Anda di halaman 1dari 7

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILADALAM PENDIDIKAN KARAKTER

SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR NEGERI BEJI WATES KABUPATEN


KULON PROGO

Sidiq Sanubari Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri


Yogyakartaemail: sidiq.sanubari2016@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanproses penanaman nilai-nilai pancasila
dalam pendidikan karakter siswa, serta hasil dalam menanamkan nilai-nilai pancasiladalam
pendidikan karakter siswa. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan
kualitatif naturalistik (jenis penelitian kolektif). Sumber data primer yang dijadikan informan
(populasi penelitian) adalah dengan metode pengamatan, mengamati guru dan
siswa.Pengambilan sampel ini dilakukan secara probabilitysampling dan metode pengamatan
dan wawancara. Pengumpulan data Keabsahan data diukurdari metode pengamatan. Data
analisis meliputi : reduksi data,dan penarikan kesimpulan.Temuan dari penelitian ini adalah
(1) Implementasi nilai-nilai pancasila dalam penidikan karakter siswa yaitu dengan
menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia. (2) Proses penanaman nilai-nilai pancasila
menggunakan pendekatan : ajakan dan pembiasaan dari Guru kelas. (3) Upaya Guru dalam
membentuk karakter melalui penanaman nilai-nilai pancasila.

Kata Kunci: nilai-nilai pancaila, pendidikan karakter, sekolah dasar.

Abstract
This study aims to describe the process of cultivating the values of Pancasila in the formation
of student character, as well as the results in instilling the values of Pancasila in the formation
of student character. This research is a survey research with qualitative naturalistic approach.
Primary data sources that are used as informants (research population) is by observation
methods, observing teachers and students. Sampling is done by probability sampling and
observation method. Data collection The validity of the data is measured from the
observation method. Data analysis includes: data reduction, and conclusions. The findings of
this study are (1) Implementation of Pancasila values in the formation of student character by
singing Indonesian national anthems. (2) The process of planting the values of Pancasila
using approaches: invitation and habituation of the class Master. (3) Teacher's efforts in
shaping the character through the cultivation of pancasila values.

Keywords: pancaila values, character, elementary school.


PENDAHULUAN nilai-nilai agama dan nilai budaya
bangsa(Suharjono 2012b) Semua nilai-
Pancasila pada hakekatnya
nilai yang tercantum di dalamnya
merupakan sistem nilai (Value System)
semestinya dapat dijadikan acuan dalam
yang merupakan nilai-nilai luhur dan
pembentukan sikap dalam suatu
kebudayaan bangsa Indonesia, yang
pembelajaran. Adapun ranah dan sasaran
berakar dari unsur kebudayaan secara
dari aktualisasi sila-sila dalam Pancasila
keseluruhan terpadu menjadi kebudayaan
adalah pembangunan karakter yang
bangsa Indonesia. Proses terjadinya
mencakup ranah kognitif, afektif,
Pancasila melalui suatu proses yang
psikomotor(Wahyudi 2016) Ketiga
disebut kausa materialism karena nilai-
cakupan ranah tersebut kini mendapat
nilai Pancasila sudah ada dan merupakan
sorotan dalam proses pembelajaran karena
suatu realita yang hidup sejak jaman dulu
siswa tidak hanya memerhatikan kognitif
yang tercermin dalam kehidupan sehari-
siswa saja namun juga memerhatikan sisi
hari. Pandangan yang diyakini
sikap dan keterampilan yang dimiliki
kebenarannya itulah yang menimbulkan
siswa sehingga diharapkan siswa yang
tekad bangsa Indonesia untuk
dihasilkan pun berkualitas.Nilai juga
mewujudkannya dalam sikap dan tingkah
merupakan suatu penghargaan atau suatu
laku serta perbuatannya (Kaelan, 2007:13).
kualitas terhadap suatu hal yang dapat
Menurut Notonagoro dalam buku menjadi dasar penentu tingkah laku
(Sunoto, 1991:50) berpendapat bahwa manusia, karena suatu itu berguna,
Pancasila merupakan dasar negara yang keyakinan, memuaskan, menarik,
menjadi pandangan hidup dan menjadi alat menguntungkan dan menyenangkan
pemersatu bangsa. Nilai yang tertera pada (Winarno, 2007:3).
lima sila tersebut merupakan ideologi yang
Melalui pendidikan ini akan dihasilkan
digunakan sebagai pedoman kehidupan
manusia Indonesia yang sesuai dengan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh
tujuan Sistem Pendidikan Nasional (SPN)
rakyat Indonesia. Lima dasar utama
dalam UU No. 20 tahun 2003 yaitu
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
menjadi manusia yang beriman dan
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
kreatif, mandiri, dan menjadi warga
permusyawaratan/perwakilan, dan
Negara yang demokratis dan bertanggung
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
jawab. Pendidikan Pancasila adalah salah
Indonesia. Kelima sila tersebut bagi
satu materi pelajaran moral yang ada di
seluruh rakyat Indonesia memiliki arti
setiap bangku pendidikan. Maka dari itu
yang sangat luas dalam kehidupan
pentingnya memahami pancasila sangat
bernegara. Dalam TAP MPR No.
tepat bila ditanamkan pada usia anak siswa
XVIII/MPR/1998 ini terdapat 45 butir
sekolah dasar. Bertujuan agar setalah
pengamalan nilai-nilai Pancasila yang
dewasa, mereka akan terbiasa dengan
telah diubah dari 36 butir yang terdapat
perbuatan dan tingkah laku yang sesuai
dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 yang
dengan nilai-nilai pancasila. Definisi lain
sudah tidak berlaku lagi setelah
tentang nilai adalah : harga, makna, isi dan
dikeluarkannya ketentuan yang baru.
pesan, semangat atau jiwa yang tersurat
Nilai-nilai Pancasila sendiri dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori,
sesungguhnya merupakan kristalisasi dari sehingga bermakna fungsional. Nilai
difungsikan untuk mengarahkan, 2015 – 199 Sri Muryaningsih, Ali
mengendalikan, dan menentukan Mustadi”.
kelakukan sesorang, karena nilai diadikan
standar perilaku. Nilai juga merupakan
suatu penghargaan atau suatu kualitas
Berkenaan dengan efektif dalam
terhadap suatu hal yang dapat menjadi
melakukan pendidikan dan menanamkan
dasar penentu tingkah laku manusia, karakter, Pendidikan Karakter dapat
karena suatu itu berguna, keyakinan, dijadikan juga sebagai solusi preventif dari
memuaskan menarik, menguntungkan dan penurunan karakter bangsa. Penurunan
menyenangkan (Winarno, 2007:3). Anak karakter bangsa jika tidak segera dicegah
sangat membutuhkan bimbingan dari maka akan menimbulkan dampak buruk
orang lain terutama orang tua untuk bagi kehidupan mendatang. Dalam
menanamkan nilai-nilai pancasila kerangka acuan pendidikan karakter
tersebut.Menurut kajian psikologi umum, (Balitbang : 2010b) dinyatakan bahwa
usia anak yang paling efektif dalam pendidikan karakter dilakukan dalam
melakukan pendidikan dan menanamkan rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional, yaitu untuk berkembangnya
karakter tertentu adalah usia enam sampai
potensi siswa agar menjadi manusia yang
sepuluh tahun atau setara dengan usia anak
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
siswa sekolah dasar. Dalam artikelnya Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Johnson (2010, p.1) menuliskan bahwa berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
“Character education in schools is where menjadi warga negara yang demokratis
most children will probably develop their serta bertanggung jawab.Seiring dengan
character”. Pernyataan Bob Johnson perkembangan zaman era globalisasi,
tersebut menjelaskan bahwa pendidikan hampir sebagian peserta didik masih
karakter di sekolah merupakan tempat kurang menaruh tata krama sopan santun
yang memiliki peluang mengembangkan terlebih kurang berbahasa dengan dengan
karakter anak. Implementasinya dengan baik dengan orang tua atau guru (bahasa
memasukan pendidikan karakter ke dalam krama). Bahasa krama untuk zamann
kurikulum sekolah dasar. Diperkuat juga sekarang ini hampir punah, sebagian masih
ada yang kurang mau berbagi dan
oleh Menurut Linckona (1992, p. 51)
menolong dan menolong sesama bahkan
menjelaskan pendidikan karakter dan
keegoisan mementingkan diri sendiri.
memberikan satu cara memaknai karakter Diperkuat juga, Karakter dianggap sebagai
dalam pembelajaran, sebagai berikut: bagian dari elemen psikososial yang terkait
Character so conceived has three dengan konteks sekitarnya (Koesoema,
interrelated parts: moral knowing, moral 2007:79). Oleh sebab itu, setiap satuan
feeling, and moral behavior. Good pendidikan khususnya sekolah dasar
character consist of knowing the good, sangat diharapkan memiliki komitmen dan
desiring the good, and doing the good integritas serta berprinsippenuh untuk
habits of the mind, habits of the hearts, and membangun karakter anak atau peserta
habits of action. Dengan makna, didik bangsa, salah satunya melalui
pendidikan karakter yang baik harus pendidikan karakter yang diintegrasikan
melibatkan pengetahuan yang baik (moral dalam proses pendidikan, dan adapun
prinsip dalam pendidikan karakter itu
knowing), perasaan yang baik (moral
disampaikan oleh Lickona (1991:187-189:
feeling) dan perilaku yang baik (moral 220-221), ada sebelas prinsip agar
action). “Jurnal Prima Edukasia, 3 (2), Juli pendidikan karakter dapat terlaksana
secara efektif : (1)Mengenmbangkan nilai-
nilai universal sebagai fondasi, (2) Waktu dan Tempat
Mendefinisikan karakter secara
komprehensif yang mencakup aspek Penelitian ini berlangsung pada
pikiran, perasaan dan perilaku, (3) Bulan Oktober di SD N Beji Wates
Menggunakan pendekatan yang
komprehensif dan proaktif, (4) Kabupaten Kulon Progo.
Menciptakan komunitas sekolah yang
penuh perhatian, (5) Memberi kesempatan Subjek Penelitian
kepada peserta didik untuk melakukan
Subjek penelitian ditentukan secara
tindakan moral, (6) Membuat kurikulum
akademik yang bermakna, (7) Mendorong purposive sampling Subjek penelitian
motivasi peserta didik, (8) Melibatkan ditentukan secara purposive atau berdasar
seluruh komponen sekolah sebagai pertimbangan tertentu, yaitu sekolah dasar
komunitas pembelajaran moral, (9)
Menumbuhkan kebersamaan dalam Beji Wates telah menanam nilai-nilai
kepemimpinan moral, (10) Melibatkan pancasila khususnya di kelas III. Subjek
keluarga dan anggota masyarakat sebagai dipilih untuk mengetahui situasi kondisi di
mitra, (11) Mengevaluasi karakter sekolah
baik terhadap staf sekolah sebagai Sd Beji. Sebagai informan kunci di tiap
pendidik karakter maupun peserta didik sekolah adalah guru (guru kelas), dan
dalam memanifestasikan karakter yang siswa.
baik.

Prosedur

Pengumpulan data dilakukan dengan


METODE teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan
Penelitian ini menggunakan
kepada narasumber di sekolah (guru kelas)
pendekatan kualitatif naturalistik,
untuk mengetahui proses penanaman nilai-
wawancara, dengan model dan pejenis
nilaipancasila dalam pendidikan karakter.
penelitian study kasus kolektif(collective
Pada saat memulai dan sebelum pulang,
case study). Studi kasus ini dilakukan
Guru meminta memimpin untuk
untuk menarik kesimpulan atau
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
generalisasi atas fenomena atau populasi
Raya dan sebelum pulang bernyanyi
dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus
menyanyikan lagu Hening cipta. Observasi
kolektif ingin membentuk suatu teori atas
dilakukan pada beberapa aspek di sekolah,
dasar persamaan dan keteraturan yang
meliputi : Observasi sarana dan prasarana
diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki
untuk melihat kelengkapan dan kondisi
dengan hasil pengamatan dan wawancara.
fasilitas yang mendukung terlaksananya
pendidikan karakter, (2) Observasi
kegiatan belajar mengajar kelas dan
suasana keseharian sekolah.
menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia,
meskipun masih ada yang bercanda tetapi
Guru tersebut memperhatikan siswa dan
Teknik Analisis Data
Guru tersebut berinisiatif menjadi dirigen
Analisis data menggunakan model dan itu menjadi pusat perhatian siswa. Hal
analisis data kualitatif menurut (Seidel, ini bisa untuk dijadikan hasil proses
1998), proses perjalanan sebagai berikut penanaman nilai-nilai pancasila meski dari
:Mencatat yang menghasilkan catatan hal kecil, tapi itu sudah mengandung
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar makna dimana siswa mengharuskan untuk
sumber datanya tetap bisa bernyanyi lagu kebangsaan Indonesia
ditelusuri,dapatMengumpulkan, memilah- dan menghormati para pahlawan dari
milah, mengklasifikasikan, mengingat dari lagu kebangsaan, serta
mensintesiskan, membuat ikstisar, dan menghasilkan karakter anak (manusia)
membuat indeksnya.Berpikir, dengan jalan untuk cinta tanah air (nasionalisme). Hal
membuat agar kategori data itu ini dikarenakan karena di zaman era
mempunyai makna, mencari dan globalisasi sekarang ini, siswa masih
menentukan pola dan hubungan-hubungan, kurang memerhatikan hal cinta tanah air,
dan membuat temuan-temuan umum. dan di usia dini itu sangat perlu di
kembangkan rasa nasionalismenya. Ketika
Hasil dan Pembahasan saya mengamati juga masih ada sebagian
Berdasarkan hasil wawancara siswa tidak menghiraukan arahan guru
dengan guru kelas III Sekolah Dasar N untuk bernyanyi bersama dan malah
Wates, diperoleh informasi bahwa guru bernyanyi sendiri, dan itu bukan lagu
kelas tersebut menanamkan penanaman kebangsaan. Di usia dini anak mempunyai
nilai-nilai pancasila dari segi bernyanyi. rasa ingin tahu, Sikap dan tindakan yang
Dimana untuk mengingatkan untuk Jasa selalu berupaya untuk mengetahui lebih
para pahlawan untuk tidak dilupakan. Pada mendalam dan meluas dari sesuatu yang
saat pelaksanaan observasi, siswa masuk dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Jadi
ruang kelas belum lama guru datang guru itu harus bisa kreatif dalam
seperti biasa mengucapkan salam, menanamkan nilai-nilai pancasila dalam
menanyakan hal presensi, mengarahkan pendidikan karakter. Untuk
siswa untuk mendoakan siswa yang tidak mengembangkan nilai-nilai karakter,
hadir, selang beberapa menit Guru semua pemangku atau pendidik
meminta untuk bernyanyi bersama, kepentingan memiliki kesempatan yang
sama untuk melakukan kegiatan inovatif lingkungan sekolah dan masyarakat. Jika
untuk melaksanakan pendidikan karakter secara berkelanjutan pendidikan karakter
diterapkan pada peserta didik, ketika
di sekolah dengan menanamkan nila-nilai dikaitkan dengan tujuan, tujuan pendidikan
pancasila. Penanaman nilai-nilai pancasila moral mencakup : (1) Membantu peserta
didik untk dapat mengembangkan tingkah
pendidikan karakter bangsa tidak
laku yang secara moral baik dan benar, (2)
ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Membantu peserta didik untuk dapat
Walaupun demikian, peserta didik perlu meningkatkan kemampuan refleksi secara
otonom, (3) Membantu peserta didik untuk
mengetahui pengertian dari suatu nilai menginternalisasikan nilai-nilai moral,
yang sedang mereka tumbuhkan pada diri norma-norma.
mereka. Mereka tidak boleh berada dalam Prinsip pembelajaran yang
posisi tidak tahu dan tidak paham makna digunakan dalam pengembangan
nilai itu. pendidikan karakter bangsa mengusahakan
agar peserta didik mengenal dan menerima
KESIMPULAN nilai-nilai pendidikan karakter bangsa
Implementasi penanaman nilai-nilai sebagai milik mereka dan bertanggung
pancasila dalam pendidikan karakter di jawab atas keputusan yang diambilnya
sekolah dasar dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara, mulai dari pembiasaan melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
perilaku positif di lingkungan sekolah pilihan, menentukan pendirian, dan
sampai pada memasukkan nilai-nilai
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
karakter ke dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian diharapkan melalui dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini,
pendidikan karakter yang diterapkan dapat peserta didik belajar melalui proses
membekali peserta didik secara dini, agar
memiliki karakter yang baik dan dapat berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga
menjadi contoh bagi generasi selanjutnya. proses ini dimaksudkan untuk
Dengan pendidikan karakter juga dapat
mengembangkan kemampuan peserta
membekali peserta didik menjadi individu
yang tangguh dan sebagai warga Negara didik dalam melakukan kegiatan sosial dan
yang dapat membangun bangsa menjadi mendorong peserta didik untuk melihat
bangsa yang berkarakter kuat.
diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Dalam mengembangkan pendidikan
Pendekatan untuk menanamkan nilai-
karakter peserta didik hendaknya tidak
nilai pancasila dilakukan melalui proses
hanya mengajarkan secara teoritis, namun
pendekatan secara bertahap yaitu : pertama
lebih difokuskan pada pembentukan nilai-
dengan ajakan dan pembiasaan, proses
nilai karakter yang komprehensif
pendisiplinan, pengalaman langsung dan
menyentuh aspek afektif dan psikomotor.
bernyanyi.Siswa juga diajak dan dilatih
Lingkungan keluarga juga mereupakan
untuk menbudayakan 3S. Dengan
penentu pengembangan diri melalui
membudayakan 3S (Senyum, Salam, Sapa)
pendidikan karakter, disamping
kepada siswa dan sesama guru maka akan
tercipta suasana yang nyaman dan Respect and Responsibility. New York :
kondusif. Secara tidak langsung dengan Bantan books
budaya 3S ini siswa bersama guru belajar Lickona,T. (1992). Educating for
saling menghormati dan dan bersama-sama character: how our school can teach
mengamalkan nilai-nilai Pancasila respect. respect and responbility. New
terutama nilai Kemanusiaan. York : Bantam Book Elkind & Sweer.
Lickona, T., Schaps, E., and Lewis, C.
Eleven principles of effective character
education. Washington, D.C.: Character
Education Partnership, 1995.
DAFTAR PUSTAKA
Shcaps, E., Watson, M. and Lewis, C. A
Balitbang. 2010b. Kerangka Acuan sense of community is key to
Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdiknas. effectiveness in fostering character
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. education. Journal of Staf Development
Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta (Spring, 1996)
: Paradigma. Sunoto. 1991. Mengenal Filsafat
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Pancasila 1 (Pendekatan melalui
Karakter Strategi Mendidik Anak di Metafisika, Logika, dan Etika) (volume
Zaman Global. Jakarta: Gramedia 3). Yogyakarta: Hanindita Graha
Widiasarana Indonesia. Widya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Johnson, B. (2010). Creating character 20 Tahun 2003 Tentang Sisitem Pendidikan
education in schools. Diakses pada Nasional. 2003, (Online), (http://www.
tanggal 29 Mei 2012, dari Dikti.org/UUno20th2003-Sisdiknas.htm),
http://articles.every query.com/articles diakses tanggal 30 Desember 2012
Creating Character Education In
schools 49579. Html Winarno. 2007. Paradigma baru Pendidikan
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Kewarganegaraan (volume 2). Jakarta : Bumi
character : How Our School can Teach Aksara

Anda mungkin juga menyukai