Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SEJARAH ISLAM DI MALAYSIA”


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Sitti Rahmah M.Si

Oleh
Kelompok 13

Muhammad Riky 12170514225


Nandatasya Sherlyfa 12170525095

KELAS 3C
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim..

Puji syukur hanya bagi Allah yang telah menganugerahkan ilmu-Nya kepada kita sebagai
umat manusia. Atas berkat dan rahmat Allah kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Sejarah Islam di Asia Tenggara. Adapun topik yang dibahas dalam makalah ini adalah
“Sejarah Masuknya Islam di Malaysia.”

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dra.Hj. Sitti Rahmah,,M.Si. sebagai dosen
pengampu yang telah memberikan kami penjelasan materi dan tugas makalah ini, dan juga
kepada teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap
makalah ini bisa menjadi sumber pengetahuan atau ilmu kepada pembaca. Namun terlepas
dari itu,

kami mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun, agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi

i
DAFTAR ISI
PENGANTAR ...................................................................................................................... i

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

BAB II.................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 2

A. Sejarah Masuknya Islam ke Malaysia ...................................................................... 2

B. Islam Masa Malaya Kolonial .................................................................................... 5

C. Pengaruh Islam Di Malaysia Didalam Bidang Pendidikan ..................................... 6

D. Masuknya Islam ke Semenanjung Malaysia ......................................................... 10

E. Kebangkitan Islam di malaysia ............................................................................. 11

BAB III .............................................................................................................................. 12

PENUTUP ......................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12

B. Saran ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai suatu kekuatan yang diperhitungkan di masa pra kolonialisme dan dalam batas
tertentu perjuangan kemerdekaan dalam abad dua puluh, kekuatan dan sumbangan Islam bagi
perubahan sosial politik selama ini sering diabaikan, sehingga muncullah pergolakan-
pergolakan di dunia Islam mengalami kebangkitan termasuk di Malaysia. Pada awalnya,
Malaysia adalah kerajaan federal di Asia Tenggara yang terletak di semananjung Malaka dan
sebagian Kalimantan Timur yang penduduknya mayoritas Islam dan konstitusi sebagai agama
resmi negara, sehingga syariat Islam ditegakan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di
Malaysia berkat jasa para pedagang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan
dan mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka yang saat itu sebagai pusat perdagangan.
Karena memang jalur perdagangan merupakan salah satu media yang efektif dalam
mengembangkan dan menyiarkan ajaran Islam.
Malaysia dominan masyarakatnya muslim, tampak kelihatan sangat heterogen terutama bila
dilihat dari segi etnis, suku dan ras mereka. Karena itu, di Malaysia dapat dijumpai sejumlah
kelompok masyarakat muslim Indo-Melayu, bahkan suku Bugis dan Makassar, banyak di sana.
Walaupun Malaysia sebagai salah satu negara yang masyarakatnya dominan muslim, namun
tentu masih saja menimbulkan pertanyaan mengenai tempat asal datangnya Islam di sana dan
bagaimana pola perkembangannya. Perkembangan Islam di Malaysia ditandai dengan
tumbuhnya institusi-institusi dengan baik hal ini peningkatan kesadaran beragama dalam sosial
keagamaan, politik, ekonomi dan lain-lainnya, sebagai contoh sebuah oposisi Islam
berkembang yaitu organisasi Kesatuan Nasional Melayu (UMNO) berusaha menyokong
oposisi keagamaannya sendiri melalui perekrutan tokoh-tokoh agama dan berjanji
memperjuangkan kepentingan Islam dan Pan-Melayu Islamic Party (P.M.I.P) yang menjadi
juru bicara bagi permusuhan komunitas Muslim terhadap warga cina dan India. Orientasi
keislaman P.M.I.P tidak hanya kepedulian ekonomi tetap juga kepedulian terhadap
Perkembangan Islam Malaysia dewasa ini semakin menunjukkan adanya pluralitas
keberagamaan yang dapat memberi perlindungan bagi masyarakat non melayu yang pada
umumnya menganut agama non Islam, sehingga mereka hidup berdampingan satu sama lain
tanpa menimbulkan gejolak.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam ke Malaysia


Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia,
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali
menyebar di negara ini. Wan Hussein Azmi, dalam kitabnya Islam di Malaysia
Kedatangan dan Perkembangan ( Abad 7-20 M), beragumen bahwa Islam datang pertama
kali ke Malaysia sejak abad ke 7 M. Pendapat in berdasarkan pada sebuah argumen bahwa
pada pertengahan abad tersebut pedagang Arab sudah sampai pada gugusan pulau-pulau
Melayu, dimana Malaysia secara geografis tidak dapat dipisahkan darinya. Para pedagang
Arab yang singgah dipelabuhan dagang Indonesia pada paruh ketiga abad tersebut, menurut
Azmi tentu juga singgah di pelabuhan- pelabuhan dagang di Malaysia.
Sejalan dengan pendapat Wan Hussein Azmi, Hashim Abdullah dalam kitabnya Perspektif
Islam di Malaysia, menegaskan : para pedagang Arab singgah di pelabuhan-pelabuhan
sumatera untuk mendapatkan barang-barang keperluan dan sementara menanti perubahan
angin mosun. Ada diantara mereka yang singgah di pelabuhan-pelabuhan tanah melayu
seperti Kedah, Trengganu dan Malaka. Oleh yang demikian bolehlah dikatakan bahwa islam
telah masuk di tanah Melayu pada abad ke 7 M. Namun pendapat / teori ini masih sangat
meraguakan karena hipotesis tersebut terlalu umum dan masih dapat diperdebatkan.
Pendapat lain dikemukakan oleh S.Q Fatimi , dalam bukunya Islam Comes To Malaysia,
menjelaskan bahwa Islam masuk ke Malaysia sekitar abad ke 8 H ( 14 M). Ia berpegang
pada penemuan batu bersurat di daerah Trengganu yang bertanggal 702 H ( 1303 M). Batu
bersurat tersebut di tulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisinya memuat pernyataan yang
memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam
dan ajaran Rasulullah Saw.Dan pada sisi lainnya memuat 10 aturan dan mereka yang
melanggarnya akan mendapat hukuman.
Selain itu, Majul juga berpendapat bahwa Islam pertama kali tiba di Malaysia sekitar abad ke
15 dan 16 M. Namun pendapat Fatimi dan Majul, juga tidak dapat diterima, karena ada bukti
yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah sampai ke Malaysia jauh sebelum itu
yakni pada ke 3 H( abad 10 M). Pendapat terakhir ini berdasarkan pada penemuan batu nisan
di Tanjung Ingris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisan tersebut tertulis nama Syekh
Abdu Al Qadir Ibnu Husayn syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut

2
sejarawan, Syekh Abdu Al Qadir adalah seorang Da’i keturunan Persia. Penemuan ini
merupakan suatu bukti bahwa Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar abad ke 3 H( 10
M).
Tanjung Ingris Kedah tempat ditemukannya batu nisan tersebut merupakan daerah yang
tanahnya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Lebih strategis dan layak dijadikan sebagai
tempat persinggahan pedagang-pedagang yang menggunakan sungai Kedah.
Disekitar makam tersebut juga terdapat banyak batu nisan dan ini memperlihatkan bahwa
tempat tersebut merupakan sebuah perkampungan lama bagi orang Islam dan menjelaskan
bahwa Tanjung Ingris Kedah adalah tempat persinggahan pedagang- pedagang Arab dan
Persia.
Sejauh menyangkut penyebaran Islam di Malaysia, peranan Malaka sama sekali tidak dapat
dikesampingkan. Karena koversi Melayu terjadi terutama selama periode kesultanan Malaka
pada abad ke 15 M, dari sekitar tahun 1402 hingga 1511 M. Malaka dalam sejarah di
nukilkan bahwasanya pembentukan dan pertumbuhannya disinyalir ada kaitannya dengan
perang saudara dikerajaan Majapahit setelah kematian Hayam Wuruk ( 1360-1389 M). Pada
tahun 1401 M meletus perang saudara untuk merebut tahta kerajaan antara Wira Bumi
dengan raja Wikrama Wardhana. Dalam perang tersebut Parmewara ( Putra Raja Sriwijaya
dari Dinasti Seilendra) turut terlibat karena ia menikahi salah seorang putri Majapahit. Oleh
karena pihak yang ia bantu mengalami kekalahan maka parmewara dan pengikutnya
melarikan diri kedaerah Tumasik (singapura) yang berada di bawah kekuasaan empair Siam
pada saat itu.
Temasek pada masa itu lebih merupakan sebuah perkampungan kaum nelayan,
diperintah oleh seorang wakil raja Siam yag bernama Tamagi. Oleh karena inginkan
kekuasaan akhirnya Parmewara membunuh Tamagi dan berhasil menjadi penguasa di
Temasek. Peristiwa terbunuhnya Tamagi diketahui oleh raja Siam. Kemudian memutuskan
untuk menuntut balas atas kematian Tamagi. Parmewara dan para pengikutnya
mengundurkan diri ke Muar dan akhirnya sampai ke Malaka. Malaka ketika itu merupakan
sebuah kampung kecil yang didiami oleh sebagian kecil kaum- kaum nelayan yang kerja
mereka sebagian perampok kapal-kapal dagang yang datang dari Barat ke Timur.
Sesampainya di Malaka, parmewara dilantik menjadi penguasa oleh pengikut-pengikutnya
dan penduduk asli disana, dan kemudian mendirikan kerajaan Malaka pada tahun 1402 M.
Menurut ahli sejarah, ada beberapa faktor yang meyebabkan Parmeswara memilih
Malaka sebagai kediamannya, antara lain:

3
1. Malaka mempunyai lahan datar yang luas, sesuai dijadikan tempat tinggal dan kawasan
cocok tanam.
2. Bukit-bukit yang berada berdampingan tanah datar dapat digunakan sebagai benteng
keselamatan dan pertahanan.
3. Letaknya bertentangan dengan Sumatera yang kaya dengan keperluan perdagangan seperti
beras, lada hitam, kapur, emas dan lain-lain.
4. Faktor yang terpenting sekali, karena kedudukan Malaka di tengah-tengah perjalanan laut
antara Asia Barat Farsi, India dan Cina. Sangat strategis dijadikan sebagai pelabuhan
perantara atau pelabuhan internasional.
Berdasarkan faktor-faktor yang ada Malaka tumbuh dengan pesat terutama dalam
bidang perdagangan. Dengan berkembangnya Malaka sebagai daerah pelabuhan yang bertaraf
internasional, secara tidak langsung telah mengundang orang-orang Arab dan khususnya para
pedagang dari bangsa tersebut untuk masuk ke daerah tersebut dan melakukan transaksi
perdagangan. Dan puncaknya Islam mendapatkan tempat di Malaka tak kala seorang ulama
dari Jeddah yang Syeikh Abdul Aziz berhasil mengislamkan Parmewara pada tahun 1414 M (
abad ke 15 ).
Setelah Parmewara masuk islam, ia mengganti namanya dengan Sultan Megat Iskandar
Shah. Kitab sejarah Melayu menceritakan bahwa Raja Malaka Megat Iskandar Shah adalah
orang pertama kali di kerajaan tersebut yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia
memerintahkan segenap warganya menjadi muslim. Dalam proses Islamisasi berikutnya, para
Sultan memberi dukungan yang besar dengan turut meningkatkan pemahaman tentang Islam
dan berpartisipasi dalam pengembangan wacana, kajian dan pengamalan Islam.
Dalam sejarah di nukilkan bahwasanya para sultan Malaka mulai dari sultan pertama
dan sultan yang berkuasa belakangan sangat berminat terhadap ajaran Islam. Banyak di antara
mereka yang berguru kepada ulama-ulama yang terkenal. Sebagai contoh sultan Muhammad
Shah berguru kepada Maulana Abdul Aziz, Sultan Mansur Syah berguru kepada Kadi Yusuf
dan Maulana Abu Bakar. Dengan adanya para Sultan tersebut belajar Islam dengan para ulama-
ulama yang ada saat itu dan telah memiliki pengetahuan agama yang luas maka para sultan
tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh A.C Milner dalam bukunya Islam and The
Muslim State menjelaskan , bahwasanya Sultan Malaka sebagai orang yang telah mengajarkan
pengetahuan Agama Islam kepada para raja di negeri-negeri melayu lainnya.
Respon sultan dan rakyat Malaka yang antusias terhadap kedatangan Islam, pada
gilirannya turut pula mengangkat posisi Malaka sebagai pusat kegiatan berdakwah. Selain
rakyat Malaka menyebarkan dakwah keluar negeri, banyak pula orang luar yang datang ke

4
Malaka untuk menuntut ilmu. Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, dua ulama terkenal di pulau
Jawa menamatkan pengajiannya di Malaka. Peran Malaka yang begitu penting dalam upaya
Islamisasi makin berkembang setelah sultan Muzzafar Shah yang berkuasa sekitar tahun 1450
menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan Malaka, sultan Muzzafar shah juga telah
menyusun perundang-undangan di negerinya yang sebagian isinya di warnai oleh ajaran Islam,
yang mana undang-undang tersebut dikenal dengan nama Hukum kanun Malaka. Hukum
kanun Malaka tersebut menjadi kitab sumber hukum dalam menangani beberapa pekara hukum
di kesultanan Malaka. Dengan demikian , Malaka dapat dianggap sebagai kerajaan Melayu
pertama yang menyusun perundangan yang mempunyai unsur-unsur syari’ah Islam.
Hukum kanun Malaka pada fase berikutnya banyak memberikan pengaruh pada Undang-
undang negara-negara Melayu lainnya. Karena Undang-undang ini kemudian menjadi acuan
dalam penulisan sejumlah kitab hukum di negeri-negeri Melayu lainnya, seperti kitab Hukum
Pahang, UU Sembilan Puluh Sembilan Perak, Buku Hukum Kedah dari 1650-1784 dan buku
Hukum Kedah 1789. Sehingga dapat dibayangkan bahwa undang-undang Melayu lainnya juga
sarat dengan unsur syari’ah Islam.

B. Islam Masa Malaya Kolonial


Kolonialisasi tanah Melayu telah menyebabkan nilai-nilai dan tatanan Islam dalam
kehidupan masyarakat tradisional Melayu mengalami kemerosotan. Kebijakan kolonial
portugis selama 130 tahun sejak 1511 M cenderung mencegah penyebaran Islam dan
perkembangan usaha dagang Muslim. Namun Portugis gagal dalam usaha ini terutama karena
terus menerus mendapat perlawanan orang Melayu. Belanda yang datang setelah mengalah
Portugis pada tahun 1641 M agak lebih toleran kepada para penguasa Melayu. Pada tahun 1795
M Belanda dapat ditaklukan oleh kekuasaan Inggris. Di bawah kolonialisasi Inggris,
perkembangan ajaran agama Islam dan pengaruhnya pada kehidupan Melayu menjadi terbatas.
Ada beberapa aspek yang dapat dicatat mengenai intervensi kolonial sehingga ruang gerak,
perkembangan, dan pelaksanaan Islam menjadi terbatas, antara lain menyangkut hukum Islam,
paradigma politik Islam serta munculnya permasalahan terkait dengan demografi penduduk.
Pertama, berkaitan dengan perkembangan hukum Islam. Sebagaiman dijelaskan
sebelumnya hukum Islam menempati posisi dasar dikesultanan-kesultanan Melayu. Namun
demikian, setelah kekuasaan kolonial mulai kokoh melalui perjanjian pihak Inggris berhasil
menekan para penguasa Melayu untuk menerima semua usulan Inggris dalam berbagai hal,
termasuk yang berkaitan dengan hukum Islam. Pada saat yang sama, kolonial Inggris

5
memperkenalkan dan menerapkan sistem hukum dan admistrasi hukum sipil yang berbeda
dengan sistem hukum dan pengadilan Islam.
Kedua, dampak lain yang juga terkait dengan kolonialisasi Inggris adalah kemerosotan
paradigma politik Islam. Menurut Azyumardi Azra, kolonialisme yang kemudian disusul
dengan penyebaran gagasan-gagasan dan konsep politik modern, seperti nasionalisme
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemerosotan paradigma politik islam di
kawasan ini sebagaimana direfleksikan dalam bahasa politik yang digunakan.
Ketiga, aspek lain dari kebijakan Inggris ini adalah masalah Demografi. Pada saat yang
sama dengan pembatasan pelaksanaan hukum islam, demografi mengalami perubahan.
Masyarakat menjadi lebih pluralis akibat imigrasi besar-besaran orang-orang non muslim Cina
dan India yang sengaja didatangkan Inggris untuk bekerja disektor industri, pertambangan dan
perkebunan.
Pluralitas masyarakat dengan multi agama dan budayanya jelas menjadi penghambat bagi
perkembangan ajaran agama Islam. Karena berbagai aspek yang terkait dengan masyarakat
yang berbeda agama dan budaya perlu menjadi pertimbangan dalam merumuskan setiap
kebijakan dan peraturan kenegaraan pada sebuah negara yang baru tebentuk. Sehingga
dampaknya setiap kebijakan dan aturan bersifat netral. Dengan demikian, itulah salah satu
sebab mengapa sistem pemerintahan, bentuk negara dan sistem hukum yang berlaku pada
negara Malaysia tidak dapat menerapkan kembali sistem pemerintahan dan hukum yang pernah
berlaku pada masa kesultanan.

C. Pengaruh Islam Di Malaysia Didalam Bidang Pendidikan


1. Pengajian Islam di Malaka
Kedatangan Islam ke Tanah Melayu pada peringkat awal dikatakan berlaku pada abad
ke-12 masehi. Malaka merupakan sebuah kerajaan Melayu-Islam yang teragung di daerah ini
sekitar abad ke-15 Masehi. Menurut sejarah, Malaka bukan saja sebagai sebuah kerajaan yang
luas pemerintahannya tetapi sangat terkenal sebagai sebuah kerajaan yang begitu aktif dalam
bidang pengajian dan pendidikan Islam.
Sejak penerimaan Islam oleh Parameswara pada tahun 1414 Masehi, kegiatan Agama
dan pendidikan Islam di usahakan secara bersungguh – sungguh oleh para ulama dan para
mubaligh. Seluruh masyarakat dari golongan para raja, pembesar serta rakyat jelata disuguhkan
dengan pengetahuan Islam. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, rumah – rumah, masjid,
surau serta istana – istana dijadikan sebagai institusi pendidikan.

6
Pada tahun 1511 Masehi, Malaka kalah di tangan Portugis pada tahun tersebut tercatat
sejarah hitam bagi seluruh bangsa Melayu Semenanjung, baik dalam bidang politik, ekonomi,
kebudayaan maupun pendidikan. Kedatangan Portugis merupakan printis jalan kepada bangsa
– bangsa Eropa lain menjajahi Tanah Melayu selanjutnya secara silih berganti selama lebih
kurang 5 abad. Dalam periodisasi yang begitu lama bangsa penjajah yang berpendidikan faham
Kristen itu berhasil menguasai hampir seluruh bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan
pendidikan.
2. Kearah Pendirian Sekolah Melayu
Oleh pelajaran Al-Quran merupakan mata pelajaran dasar atau asas salam
kurikulumnya, rata – rata masyarakat Melayu menamakannya sebagai “Sekolah Qur’an”.
Kesadaran untuk mengubah struktur pengajian tradisional melayu, kepada tahap yang lebih
baik dan sempurna oleh penjajah Inggris, telah terbayang pada awal abad ke 19 Masehi,
berkesempatan meninjau institusi berkenaan terutama dengan itu beliau membuat saran supaya
pihak kerajaan menyediakan tempat belajar yang lebih sesuai di samping membuat beberapa
perubahan yang perlu.
Masyarakat Melayu berada dalam keadaan mundur terutama dalam bidang ekonomi,
pendidikan dan kemasyarakatan, tetapi mereka tetap mempertahankan institusi tradisional
Melayu yang menjadi warisan bangsa sejak turun temurun Institusi rumah, masjid dan surau,
yang terkenal sebagai “Sekolah Qur’an”, masih menjadi tumpuan pelajar – pelajar. Setelah
mereka bukan saja sanggup mempertahankan kelanjutan hidup industri tersebut bahan sanggup
meningkatkan lagi perjanjian hingga ke peringkat yang lebih tinggi. Anak – anak dikirim ke
luar negeri seperti Patani Malaka dan Mesir dan lain-lain, untuk melanjutkan pelajaran mereka.
Bila tamat pengajian, mereka kembali ke tanah air untuk membuat institusi- institusi Pengajian
Islam yang lebih tinggi. Institusi berkenaan terkenal dengan panggilan
“Pondok”. Pembentukan Institusi Pondok dan pembelajarannya
a. Pembentukannya
Perkataan pondok berasal dari perkataan Arab (Funduqun) berarti tumpangan atau
tempat menginap para pengembara. Pondok adalah rumah – rumah kecil yang dijadikan
sebagai tempat tinggal pelajar, berhampiran surau dan juga rumah guru di kawasan khusus.
Semua komponen tersebut dipanggil “Pondok”.
Pengajian pondok yang dimaksud disini ialah pengajian yang UMUM, yaitu suatu
struktur pengajian secara tradisional dan pembelajarannya disampaikan dengan menadahkan
kitab. Awalnya rumah dijadikan sebagai tempat belajar, namun lama kelamaan pelajar yang
ingin ikut belajar makin bertambah, maka para orang tua pelajar serta masyarakat bergotong

7
royong mendirikan bangunan yang sesuai sebagai tempai belajar bersambung dengan rumah.
Bangunan itu disebut “surau” atau “madrasah” sebagai tempat melaksanakan aktivitas ibadah
dan juga sebagai tempat belajar.
b. Institusi Pondok dan Identitasnya
1) Tulisan Jawi dan Pengaruhnya
Kedatangan Islam di Tanah Melayu dikatakan berlaku pada abad ke-15 Masehi
yaitu meneruskan penerimaan Islam oleh Raja Malaka pada tahun 1414 Masehi. Menurut fakta
sejarah, kedatangan Islam lagi, bahasa Melayu sudah mempunyai sistem tulisan
perantaraannya. Bunyi dan sebutan huruf tersbut telah mempengaruhi alat – alat artikulasi
bangsa Melayu yang menyulitkan mereka menyebut kalimat – kalimat Arab terutama dalam
membaca Al-Quran. Dalam konteks ini mubaligh Islam telah memperkenalkan huruf Jawi yang
berdasarkan abjad Arab campuran Farsi memudahkan mereka dalam pembelajaran Agama
Islam dan membaca Al-Qur’an. Pengajaran huruf Jawi di samping meneruskan institusi rumah,
masjid dan surau di samping pelajaran Qur’an dan asas agama. Tradisi pembelajaran tulisan
Jawi dan pembacaannya berlaku secara kesinambungan bila adanya institusi pondok.[6]
Adanya diantara institusi pondok di Tanah Melayu menjadikan pengajian Jawi dari
penggunaannya meneruskan kitab –kitab Jawi dalam pembelajaran lain – lain mata pelajaran.
Ada pula yang semata – mata memberi penekanan pembelajarannya secara sampingan
meneruskan kitab –kitab Jawi dalam mata pelajaran Usuliddin, Fiqih, Tasawwuf dan lain –lain
di samping kitab Arab. Tindakan seumpama ini mempengaruhi perkembangan huruf Jawi dan
penggunaanya dalam media hubungan masyarakat. Didapati ketika itu segala urusan hubungan
baik dari pembicaraan umum, maklumat tertulis, surat perjajian arahan dan perintah juga lain
– lain adalah ditulis dengan menggunakan huruf Jawi.
Peranan institusi pondok bukan saja berhasil mengembangkan penggunaan tulisan
Jawi untuk memudahkan pembacaan Al-Quran dan kitab –kitab agama juga menjadi media
hubungan masyarakat bahkan dapat mengembang dan memperkaya bahasa Melayu.
2) Situasi Agama Islam dan Kewibawaannya
Islam dan Melayu dari segi konsepsinya merupakan identitas lahiriah yang saling kiat
dan pengaruh mempengaruhi bagi masyarakat Melayu, bahkan ia menjelma dalam segala aspek
spiritual. Penjelmaan ini menambah memperkokohkan aspek lahiriah, yang mana keduanya
berpadu untuk memancarkan identitas tradisi dan budaya. Inspirasi beragama dan maju
menonjolkan diri sebagai seorang Muslim di samping ingin menjadikan diri sebagai benteng
yang kebal untuk mempertahankan Islam, senantiasa hidup dan begitu fanatik sekali, walaupun
tidak sebanyak mengenal Islam dan beramal dengan hukumnya. Orang melayu tidak suka

8
mereka disebut dengan “Jahil”, tetapi kurang marahnya bila disebut “bodoh” walaupun ia
seorang yang jahil dan jarang – jarang patuh kepada hukum agama. Karena kalimat tersebut
boleh menggambarkan “jahiliah” yang suatu sistem hidup yang sesat dari ajaran agama Islam.
Bangsa Melayu berhasil mendaulatkan Islam sebagai suatu ikatan yang unik bagi
mereka, tetapi hanya dalam bentuk –bentuk lahiriah saja. Kebanyakan belum sempat
menjangkau ke tahap penghayatan Islam itu sendiri.
· Struktur bangunan dan perhubungannya
pengajian pondok nampaknya mempunyai identitas ciri-ciri yang terdiri, dimana dia
merupakan faktor utama untuk kejayaan dan kelanjutan institusi berkenaan. Rasanya rumah-
rumah kecil yang didirikan secara tersusun sebagai tempat tinggal pelajar, dalam bentuk yang
serupa mengandung ciri-ciri yang sama, melambangkan identitas filsafat institusi pondok itu
sendiri.
Pemilihan mesjid dan surau sebagai tempat belajar di pondok-pondok merupakan suatu
identitasnya yang unik dan berbeda dengan institusi-institusi modern yang lain. Karena dari
bangunan-bangunan tersebut, dapat menghasilkan suasana yang harmonis dari segi kegiatan
ibadah dan hubungan antara pelajar dan guru.
· Situasi pelajar
pelajar-pelajar pondok tidaklah terfokus kepada syarat-syarat tertentu untuk memilih
nama pondok sebagai tempat belajar dan juga jenis mata pelajarannya. Namun demikian ada
juga di antara institusi pondok meletakkan syarat dimana calon pelajar membaca Al-Qur’an
membaca dan menulis jawi. Syarat tersebut kedapatan pada kebanyakan pondok abad ke-20
Masehi. Dengan demikian dapat mendorong mereka supaya belajar bersungguh-sungguh
dengan kepuasan maksimun tanpa dipaksa dengan tidak membuang masa dan mengenal lelah.
Para pelajar juga berniat menempuh cara hidup yang sederhana dipondok untuk
pendekatan pengakaran yang khusus. Hubungan antara guru dengan pelajar dalam struktur
pembelajaran dipondok merupakan hasil binaan disiplin dua arah luar dan dalam yang
berbentuk khusus. Hubungan pelajar dengan guru dalam situasi tersebut rasanya amat berbeda
sekali dengan sistem pendidikan sekuler. Karena motif pembelajaran sekuler adalah belajar
ilmu untuk ilmu hanya sebagai alat untuk mencari kehidupan duniawi. Guru adalah
sistem tersebut hanya sebagai pemberi pembelajaran dan pelajar semata-mata menerimanya.
Hubungan pribadi antara keduanya tidak lah sampai ketahap kasih sayang yang sebenar dan
terpadu. Rasanya mungkin antara sebab berlaku demikian, adalah awal dari motif penyebaran
ilmu menurut tradisi dan situasi sekuler, lebih berbentuk komersial yang mengutamakan nilai
ekonomi untuk mencari kemewahan hidup.

9
· ketokohan dan tanggung jawab guru
Guru dalam sistem pendidikan pondok merupakan faktor utama dan penting. Kemampuan
pribadi guru itulah menjadi elemen terpenting jatuh bangun sebuah pengajian pondok.
Pengaruhnya amat besar dan penngaruhnya anat teguh. Biasanya guru adalah tokoh yang
banyak pengalaman, karena banyak berkeana baik didalam maupun diluar negeri bagi mencari
ilmu
Oleh sebab keilmuan dan kewarakannya mereka di tanggung oleh masyarakat sebagai
manusia berkebolehan dalam banyak bidang, dengan istilah sekarang mereka dipanggil sebagai
“ manusia Ensaiklopedia” Menirukan tanggapan masyarakat itulah menjadikan mereka lebih
beribawa, kata-kata mereka dipatuhi dan ditaati bukan saja dalam masyarakat pondok bahkan
dalam masyarakat yang lebih luas. Hubungan erat antara guru dan pelajar merupakan satu
daripada metode untuk menambah hazanah dalam pembelajaran. Pelajaran bukan saja
menerima ilmu yang disampaikan bahwa dapat menyaksikan dan mengambil contoh dari
tingkah laku dan keperibadian gurunya. Hubungan erat antara guru dan pelajar dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan merupakan suatu kaedah pembelajaran yang unggul yang
dicontoh dari Rasulullah SAW.

D. Masuknya Islam ke Semenanjung Malaysia


Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai tentang kedatangnya Islam ke Malaysia
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dimana Islam pertama kali
menyebar di negara ini. Azmi misalnya berpendapat bahwa Islam datang pertama kali Malaysia
sejak abad ke 7 M. Pendapatnya ini berdasarkan dari sebuah argumen bahawa pada
pertengahan abad tersebut, pedagang arab islam sudah sampai kegugusan pulau-pulau melayu.
Dimana Malaysia secara dgeografis tidak dapat dipisahkan darinya. Para pedagang arab
muslim yang singgah dipelabuhan dagang indonesia pada separuh ketiga abad tersebut.
Menurut Azmi tentu juga singgah dipelabuhan-pelabuhan dagang Malaysia.
Hipotesis lain juga dikemukakan oleh Fatim, bahwa Islam datang pertama kali sekitar
abad ke-8 H(14 M). Berpegang pada penemuan batu bersurat ditengganu yang bertanggal 1302
M. Batu bersurat itu ditulis dengan aksara arab, pada sebuah sisinya memuat pernyataan yang
memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam
dan ajaran Rasuallah.
Tidak adanya konsensus dikalangan sarjana ini bisa dimengerti. Bagaimana pun juga
problem utama untuk mempelajari islam diwilayah ini dalam istilah John, adalah karena
keragaman dan keluasan wilayah, diman pada setiap kenyataannya tidak setiap wilayah itu

10
sama-sama bisa diketahui dengan baik, hingga menimbulkan distorsi penekanan anakronisme
dan ekstrapolasi yang tidak akurat.
Sumber-sumber spekulasi lainnya adalah menyangkut cara dan situasi dimana
Islamisasi disemenanjung melayu ini terjadi.mengenai asal usul penyebaran, pendekatan
akdemis perpusat di arabia dan India. Sebagaiman diketahui secara umum, sebelum islam
datang ketanah melayu, orang-orang melayu adalah penganut animismem hinduisme dan
budhaisme. Namun kemudian sejak datangnya Islam secara berangsur-angsur mulai diyakini
dan terima sebagai agama baru dalam masyarakat Malayu Nusantara.

E. Kebangkitan Islam di malaysia


Pengalaman Islam menjadi lebih tampak jelas terutama setelah kebangkitan Islam di
Malaysia yang terjadi pada tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an.
Kebangkitan islam di Malaysia terrlihat jelas pada upaya muslim Malaysia untuk mengamalkan
ajaran Islam secara lebih serius seperti aktif shalat berjamaah di masjid, menghampri wirid
pengajian, banyak beramal shaleh, mengucapkan salam bila bertemu, berhati-hati dalam
membeli makanan agar tidak termakan pada yang haram, memakai busana muslim seperti
jubah, jilbab dan baju kurung dan telekung bagi wanita, memakai sarung sorban dan peci atau
pakaian yang lain yang mencirikan ketaatan sebagai muslim.
Gerakan kebangkitan Islam juga terlihat dikalangan mahasiswa di kampus-kampus Malaysia
di kalangan mahasiswa terdapat kelompok-kelompok pengajian yang dikenal dengan dakwah.
Mereka secara aktif mengadakan pengajian, puasa bersama, shalat malam bersama, dan tidak
jarang juga mengadakan dzikir dan renungan malam bersama. Sementara mahasiswa-
mahasiswa di Universitas Malaya dan Universitas Kebangsaan Malaysia membentengi
identitas mereka dengan menggabungkan diri pada gerakan-gerakan dakwah seperti ABIM,
Darul Arqam, dan jamaah Tabligh, maka mahasiswa yang belajar di luar negri, karna merasa
goncangan kultural dan keterasingan.
Dilatar belakangi oleh pendekatan dan pandangan internasionalis FOSIS yang umum tentang
Islam, sementara mahasiswa antar Malaysia membutuhkan persiapan untuk perjuangan islam
di Malaysia setelah kembali, diawal tahun 1975, dua organisasi islam baru yang lebih militan
terbentuk dikalangan mahasiswa di London, yaitu suara Islam dan Islamic Refresentation
Council (IRC).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam sebagai suatu kekuatan yang diperhitungkan dimasapra kolonialisme dan dalam batas
tertentu perjuangan kemerdekaan dalamabad ke-20, kekuatan dan sumbangan islam bagi
perubahan social politik selama ini seringdiabaikan, sehingga muncullah pergolakan-
pergolakan didunia islam mengalami kebangkitan termasuk di malaysia.
Malaysia adalah kerajaan faderal diasia tenggara yang terletak dimenanjung malaka dan
sebagian di Kalimantan timur yang penduduknya mayoritas islam dan konstitusi sebagai agama
resmi Negara, sehingga syariat islam ditegakkan dengan baik dan benar. Maka muncullah islam
di Malaysia berkatjasa para pedagang yang mempunyaisemangat yang tinggi dalam
menyiarkan dan mengembangkan islam di Arab melalui Malaka.
Perkembangan islam di Malaysia parasejarawan datang pada abad ke-9 dan pada abad ke-12
masehi. Kebanyakan sejarawan barat berpendapat berlaku disekitar abad ke-15 Masehi yang
bermula dri malaka. Namun berdasarkan pada pendapatbaru diyakini kedatangan islam ke
alamMelayu berlaku sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi.

B. Saran
Setelah melalui studi pustaka dan diskusi kelompok selesailah makalah ini. Sepenuhnya kami
sadar akan banyaknya kekurangan di beberapa titik. Banyak penafsiran-penafsiran serta
pendapat yang berbeda dan itu semua tidak lepas dari sifat fitrah dari penulis sebagai manusia
yang memiliki banyak keterbatasan. Jadi maklumlah kiranya, jika terdapat berbagai pendapat
yang penulis simpulkan. Oleh semua itu, jika sampai terdapat beberapa perbedaan pendapat,
tentunya bisa di pelajari. Maka, besar harapan kami adanya respon dari pembaca terhadap
makalah ini.Lepas dari itu semua kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan
baru bagi siapapun pembacanya. Selanjutnya kami ingin berterima kasih kepada dosen
pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
sederhana ini. Syukron. .

12
DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT. RajaGrafindo


Persada,Jakarta, 2004.
Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru, 2008.
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian 3, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta,
2000.

13

Anda mungkin juga menyukai