. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.197


b. Intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah.198
c. Efisiensi.199
d. Efektivitas.200
e. Pembagian habis tugas.201

194
Ibid, penjelasan umum I angka 6.
195
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah, PP No. 18 Tahun 2016, LN
No. 114 Tahun 2016, TLN No. 5887, penjelasan umum I.
196
Ibid, pasal 2.
197
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf a Yang
dimaksud dengan asas “Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah” adalah Perangkat
Daerah hanya dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
Tugas Pembantuan.
198
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf b Yang
dimaksud dengan asas “intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah” adalah penentuan
jumlah dan susunan Perangkat Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk melaksanakan
suatu Urusan Pemerintahan atau volume beban tugas untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan
Urusan Pemerintahan.
199
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf c Yang
dimaksud dengan asas “efisiensi” adalah pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan
perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.
200
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf d Yang
dimaksud dengan asas “efektivitas” adalah pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada
tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.
201
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf e Yang
dimaksud dengan asas “pembagian habis tugas” adalah pembentukan Perangkat Daerah yang
membagi habis tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah dan tidak
terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada lebih dari satu Perangkat Daerah.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


79

f. Rentang kendali.202
g. Tata kerja yang jelas203 dan
h. Fleksibilitas.204

Perangkat Daerah di wilayah Provinsi DKI Jakarta yang turut serta guna
mendukung pelaksanaan kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960 tentang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa izin Yang
Berhak atau Kuasanya, antara lain

1. Kota Administrasi
Kota Administrasi mempunyai tugas membantu Gubernur dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan umum dan mengoordinasikan
pelaksanaan tugas perangkat di wilayahnya, serta membina kecamatan dan
kelurahan serta melaksanakan tugas lain yang diperintahkan Gubernur.205
Dalam mendukung kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Kota Administrasi, antara lain:206

a. pengoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban


umum.
b. pengoordinasian penerapan dan penegakan Peraturan Daerah dan
Peraturan Gubernur..
c. pengoordinasian pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum.

202
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf f Yang
dimaksud dengan asas “rentang kendali” adalah penentuan jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit
kerja pada Perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja bawahan.
203
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf g Yang
dimaksud dengan asas “tata kerja yang jelas” adalah pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah
dan unit kerja pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal maupun
horizontal.
204
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah pasal 2 huruf h Yang
dimaksud dengan asas “fleksibilitas” adalah penentuan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit
kerja pada Perangkat Daerah memberikan ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang
diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Peraturan Pemerintah ini
ditetapkan.
205
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kota Administrasi, Pergub No. 286 Tahun 2016, BD No. 62184 Tahun 2016, pasal 3 ayat (1).
206
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


80

d. pengoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang


dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kota administrasi.
e. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan Kecamatan dan
Kelurahan.
f. pelaksanaan dan fasilitasi forum koordinasi pimpinan daerah tingkat
wilayah Kota Administrasi.

2. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)


Satpol PP mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
bidang ketentraman dan ketertiban umum serta memberikan perlindungan
masyarakat dalam bidang ketentraman dan ketertiban umum.207 Dalam
mendukung kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
1960, fungsi yang dijalankan Satpol PP, sebagai berikut:208

a. Perencanaan dan pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Pergub.


b. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.
c. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan Pergub, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dengan SKPD/UKPD
dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil Daerah, Pengadilan Negeri, Kejaksaan dan/atau Instansi
lainnya.
d. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur dan/atau badan hukum agar
mematuhi dan menaati Perda dan Pergub.
e. Pelaksanaan pengamananl dan penertiban asset daerah.
f. Pemberian bantuan dan dukungan Dalam penegakan peraturan
perundang-undangan oleh SKPD/UKPD.
g. Melakukan pemantauan dan deteksi dini Dalam rangka antisipasi titik
rawan potensi pelanggaran Perda dan Pergub serta penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum masyarakat.
h. Menghimpun dan menganalisa data sebagai strategi untuk mendukung
pelaksanaan penegakkan Perda dan Pergub.
i. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap warga masyarakat,
aparatur atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau Pergub.

207
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Satuan Polisi Pamong Praja, Pergub No. 285 Tahun 2016, BD No. 62183 Tahun 2016, pasal
3 ayat (1).
208
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


81

j. Pelaksanaan tindakan administrative terhadap warga masyarakat,


aparatur atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau Pergub.

3. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (DPRKP)


DPRKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman209 dan dalam
mendukung kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
1960, fungsi yang dijalankan DPRKP adalah sebagai berikut:210

a. Perencanaan,. pembangunan, penataan, pengelolaan, pemeliharaan,


perawatan, pemantauan dan evaluasi perumahan rakyat dan kawasan
permukiman.
b. Perencanaan, pembangunan dan perawatan/rehab total bangunan gedung
perumahan rakyat.
c. Pelaksanaan pembangunan dan perawatan/rehab total bangunan
kawasan permukiman.
d. Pengawasan, perencanaan, pembangunan, perawatan/rehab total dan
pemeliharaan perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
e. Penanganan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sesuai
dengan lingkup tugasnya.
f. Pemberian dukungan dan bimbingan teknis kepada masyarakat dan
perangkat daerah di bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
g. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang perumahan rakyat
dan kawasan permukiman.

Pada DPRKP terdapat bidang organisasi yang mempunyai tugas


melaksanakan pembinaan penghunian, pengembangan peran serta
masyarakat dan penyelesaian sengketa yaitu Bidang pembinaan dan peran

209
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Pergub No. 274 Tahun 2016, BD No.
62172 Tahun 2016, pasal 3 ayat (1).
210
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


82

serta masyarakat.211 Fungsi yang dijalankan oleh Bidang pembinaan dan


peran serta masyarakat antara lain:212

a. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan penghunian, pelayanan


penyelesaian sengketa .perumahan, pembinaan PPPSRS, pelaksanaan
penindakan, sosialisasi dan pengembangan peran serta masyarakat
Dalam pengelolaan perumahan dan permukiman.
b. Pemberian penjelasan status penghunian dan perbaikan rumah yang
mempunyai Surat Izin Perumahan (SIP).
c. Penetapan harga sewa rumah/bangunan rumah yang mempunyai Surat
Izin Perumahan (SIP).
d. Penertiban keputusan perintah pengosongan.
e. Pelaksanaan pengosongan paksa.
f. Penyelesaian sengketa penghunian tanpa hak.

Berdasarkan pasal 38 Peraturan Gubernur Nomor 274 Tahun 2016


tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman, guna membantu pelaksanaan fungsi pelayanan kepada
masyarakat atau fungsi pendukung tugas dan fungsinya, DPRKP
mempunyai unit pelaksana teknis. Sehubungan dengan pemenuhan
kebutuhan atas rumah sususn dibentuklah Unit Pengelola Rumah Susun
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 351 Tahun 2016 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun. Unit
Pengelola Rumah Susun mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
rumah susun.213 Unit Pengelola Rumah Susun menyelenggarakan fungsi
antara lain214

a. Penyusunan. standar pelayanan minimum (SPM) dan standar


operasional prosedur (SOP) pelayananan pengelolaan rumah susun.

211
Ibid, pasal 27 ayat (1).
212
Ibid, pasal 27 ayat (2).
213
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur tentang Pembentukan, Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun, Pergun No. 351 Tahun 2016, BD No. 62248 Tahun
2016, pasal 4 ayat (1).
214
Ibid, asal 4 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


83

b. Pemantauan, monitoring dan evaluasi kelaikan penghunian/penggunaan


rumah susun.
c. Pengelolaan tarif layanan penghunian/penggunaan rumah susun.
d. Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana rumah
susun, fasilitas serta utilitas, kebersihan, keindahan dan keamanan
lingkungan rumah susun.
e. Pelaksanaan inventarisasi dan seleksi para calon penghuni rumah susun.
f. Pelaksanaan bimbingan, penyuluhan dan konsultasi teknis bagi calon
dan penghuni rumah susun.
g. Pengawasan, pengendalian dan penertiban penghunian/penggunaan
sarusun baik dari segi peruntukan maupun dari segi status haknya.
h. Pengelolaan sarana dan prasarana rumah susun.

4. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan


Sebelumnya Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan
bernama Dinas Tata Ruang yang kemudian dirubah dengan diberikan peran
yang lebih besar dimana tugasnya melaksanakan perencanaan dan evaluasi
tata ruang kota, pengendalian pemanfaatan ruang, penyelenggaraan
bangunan gedung, pembinaan teknis bangunan gedung pemerintah daerah
serta perencanaan pertanahan.215 Dalam mendukung kewenangan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan antara lain:216

a. Pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penataan ruang dan


penatagunaan lahan sesuai dengan rencana kota.
b. Perencanaan rencana rinci tata ruang.
c. Pelaksanaan evaluasi rencana rinci tata ruang.
d. Perencanaan dan persiapan pengadaan tanah untuk kebutuhan
pemerintah daerah.
e. Penatagunaan lahan sesuai dengan rencana kota.
f. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan bangunan
gedung.
g. Pemetaan ruang kota.
h. Penyelenggaraan sistem .informasi ruang dan bangunan gedung.
i. Perencanaan, pembangunan, perawatan dan pemeliharaan bangunan
gedung pemerintah daerah.

215
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan, Pergub No. 279 Tahun 2016, BD No. 62177
Tahun 2016,
216
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


84

j. Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang tata ruang,


bangunan gedung dan pertanahan.

5. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP)


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan mempunyai
tugas melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta
penyelamatan.217 Guna mendukung kewenangan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan DPKP antara lain:218

a. pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta


penyelamatan.
b. pertolongan pertama dan penyelamatan pada kebakaran termasuk
pelaksanaan pelayanan ambulans darurat dan/atau evakuasi.
c. pemegang komando dan koordinasi dalam operasi penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan pada kejadian kebakaran.
d. pemberian bantuan penyelamatan pada kejadian bencana atau darurat
lainnya diluar kejadian kebakaran.
e. penyediaan, .penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan.
f. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang upaya pencegahan, penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan.
g. penegakan peraturan perundang-undangan di bidang pencegahan, dan
penanggulangan kebakaran serta penyelamatan.

6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang administrasi kependudukan
dan pencatatan sipil.219 Dalam mendukung kewenangan berdasarkan

217
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Penaggulangan Kebarakan dan Penyelamatan, Pergub No. 264 Tahun 2016, BD No.
62162 Tahun 2016, Pasal 3 ayat (1).
218
Ibid, pasal 3 ayat (2).
219
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Pergub No. 263 Tahun 2016, BD No. 62161, pasal
3 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


85

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil antara lain:220

a. penyelenggaraan koordinasi administrasi kependudukan.


b. pengumpulan, .pengolahan dan penyajian data kependudukan.
c. pengawasan dan pengendalian mobilitas penduduk.
d. pelayanan administrasi kependudukan termasuk pelayanan yang bersifat
khusus dan penduduk rentan administrasi kependudukan.
e. penyelesaian permasalahan administrasi kependudukan.
f. pemutakhiran data penduduk dalam pelaksanaan pemilihan umum.
g. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.
h. penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil.

7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas
melaksanakan urusan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.221 Guna
mendukung kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
1960, fungsi yang dijalankan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi antara
lain:222

a. Pembangunan, pengembangan, penyediaan, penyajian dan evaluasi


informasi ketenagakerjaan. dan ketransmigrasian.
b. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja serta transmigrasi.
c. Pengembangan produktivitas.
d. Penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja.
e. Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang
ketenagakerjaan dan transmigrasian.
f. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah di
bidang ketenagakerjaan dan transmigrasian.

220
Ibid, pasal 3 ayat (2).
221
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pergub 271 Tahun 2016, BD No. 62169 Tahun 2016,
pasal 3 ayat (1).
222
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


86

8. Dinas Perindustrian dan Energi


Dinas Perindustrian dan Energi mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan, pembangunan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan,
pengawasan, pengendalian, evaluasi perindustrian dan energi.223 Dalam
mendukung kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
1960, fungsi yang dijalankan Dinas Perindustrian dan Energi antara lain:224

a. pemasangan lampu penerangan pasokan bagi masyarakat dalam keadaan


darurat, bencana alam dan/ atau kekurangan pasokan.
b. perencanaan, pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, perawatan,
pengendalian, pemantauan, pengawasan, evaluasi, penelitian,
pengembangan bidang energi dan ketenagalistrikan.
c. penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana bidang energi dan ketenagalistrikan.
d. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah
untuk bidang energi dan ketenagalistrikan.
e. Penegakan. peraturan perundang-undangan di bidang perindustrian dan
energi.

9. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang kesehatan.225 Dalam mendukung kewenangan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan
Dinas Kesehatan antara lain:226

a. Penanganan kesehatan fakir miskin sesuai dengan lingkup tugasnya.


b. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang kesehatan.
c. Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang kesehatan.

223
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perindustrian dan Energi, Pergub No. 267 Tahun 2016, BD No. 62165 Tahun 2016,
Pasal 3 ayat (1).
224
Ibid, pasal 3 ayat (2).
225
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan, Pergub No. 278 Tahun 2016, BD No. 62176, pasal 3 ayat (1).
226
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


87

10. Dinas Sosial


Dinas Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang sosial.227 Dalam mendukung kewenangan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Dinas
Sosial antara lain:228

a. pelayanan rehabilitasi sosial anak, lanjut usia, penyandang disabilitas,


tuna sosial, ODHA, BWBLP, korban penyalahgunaan NAPZA dan
korban tindak kekerasan.
b. pengendalian, penjangkauan, penyaluran dan rujukan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
c. pemberdayaan sosial individu, keluarga, masyarakat, tenaga dan
lembaga kesejahteraan sosial.
d. pemberdayaan, pendampingan serta fasilitasi bagi fakir miskin sesuai
dengan lingkup tugasnya..
e. pengembangan peran serta masyarakat dalam pemberdayaan sosial dan
penggalangan peran aktif serta kemitraan masyarakat dan dunia usaha.
f. perlindungan sosial korban bencana dan korban musibah sosial lainnya.
g. pelaksanaan pemberian hibah, bantuan sosial dan asuransi kesejahteraan
social.
h. pelaksanaan dan pengembangan program penanganan fakir miskin.
i. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang kesejahteraan sosial.

11. Dinas Pendidikan


Dinas Pendidikan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pendidikan.229 Dalam mendukung kewenangan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan
Dinas Pendidikan antara lain:230

227
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Sosial, Pergub No. 20 Tahun 2018, BD No. 62010 Tahun 2018, pasal 3 ayat (1).
228
Ibid, pasal 3 ayat (2)
229
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pendidikan, Pergub No. 277 Tahun 2016, BD No. 62175 Tahun 2016, pasal 3 ayat (1).
230
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


88

a. Pelaksanaan pendidikan prasekolah, dasar, menengah, luar biasa,


pendidikan non formal dan informal..
b. Penyediaan pendidikan bagi fakir miskin sesuai dengan lingkup
tugasnya.
c. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang pendidikan.
d. Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang pendidikan.

12. Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik


Dinas Kominfo dan Statistik mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan bidang komunikasi dan informatika, statistik dan
persandian.231 Dalam mendukung kewenangan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Dinas Kominfo dan
Statistik antara lain:232

a. pengelolaan opini .dan aspirasi publik.


b. pengelolaan dan pelayanan informasi publik.
c. fasilitasi dan pemberian pelayanan teknis kepada Komisi Informasi
Provinsi.
d. penyediaan konten lintas sektoral dan pengelolaan media komunikasi
publik.
e. pelaksanaan layanan hubungan media.
f. penguatan kapasitas sumber daya komunikasi publik dan penyediaan
akses informasi di Daerah.
g. penyelenggaraan layanan infrastruktur data center, Disaster Recovery
Center dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Daerah.

13. Dinas Perhubungan


Dinas Perhubungan mempunyai tugas melaksanakan urusan
perhubungan.233 Dalam mendukung kewenangan berdasarkan Undang-

231
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 265 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi,
Informatika dan Statistik, Pergub No. 75 Tahun 2018, BD No. 62032 Tahun 2016, pasal 3a ayat (1).
232
Ibid, pasal 3 ayat (2).
233
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perhubungan, Pergub No. 270 Tahun 2016, pasal 3 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


89

Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Dinas Perhubungan


antara lain:234

a. pengembangan sistem .transportasi perkotaan.


b. penyelenggaraan perhubungan darat, perkeretaapian, perairan, dan laut.
c. penegakan peraturan perundang-undangan di bidang perhubungan.
d. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang perhubungan.

14. Dinas Bina Marga


Dinas Bina Marga mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
pembangunan, pemeliharaan, perawatan, pengendalian, pemantauan,
evaluasi dan pengamanan jalan, dan jembatan beserta bangunan pelengkap
jalan beserta perlengkapan jalan.235 Dalam mendukung kewenangan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan
Dinas Bina Marga antara lain:236

a. Perencanaan, .pembangunan, pemeliharaan, perawatan, pengendalian,


pemantauan, evaluasi dan pengamanan jalan, jembatan dan bangunan
pelengkap jalan beserta perlengkapan jalan.
b. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah
untuk bidang jalan, jembatan dan bangunan pelengkap jalan beserta
perlengkapan jalan.
c. Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang jalan,
jembatan dan bangunan pelengkap jalan beserta perlengkapan jalan.

15. Dinas Tata Air


Dinas Tata Air mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
pengelolaan. pembangunan, pemeliharaan, perawatan, pengendalian,
pemantauan. evaluasi, penelitian, pengembangan dan pengamanan sumber

234
Ibid, pasal 3 ayat (2).
235
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Bina Marga, Pergub No. 273 Tahun 2016, BD No. 62171 Tahun 2016, pasal 3 ayat (1).
236
Ibid, pasal 3 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


90

daya air.237 Dalam mendukung kewenangan berdasarkan Undang-Undang


Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Dinas Tata Air antara lain:238

a. perencanaan, pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, perawatan,


pengendalian, pemantauan, evaluasi, penelitian, pengembangan dan
pengamanan sumber daya air hujan, air permukaan/air baku, air bawah
tanah, air laut dan air limbah/air kotor.
b. perencanaan, .pembangunan, pemeliharaan, perawatan, penggunaan,
pemanfaatan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
jaringan utilitas air bersih.
c. penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana di bidang tata air.
d. penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang sumber
daya air hujan, air permukaan/air baku, air bawah tanah, air laut dan air
Iimbah/air kotor.
e. pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah
untuk bidang sumber daya air hujan, air permukaan/air baku, air bawah
tanah, air laut dan air limbah/air kotor.

16. Kecamatan
Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang mempunyai tugas 239:

a. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi


Kecamatan.
b. melaksanakan tugas pemerintahan umum (meliputi pembinaan wawasan
kebangsaan dan ketahanan nasional, pembinaan persatuan dan kesatuan
bangsa, penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan
Perundang-undangan, pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan
pancasila, pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan
kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal).
c. mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Kecamatan,
Seksi Kecamatan, Puskesmas Kecamatan, Seksi/Sektor Kecamatan, Unit
PTSP Kecamatan, Satpol PP Kecamatan, Satuan kerja Dinas/Badan lain
di wilayah Kecamatan dan Kelurahan.
d. melaksanakan, pengendalian ketenteraman dan ketertiban umum serta
penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.

237
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tata Air, Pergub No. 257 Tahun 2014, BD No. 62130 Tahun 2014, pasal 3 ayat (1).
238
Ibid, pasal 3 ayat (2).
239
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kota Administrasi, pasal 45 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


91

e. melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan SKPD / UKPD dan/


atau instansi pemerintah/ swasta, dalam rangka pelaksanaan tugas dan
fungsi Kecamatan.
f. memimpin dan. mengoordinasikan penyelenggaraan musyawarah
perencanaan pembangunan tingkat Kecamatan.
g. melaksanakan koordinasi dengan unsur forum koordinasi pimpinan
Kecamatan.
h. melaksanakan pembinaan organisasi dan lembaga kemasyarakatan di
wilayah Kecamatan.
i. melaporkan, dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Kecamatan.

Kecamatan mempunyai tugas membantu Walikota dalam


melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan
Gubernur dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas pemerintahan daerah di
wilayah Kecamatan.240 Dalam mendukung kewenangan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Kecamatan
antara lain:241

a. pengoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban


umum.
b. pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan daerah..
c. pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan.
d. pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan Pemerintahan
Kelurahan.
e. penyediaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana umum.

17. Kelurahan
Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang mempunyai tugas:242

a. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi


Kelurahan.
b. mengoordinasikan pelaksanaan tugas Sekretariat Kelurahan dan Seksi.

240
Ibid, pasal 46.
241
Ibid, pasal 47.
242
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kota Administrasi, Pasal 55 ayat (2)

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


92

c. melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan SKPD, UKPD dan/


atau instansi pemerintah pusat/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi Kelurahan.
d. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan musyawarah
perencanaan pembangunan tingkat Kelurahan.
e. melaksanakan koordinasi dengan unsur Forum Koordinasi Pimpinan
Kelurahan.
f. melaksanakan. pembinaan organisasi kemasyarakatan di wilayah
Kelurahan.
g. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Kelurahan.

Kelurahan mempunyai tugas membantu Walikota dalam


melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilimpahkan
Gubernur dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas pemerintahan daerah di
wilayah Kelurahan.243Dalam mendukung kewenangan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 1960, fungsi yang dijalankan Kelurahan antara
lain:244

a. pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Kelurahan.


b. pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana umum.
c. penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum.
d. pembinaan rukun warga dan rukun tetangga.
e. pelaksanaan koordinasi dengan lembaga musyawarah Kelurahan.
f. pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat.

243
Ibid, pasal 56 ayat (1).
244
Ibid, pasal 56 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


93

BAB 4
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGOSONGAN
TANAH

A. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah


atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya.
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan
tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya merupakan
kekuasaan yang diperoleh melalui atribusi karena kewenangan tersebut
diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang
Berhak Atau Kuasanya. Kewenangan ini melekat pada jabatan Pemerintah
Daerah atau Kepala Daerah, bukan kepada perseorangan, sehingga kewenangan
tersebut dipegang oleh Kepala Daerah sepanjang masa jabatannya.
Berdasarkan kewenangan tersebut Kepala Daerah memiliki hak untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan sehubungan dengan permohonan
warga yang merasa dirugikan haknya untuk melaksanakan pengosongan tanah
atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya. Guna sampai pada
memutuskan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan diperlukan suatu
proses yang cukup panjang, Kepala Daerah harus memutuskan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah dan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.245

245
Dalam pasal 7 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
disebutkan “Pejabat Pemerintahan berkewajiban untuk menyelenggarakan Administrasi
Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, kebijakan pemerintahan, dan
AUPB”.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


94

Menurut Indroharto, asas-asas umum pemerintahan yang baik


merupakan norma tidak tertulis yang ada dan hidup diantara norma-norma
juridis (hukum) dan etika (moral/kepatutan) yang menjadi pedoman bagi badan
atau pejabat TUN dalam menjalankan fungsi pemerintahannya 246 yang berfungsi
untuk:247

1. Pedoman. ..bagi perbuatan pemerintahan atau pedoman dalam


menemukan atau menentukan hukum oleh para badan atau jabatan TUN.
2. Alasan untuk menggugat keputusan TUN yang bersangkutan kepada
instansi yang berwenang.
3. Dasar untuk menguji apakah keputusan yang digugat itu bersifat
melawan hukum atau tidak.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan, AUPB didefinikan sebagai prinsip yang digunakan sebagai acuan
penggunaan wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan
Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.248

Tabel. 4.1. Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik


No. AUPB Penjelasan
a. kepastian hukum. asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan ketentuan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.
b. Kemanfaatan. manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang
antara:
1) kepentingan individu yang satu dengan
kepentingan individu yang lain;
2) kepentingan individu dengan masyarakat;
3) kepentingan warga masyarakat dan masyarakat
asing;
4) kepentingan kelompok masyarakat yang satu
dan kepentingan kelompok masyarakat yang
lain;

246
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usah Negara
Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara, Ed. Rev, Cet.4, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1993), hal. 89.
247
Ibid, hal 90.
248
Indonesia, Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan, UU No. 30 Tahun
2014, LN No. 292 Tahun 2014, TLN No. 5601, pasal 1 angka 17.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


95

No. AUPB Penjelasan


5) kepentingan pemerintah dengan Warga
Masyarakat;
6) kepentingan generasi yang sekarang dan
kepentingan generasi mendatang;
7) kepentingan manusia dan ekosistemnya;
8) kepentingan pria dan wanita
c. Ketidakberpihakan. asas yang mewajibkan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan
mempertimbangkan kepentingan para pihak secara
keseluruhan dan tidak diskriminatif.
d. Kecermatan. asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan
dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi
dan dokumen yang lengkap untuk mendukung
legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan
dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau
Tindakan yang bersangkutan dipersiapkan dengan
cermat sebelum Keputusan dan/atau Tindakan
tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.
e. tidak asas yang mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat
menyalahgunakan Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya
kewenangan. untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang
lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian
kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak
menyalahgunakan, dan/atau tidak
mencampuradukkan kewenangan.
f. Keterbukaan. asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan
akses dan memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
g. kepentingan umum asas yang mendahulukan kesejahteraan dan
kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.
h. pelayanan yang baik. asas yang memberikan pelayanan yang tepat waktu,
prosedur dan biaya yang jelas, sesuai dengan standar
pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sumber: Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, telah
diolah kembali

Asas-asas umum lainnya di luar AUPB sebagaimana dimaksud pada


pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 dapat diterapkan
sepanjang dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.249

249
Ibid, pasal 10 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


96

Kewenangan yang dimiliki oleh Kepala Daerah dalam melaksanakan


pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya
merupakan wewenang atribusi, dimana wewenang tersebut diatur dalam
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 yang sebelumnya belum ada dan
diberikan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Daerah. Kepala Daerah
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan wewenang tersebut.
Kewenangan tersebut dinyatakan dalam suatu bentuk keputusan tata
usaha negara. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan dinyatakan bahwa:

Keputusan Administrasi Pemerintahan yang disebut Keputusan Tata


Usaha Negara atau Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya
disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan.

Selanjutnya dijelaskan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara harus dimaknai


sebagai:250

a. penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;


b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya;
c. berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB;
d. bersifat final dalam arti lebih luas;
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat.

Menurut Kuntjoro Purbopranoto sebagaimana dikutip Sadjijono dalam


buku “Bab-Bab Pokok Hukum Administrasi”, ada dua syarat yang harus
dipenuhi agar KTUN yang dibuat oleh pemerintah menjadi keputusan yang sah.
Kedua syarat tersebut yakni sebagai berikut:251

250
Ibid, pasal 86.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


97

a. syarat materiil, meliputi :


1) alat. pemerintahan yang membuat keputusan harus berwenang (berhak);
2) dalam kehendak alat pemerintahan yang membuat keputusan tidak boleh
ada kekurangan yuridis (geen yuridiche gebreken in de welsvorming);
3) keputusan harus diberi bentuk (vorm) yang ditetapkan dalam peraturan
yang menjadi dasarnya dan pembuatnya harus juga memperhatikan
prosedur membuat keputusan bilamana prosedur itu ditetapkan dengan
tegas dalam peraturan itu (rechtmatig);
4) isi dan tujuan keputusan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan yang
hendak dicapai (doelmatig).
b. syarat formil, meliputi :
1) syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya
keputusan dan berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan harus
dipenuhi;
2) harus diberi bentuk yang telah ditentukan;
3) syarat-syarat. berhubungan dengan pelaksanaan keputusan itu dipenuhi;
4) jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hak-hak yang
menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu dan tidak
boleh dilupakan;
5) ditandatangani oleh pejabat pemerintahan yang berwenang membuat
keputusan.

Jika dilihat pada kasus permohonan pengosongan tanah privat yang


dipaparkan, gugatan tata usaha negara dapat diajukan kepada Keputusan Tata
Usaha Negara yaitu Surat Peringatan dari Walikota/Bupati yang ditunjuk,
dengan tergugat Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Walikota/Bupati penerbit
surat peringatan. Tanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan melaksanakan
pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya
berada pada Gubernur Provinsi DKI Jakarta karena Gubernur Provinsi DKI
Jakarta sebagai pejabat yang berwenang untuk memberikan persetujuan
pelaksanaan pengosongan, sementara Walikota/Bupati sebagai pihak yang
ditugaskan untuk melaksanakan pengosongan.
Hal ini terlihat dari prosedur pelaksanaan kewenangan yang dituangkan
dalam Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak dimana setiap
permohonan penertiban penertiban oleh pengguna asset, perorangan dan badan
hukum diajukan kepada Gubernur dan harus terlebih dahulu dilakukan

251
Sadjijono, Bab-Bab Pokok Hukum Administrasi, (Yogyakarta: LaksBang, 2011), hal.
100-101.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


98

penelitian dan verifikasi data yuridis dan data fisik oleh SKPD/UKPD yang
mendapat disposisi Gubernur.252 Berdasarkan hasil penelitian serta verifikasi
atas data yuridis dan data fisik, SKPD/UKPD memaparkan dihadapan Asisten
Pemerintaha Sekda Provinsi DKI Jakarta guna mendapat rekomendasi yang
dituangkan dalam Berita Acara. Berdasarkan rekomendasi dimaksud Gubernur
akan mempertimbangkan untuk memberikan persetujuan atas permohonan
dimaksud.253
Berdasarkan persetujuan gubernur, Walikota/Bupati dibantu Satpol PP
melaksanakan penertiban254 dengan tahapan pembinaan, pemberitahuan dan
peringatan dan penertiban. Apabila setelah dilakukan pembinaan, pemakain
tanah tanpa izin belum bersedia meninggalkan lokasi dengan sukarela,
Walikota/Bupati mengeluarkan surat pemberitahuan yang diikuti dengan surat
peringatan kepada setiap orang/ badan hukum yang memakai/menguasai tanah
tanpa izin yang berhak untuk melakukan sendiri pengosongan tanah dan/atau
pembongkaran bangunan. 255
Surat peringatan ditujukan kepada pemilik/penghuni bangunan yang
didirikan diatas tanah hak dan diperingatkan untuk mengosongkan sendiri tanah
dan/atau membongkar bangunan yang didirikan diatas tanah hak dalam jangka
waktu tertentu terhitung sejak surat peringatan dikeluarkan.
Berdasarkan standar prosedur yang dijalankan berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 maka surat peringatan yang diterbitkan oleh
Walikota/Bupati merupakan hasil persetujuan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
sebagai hasil paparan SKPD/UKPD atas penelitian dan verifikasi atas data
yuridis serta fisik dari permohonan pemohon kepada Asisten Pemerintahan
Sekda Provinsi DKI Jakarta. Bahwa dalam menjalankan kewenangan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 1960, Pemerintah Daerah menerbitkan keputusan tata

252
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, dalam pasal 5 dan 6.
253
Ibid, pasal 7.
254
Ibid, pasal 8.
255
Ibid, pasal 11 ayat (1)

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


99

usaha negara berupa surat peringatan yang ditujukan kepada para pihak yang
memakai tanah tanpa izin yang berhak.

B. Pelindungan kepastian hukum hak atas tanah melalui kewenangan


Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah atas
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya.
1. Pemohon
Kewenangan Kepala Daerah melaksanakan pengosongan tanah atas
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya dapat dilaksanakan
apabila terdapat permohonan dari pemegang hak atas tanah yang merasa
dirugikan haknya akibat adanya pemakaian tanah tanpa izin yang
bersangkutan. Bahwa dalam menindaklanjuti permohonan dimaksud Kepala
Daerah tidak boleh berlaku sewenang-wenang dan harus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pihak yang dapat mengajukan permohonan menunjuk pada Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 1960, adalah pihak yang berhak yaitu 256 Negara
dalam hal ini Menteri Agraria atau pejabat yang ditunjuknya; 1/b. orang atau
badan hukum yang berhak atas tanah itu,
Apabila dihubungkan dengan pemegang hak atas tanah berdasarkan
UUPA, maka yang berhak atas tanah adalah pemegang hak atas tanah, yaitu:

Tabel. 4.2. Pemegang Hak Atas Tanah


No. Hak atas tanah Pemegang hak
1 Hak milik Warga negara Indonesia
2 Hak guna usaha a. Warga negara Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
3 Hak guna bangunan a. Warga negara Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
4 Hak pakai a. warga negara Indonesia;

256
Indonesia, Undang-Undang tentang Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau
Kuasanya, adalah pihak yang berhak, pasal 1 angka 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


100

b. orang asing yang berkedudukan di


Indonesia;
c. badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia.
Sumber: dikompilasi dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, telah diolah kembali

Menunjuk pada Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 dan UUPA


maka permohonan pengosongan lahan dapat diajukan oleh pihak-pihak
sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia
Pada kasus yang disebutkan pada bab III, pemohon pengosongan
tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya, adalah
a. Perorangan warga negara Indonesia.
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
c. Pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian diatas pihak yang dapat bermohon untuk
pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin adalah pemegang hak
atas tanah sesuai dengan alas hak yang dimilikinya.

2. Alas Hak
Pada Bab III telah dipaparkan 9 (Sembilan) kasus mengenai
pengosongan tanah yang dilaksanakan di wilayah Provinsi DKI Jakarta, 6
(enam) kasus merupakan permohonan dari warga DKI Jakarta kepada
Pemerintah Daerah untuk melakukan pengosongan tanah atas pemakaian
tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya dan 3 (tiga) kasus merupakan
pengosongan tanah lahan asset dan proyek normalisasi kali.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


101

Bahwa dari permohonan warga diperoleh data 5 (lima) diantaranya


mengajukan permohonan pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa
izin yang berhak atau kuasanya kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta
berdasarkan alas hak sertipikat hak atas tanah. Sertipikat merupakan alat
bukti yang sah guna menunjukan kepemilikan hak atas tanah. Dalam UUPA
disebutkan bahwa guna menjamin kepastian hukum diadakan pendaftaran
tanah dengan diberikan surat-surat sebagai tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat bukti yang kuat.257
Pendaftaran tanah sebagai alat bukti yang kuat ditegaskan dalam
UUPA sebagai berikut:
1. Pendaftaran tanah meliputi pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.258
2. Pendaftaran hak milik merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai
hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak
tersebut.259
3. Pendaftaran hak guna usaha merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai peralihan serta hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hal
hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.260
4. Pendaftaran hak guna bangunan merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai hapusnya hak guna bangunan serta sahnya peralihan hak
tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya
berakhir.261
Menurut Irawan Soerodjo, Sistem pendaftaran tanah yang digunakan
di Indonesia adalah sistem pendaftaran hak (registration of titles). Penerapan
sistem ini terlihat dari buku tanah sebagai dokumen yang memuat data

257
Indonesia, Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, pasal 19
ayat (1) dan (2) huruf c.
258
Ibid, pasal 19 ayat (2) huruf c.
259
Ibid, pasal 23 ayat (2).
260
Ibid, pasal 32 ayat (2).
261
Ibid, pasal 38 ayat (2).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


102

yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya
sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar.262
Selanjutnya Irawan Soerodjo menjelaskan bahwa stelsel pendaftaran
tanah di Indonesia adalah stelsel negatif yang mengandung unsur positif
karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat, namun pihak yang merasa mempunyai sesuatu
hak dapat melakukan gugatan terhadap pihak-pihak yang namanya
tercantum dalam sertipikat dengan pembatasan hanya dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat tanah untuk melakukan gugatan
dalam rangka mempertahankan haknya.263
Namun pada prakteknya terdapat sertipikat yang digugat oleh pihak
yang merasa memiliki hak daripadanya dalam tenggang waktu lebih dari 5
(lima) tahun sejak sertipikat diterbitkan, seperti pada kasus Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan Pelayaran Bahtera Adhiguna. Hal ini
terjadi karena stelsel pendaftaran tanah negatif yang mengandung unsur
positif, apabila stelsel pendaftaran sudah sepenuhnya positif maka sertipikat
yang diterbitkan tidak boleh digugat kembali keabsahannya karena data fisik
dan data yuridis yang tercantum dalam buku tanah dijamin kebenarannya
oleh instansi penerbit.
Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman dikenal asas ius curia novit/curia novit jus sebagai
berikut:

Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan


memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.264

262
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Cet.1, (Surabaya:
Arkola, 2003), hal. 108.
263
Ibid, hal 109-110.
264
Indonesia, Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009,
LN No. 157 Tahun 2009, TLN No. 5076, pasal 10 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


103

Menurut Yahya Harahap, asas ius curia novit/curia novit jus


memiliki arti bahwa hakim dianggap mengetahui semua hukum sehingga
pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili perkara.265
Menurut R Soepomo sebagaimana dikutip Yahya Harahap dalam buku
“Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan” menjelaskan bahwa berdasarkan
adagium curia novit jus, hakim berwenang menentukan hukum obyektif
yang diterapkan (toepassing) terhadap materi perkara tertentu menyangkut
para pihak berperkara karena hakim dianggap mengetahui dan memahami
segala hukum.266 Hal ini mengurangi sifat dari kepastian hukum dari
pemegang hak atas tanah, karena kepemilikannya dapat sewaktu-waktu
digugat oleh pihak lain melalui jalur pengadilan.
Namun, sepanjang tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan
data yuridis yang tercantum dalam sertipikat tanah harus diterima sebagai
data yang benar, baik dalam melakukan perbuatan hukum sehari-hari
maupun dalam berperkara di pengadilan. Data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertipikat tanah harus sesuai dengan data yang tercantum
dalam surat ukur dan buku tanah bersangkutan, karena data tersebut diambil
dari sertipikat tanah yang merupakan salinan data yang dimuat dalam surat
ukut dan buku tanah yang mempunyai sifat terbuka untuk umum
(opebaarheid), sehingga pihak yang berkepentingan dapat mencocokan data
dalam sertipikat dengan data dalam surat ukut dan buku tanah yang disajikan
pada Kantor Pertanahan.267
Terhadap permohonan dengan dasar alas hak girik, dapat dijelaskan
bahwa pada dasarnya surat girik/petuk pajak bumi bukan merupakan alat
bukti mutlak sebagaimana yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 10
Februari 1960 Nomor 34/K/Sip/1960 yang menyatakan:

265
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal 821.
266
Ibid.
267
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, hal 110-111.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


104

Surat petuk pajak bumi bukan merupakan suatu bukti mutlak, bahwa
sawah sengketa adalah milik orang yang namanya tercantum dalam
petuk pajak bumi tersebut, akan tetapi petuk itu hanya merupakan
suatu tanda siapakah yang harus membayar pajak dari sawah yang
bersangkutan.

Pada yurisprudensi lain yaitu Putusan Mahkamah Agung tanggal 25


Juni 1973 Nomor 84 K/Sip/1973 menyatakan bahwa “catatan dari buku Desa
(letter C) tidak dapat dipakai sebagai bukti hak milik jika tidak disertai
dengan bukti-bukti lain”.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria
Nomor 2 Tahun 1962 tentang Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas
Hak-Hak Indonesia atas Tanah, guna melakukan pendaftaran hak perlu
dilampirkan salah satunya tanda bukti haknya, yaitu bukti surat pajak hasil
bumi/verponding Indonesia atau bukti surat pemberian hak oleh instansi
yang berwenang (kalau ada disertakan pula surat ukurnya).268 Selanjutnya
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Sk.26/DDA/1970 tentang
Penegasan Konversi Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia, menjelaskan
lebih lanjut mengenai pasal 3 a yang dianggap sebagai tanda bukti hak salah
satunya adalah surat pajak (hasil) bumi atau verponding Indonesia yang
dikeluarkan sebelum tanggal 24 September 1960.269
Menindaklanjuti ketentuan tersebut, Dirjen Pajak mengeluarkan
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-15/PJ.6/1993 tentang Larangan
Penerbitan Girik/Petuk D/Kekitir/Keterangan Obyek Pajak (KP.PBB41)
yang menyebutkan:

Sebagaimana diketahui berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan


(2) Undang-undang No. 12 Tahun 1985 yang menjadi wajib pajak
PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas

268
Menteri Pertanian dan Agraria, Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria tentang
Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia atas Tanah, Permen Pertanian dan
Agraria No. 2 Tahun 1962, pasal 3 huruf a.
269
Menteri Dalam Negeri, Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Penegasan
Konversi Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia, Kepmendagri No. Sk.26/DDA/1970, bagian
pertama.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


105

bumi atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki,


menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan
demikian wajib pajak PBB yang diadministrasikan di KP.PBB tidak
selalu pemilik tanah/bangunan.
Disamping itu Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No : 2 tahun
1962 Jo. Keputusan menteri dalam Negeri No. 26/DDA/1970
menegaskan bahwa yang dianggap sebagai bukti hak adalah bukti
surat pajak (hasil) Bumi yang diterbitkan sebelum tanggal 24
September 1960.
Pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak Kepala KP.PBB
yang menerbitkan Girik/Petak D/Kekitir/Keterangan Obyek Pajak
(KP.PBB 41) atau salinannya atas permintaan perseorangan atau
badan yang akan digunakan oleh yang bersangkutan sebagai alat
pembuktian hak atas tanah. Dan hal ini telah banyak menimbulkan
masalah dan mengganggu tugas pokok KP.PBB.
Sehubungan dengan itu maka dengan ini ditegaskan bahwa terhitung
mulai 1 April 1993 para Kepala KP.PBB tidak dibenarkan
menerbitkan Girik/Petak D/Kekitir/Keterangan Obyek Pajak
(KP.PBB 41) atau sejenisnya.

Peraturan perundang-undangan juga telah menegaskan hal tersebut


melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dinyatakan bahwa “tanda
pembayaran pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.”270
Berdasarkan ketentuan tersebut, girik bukanlah merupakan bukti
kepemilikan hak atas tanah, namun girik dapat menjadi alat bukti permulaan
dari kepemilikan hak atas tanah karena dapat digunakan untuk mengajukan
pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan setempat, terutama girik yang
diterbitkan sebelum tanggal 24 September 1960.
Pada lahan asset perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi
tanah negara, Arie S. Hutagalung membedakan tanah negara dengan tanah
pemerintah,271 tanah yang belum ada hak-hak perorangan diatasnya disebut

270
Indonesia, Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan, UU No. 12 Tahun 1985,
LN No. 68 Tahun 1985, TLN No. 3312, penjelasan pasal 4 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


106

sebagai tanah negara, sedangkan tanah-tanah yang sudah ada hak


perorangan diatasnya termasuk hak pakai, hak pengelolaan yang dimiliki
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi-instansi pemerintah dan
badan-badan usaha milik negara walaupun belum bersertipikat disebut
sebagai tanah-tanah hak.
Menurut Boedi Harsono sebagaimana dikutip Arie Sukanti
Hutagalung dalam buku “Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan
Ekonomi (Suatu Kumpulan Karangan)”, dinyatakan bahwa272

Tanah-tanah yang dikuasai oleh instansi-instansi pemerintah atau


pemerintah daerah atau desa/kelurahan dengan hak pakai, hak
pengelolaan termasuk golongan tanah hak, biarpun hak tersebut
belum bersertipikat.

Arie Sukanti Hutagalung menyatakan bahwa apabila pemerintah


menguasai tanah secara terus menerus tanpa alas hak maka secara yuridis
diidentikan denggan penggarap yang menguasai tanah negara tanpa hak.273
Terhadap lahan yang terdapat di Kampung Pulo dan Bukit Duri dapat
dikategorikan sebagai tanah negara karena belum ada hak-hak perorangan
diatasnya. Pihak yang memperoleh manfaat diatasnya dapat dikategorikan
penggarap yang menguasai tanah negara tanpa hak.
Pada pelaksanaan penertiban untuk kepentingan normalisasi kali,
dasar hukum yang tepat adalah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008
tentang Ketertiban Umum karena yang senyatanya telah dilanggar berupa
keberadaan bangunan di bantaran sungai. Selanjutnya dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau 274,

271
Arie S. Hutagalung, Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi (Suatu
Kumpulan Karangan), Tanah Negara Versus Tanah Pemerintah (Suatu Analisa Yuridis), Ed.1, Cet.1,
(Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum UI, 1999), hal 59.
272
Ibid, hal 61.
273
Arie S. Hutagalung, Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan EkonomiI (Suatu
Kumpulan Karangan), hal. 62.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


107

disebutkan bahwa dalam hal hasil kajian penetapan sempadan sungai,


menunjukkan terdapat bangunan dalam sempadan sungai maka bangunan
tersebut dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus ditertibkan
untuk mengembalikan fungsi sempadan sungai.275
Penelitian terhadap alas hak dari kepemilikan hak atas tanah sangat
penting bagi Kepala Daerah dalam memutuskan untuk menerima atau
menolak permohonan pengosongan sehingga diperlukan data dan informasi
dari instansi lain seperti Kantor Pertanahan. Kantor Pertanahan akan
melakukan pengecekan keabsahan sertipikat dan memberikan informasi
mengenai buku tanah. Menurut Ibu Dewi Masitoh, Kepala Seksi
Penanganan Perkara Kantor Wilayah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta, selain
memberikan informasi buku tanah, sebaiknya Kantor Pertanahan juga
dilibatkan untuk melakukan pengembalian batas guna memastikan lokasi
yang dimohonkan pengosongan dengan sertipikat hak atas tanah guna
menghindari kesalahan lokasi yang dimohon untuk pengosongan.
Selain itu koordinasi dengan instansi dan SKPD lainnya juga
diperlukan untuk memastikan data fisik dan data yuridis yang disampaikan
oleh pemohon adalah benar adanya. Seperti pengadilan negeri juga berperan
memberikan informasi terkait perkara yang sedang berjalan maupun yang
telah berkekuatan hukum tetap atas lokasi yang dimohon pengosongan.
Dalam kasus yang dipaparkan, Kantor Pertanahan memegang
peranan yang sangat penting dalam memberikan data dan informasi terkait
dengan surat tanah yang dimiliki oleh pemohon. Pada kasus permohonan SF
dan HS, berdasarkan hasil penelitian Kantor Pertanahan ditemukan adanya

274
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau mencabut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/M/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai,
Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai, dalam Permen PU Nomor 63/PRT/M/1993 pasal 12
telah diatur larangan pada daerah sempadan untuk a. Membuang sampah, limbah padat atau cair; b.
Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.
275
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Danau, Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015, BN No. 772 Tahun 2015, Pasal 15 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


108

tumpang tindih hak atau sertipikat hak atas tanah, sehingga diatas bidang
tanah yang sama terdapat 2 (dua) sertipikat. Selanjutnya Kantor Pertanahan
berdasarkan permohonan pemegang sertipikat menindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan.
Setelah dilakukan pengumpulan data276 dan analisis277 serta prosedur
lebih lanjut oleh Badan Pertanahan Nasional diterbitkan surat Keputusan
Pembatalan sertipikat yang tumpang tindih sehingga diatas bidang tanah
tersebut hanya terdapat 1 (satu) sertipikat hak atas tanah yang sah.278
Unsur kehati-hatian serta ketelitian sangat diperlukan dalam
menentukan pihak yang berhak atas suatu lahan tertentu agar tidak terjadi
kesalahan dalam memfasilitasi permohonan warga. SKPD yang menerima
disposisi harus mengumpulkan data fisik dan data yuridis dengan tepat dari
berbagai sumber untuk menghindari konsekuensi hukum yang dapat timbul
akibat penggunaan wewenang berdasarkan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960.
Bapak Tumbur Parluhutan, Kepala Bidang Ketenteraman dan
Ketertiban Umum Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta
menyampaikan bahwa dalam melaksanakan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960 terdapat konsekuensi adanya gugatan di pengadilan baik
pengadilan negeri maupun pengadilan tata usaha negara, sehingga

276
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan pasal 10 ayat (2), data yang
dikumpulkan berupa:a. data fisik dan data yuridis; b. putusan peradilan, berita acara pemeriksaan
dari Kepolisian Negara RI, Kejaksaan RI, Komisi Pemberantasan Korupsi atau dokumen lainnya
yang dikeluarkan oleh lembaga/instansi penegak hukum; c. data yang dikeluarkan atau diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang; d. data lainnya yang terkait dan dapat mempengaruhi serta
memperjelas duduk persoalan Sengketa dan Konflik; dan/atau e. keterangan saksi.
277
Pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan pasal 11 ayat (2) dijelaskan bahwa
analisis dilakukan untuk mengetahui pengaduan tersebut merupakan kewenangan Kementerian atau
bukan kewenangan Kementerian
278
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan, Permen ATR/BPN No. 11 Tahun 2016, pasal 24 ayat (7).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


109

diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan penelitian agar


Pemerintah Daerah memfasilitasi pihak yang benar.
Pada kasus Pelayaran Bahtera Adhiguna, penertiban Kampung Pulo
dan penertiban Bukit Duri terdapat gugatan di Pengadilan Tata Usaha
Negara atas Surat Peringatan yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja, sehingga Kepala Daerah tidak boleh sewenang-wenang dan
berlandaskan hukum dalam menerbitkan keputusan. Hal ini guna
menghindari tuntutan hukum dikemudian hari sebagai dampak dari
pelaksanaan kewenangan dalam melakukan pengosongan lahan akibat
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya.

3. Proses Penyelesaian
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, Penguasa
Daerah dapat mengambil tindakan-tindakan untuk menyelesaikan
pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah, yang ada
didaerahnya masing-masing pada suatu waktu.279 Proses penyelesaian yang
dikedepankan adalah melalui upaya mediasi terlebih dahulu guna mencapai
musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak serta menghindari
pelaksanaan upaya paksa pengosongan.
Pemerintah Daerah dapat melaksanakan upaya persuasif terlebih
dahulu kepada pihak-pihak yang dilaporkan pemohon sebagai pemakai
tanah tanpa izin. Pada kasus DG dan penertiban Kali Polombangkeng,
penyelesaian oleh Pemerintah Daerah dilakukan tanpa adanya upaya paksa
pengosongan, pihak pemakai tanah tanpa izin secara sukarela meninggalkan
lokasi. Pada kasus DG, pihak pemakai tanah tanpa izin diberikan
kompensasi sesuai dengan kesepakatan dengan pihak pemohon sedangkan
pada penertiban Kali Polombangkeng, pihak pemakai tanah tanpa izin
difasilitasi untuk relokasi ke rumah susun sewa milik Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.

279
Indonesia, Undang-Undang tentang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa izin
Yang Berhak atau Kuasanya, pasal 3 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


110

Penyelesaian melalui mediasi antara kedua belah pihak pemohon dan


termohon dikedepankan guna mengurangi potensi konflik yang mungkin
timbul antara pemohon, termohon dan Pemerintah Daerah. Para pihak sama-
sama memperoleh keuntungan yang seimbang dan tidak dirugikan. Sama
halnya dengan pembinaan, dilaksanakan guna memberikan kesempatan
kepada pihak pemakai tanah tanpa izin untuk meninggalkan lokasi dengan
sukarela tanpa adanya upaya paksa dari Pemerintah Daerah.
Sesuai arahan Presiden melalui Surat Menteri Sekretaris Negara
Nomor B-280/M.Sesneg/5/2005 tanggal 9 Mei 2005 Perihal Arahan
Presiden tentang Permasalahan Pertanahan yang ditujukan kepada 1.
Menteri Dalam Negeri; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri Kehutanan; 4.
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; 5. Badan Pertanahan Nasional;
6. Para Gubernur/Bupati/Walikota diseluruh Indonesia, untuk
menyelesaikan kasus pertanahan dengan prinsip:280
a. Musyawarah untuk mufakat.
b. Berkeadilan.
c. Memperhatikan keentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pada Provinsi DKI Jakarta, terhadap permohonan pengosongan
lahan atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya
ditindaklanjuti berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016
Tentang Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak.
Adapun tahapan penertiban sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tahapan Penertiban


Pihak/ Pemohon Gubernur SKPD/UKPD Aspem Sekda Ket
Tahap
1 Mengajuk Menerima
an permohonan
permohon dan
an mendisposisi-
kan

280
Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B-280/M.Sesneg/5/2005 tanggal 9 Mei 2005
Perihal Arahan Presiden tentang Permasalahan Pertanahan yang ditujukan kepada 1. Menteri Dalam
Negeri; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri Kehutanan; 4. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;
5. Badan Pertanahan Nasional; 6. Para Gubernur/Bupati/Walikota diseluruh Indonesia nomor 1.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


111

Pihak/ Pemohon Gubernur SKPD/UKPD Aspem Sekda Ket


Tahap
2 Melakukan penelitian
dan verifikasi data
yuridis serta data fisik
3 Ekspose hasil penelitian Rekomendasi
dan verifikasi dituangkan
dalam Berita
Acara
4 Persetujuan
5 Pembinaan 14 hari
kerja
6 Surat Pemberitahuan
7 Surat Peringatan 1 7 hari
kalender
8 Surat Peringatan 2 3 hari
kalender
9 Surat Peringatan 3 1 hari
kalender
Koordinasi dengan Rencana
SKPD /UKPD terkait, operasi
Kepolisian, TNI,
Kejaksaan, Pengadilan
dan Instansi terkait
lainnya, untuk
memutuskan rencana
operasi.
10 Laporan Penertiban
Penertiban
11 pengaman
an aset
tanah.
Sumber: berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, diolah kembali.

Dalam tahapan yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur


Nomor 207 Tahun 2016 Tentang Penertiban Pemakaian/Penguasaan Tanah
Tanpa Izin Yang Berhak, jangka waktu yang diperlukan untuk penyelesaian
permohonan warga sejak permohonan dan data diterima secara lengkap
hingga keputusan melaksanakan atau menolak permohonan belum diatur
secara jelas sehingga waktu penyelesaiannya dapat tak terbatas, namun
apabila segera ditindaklanjuti permohonan warga dapat diselesaikan dalam
waktu lebih cepat dibandingkan dengan penyelesaian melalui jalur hukum.
Bahwa atas permohonan tersebut pihak pemohon dibebankan biaya,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, bahwa

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


112

setelah diberikan perintah pengosongan namun belum dilaksanakan


pengosongan sukarela oleh yang bersangkutan, maka penguasa Daerah atau
pejabat yang diberi perintah olehnya melaksanakan pengosongan itu atas
biaya pemakai tanah itu sendiri.281
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, dalam
Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak diatur mengenai
pembiayaan, dimana biaya yang diperlukan dibebankan kepada pemohon
penertiban, yaitu:282
a. Dalam rangka penertiban tanah milik Pemerintah Daerah dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
b. Dalam rangka penertiban tanah milik Pemerintah Pusat, BUMN/BUMD,
Perorangan dan Badan Hukum dibebankan pada pemohon.
Pada Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960, tidak diatur kewajiban
pemohon untuk menempuh jalur hukum terlebih dahulu sebelum
mengajukan permohonan kepada Penguasa Daerah atas pengosongan lahan
yang digunakan oleh pihak lain tanpa izin. Namun dalam melaksanakan
kewenangan tersebut, tidak menutup kemungkinan para pihak untuk
melakukan penyelesaian melalui jalur pengadilan. Para pihak diberi
kesempatan untuk mengambil alternatif penyelesaian lain baik mediasi atau
jalur hukum.
Seperti pada kasus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
pihak termohon mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan negeri atas
sengketa kepemilikan tanah yang diklaim sebagai aset termohon. Sehingga

281
Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa izin Yang
Berhak atau Kuasanya, pasal 4 ayat (2) disebutkan “Jika setelah berlakunya tenggang waktu yang
ditentukan didalam perintah pengosongan tersebut pada ayat (1) pasal ini perintah itu belum dipenuhi
oleh yang bersangkutan, maka penguasa Daerah atau pejabat yang diberi perintah olehnya
melaksanakan pengosongan itu atas biaya pemakai tanah itu sendiri”.
282
Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, pasal 18 disebutkan “Biaya yang
diperlukan dalam rangka penertiban tanah milik Pemerintah Daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sedangkan terhadap tanah milik Pemerintah Pusat, BUMN/BUMD,
Perorangan dan Badan Hukum dibebankan pada pemohon sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan”.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


113

terjadi penundaan pelaksanaan penertiban. Hal ini sesuai dengan Surat


Menteri Sekretaris Negara Nomor B-280/M.Sesneg/5/2005 tanggal 9 Mei
2005 Perihal Arahan Presiden tentang Permasalahan Pertanahan yang
ditujukan kepada 1. Menteri Dalam Negeri; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri
Kehutanan; 4. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; 5. Badan
Pertanahan Nasional; 6. Para Gubernur/Bupati/Walikota diseluruh
Indonesia, nomor 2 yang menyatakan untuk tidak melakukan interversi
dalam bentuk apapun atas sengketa tanah yang sedang dalam proses
pengadilan.
Namun penundaan penertiban tidak dilaksanakan pada permohonan
Pelayaran Bahtera Adhiguna, karena permohonan yang diajukan selain
berdasarkan sertipikat hak atas tanah juga berdasarkan putusan pengadilan
tata usaha negara dan putusan pengadilan umum yang telah berkekuatan
hukum tetap. Berdasarkan putusan tersebut bukti kepemilikan tanah menjadi
lebih kuat karena sudah dibuktikan dimuka pengadilan.
Selanjutnya pada kasus penertiban Kampung Pulo dan penertiban
Bukit Duri, juga tidak dilakukan penundaan penertiban. Memutuskan untuk
melaksanakan atau menunda pelaksanaan pengosongan merupakan
kebijakan masing-masing pimpinan, walaupun pada Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara terdapat asas praduga rechtmatig (vermoeden
van rechtmatigheid= praesumtio iustae causa). Berdasarkan asas ini semua
keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut
hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih dahulu selama belum
dibuktikan sebaliknya dan dinyatakan oleh hakim administrasi sebagai
keputusan yang bersifat melawan hukum.283
Asas ini diatur dalam ketentuan pasal 67 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Disebutkan
bahwa gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara serta tindakan Badan atau

283
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
(Yogyakarta: FH UII Press, 2015), hal. 222.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


114

Pejabat Tata Usaha Negara yang digugat. Berdasarkan asas dimaksud


keputusan tata usaha negara yang diterbitkan oleh pejabat atau badan yang
berwenang berlaku sah dan mengikat sepanjang belum dibatalkan. Sehingga
pelaksanaan pengosongan berdasarkan alas hak bukti kepemilikan yang sah
pada dasarnya dapat tetap ditindaklanjuti tanpa perlu menunggu putusan
hukum yang berkekuatan hukum tetap.
Pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, terhadap Keputusan Tata Usaha Negara dapat dimohonkan
penundaan pelaksanaan selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara
sedang berjalan284 dengan ketentuan apabila terdapat keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan
jika Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu tetap dilaksanakan285.
Berbeda dengan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara,
Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan mengatur bahwa
keputusan tata usaha negara yang sudah ditetapkan tidak dapat ditunda
pelaksanaannya, kecuali jika berpotensi menimbulkan kerugian negara,
kerusakan lingkungan hidup dan/atau konflik sosial286. Pihak yang
melaksanakan penundaan adalah Pejabat Pemerintahan yang menetapkan
Keputusan dan/atau Atasan Pejabat287 dengan dasar permintaan Pejabat
Pemerintahan terkait atau putusan pengadilan288.
Menurut Dikdik Soemantri sebagaimana dikutip Enrico Simanjuntak
dalam buku “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Transformasi dan
Refleksi”, kedua peraturan dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha
Negara dan Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan dapat

284
Indonesia, Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, UU No. 5 Tahun
1986, LN No.77 Tahun 1986 , TLN No. 3344, pasal 67 ayat (2).
285
Ibid, pasal 67 ayat (4) angka 1.
286
Indonesia, Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan, pasal 65 ayat (1).
287
Ibid, pasal 65 ayat (2).
288
Ibid, pasal 65 ayat (3).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


115

diselaraskan sehingga permohonan penundaan keputusan dapat dikabulkan


apabila terpenuhi syarat:289

a. Adanya keadaan yang mendesak yang berakibat kepentingan penggugat


sangat dirugikan apabila keputusan yang digugat tetap dilaksanakan dan
keputusan tersebut tidak berkaitan dengn kepentingan umum dalam
rangka pembangunan.
b. Pelaksanaan keputusan berpotensi menimbulkan kerugian negara,
kerusakan lingkungan hidup dan/atau konflik sosial.

Permohonan pengosongan yang diajukan kepada Pemerintah Daerah


berdasarkan putusan pengadilan oleh pemohon karena putusan tersebut
tidak dapat dieksekusi. Menurut M. Yahya Harahap, ada beberapa alasan
tidak dapat dijalankannya putusan pengadilan, yaitu290
a. Harta kekayaan tereksekusi tidak ada.
b. Putusan bersifat deklarator.
c. Barang obyek eksekusi ditangan pihak ketiga.
d. Eksekusi terhadap penyewa noneksekutabel.
e. Barang yang hendak dieksekusi dijaminkan kepada pihak ketiga.
f. Tanah yang hendak dieksekusi tidak jelas batasnya.
g. Perubahan status tanah menjadi milik negara.
h. Barang objek eksekusi berada di luar negeri.
i. Dua putusan yang saling berbeda.
j. Eksekusi terhadap harta kekayaan bersama.
k. Eeksekusi dapat dijalankan bila disetujui pihak lain.
l. Eksekusi noneksekutabel bila menjadi milik suami atau istri.
Dalam kasus permohonan Pelayaran Bahtera Adhiguna dan TB,
putusan pengadilan hanya memutuskan pihak yang berhak atas tanah
dimaksud atau bersifat deklarator, namun tidak dimohonkan eksekusi atas
putusan dimaksud. Menurut Yahya Harahap, putusan yang bersifat

289
Enrico Simanjuntak, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Transformasi dan
Refleksi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2018), hal 281-282.
290
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2017), 335-364.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


116

deklarator atau deklaratif (declatoir vonnis) yaitu pernyataan hakim yang


tertuang dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan
penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak atau title maupun status dan
pernyataan itu dicantumkan dalam amar atau dictum putusan.291
Pada akhirnya terhadap permohonan untuk melaksanakan
pengosongan atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya
yang diajukan oleh pemohon dapat ditindaklanjuti dengan pengosongan atau
tidak dapat ditindaklanjuti berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan
persetujuan dari Gubernur selaku Kepala Daerah.

4. Pentingnya kewenangan pengosongan kepada Pemerintah Daerah


Dari kasus yang telah dipaparkan pada Bab 3 diperoleh informasi
sebagai berikut:

Tabel. 4.4. Pengosongan atas permohonan warga


No Ket. SF HS KK DG TB PBA
1 Pemohon Perorangan Perorangan Badan Perorangan Perorangan Badan
Hukum Hukum
2 Alas hak SHGB SHGB SHP Girik SHM SHGB
3 Mediasi Dilaksana Dilaksana Dilaksana Dilaksana Dilaksana Dilaksana
kan diluar kan diluar kan diluar kan diluar kan diluar kan diluar
dan dan dan dan dan dan
didalam didalam didalam didalam didalam didalam
Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda
4 Jalur Tidak Tidak Tidak Tidak Menempuh Menempuh
hukum menempuh menempuh menempu menempuh jalur jalur
jalur jalur h jalur jalur hukum hukum
hukum hukum hukum hukum
5 Pengo Tidak Tidak Tidak Dilaksana Dilaksana Dilaksana
songan dilaksana dilaksana dilaksana kan kan dengan kan dengan
kan kan kan sukarela upaya upaya
paksa paksa
6 Kendala Tumpang Tumpang Gugatan - - Gugatan
tindih tindih perdata PTUN atas
dengan alas dengan alas pengadil SP,
girik girik an gugatan
ditolak
7 Penyele Disarankan Disarankan Menunggu Aset Aset Aset
saian menempuh menempuh putusan dikembali dikembali dikembali

291
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, hal. 876.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


117

No Ket. SF HS KK DG TB PBA
jalur jalur hukum kan kepada kan kepada kan kepada
hukum hukum tetap pemegang pemegang pemegang
hak hak hak

Selain pengosongan tanah yang dilakukan atas dasar permohonan warga


kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga
melaksanakan pengosongan guna pelaksanaan proyek normalisasi kali, sebagai
berikut:
Tabel. 4.5. Pengosongan guna proyek normalisasi kali

No Keterangan Polombangkeng Bukit Duri Kampung Pulo


1 Lokasi Bantaran kali Bantaran kali Bantaran kali
2 Alas hak Tanah negara (asset) Tanah negara Tanah negara
3 Sosialisasi Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan
4 Relokasi Rusunawa Rusunawa Rusunawa
5 Pengosongan Dilaksanakan sukarela Dilaksanakan Dilaksanakan
dengan upaya paksa dengan upaya paksa
6 Kendala - Gugatan perdata Gugatan perdata dan
dan TUN TUN
7 Penyelesaian Dikembalikan ke Normalisasi kali Normalisasi kali
fungsi semula

Pelaksanaan pengosongan dapat dilakukan terhadap lahan asset


perorangan maupun badan hukum serta dalam rangka pelaksanaan proyek
pemerintah. Pada pengosongan guna pelaksanaan proyek pemerintah, warga
diberikan fasilitasi berupa rusunawa sesuai dengan bukti kependudukannya,
sedangkan pada pengosongan lahan privat fasilitas tersebut tidak diberikan.
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam menjalankan kewenangan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 sangat penting karena
banyaknya pemohon yang membutuhkan bantuan guna menguasai kembali
asset tanah yang telah dimilikinya secara sah, baik perorangan maupun badan
hukum. Warga masih mengajukan permohonan pengosongan melalui
Pemerintah Daerah, namun pengosongan yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah lebih cenderung dilakukan terhadap permasalahan penguasaan tanah
yang telah dilakukan upaya hukum melalui jalur pengadilan terlebih dahulu,
karena telah ada kepastian hukum melalui pembuktian dipengadilan atas
kepemilikan hak atas tanah dari pemohon.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


118

C. Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan


tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya.
Bahwa dalam menjalankan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 dan
Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak, Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibantu oleh perangkat daerah yaitu Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD),
yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam tindakan penertiban
namun memiliki dampak dalam pemenuhan hak-hak warga negara.
Dalam melaksanakan penertiban melibatkan SKPD dan UKPD terkait
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing, seperti Kota Administrasi, Satuan
Polisi Pamong Praja, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Dinas
Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan serta SKPD/UKPD lainnya. Dibawah
Kota Administrasi terdapat Camat dan Lurah yang berada dekat dengan
masyarakat guna mengayomi kehidupan bermasyarakat.
Keberadaan SKPD dan UKPD dibawah Pemerintah Daerah merupakan
lini terdepan dalam berhubungan langsung dengan masyarakat, permasalahan
serta kebutuhan masyarakat dilaporkan dan ditangani oleh perangkat daerah
terkait.
Terhadap lahan-lahan yang merupakan asset, lahan yang fungsinya
ruang terbuka hijau, lahan yang dibutuhkan untuk normalisasi kali, lahan jalan
inspeksi, lahan yang seharusnya jalan, Gubernur Provinsi DKI Jakarta
menginstruksikan agar dilakukan penertiban guna mengembalikan lahan-lahan
dimaksud sesuai dengan peruntukan dan fungsinya hal ini tertuang dalam
Instruksi Gubernur Nomor 118 Tahun 2016 tentang Penertiban Terpadu. Dalam
melaksanakan penertiban dibutuhkan koordinasi yang baik antara semua SKPD
terkait, adapun SKPD terkait dan tugasnya sebagai berikut:

Tabel. 4.6. Tugas SKPD Pada Penertiban


No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban
1 Inspektur Monitoring dan
Provinsi DKI mengevaluasi
Jakarta pelaksanaan
penertiban

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


119

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


2 Badan Pengelola Menerbitkan SPD
Keuangan dan masing-masing
Aset Daerah SKPD dalam
Provinsi DKI rangka pencairan
Jakarta. anggaran terkait
dengan alokasi
anggaran
penertiban dan
mendata asset
Pemda yang ada
dilokasi penertiban.
Membuat surat
kepada
SKPD/UKPD
pengguna asset
daerah untuk
melakukan
pengamanan fisik
asset pasca
penertiban.
3 Badan Kesatuan Deteksi dini dan Deteksi dini dan Deteksi dini dan
Bangsa dan cegah dini cegah dini cegah dini
Politik Provinsi
DKI Jakarta.
4 Dinas Bina menyiapkan data membantu
Marga Provinsi dan dokumen menyiapkan alat
DKI Jakarta. rencana pekerjaan berat dan sarana
fisik, penunjang saat
pelaksanaan
penertiban
5 Dinas Tata Air menetapkan mobilisasi dan melakukan penataan
Provinsi DKI rencana lokasi yang operasional alat dan perapihan lokasi
Jakarta. akan ditertibkan berat pada saat penertiban.
dan membantu pelaksanaan
SKPD terkait dalam penertiban
melaksanakan
sosialisasi
6 Dinas membantu
Kebersihan menyiapkan mobil
Provinsi DKI toilet, menyiapkan
Jakarta. personil dan truk
sampah untuk
membersihkan dan
mengangkut
sampah sisa
pembongkaran serta
membangun LPS
ramah lingkungan
di Rusunawa
(sesuai kebutuhan).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


120

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


7 Dinas menyiapkan
Penanggulangan personil dan unit
Kebakaran dan mobil pemadam
Penyelamatan kebakaran
Provinsi DKI
Jakarta.
8 Dinas mengoordinasikan mengoordinasikan mengoordinasikan
Komunikasi, komunikasi antar komunikasi antar komunikasi antar
Informatika dan SKPD/UKPD Tim SKPD/UKPD Tim SKPD/UKPD Tim
Kehumasan Terpadu Penertiban Terpadu Penertiban Terpadu Penertiban
Provinsi DKI dengan dengan dengan
Jakarta. mengoptimalkan mengoptimalkan mengoptimalkan
media komunikasi, media komunikasi, media komunikasi,
membuat pusatmembuat pusat membuat pusat
informasi di lokasi, informasi di lokasi, informasi di lokasi,
menyiapkan press menyiapkan press menyiapkan press
release sebagai release sebagai release sebagai bahan
bahan berita untuk bahan berita untuk berita untuk media.
media. media.
9 Dinas Sosial mendata warga membantu melakukan
Provinsi DKI terdampak relokasi pemantauan, pendampingan anak,
Jakarta. yang merupakan penghalauan dan lanjut usia,
penyandang penjagaan atas penyandang
disabilitas, PMKS di lokasi disabilitas dan
membantu penertiban, memberikan
sosialisasi danpenjangkauan pelayanan psikososial
edukasi terkait
sosial terhadap serta konseling bagi
pelaksanaan orang terlantar, warga pasca
penertiban sesuai korban tindak penertiban
dengan lingkup kekerasan dan
tugasnya PMKS untuk
dirujuk ke panti
sosial/instansi lain,
membentuk dapur
umum sesuai
lingkup tugas
10 Dinas mencari data warga menyiapkan melengkapi rumah
Perumahan dan terdampak yang keberadaan rumah susun sewa dengan
Gedung menjadi skala susun sewa milik ruang fasilitas
Pemerintah prioritas relokasi Pemerintah kesehatan, kehidupan
Daerah Provinsi dan Provinsi DKI ekonomi, sosial,
DKI Jakarta. mensosialisasikan Jakarta yang akan pendidikan,
sesuai ketersediaan digunakan sebagai peribadatan sesuai
dan merencanakan tempat relokasi kondisi rumah susun
serta penentuan warga berpenduduk sewa dan kebutuhan
penempatan rumah KTP setempat yang warga
susun sewa terkena dampak
penertiban
11 Dinas Tidak menerbitkan melakukan pelayanan
Kependudukan Kartu Keluarga administrasi
dan Pencatatatan baru dan kependudukan.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


121

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


Sipil Provinsi pemecahan Kartu
DKI Jakarta. Keluarga di lokasi
penertiban
melakukan
verifikasi data
warga yang berKTP
DKI Jakarta untuk
pendaftaran unit
Rusunawa
12 Dinas mendata siswa usia
Pendidikan sekolah di lokasi
Provinsi DKI penertiban sebelum
Jakarta. penertiban
dilaksanakan dan
memfasilitasi
administrasi serta
lokasi kepindahan
sekolah
13 Dinas Koperasi, mendata warga
Usaha Mikro, terdampak relokasi
Kecil dan yang memiliki
Menengah serta usaha kecil dan
Perdagangan menengah serta
Provinsi DKI memfasilitasi
Jakarta. pemberdayaan
usaha
14 Dinas melakukan melakukan
Perindustrian koordinasi dengan pengamanan utilitas
dan Energi PLN untuk PJU dan
Provinsi DKI pemadaman, pemasangan lampu
Jakarta. pengamanan, penerangan
relokasi utilitas sementara di lokasi
PLN dan penertiban
menyiapkan
sumber energi serta
pengamanan
jaringan
Penerangan Jalan
Umum (PJU)
15 Dinas berkoordinasi
Perhubungan dengan Polda Metro
dan Transportasi Jaya dalam
Provinsi DKI melakukan
Jakarta. rekayasa lalu lintas,
pengaturan parkir
dan pengaturan lalu
lintas, membantu
mobilitas warga
terdampak ke
Rusunawa dan
menyiapkan feeder

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


122

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


busway untuk
warga.
16 Dinas Olahraga merencanakan dan
dan Pemuda memfasilitasi
Provinsi DKI sarana dan alat
Jakarta. olahraga sesuai
kebutuhan
17 Dinas mencari data dan
Pertamanan dan mensosialisasikan
Pemakaman serta melaksanakan
Provinsi DKI rencana
Jakarta. mengembangkan
fasilitas Ruang
Terbuka Hijau
(RTH), taman
bermain anak dan
fasilitas lainnya
sesuai dengan
rencana
peruntukannya
18 Dinas Tenaga membuka layanan
Kerja dan informasi untuk Balai
Transmigrasi Latihan Kerja (BLK);
Provinsi DKI dan melakukan
Jakarta. program jemput bola
langsung kepada
warga (misalnya:
mengadakan pameran
kerja di Rusunawa).
19 Dinas Kesehatan mendata warga menyiapkan
Provinsi DKI peserta Kartu ambulans dan
Jakarta. Jakarta Sehat (KJS) tenaga medis di
atau peserta Badan lokasi penertiban
Penyelenggara saat pelaksanaan
Jaminan Sosial penertiban; dan
(BPJS) Kesehatan membantu ke
yang terdampak rumah sakit bagi
penertiban warga dan
anggota/petugas
Satpol PP dengan
menggunakan
Jamkesda
20 Dinas Kelautan, Menginventari sasi
Pertanian dan dan mengamankan
Ketahanan aset yang berada di
Pangan Provinsi bawah tanggung
DKI Jakarta. jawabnya
21 Dinas Penataan menyiapkan
Kota Provinsi dokumen terkait
DKI Jakarta. tata ruang wilayah
yang dibutuhkan

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


123

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


dalam persiapan
penertiban (contoh :
trase jalan, waduk
dan sungai).
22 Satuan Polisi melakukan mengerahkan menjaga lokasi obyek
Pamong Praja penyiapkan personil, peralatan penertiban,
Provinsi DKI pemetaan/ mapping dan perlengkapan mengamankan
Jakarta. penertiban, penertiban dan fasilitas dan aset di
menghimpun menyiagakan dalam lokasi obyek
bahan/data personil pengendali penertiban.
keterangan terkait massa sesuai melaksanakan kerja
obyek penertiban kebutuhan/kondisi sama, koordinasi dan
(tingkat gangguan di lapangan serta meminta bantuan
kerawanan dan mengamankan kepada Kepolisian
estimasi kondisi peralatan SKPD Republik Indonesia,
warga), terkait penertiban. TNI dan/atau lembaga
menyiapkan melaksanakan kerja lainnya.
perlengkapan dan sama, koordinasi
peralatan operasi dan meminta
lapangan, bantuan kepada
menerbitkan dan Kepolisian
mendistribusikan Republik Indonesia,
Surat Peringatan TNI dan/atau
Pertama (SP1), lembaga lainnya.
Surat Peringatan
Kedua (SP2) dan
Surat Peringatan
Ketiga (SP3)
bersama Camat dan
Lurah menyiapkan
administrasi
(instruksi dan surat
tugas) terkait
penertiban,
melaksanakan rapat
koordinasi internal.
melaksanakan kerja
sama, koordinasi
dan meminta
bantuan kepada
Kepolisian
Republik Indonesia,
TNI dan/atau
lembaga lainnya.
23 Biro Tata Mengoordinasikan, mengoordinasikan, mengoordinasikan,
Pemerintahan memantau dan memantau dan memantau dan
Setda Provinsi mengevaluasi mengevaluasi mengevaluasi
DKI Jakarta. pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan
penertiban penertiban penertiban

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


124

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


24 Biro Hukum melakukan melakukan memberikan bantuan
Setda Provinsi pendampingan pendampingan terhadap adanya
DKI Jakarta. hukum terhadap hukum terhadap gugatan atau
penertiban penertiban permasalahan hukum
25 Biro memfasilitasi warga
Kesejahteraan terdampak relokasi
Sosial Setda yang mendapatkan
Provinsi DKI jatah beras Rumah
Jakarta. Tangga Sasaran
26 Biro Pendidikan mengoordinasikan,
dan Mental memantau terkait
Spiritual Setda bantuan dari BAZIS
Provinsi DKI Provinsi DKI Jakarta
Jakarta. untuk sarana dan
prasarana tempat
ibadah sesuai dengan
ketentuan dan
kemampuan
27 BAZIS Provinsi memberikan bantuan
DKI Jakarta. kepada warga yang
terkena penertiban
dan sarana ibadah
28 Camat Provinsi melakukan
DKI Jakarta. pendataan bersama
SKPD terkait yang
mencakup peta
lokasi, data luas
lokasi terdampak,
RT/RW/Kelurah an
terdampak,
penduduk/Kepala
Keluarga
terdampak,
bangunan
terdampak, bukti
kepemilikan/pengu
asaan tanah, jenis
usaha dan
Kebutuhan Rumah
Susun
29 Lurah Provinsi melakukan
DKI Jakarta. pendataan bersama
SKPD terkait yang
mencakup peta
lokasi, data luas
lokasi terdampak,
RT/RW/ Kelurahan
terdampak,
penduduk/Kepala
Keluarga
terdampak,

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


125

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


bangunan
terdampak, bukti
kepemilikan/pengu
asaan tanah, jenis
usaha dan
Kebutuhan Rumah
Susun
Sumber: Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 118 Tahun 2016 tentang Penertiban
Terpadu, telah diolah kembali.

Menurut Bapak Juli Susanto, Kepala Sub Bagian Sengketa Hukum


Bagian Hukum Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan, pada dasarnya
peran SKPD pada penertiban lahan asset dan lahan privat tidak jauh berbeda,
namun terhadap lahan privat, jumlah SKPD yang dilibatkan lebih sedikit. Tugas
dari SKPD tidak diatur secara detail sehingga disesuaikan dengan kondisi tiap-
tiap permasalahan dilapangan. Secara umum SKPD yang dilibatkan dalam
penertiban lahan privat, antara lain:

Tabel 4.7. SKPD yang terlibat dalam penertiban lahan privat.


No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban
1 Inspektur Monitoring dan
Provinsi DKI mengevaluasi
Jakarta pelaksanaan
penertiban
2 Badan Kesatuan Deteksi dini dan Deteksi dini dan Deteksi dini dan
Bangsa dan cegah dini cegah dini cegah dini
Politik Provinsi
DKI Jakarta.
3 Dinas Bina membantu
Marga Provinsi menyiapkan alat
DKI Jakarta. berat dan sarana
penunjang saat
pelaksanaan
penertiban
4 Dinas Tata Air mobilisasi dan
Provinsi DKI operasional alat
Jakarta. berat pada saat
pelaksanaan
penertiban
5 Dinas membantu
Kebersihan menyiapkan mobil
Provinsi DKI toilet, menyiapkan
Jakarta. personil dan truk
sampah untuk

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


126

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


membersihkan dan
mengangkut
sampah sisa
pembongkaran.
6 Dinas menyiapkan
Penanggulangan personil dan unit
Kebakaran dan mobil pemadam
Penyelamatan kebakaran
Provinsi DKI
Jakarta.
7 Dinas menyiapkan press menyiapkan press
Komunikasi, release sebagai release sebagai
Informatika dan bahan berita untuk bahan berita untuk
Kehumasan media. media.
Provinsi DKI
Jakarta.
8 Dinas melakukan melakukan pelayanan
Kependudukan verifikasi data administrasi
dan Pencatatatan warga yang berKTP kependudukan.
Sipil Provinsi DKI Jakarta.
DKI Jakarta.
9 Dinas melakukan melakukan
Perindustrian koordinasi dengan pengamanan utilitas
dan Energi PLN untuk PJU dan
Provinsi DKI pemadaman, pemasangan lampu
Jakarta. pengamanan, penerangan
relokasi utilitas sementara di lokasi
PLN dan penertiban
menyiapkan
sumber energi serta
pengamanan
jaringan
Penerangan Jalan
Umum (PJU)
10 Dinas berkoordinasi
Perhubungan dengan Polda Metro
dan Transportasi Jaya dalam
Provinsi DKI melakukan
Jakarta. rekayasa lalu lintas,
pengaturan parkir
dan pengaturan lalu
lintas.
11 Dinas Kesehatan menyiapkan
Provinsi DKI ambulans dan
Jakarta. tenaga medis di
lokasi penertiban
saat pelaksanaan
penertiban; dan
membantu ke
rumah sakit

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


127

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


12 Dinas Cipta menyiapkan
Karya, Tata dokumen terkait
Ruang dan tata ruang wilayah
Pertanahan yang dibutuhkan
Provinsi DKI dalam persiapan
Jakarta. penertiban
13 Satuan Polisi melakukan mengerahkan
Pamong Praja penyiapkan personil, peralatan
Provinsi DKI pemetaan/ mapping dan perlengkapan
Jakarta. penertiban, penertiban dan
menghimpun menyiagakan
bahan/data personil pengendali
keterangan terkait massa sesuai
obyek penertiban kebutuhan/kondisi
(tingkat gangguan di lapangan serta
kerawanan dan mengamankan
estimasi kondisi peralatan SKPD
warga), terkait penertiban.
menyiapkan melaksanakan kerja
perlengkapan dan sama, koordinasi
peralatan operasi dan meminta
lapangan, bantuan kepada
menerbitkan dan Kepolisian
mendistribusikan Republik Indonesia,
Surat Peringatan TNI dan/atau
Pertama (SP1), lembaga lainnya.
Surat Peringatan
Kedua (SP2) dan
Surat Peringatan
Ketiga (SP3)
bersama Camat dan
Lurah menyiapkan
administrasi
(instruksi dan surat
tugas) terkait
penertiban,
melaksanakan rapat
koordinasi internal.
melaksanakan kerja
sama, koordinasi
dan meminta
bantuan kepada
Kepolisian
Republik Indonesia,
TNI dan/atau
lembaga lainnya.
14 Biro Tata mengoordinasikan, mengoordinasikan, mengoordinasikan,
Pemerintahan memantau dan memantau dan memantau dan
Setda Provinsi mengevaluasi mengevaluasi mengevaluasi
DKI Jakarta. pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan
penertiban penertiban penertiban

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


128

No SKPD Pra Penertiban Saat Penertiban Setelah Penertiban


15 Biro Hukum melakukan melakukan memberikan bantuan
Setda Provinsi pendampingan pendampingan terhadap adanya
DKI Jakarta. hukum terhadap hukum terhadap gugatan atau
penertiban penertiban permasalahan hukum
16 Camat Provinsi melakukan
DKI Jakarta. pendataan bersama
SKPD terkait yang
mencakup peta
lokasi, data luas
lokasi terdampak,
RT/RW/Kelurahan
terdampak,
penduduk/Kepala
Keluarga
terdampak,
bangunan
terdampak, bukti
kepemilikan/pengu
asaan tanah, jenis
usaha.
17 Lurah Provinsi melakukan
DKI Jakarta. pendataan bersama
SKPD terkait yang
mencakup peta
lokasi, data luas
lokasi terdampak,
RT/RW/Kelurahan
terdampak,
penduduk/Kepala
Keluarga
terdampak,
bangunan
terdampak, bukti
kepemilikan/pengu
asaan tanah, jenis
usaha dan
Kebutuhan Rumah
Susun
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Juli Susanto, Kepala Sub Bagian Sengketa Hukum
Bagian Hukum Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Bapak Henry Hasudungan,
Pengelola Sub Bagian Sengketa Hukum Bagian Hukum Sekretariat Kota Administrasi Jakarta
Selatan.

Tugas SKPD/UKPD dalam melaksanakan penertiban di Provinsi DKI


Jakarta untuk proyek lahan-lahan yang merupakan asset, lahan yang fungsinya
ruang terbuka hijau, lahan yang dibutuhkan untuk normalisasi kali, lahan jalan
inspeksi, lahan yang seharusnya jalan dituangkan dalam Instruksi Gubernur
sedangkan tugas SKPD/UKPD dalam melaksanakan penertiban lahan privat

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


129

tidak ditemukan pengaturannya. Bentuk pengaturan Instruksi Gubernur tidak


termasuk dalam hierarki perundang-undangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
Pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan disebutkan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan terdiri atas:292

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan. Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Selain Peraturan Perundang-undangan yang disebutkan diatas, terdapat


peraturan lain yang termasuk jenis Peraturan Perundang-undangan, yaitu293

peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

Peraturan Perundang-undangan selain yang tersebut dalam hierarki


Peraturan Perundang-undangan diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan

292
Indonesia, Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU
No. 12 Tahun 2011, LN No. 82 Tahun 2011, TLN No. 5234, pasal 7 ayat (1)
293
Ibid, pasal 8 ayat (1).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


130

yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan, berdasarkan hal


tersebut Instruksi Gubernur bukan merupakan Peraturan Perundang-Undangan.
Selanjutnya dalam proses memfasilitasi permohonan warga untuk
penertiban menurut Bapak Tumbur Parluhutan, Kepala Bidang Ketenteraman
dan Ketertiban Umum Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta
tanggung jawab yang paling berat dalam melaksanakan kewenangan
pengosongan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 adalah
gugatan hukum yang timbul setelah pelaksanaan wewenang, perlu
dipertimbangkan upaya-upaya preventif dan tanggung jawab pemohon atas
gugatan yang terjadi.

D. Perbandingan Prosedur Pengosongan Tanah di Indonesia dan Hukum


Internasional
Pengaturan penggusuran berdasarkan hukum internasional diatur dalam
dua instrument, yaitu;
a. General comment No. 7: The right to adequate housing (art. 11 (1) of the
Covenant): Forced evictions.
Penggusuran paksa didefinisikan sebagai pemindahan secara
permanen atau sementara yang melawan kehendak mereka atas individu,
keluarga dan/atau komunitas dari rumah dan/atau tanah yang mereka
tempati, tanpa penyediaan dan akses terhadap bentuk-bentuk perlindungan
hukum yang tepat.294
Namun tidak semua penggusuran dilarang, penggusuran dapat
dilaksanakan jika dilakukan sesuai peraturan yang berlaku dan sejalan
dengan ketentuan hukum hak asasi manusia internasional.295 Hal ini sesuai
yang disebutkan dalam general comment no. 7 bahwa “The prohibition on
forced evictions does not, however, apply to evictions carried out by force

294
United Nation, General comment No. 7, paragraf 3.
295
United Nation, Forced Evictions Fact Sheet No. 25/Rev.1,
www.ohchr.org/Documents/Publications/FS25.Rev.1.pdf, diunduh tanggal 2 April 2019, hal 4.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


131

in accordance with the law and in conformity with the provisions of the
International Covenants on Human Rights.296

b. Standar Pelaksanaan Penggusuran/Pembongkaran Paksa Berdasarkan


Hukum Internasional
1. Sebelum Penggusuran297
Berdasarkan ketentuan Basic Principles and Guidelines on
Development Based Evictions and Displacement yang dikeluarkan oleh
PBB, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta menjabarkan Standar Hak Asasi
Manusia Terkait Penggusuran 298

Tabel.4.8. Standar Hak Asasi Manusia Terkait Penggusuran

No Pra Saat Pasca


1 Pemerintah wajib Ada kehadiran perwakilan Ada alternatif solusi pindah
menjelajahi semua pemerintah pada saat ke tempat tinggal baru yang
kemungkinan alternatif penggusuran berlangsung menjamin kualitas hidup
selain pelaksanaan untuk memastikan ketaatan yang setidaknya sama
penggusuran. prosedur. baiknya, atau lebih baik, dari
tempat tinggal warga
terdampak sebelumnya
2 Melakukan konsultasi, Ada data-data korban yang Ada pemulihan sesuai
audiensi, dan musyawarah lengkap dan transparan. dengan ketentuan hukum
yang tulus kepada publik, bagi warga terdampak.
beserta masyarakat yang
akan terkena dampak.
3 Melakukan penilaian Tidak dilakukan pada saat Ada bantuan hukum yang
terhadap dampak cuaca buruk, malam hari, hari disediakan bagi warga yang
penggusuran secara holistik besar/perayaan keagamaan, ingin menuntut kompensasi
dan komprehensif, dan dan/atau saat sedang setelah penggusuran
memperhitungkan dampak dilaksanakan

296
UN Committee on Economic, Social and Cultural Rights (CESCR),
General Comment No. 7: The right to adequate housing (Art.11.1): forced evictions,
http://www.refworld.org/docid/47a70799d.html, diakses tanggal 24 Februari 2019, no. 3.

297
United Nations, Basic Principles and Guidelines on Development Based Evictions and
Displacement Annex 1 of the report of the Special Rapporteur on adequate housing as a component
of the right to an adequate standard of living A/HRC/4/18,
https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Housing/Guidelines_en.pdf, diunduh tanggal 25 Maret
2019, no. 37-44.
298
Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, “Risalah Kebijakan Mendorong Regulasi
Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia”,
https://www.bantuanhukum.or.id/web/wp-content/uploads/2015/11/Risalah-Kebijakan_Regulasi-
Penggusuran_Merged.pdf,diakses 27 April 2019, hal. 2.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


132

kerugian materil dan berlangsungnya ujian


immateril yang akan dialami sekolah bagi anak-anak
oleh warga terdampak;
4 Membuktikan bahwa Setiap penggunaan aparat Warga terdampak yang
mekanisme penggusuran penegak hukum harus sesuai sedang sakit atau terluka
sudah tidak bisa dihindarkan dengan prinsip harus mendapatkan
lagi; proporsionalitas HAM (tidak penanganan kesehatan
berlebihan menggunakan terbaik yang disediakan oleh
aparat atau senjata atau alat pemerintah.
berat sehingga memperbesar
potensi pelanggaran hak bagi
warga terdampak)
5 Memberikan surat Pemerintah harus Tempat tinggal baru harus
pemberitahuan dalam bentuk memastikan tidak ada sesuai dengan standar HAM,
tertulis dengan lengkap kekerasan yang terjadi yaitu Pendapat Umum PBB
dengan menguraikan alasan- terhadap warga terdampak. Nomor 4 Tahun 1991 tentang
alasan yang rasional tentang Perumahan yang Layak.
rencana penggusuran;
6 Memastikan bahwa tidak ada
orang yang akan kehilangan
tempat tinggal; dan
7 Menjamin terlebih dahulu
akan adanya alternatif tempat
tinggal yang memadai, yakni
tempat tinggal yang dekat
dengan lingkungan tempat
warga terdampak bermata
pencaharian.
Sumber: Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, “Risalah Kebijakan Mendorong Regulasi
Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia”, November 2015.

Berdasarkan pengaturan pada Negara Indonesia cq Provinsi DKI Jakarta,


Negara India, Negara Filipina dan Hukum Internasional, penggusuran dapat
dilakukan dalam hal:

Tabel. 4.9. Pengaturan Pengosongan Pada Negara Indonesia, India, Filipina


dan Hukum Internasional
Indonesia (Provinsi Negara India Negara Filipina Hukum
DKI Jakarta) Internasional
1. UU No.51 Th 1960 The Public Premises Undang-Undang General Comment
dan Pergub No. 207 (Eviction of tentang Pengembangan No. 7
Th 2016. Unauthorised Kota dan Program
2. Perda No. 8 Th 2007 Occupants), Bill No. Perumahan Tahun
dan Pergub 221 Th 184 of 2014 1992, section 1
2009
1. Penguasa Daerah Penggusuran dapat a.Bila orang atau penggusuran dapat
untuk mengosongkan dilakukan apabila entitas menempati dilaksanakan jika
tanah dari pihak yang berdasarkan daerah bahaya dilakukan sesuai

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


133

Indonesia (Provinsi Negara India Negara Filipina Hukum


DKI Jakarta) Internasional
memakai tanah tanpa penyelidikan yang seperti esteros, rel peraturan yang
izin yang berhak atau dilakukan oleh petugas kereta api, tempat berlaku dan sejalan
kuasanya yang sah. perumahan bahwa pembuangan dengan ketentuan
2. Pemda memiliki pihak yang menduduki sampah, tepian hukum hak asasi
kewenangan untuk lokasi tersebut atas sungai, garis pantai, manusia
melakukan dasar yang tidak sah jalur air dan tempat
internasional
penertiban terhadap atau tidak berdasar. umum lainnya
lokasi yang dilarang seperti trotoar, jalan,
untuk bertempat taman, dan taman
tinggal (jalur hijau, bermain;
taman, sungai, b.Bila proyek
bantaran sungai, infrastruktur
kawasan setu, pemerintah dengan
waduk, danau, dana yang tersedia
pinggir/bawah tol, hendak
pinggir/bawah rel. diimplementasikan
c.Bila ada perintah
pengadilan untuk
penggusuran dan
pembongkaran.
Sumber: Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 dan Pergub Nomor 207 Tahun 2016, The
Public Premises (Eviction of Unauthorised Occupants), Bill No. 184 of 2014, Undang-Undang
tentang Pengembangan Kota dan Program Perumahan Tahun 1992, section 1, General Comment
No. 7, diolah kembali.

Dalam pelaksanaannya bila dibandingkan pengaturan mengenai standar


penggusuran di Negara Indonesia (Provinsi DKI Jakarta), Negara India, Negara
Filipina dan hukum internasional, sebagai berikut299:

Tabel 4.10. Perbandingan Prosedur Pelaksanaan Pengosongan di Negara


Indonesia, India, Filipina dan Hukum Internasional
Indonesia (Provinsi India Filipina Standar HAM PBB
DKI Jakarta)
Undang-Undang No. 51 Undang-Undang Undang-Undang Pasal 15 Pendapat
Tahun 1960 dan Pergub tentang Standar tentang Umum PBB Nomor 7
No. 207 Tahun 2016 Penggusuran Bagi Pengembangan Kota Tahun 1997 tentang
Kepentingan Umum dan Program Penggusuran Paksa
Tahun 1971 (dan Perumahan Tahun
amandemen 2014) 1992

299
Kompilasi dari Risalah Kebijakan Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan
Standar Hak Asasi Manusia dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta hal 3 dan Undang-Undang No.
51 Tahun 1960 serta Pergub No. 207 Tahun 2016.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


134

Indonesia (Provinsi India Filipina Standar HAM PBB


DKI Jakarta)
1. Ada penelitian 1. Wajib ada 1. Wajib ada 1. Ada musyawarah
terlebih dahulu atas pemberitahuan pemberitahuan sejati yang tulus
permohonan dan informasi dan informasi antara kedua belah
penertiban. yang lengkap yang lengkap pihak;
2. Ada tahapan mengenai rencana mengenai rencana 2. Ada pemberitahuan
pembinaan kepada penggusuran; penggusuran yang lengkap dan
warga di lokasi. 2. Pihak yang setidak-tidaknya rasional tentang
3. Tahap melakukan 30 hari rencana
pemberitahuan dan penggusuran sebelumnya; penggusuran;
peringatan dengan wajib memastikan 2. Wajib ada 3. Ada altenatif solusi
jangka waktu kepemilikan dan musyawarah yang pindah yang
tertentu. menunjukkan tulus mengenai menjamin kualitas
4. Tahap penertiban bukti kepemilikan solusi atas rencana hidup yang
5. Tahap setelah tersebut; relokasi pasca setidaknya sama
penertiban 3. Pemerintah wajib penggusuran; baiknya atau lebih
melindungi warga 3. Wajib ada baik dari tempat
terdampak dari kehadiran sebelumnya;
segala bentuk perwakilan 4. Ada kehadiran
ancaman dan pemerintah saat perwakilan
tindak kekerasan; penggusuran pemerintah yang
4. Wajib ada berlangsung; hadir saat
kehadiran 4. Ada data-data penggusuran
perwakilan korban yang berlangsung;
pemerintah saat lengkap dan 5. Ada data-data
penggusuran transparan; korban yang
berlangsung; 5. Hanya dapat lengkap dan
5. Wajib dilaksanakan pada transparan;
mendapatkan hari Senin sampai 6. Tidak dilakukan
rehabilitasi dan Jumat pada jam pada saat cuaca
kompensasi yang kerja dan kondisi buruk dan/atau
layak bagi warga cuaca baik, malam hari;
terdampak; kecuali disetujui 7. Ada peluang
6. Warga berhak lain oleh pihak pemulihan hukum
mengajukan upaya terdampak; bagi warga
hukum atas proses 6. Tidak terdampak;
penggusuran diperbolehkan ada 8. Ada bantuan hukum
untuk menuntut ancaman alat yang disediakan
haknya apabila berat; oleh Pemerintah
dinilai telah terjadi 7. Wajib didampingi untuk menuntut
kesewenang- oleh pihak kompensasi setelah
wenangan kepolisian guna penggusuran
pemerintah. memastikan tidak dilaksanakan
ada pelanggaran
hak warga;
8. Ada relokasi yang
layak dan
memerhatikan
kepentingan
warga terdampak;
9. Bila penggusuran
melibatkan kaum

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


135

Indonesia (Provinsi India Filipina Standar HAM PBB


DKI Jakarta)
papa, pemerintah
harus
menyediakan
rumah yang layak
dalam waktu
maksimal 45 hari.
Bila waktu
tersebut dilewati,
pemerintah harus
memberikan
bantuan keuangan
setara nilai upah
layak selama 60
hari berturut-turut
dan tetap
menyediakan
rumah.
Sumber: Undang-Undang No. 51 Tahun 1960 dan Pergub No. 207 Tahun 2016, Undang-Undang
Negara India tentang Standar Penggusuran Bagi Kepentingan Umum Tahun 1971 (dan
amandemen 2014), Undang-Undang Negara Filipina tentang Pengembangan Kota dan Program
Perumahan Tahun 1992 dan Pasal 15 Pendapat Umum PBB Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Penggusuran Paksa, diolah kembali.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, negara Indonesia, India, Filipina dan


Hukum Internasional memperbolehkan dilaksanakannya pengosongan atas
pemakaian tanah tanpa izin dengan menerapkan persyaratan tertentu. Prosedur
pelaksanaan pengosongan berbeda disetiap negara dan belum sepenuhnya
mengadopsi pengaturan dalam hukum internasional.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


136

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengosongan tanah
atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau kuasanya merupakan
kewenangan atribusi yang bersumber pada Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
Atau Kuasanya . Kewenangan tersebut diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan warga atas pemakaian tanah tanpa izin yang berhak, hal ini
guna memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum atas
kepemilikan hak atas tanah.
2. Pemilik hak atas tanah memilih penyelesaian dengan mengajukan
permohonan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau
kuasanya kepada Pemerintah Daerah karena beberapa alasan, antara lain
a. Penyelesaian melalui mediasi tanpa mediator Pemerintah Daerah tidak
berhasil.
b. Waktu penyelesaian permasalahan pemakaian tanah tanpa izin melalui
Pemerintah Daerah reatif lebih cepat.
c. Putusan pengadilan atas sengketa kepemilikan tanah tidak dapat
dieksekusi karena putusan yang sifatnya deklaratur.
d. Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah didukung oleh
SKPD/UKPD yang lebih dekat dengan masyarakat.
e. Biaya penyelesaian relative lebih murah.
3. Tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan kewenangan
pengosongan tanah atas pemakaian tanpa izin yang berhak atau kuasanya
harus sesuai dengan kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, seperti memberikan fasilitasi

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


137

pemenuhan hak-hak warga seperti relokasi tempat tinggal, perpindahan


status kependudukan, pemindahan siswa dan transportasi.

B. Saran
1. Kewenangan pengosongan tanah atas pemakaian tanah tanpa izin yang
berhak masih perlu dimiliki oleh Pemerintah Daerah guna memberikan
kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah.
2. Guna menjalankan kewenangannya dalam Undang-Undang Nomor 51
Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak
Atau Kuasanya, perlu ditunjuk SKPD/UKPD tertentu yang diberikan tugas
dan fungsi memfasilitasi permohonan guna pengosongan tanah atas
pemakaian tanpa izin serta prosedur yang lebih terinci dan terukur yang
diatur dalam Peraturan Gubernur.
3. Dengan melekatnya kewenangan pengosongan tanah atas pemakaian tanpa
izin pada Pemerintah Daerah, terhadap tugas menfasilitasi permohonan
warga dapat dianggarkan tersendiri pada SKPD/UKPD yang ditunjuk untuk
menjalankan tugas dan fungsi memfasilitasi.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


138

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmosudirdjo, S. Prajudi. Hukum Administrasi Negara. Cet.10. (Jakarta: Ghalia


Indonesia, 1994).

Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan. Persidangan.


Penyitaan. Pembuktian dan Putusan Pengadilan. (Jakarta: Sinar Grafika,
2016).

_____. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. (Jakarta: Sinar


Grafika, 2017).

HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Ed. Revisi. Cet.8. (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013).

Hutagalung, Arie Sukanti. Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi
(Suatu Kumpulan Karangan). Ed.1. Cet.1. (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Hukum UI, 1999).

_____. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah. (Jakarta: Lembaga


Pemberdayaan Hukum Indonesia. 2005).

_____ dan Markus Gunawan. Kewenangan Pemerintah di bidang Pertanahan. Ed.


1. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008).

Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usah


Negara Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara. Ed.
Rev. Cet.4. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993).

_____. Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara.


Buku I. (Jakarta: Sinar Harapan, 2002).

Luthfi, Ahmad Nashih. Ed. Asas-Asas Keagrariaan Merunut Kembali Riwayat


Kelembagaan Agraria. Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan
Keagrariaan di Indonesia. (Yogyakarta: STPN Press, 2015).

Marbun, S.F. Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia.


(Yogyakarta: FH UII Press, 2015).

Nugraha, Safri et.al. Hukum Administrasi Negara. Ed. Revisi. (Depok: Center For
Law and Good Governance Studies (CLGS-FHUI) Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2007).

Nursadi, Harsanto. Hukum Aministrasi Negara Sektoral. (Depok: Center for Law
and Good Governance Studies (CLGS) dan Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. 2016).

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


139

Sadjijono. Bab-Bab Pokok Hukum Administrasi. (Yogyakarta: LaksBang, 2011).

Simanjuntak, Enrico. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Transformasi


dan Refleksi. (Jakarta: Sinar Grafika, 2018).

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. (Jakarta:


PT.Raja Grafindo Persada, 2007).

Soerodjo, Irawan. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. Cet.1.


(Surabaya: Arkola. 2003).

Peraturan Perundang-undangan

India. The Public Premises (Eviction of Unauthorised Occupants) Amendment Bill


2014, Bill No. 184 of 2014.
http://www.prsindia.org/uploads/media/Public%20Premises/Public%20Pre
mises%20Bill,%202014.pdf. diunduh taggal 12 April 2019.

Indonesia. Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. UU


No. 5 Tahun 1960. LN No. 104 Tahun 1960. TLN. No. 2043.

_____. Undang-Undang Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang


Berhak Atau Kuasanya. UU No. 51 Tahun 1960. LN No. 158 Tahun 1960.
TLN No. 2106.

_____. Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan. UU No. 12 Tahun


1985. LN No. 68 Tahun 1985. TLN No. 3312.

_____. Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. UU No. 5 Tahun


1986. LN No.77 Tahun 1986 . TLN No. 3344.

_____. Undang-Undang tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
UU No. 21 Tahun 1997. LN No. 44 Tahun 1997. TLN No. 3688.

_____. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 32 Tahun 2004.


LN No. 125 Tahun 2004. TLN No. 4434.

_____. Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman. UU No. 48 Tahun 2009.


LN No. 157 Tahun 2009. TLN No. 5076.

_____. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.


UU No. 12 Tahun 2011. LN No. 82 Tahun 2011. TLN No. 5234.

_____. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014.


LN No. 244 Tahun 2014. TLN No. 5587

_____. Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan. UU No. 30 Tahun


2014. LN No. 292 Tahun 2014. TLN No. 5601.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


140

_____. Peraturan Pemerintah Tentang Hak Guna Usaha. Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai Atas Tanah. PP No. 40 Tahun 1996. Ln No. 58 Tahun 1996. TLN
No. 3643.

_____. Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah. PP No. 24 Tahun 1997.


LN No. 59 Tahun 1997. TLN No. 3696.

_____. Peraturan Pemerintah tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah


Terlantar. PP No. 11 Tahun 2010. LN No. 16 Tahun 2010. TLN No. 5098.

_____. Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah. PP No. 18 Tahun 2016.


LN No. 114 Tahun 2016. TLN No. 5887.

_____. Penetapan Presiden tentang Pemerintah Daerah. Penetapan Presiden No. 6


Tahun 1959. LN No. 94 Tahun 1959.

_____. Peraturan Presiden tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Perpres
No. 17 Tahun 2015. LN No. 18 Tahun 2015.

_____. Peraturan Presiden tentang Badan Pertanahan Nasional. Perpres No. 20


Tahun 2015. LN No. 21 Tahun 2015.

_____. Keputusan Presiden tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan.


Keppres Nomor 34 Tahun 2003. LN No. 60 Tahun 2003.

____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum. Perda
No. 8 Tahun 2007. LD No. 8 Tahun 2007.

_____.Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Penertiban


Pemakaian/Penguasaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak. Pergub No. 207
Tahun 2016. BD No. 73008 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tata Air. Pergub No. 257 Tahun 2014. BD No. 62130 Tahun
2014.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pergub No. 263 Tahun
2016. BD No. 62161.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Penaggulangan Kebarakan dan Penyelamatan. Pergub No. 264
Tahun 2016. BD No. 62162 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Perubahan Atas


Peraturan Gubernur Nomor 265 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Komunikasi. Informatika dan Statistik. Pergub No. 75 Tahun
2018. BD No. 62032 Tahun 2016.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


141

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perindustrian dan Energi. Pergub No. 267 Tahun 2016. BD
No. 62165 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perhubungan. Pergub No. 270 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pergub 271 Tahun 2016. BD
No. 62169 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Bina Marga. Pergub No. 273 Tahun 2016. BD No. 62171
Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman. Pergub No. 274
Tahun 2016. BD No. 62172 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pendidikan. Pergub No. 277 Tahun 2016. BD No. 62175 Tahun
2016

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan. Pergub No. 278 Tahun 2016. BD No. 62176.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Cipta Karya. Tata Ruang dan Pertanahan. Pergub No. 279
Tahun 2016. BD No. 62177 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Satuan Polisi Pamong Praja. Pergub No. 285 Tahun 2016. BD No.
62183 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kota Administrasi. Pergub No. 286 Tahun 2016. BD No. 62184 Tahun
2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur tentang Pembentukan.


Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun. Pergun No. 351
Tahun 2016. BD No. 62248 Tahun 2016.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Sosial. Pergub No. 20 Tahun 2018. BD No. 62010 Tahun 2018.

_____. Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta tentang Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) Penertiban Penertiban Penguasaan/Pemakaian
Tanah Tanpa Hak di Wilayah DKI Jakarta. Kepgub No. 886 Tahun 1983.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


142

_____. Menteri Pertanian dan Agraria. Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria
tentang Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia
atas Tanah. Permen Pertanian dan Agraria No. 2 Tahun 1962.

_____. Menteri Dalam Negeri. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang
Penegasan Konversi Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia. Kepmendagri
No. Sk.26/DDA/1970.

_____. Menteri Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang


Garis Sempadan Sungai. Daerah Manfaat Sungai. Daerah Penguasaan
Sungai Dan Bekas Sungai. Permen PU Nomor 63/PRT/M/1993.

_____. Kepala Badan Pertanahan Nasional. Peraturan Kepala Badan Pertanahan


Nasional tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar. Perkaban No. 4
Tahun 2010.

_____. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau. Permen PUPR No.
28/PRT/M/2015. BN No. 772 Tahun 2015.

_____. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Peraturan


Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan. Permen Agraria dan Tata Ruang
No. 11 Tahun 2016. BN No. 569 Tahun 2016.

Philippines. Republic Act No. 7279 an Act to Provide For a Comprehensive and
Continuing Urban Development and Housing Program, Establish The
Mechanism For Its Implementation, and For Other Purposes.
http://www.cebu-properties.net/resources/real-estate-laws-
philippines/republic-act-no-7279-urban-development-and-housing-act-or-
lina-law/. diakses 12 April 2019.

United Nation. General Comment No. 7: The right to adequate housing (Art.11.1):
forced evictions. http://www.refworld.org/docid/47a70799d.html. diakses
tanggal 24 Februari 2019.

_____. Basic Principles and Guidelines on Development Based Evictions and


Displacement Annex 1 of the report of the Special Rapporteur on adequate
housing as a component of the right to an adequate standard of living
A/HRC/4/18.
https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Housing/Guidelines_en.pdf.
diunduh tanggal 25 Maret 2019.

Putusan Pengadilan

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan Nomor 006/PUU-III/2005.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


143

_____. Putusan Nomor 96/PUU-XIV/2016.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor 475 K/TUN/2016.

_____. Putusan Nomor 560 K/TUN/2017.

_____. Putusan Nomor 642 K/TUN/2018.

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Putusan Nomor 836/Pdt.G/2017/PN.JKT.Sel.

Pengadilan Tata Usaha Negara. Putusan Nomor 193/G/2017/PTUN.JKT.

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta. Putusan Nomor


148/B/2018/PT.TUN. JKT.

Dokumen Lainnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://www.kbbi.web.id/tertib. diakses 25 Maret


2019.

_____. https://www.kbbi.web.id/kosong. diakses 25 Maret 2019.

_____. https://www.kbbi.web.id/tanah. diakses 10 April 2019.

_____. https://www.kbbi.web.id/hak. diakses 10 April 2019.

Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. “Risalah Kebijakan Mendorong Regulasi


Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia”.
https://www.bantuanhukum.or.id/web/wp-
content/uploads/2015/11/Risalah-Kebijakan_Regulasi-
Penggusuran_Merged.pdf.diakses 27 April 2019.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. “Keterangan Presiden dan DPR.”


http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/persidangan/risalah/r
isalah_sidang_8977_PERKARA%20NOMOR%2096.PUU-
XIV.2016%20tgl%2029%20Nov%202016.pdf. diakses tanggal 12 Oktober
2018.

Pupu Saeful Rahmat. Equilibrium. Penelitian Kualitatif. Vol. 5. No.9. Januari-Juni


2009.

Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B-280/M.Sesneg/5/2005 tanggal 9 Mei


2005 Perihal Arahan Presiden tentang Permasalahan Pertanahan yang
ditujukan kepada 1. Menteri Dalam Negeri; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri
Kehutanan; 4. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; 5. Badan
Pertanahan Nasional; 6. Para Gubernur/Bupati/Walikota diseluruh
Indonesia.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019


144

United Nation. Forced Evictions Fact Sheet No. 25/Rev.1.


www.ohchr.org/Documents/Publications/FS25.Rev.1.pdf. diunduh tanggal
2 April 2019.

Universitas Indonesia

Kewenangan pemerintah..., Cahya Febriana, FH-UI, 2019

Anda mungkin juga menyukai