Anda di halaman 1dari 12

JMPF Vol. 10 No.

1 : 14-25
ISSN-p : 2088-8139
ISSN-e : 2443-2946

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap


Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RS X Tahuna

Analysis of Inpatients Satisfaction Level on Pharmaceutical Services in Pharmacy Installation of Hospital


X Tahuna

Gayatri Citraningtyas1*, Imam Jayanto1, Jesica Nangaro1, Alfred Nangaro2


1.Program Studi Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Sam Ratulangi
2.Rumah Sakit Daerah Liun Kendage Tahuna
Submitted: 17-05-2019 Revised: 17-07-2019 Accepted: 26-03-2020
Korespondensi : Gayatri Citraningtyas : Email : gayatri_citra88@ymail.com

ABSTRAK
Pencapaian tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien, baik mutu layanan
kesehatan dan sistem layanan kesehatan akan menjadi pilihan utama pasien yang datang berkunjung di
Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besaran tingkat kepuasan pasien rawat inap di
ruangan penyakit dalam terhadap pelayanan obat di Instalasi Farmasi RS X Tahuna. Jenis penelitian bersifat
deskriptif dengan pengambilan sampel secara crosssectional. Instrumen penelitian berupa kuesioner
harapan dan kenyataan diadopsi dari Nangaro pada tahun 2019. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
dilakukan terhadap 30 responden dan analisis data menggunakan perhitungan indeks total kualitas
pelayanan. Terdapat 115 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi antara lain bersedia menjadi
responden, bisa baca dan tulis, berusia ≥ 18 tahun, serta sedang menjalani perawatan di ruang penyakit
dalam dan pernah mendapatkan pelayanan di Instalasi Farmasi RS X Tahuna. Analisis data kepuasan
menggunakan model Weighted Servqual. Hasil penelitian diperoleh indeks kepuasan secara keseluruhan
sebesar -0,20, sedangkan indeks kepuasan untuk setiap dimensi adalah sebagai berikut: -0,29 untuk
dimensi tangibles, -0,278 dimensi emphaty, -0,17 dimensi reliability, -0,274 dimensi responsiveness, dan -
0,32 untuk dimensi assurance. Indeks kepuasan baik secara keseluruhan maupun setiap dimensi
menunjukkan nilai negatif yang berarti pasien belum merasa puas terhadap pelayanan obat di Instalasi
Farmasi RS X Tahuna. Pihak Rumah Sakit harus mengevaluasi kembali jumlah sumber daya manusia (rasio
apoteker-pasien), alur pelayanan obat, serta kelengkapan fasilitas yang tersedia.
Kata kunci: kepuasan; pasien rawat inap; pelayanan

ABSTRACT
The level of satisfaction achievement on the services provided to patients, both the quality of
health services and the health care system, will be the first choice for patients to visit the hospital. The
objective of this study was to determine inpatients satisfaction level in the internal diseases room on drug
services at Pharmacy Installation Hospital of X Tahuna. This research was a descriptive research with cross-
sectional design. The research instrument was a form of a questionnaire of hope and reality which was
adopted from Nangaro in 2019. The validity and reliability test of the questionnaire was conducted on 30
respondents and data analysis using index of total quality service. There are 115 people who have met
the inclusion criteria, such as being willing to be a respondent, being able to read and write, aged ≥ 18
years old, and were currently undergoing treatment in the internal room and have received service at X
Tahuna Hospital. Analysis of satisfaction data was using the Weighted Servqual model. The results showed
an overall satisfaction index of -0.20, while the satisfaction index for each dimension was as follows: -0.29
for the tangibles dimension, -0.278 empathy dimensions, -0.17 reliability dimensions, -0.274 dimensions
responsiveness, and - 0.32 for the assurance dimension. The overall satisfaction index as well as each
dimension shows a negative value, which means that the patient is not satisfied with the drug services at
X Tahuna Hospital Pharmacy Installation. The Hospital must re-evaluate the number of human resources
(pharmacist-patient ratio), the flow of drug services, as well as the completeness of the available facilities.
Keywords: satisfaction; inpatients; services

PENDAHULUAN suatu perusahaan atau organisasi jika mereka


Kualitas pelayanan dan kepuasan ingin berkembang dan menjadi kompetitif1.
pelanggan adalah konsep yang penting untuk Kepuasan pelanggan memiliki efek positif

14 JMPF Vol 10(1), 2020 | DOI : 10.22146/jmpf.45917


Gayatri Citraningtyas, et al

terhadap keuntungan perusahaan sehingga dan harapan para pelanggan atas pelayanan
bisa meningkatkan pembelian pelanggan, yang mereka terima atau peroleh. Harapan
brand loyalty dan citra positif1. Model kualitas merupakan keinginan para pelanggan dari
jasa yang paling populer dan hingga kini pelayanan yang mungkin diberikan oleh
banyak dijadikan acuan dalam riset dan perusahaan7.
kepuasan pelanggan adalah model servqual Kualitas layanan atau Service Quality
(service quality) yang dikembangkan oleh didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry2. Terdapat memfokuskan pada usaha untuk memenuhi
5 macam analisa gap model Servqual, dimana kebutuhan dan keinginan konsumen yang
salah satunya adalah gap antara jasa yang disertai dengan ketepatan dalam
dipersepsikan dan jasa yang diharapkan menyampaikannya, sehingga tercipta
(service gap) oleh pelanggan yang kesesuaian yang seimbang dengan harapan
memanfaatkan pelayanan . 2 konsumen6. Berdasarkan konsep kualitas
Penelitian oleh Pratiwi, dkk. (2013) pelayanan, ada 10 dimensi penilaian menurut
dengan judul “Analisis Kepuasan Pasien Parasuraman yaitu tangibles, reliability,
Farmasi Rawat Jalan Menggunakan Metode responsiveness, competence, courtesy, credibility,
Servqual: Studi Di Rumah Sakit Swasta X security, access, communication, understanding
Jakarta” menunjukkan hasil gap negatif dari the customer6. Berdasarkan 10 dimensi tersebut,
keseluruhan responden. Ini menunjukkan Parasuraman mengembangkan alat ukur
bahwa pasien belum puas terhadap pelayanan untuk mengukur kualitas pelayanan yang
Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena Rumah disebut sebagai servqual. Pada tool servqual,
Sakit belum bisa memenuhi harapan pasien 7 dimensi yang terakhir digolongkan ke dalam
dari dimensi daya tanggap dan empati3. 2 dimensi yang lebih luas yaitu assurance dan
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Fajar, empathy, sehingga dimensi dalam servqual
dkk berjudul “Kepuasan Pasien Jamkesmas disederhanakan menjadi tangibles, reliability,
Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Di responsiveness, assurance, empathy6.
Poli Umum Puskesmas Petaling Kabupaten Analisa kualitas jasa salah satunya ialah
Bangka Tahun 2009”, menunjukkan bahwa gap model yang dikembangkan oleh
secara keseluruhan pelayanan kesehatan di Parasuraman dengan Leonard L Berry, Valerie
Poli Umum tersebut kurang memuaskan, A, Zeithaml. Mereka mengembangkan
karena ada 2 (dua) dimensi yang belum sesuai conceptual model of service quality sebagai
dengan harapan pasien yaitu keandalan dan formulasi sebuah model kualitas pelayanan7.
ketanggapan4. Penelitian tentang kepuasan Model ini selanjutnya dikenal dengan servqual
pelanggan lainnya yang mendukung seperti yang mengidentifikasi 5 gap yang
“Customer Satisfaction, Perceived Service Quality menyebabkan kegagalan penyampaian jasa,
And Mediating Role Of Perceived Value” oleh yaitu gap antara harapan konsumen dan
Malik yang menunjukkan bahwa hasil gap persepsi manajemen, gap antara persepsi
yang negatif mengindikasikan bahwa manajemen terhadap harapan konsumen dan
pelanggan memiliki harapan yang tinggi spesifikasi kualitas jasa, gap antara spesifikasi
daripada pelayanan yang mereka terima. Hal kualitas jasa dan penyampaian jasa, gap
ini bisa membuat perusahaan untuk lebih antara penyampaian jasa dan komunikasi
memuaskan pelanggan yang akan eksternal, dan gap antara jasa yang dirasakan
berpengaruh pada peningkatan kualitas dan jasa yang diharapkan oleh konsumen6.
pelayanan5. Model servqual untuk kualitas jasa Menurut Parasuraman, Berry, dan
didefinisikan sebagai penilaian atau sikap Zethaml yang dikutip oleh Soetjipto (1997)
global berkenaan dengan superioritas suatu diantara kelima kesenjangan di atas,
jasa, sedangkan definisi kualitas layanan yang kesenjangan kelima yang paling penting dan
sering disebut sebagai mutu pelayanan adalah kunci untuk menghilangkan kesenjangan
seberapa jauh perbedaan antara kenyataan tersebut adalah dengan cara menghilangkan

JMPF Vol 10(1), 2020 15


Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kefarmasian

kesenjangan satu hingga kesenjangan empat7. antara farmasis dengan pasien, tidak ada depo
Berry memberikan suatu kerangka yang lebih farmasi untuk rawat inap, tidak ada pelayanan
komprehensif dan berurut untuk farmasi klinis, waktu tunggu pelayanan resep
menghilangkan kesenjangan 1 – 4, yaitu lama, serta loket rawat inap dan rawat jalan
menumbuhkan kepemimpinan yang efektif, dijadikan satu. Hal tersebut terjadi karena
membangun sistem informasi pelayanan, kurangnya tenaga farmasis di IFRS, padahal
merumuskan strategi pelayanan, dan RS X Tahuna merupakan Rumah Sakit
penerapan strategi pelayanan7. satu-satunya milik Pemerintah dan menjadi
Skala servqual yang dikemukakan oleh pusat rujukan di Kabupaten Kepulauan
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Sangihe. Hasil observasi ini sejalan dengan
serangkaian penelitian (1985, 1988, 1991, 1994) penelitian Nangaro, dkk. (2019) yang
menunjukkan bahwa perbedaan antara menunjukkan bahwa pasien di RS X Tahuna
harapan konsumen mengenai kinerja dari belum merasakan peran apoteker dalam
perusahaan dan penilaian konsumen pelayanan kefarmasian. Penelitian ini
mengenai kinerja aktual memberikan suatu bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan
persepsi konsumen atas kualitas jasa7. yang dirasakan pasien terhadap pelayanan
Sedangkan untuk menentukan mutu yang diberikan oleh instalasi farmasi dan
pelayanan (Q) dipakai model Q = P – E, hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
dimana P dan E adalah persepsi dan harapan evaluasi bagi pihak Rumah Sakit agar dapat
pelanggan akan pelayanan7. Dimensi kualitas memperbaiki mutu/kualitas pelayanan obat.
jasa dalam model servqual didasarkan pada
skala multi item yang dirancang untuk METODE
mengukur harapan dan persepsi pelanggan, Evaluasi kualitas jasa menggunakan
serta gap diantara keduanya dalam dimensi- model servqual mencakup perhitungan
dimensi kualitas jasa7. perbedaan antara nilai yang di berikan para
RS X Tahuna memiliki 3 bangsal rawat pelanggan untuk setiap pasang pertanyaan
inap yaitu bangsal anak, bangsal persalinan berkaitan dengan harapan dan persepsi8.
dan bangsal dewasa (penyakit dalam). Dari Untuk mengukur skor tingkat kepuasan
ketiga bangsal tersebut, hanya bangsal dewasa pelayanan akan digunakan rumus sebagai
yang dimungkinkan untuk dijadikan sampel berikut:
penelitian. Hal ini disebabkan bangsal anak Service Quality Score = Perception Scor – Expected
tidak sesuai dengan kriteria inklusi sedangkan Score (KL = P – E)
tidak semua orang diperbolehkan memasuki Dimana: KL : Skor kualitas pelayanan; P : Skor
bangsal persalinan. Oleh sebab itu, dilakukan persepsi pelanggan; E : Skor harapan
survei mengenai gambaran kepuasan pasien pelanggan.
rawat inap di RS X Tahuna dengan Pada prinsipnya data yang diperoleh
wawancara. Wawancara singkat yang telah melalui instrumen servqual dapat digunakan
dilakukan menunjukkan bahwa ada untuk menghitung skor gap kualitas jasa pada
ketidakpuasan dari pasien/keluarga pasien berbagai level8. Langkah atau piloting yang
terhadap pelayanan oleh tenaga kesehatan. harus dilakukan pada metode servqual ini
Kejadian di lapangan menunjukkan bahwa adalah8 menentukan daftar atribut pelayanan
pasien/keluarga pasien harus mengambil yang akan diukur, mengetahui pendapat
sendiri obat di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah pelanggan tentang atribut-atribut tersebut,
Sakit). Hal ini membutuhkan jeda waktu, dan terhadap setiap pelanggan, tentukan
karena satu loket pengambilan obat servqual score (Si) untuk setiap pertanyaan (Si =
digunakan untuk pasien rawat inap dan rawat Pi – Ei).
jalan. Hasil observasi di RS X Tahuna berupa Keterangan: i = 1,2,3,...,n (urutan pertanyaan
kurangnya pengetahuan pasien akan ke-i); Pi : nilai persepsi yang diberikan
informasi obat, tidak ada interaksi langsung pelanggan untuk pertanyaan ke-i; Ei : nilai

16 JMPF Vol 10(1), 2020


Gayatri Citraningtyas, et al

harapan yang diberikan pelanggan untuk sedangkan data sekunder diambil dari
pertanyaan ke-i referensi-referensi dan literatur pendukung,
serta dokumen berupa data kunjungan rawat
inap di bangsal dewasa (penyakit dalam) RS X
Tahuna. Sampel yang diambil memenuhi
kriteria inklusi berupa : berusia ≥ 18 tahun,
Terhadap pelanggan, jumlahkan nilai pasien bisa baca dan tulis, pasien rawat inap
servqual yang didapat untuk setiap dimensi dan pernah mendapatkan pelayanan obat di
kemudian bagi jumlahnya dengan banyaknya Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahuna.
pertanyaan pada dimensi tersebut. (Ski = ∑Si / Kriteria eksklusi dalam penelitian ini berupa
∑n). Keterangan: Ski = nilai rerata servqual pasien yang tidak berada di tempat pada saat
untuk setiap dimensi; n = jumlah pertanyaan pengambilan sampel dan pasien yang
yang mewakili dimensi tersebut. meminta peneliti untuk mengisi sendiri
Terhadap setiap pelanggan, dikalikan kuisionernya. Untuk jumlah populasi
nilai rerata servqual setiap dimensi dengan sebanyak 159 orang dengan teknik
bobot nilai yang diberikan untuk setiap pengambilan sampel menggunakan metode
dimensi sehingga didapatkan nilai servqual nonprobability sampling tipe accidental sampling.
terbobot untuk setiap dimensi tersebut (Sqi = Perhitungan penetapan jumlah sampel
Ski X wi). Keterangan: Sqi = nilai servqual sebagai berikut :
terbobot setiap dimensi; Wi = bobot nilai setiap
dimensi.
Perhitungan rata-rata nilai servqual Keterangan: n : Besar sampel; N: Populasi
seluruhnya, dengan menjumlahkan Sqi tiap yang diketahui; d : Nilai presisi 95% atau sig.
dimensi lalu dibagi dengan jumlah responden = (0,05)9.
(TSq = ∑Sqi / ∑r). Keterangan: TSq = rerata
nilai servqual seluruhnya; ∑r = jumlah Analisis Data
responden. Analisis data dan interpretasi untuk
Penelitian telah dilaksanakan pada penelitian yang ditujukan untuk menjawab
bulan Juli – Desember 2018 di RS X Kota pertanyaan penelitian dalam rangka
Tahuna. Penelitian ini bersifat deskriptif mengungkap fenomena sosial tertentu.
dengan pengambilan data secara crosssectional. Analisis data adalah proses penyederhanaan
Alat penelitian menggunakan kuesioner yang data ke dalam bentuk yang lebih mudah
terdiri dari 18 item pernyataan yang sama, dibaca dan diterapkan. Metode yang dipilih
untuk kuesioner harapan maupun kenyataan. untuk menganalisis data harus sesuai dengan
Peneliti memakai model Weighted Servqual. pola penelitian dan variabel yang akan
Analisis gap diukur dengan membandingkan diteliti9. Pada penelitian ini, kita memakai
antara nilai Ikj harapan dan Ikj kenyataan. perhitungan “indeks total kualitas pelayanan”
Setiap pernyataan harapan akan dinilai oleh yang dimulai dari menghitung skor rerata
responden dengan ‛Sangat Setuju‛ dengan harapan dan kenyataan yang didapatkan dari
skor 4, ‛Setuju‛ dengan skor 3, ‛Tidak Setuju‛ kuesioner. Rumusnya sebagai berikut11 :
dengan skor 2, ‛Sangat Tidak Setuju‛ dengan Untuk skor rerata kenyataan (𝑥):
skor 1. Sedangkan penyataan kenyataan akan
dinilai responden dengan ‛Sangat puas‛
dengan skor 4, ‛Puas‛ dengan skor 3, ‛Tidak
puas‛ dengan skor 2, ‛Sangat tidak puas‛ Untuk skor rerata harapan (𝑦) :
dengan skor 1. Sumber data berupa data
primer dan data sekunder. Data primer
diambil dari hasil kuesioner responden,

JMPF Vol 10(1), 2020 17


Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kefarmasian

Keterangan: 𝑥 : Skor rata-rata kenyataan; dinyatakan valid karena nilai r hitung (0,843)
𝑦 : Skor rata-rata harapan; 𝑛 : Jumlah melebihi nilai r Tabel. Uji validitas untuk
responden; ∑ 𝑥𝑖 : Jumlah skor item pernyataan kuesioner kenyataan pengerjaannya sama
kenyataan; ∑ 𝑦𝑖 : Jumlah skor item pernyataan dengan kuesioner harapan. Kuesioner
harapan kenyataan berhubungan dengan pelayanan
Untuk analisa perhitungan total yang dilakukan tenaga kesehatan yang
kualitas pelayanan memakai rumus8 : diterima pasien. Didapatkan nilai r hitung
𝑛
hasil uji validitas yang dibandingkan dengan
𝐼𝑘𝑗 = ∑(𝑃𝑖𝑗 − 𝐸𝑖𝑗) Tabel nilai r yaitu 0,3618. Hasil uji validitas
𝐼=0
menunjukkan bahwa semua item dinyatakan
Keterangan: 𝐼𝑘𝑗 : Indeks Total Kualitas
valid, sehingga bisa digunakan pada
Pelayanan; 𝑃𝑖𝑗 : Performance I pada objek J;
kuesioner. Item-item pernyataan dapat
𝐸𝑖𝑗 : Expectance (harapan atribut pada objek j);
dikatakan valid jika memiliki factor loading
𝑛 : Jumlah pernyataan
lebih dari 0,4019.
Kepuasan yang dianalisa meliputi skor
dari item pertanyaan harapan dan kenyataan
Uji Reliabilitas Kuesioner Harapan dan
tiap dimensi seperti dimensi berwujud,
Kenyataan
empati, keandalan, ketanggapan, jaminan.
Setiap item kuesioner harapan dan
Analisis data memakai perhitungan indeks
kuesioner kenyataan yang telah dinyatakan
total kualitas pelayanan dengan tujuan
valid dalam uji validitas, selanjutnya
mengetahui nilai kepuasan pasien. Nilai ini
dilakukan uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas
didapatkan dari penjumlahan semua item
terhadap seluruh item pada penelitian ini bisa
pertanyaan setiap dimensi dalam kuesioner
dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha. Secara
kenyataan dan harapan. Setiap item
umum, dianggap reliable jika nilai koefisien
menghasilkan sejumlah skor yang akan
Cronbach’s Alpha ≥ 0,620. Hasil uji reliabilitas
dihitung rerata kenyataan dan harapan dari
menunjukkan kuesioner harapan sebesar
setiap dimensi. Nilai rerata kenyataan dan
0,974 dan kuesioner kenyataan sebesar 0,789
harapan memberikan skor nilai indeks total
sehingga seluruh variabel yang ada pada
kualitas pelayanan sebagai peringkat dari
instrumen ini dikatakan layak untuk
kepuasan pasien terhadap dimensi tersebut.
disebarkan kepada responden10.
Peringkat terendah merupakan dimensi yang
Indeks total kualitas pelayanan
harus segera dikelola agar terjadi peningkatan
dikategorikan menjadi 3, yaitu: Pertama,
peringkat kepuasan.
indeks nol yang berarti kondisi harapan
pelanggan tepat sama dengan kinerja yang
Uji Validitas Kuesioner Harapan dan
dihasilkan oleh perusahaan. Kedua, indeks
Kenyataan
negatif yang berarti kondisi harapan
Uji validitas untuk kuesioner harapan
pelanggan lebih besar dari kinerja yang
dan kenyataan diberikan terhadap 30
dihasilkan perusahaan. Hal ini menyebabkan
responden. Kuesioner ini terdiri dari 18
kualitas pelayanan yang tidak sesuai
pernyataan yang mewakili dimensi berwujud,
dengan harapan pelanggan. Ketiga, indeks
empati, keandalan, ketanggapan dan jaminan.
positif yang berarti kondisi harapan
Kuesioner harapan berhubungan dengan
pelanggan lebih kecil dari kinerja yang
keinginan atau harapan pasien terhadap
diberikan perusahaan.
pelayanan kesehatan mereka. Data yang ada,
diolah menggunakan SPSS dan diuji HASIL DAN PEMBAHASAN
validitasnya. Nilai r hitung hasil uji validitas Hasil perhitungan sampel didapat 115
dibandingkan dengan nilai r Tabel (0,361)8. orang sebagai responden dan semua
Hasil uji validitas kuesioner harapan responden mengisi kuesioner dengan lengkap
menunjukkan bahwa semua item pernyataan sehingga tingkat respon 100%.

18 JMPF Vol 10(1), 2020


Gayatri Citraningtyas, et al

Tabel I. Karakteristik responden sampel pasien rawat inap Rumah Sakit X Tahuna bulan
Agustus – Oktober 2018

Total
Karateristik
N (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 29,6
Perempuan 81 70,4
Usia
(18-65 tahun) 107 93,0
(66-79 tahun) 8 7,0
Pendidikan Terakhir
SD/Sederajat 10 8,7
SMP/Sederajat 19 16,5
SMA/Sederajat 44 38,3
Perguruan Tinggi 42 36,5
Jenis Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil 21 18,3
POLRI 2 1,7
Wiraswasta 8 7,0
Petani 9 7,8
Lain-lain 75 65,2
Jaminan Pelayanan
Umum 6 5,2
BPJS 109 94,8

Karakteristik Responden yang tinggi/berpendirian tetap daripada


Karakteristik pasien yang memenuhi pendidikan rendah8. Hasil penelitian juga
kriteria sampel dapat dilihat pada Tabel I. menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
Penelitian Abdillah dan Ramdan, signifikan pada tingkat kepuasan ditinjau dari
menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak karaktreristik pekerjaan17. Hal ini ada
menunjukkan adanya hubungan yang hubungannya dengan teori yang menyatakan
signifikan dengan kepuasan pasien dilihat bahwa seseorang yang bekerja cenderung
dari nilai p-value yaitu 0,424 (𝑝 > 𝑎 (0,05 = lebih banyak menuntut terhadap pelayanan
𝐶𝐼 95%) . Kepuasan pria dan wanita tidak yang diterimanya dibandingkan dengan yang
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kepuasan ini tidak bekerja, namun Lumenta (1989)
lebih dipengaruhi oleh segmentasi pasar atau menyatakan bahwa faktor tersebut tidak
penerimaan layanan yang berbeda16. Tidak mutlak karena ada faktor lain yang
ada perbedaan signifikan pada tingkat mempengaruhi15. Penelitian Abdillah dan
kepuasan pasien dilihat dari kelompok usia17. Ramdan, menunjukkan bahwa pasien umum
Umur dan jenis kelamin bisa mempengaruhi yang membayar cenderung bisa merasakan
persepsi pasien terhadap mutu pelayanan puas atau tidak terhadap pelayanan yang
kesehatan. Tingkat pendidikan dapat diberikan daripada pasien pembayaran
mempengaruhi pola pikir rasional seseorang asuransi. Teori kepuasan menyatakan bahwa
mengambil keputusan (self monitoring) untuk seseorang yang membayar untuk suatu
memanfaatkan pelayanan kesehatan. produk cenderung lebih banyak menuntut
Responden dengan tingkat pendidikan SMA atau berharap produk yang dibeli memang
memiliki kecenderungan memiliki persepsi berkualitas dibandingkan dengan seorang

JMPF Vol 10(1), 2020 19


Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kefarmasian

Tabel II. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap

Rerata
Rerata Rerata
Dimensi Item Harapan Kenyataan Ikj per Peringkat
Harapan Kenyataan
Dimensi
Bewujud 1 358 333 3,12 2,90 -0,22 -0,29 4
2 364 327 3,17 2,85 -0,32
3 371 323 3,23 2,81 -0,42
4 374 352 3,26 3,07 -0,19
Empati 5 383 348 3,34 3,03 -0,31 -0,28 3
6 386 355 3,36 3,09 -0,27
7 381 356 3,32 3,10 -0,22
8 386 339 3,36 3,05 -0,31
Keandalan 9 371 339 3,23 3,05 -0,18 -0,17 1
10 372 355 3,24 3,09 -0,15
11 374 356 3,26 3,10 -0,16
Ketanggap 12 382 346 3,33 3,01 -0,32 -0,27 2
an
13 377 353 3,28 3,07 -0,21
14 380 347 3,31 3,02 -0,29
Jaminan 15 381 365 3,32 3,18 -0,14 -0,32 5
16 386 340 3,36 2,96 -0,40
17 381 349 3,32 3,04 -0,28
18 385 333 3,35 2,90 -0,45
Total Nilai Kepuasan -0,20

yang mendapatkan produk tersebut secara didapat dari hasil pengurangan rerata
gratis atau membayar lebih murah15. kenyataan terhadap rerata harapan. Hasil
positif menunjukkan indeks kepuasan baik
Analisis Kepuasan Pelayanan sedangkan nilai negatif berarti kepuasan
Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah kurang. Nilai Ikj dari setiap item akan
Sakit X Tahuna
direratakan sehingga didapatkan gap dari
Tabel II menunjukkan hasil
dimensi tersebut. Hasil rerata setiap gap akan
perhitungan nilai Ikj dari indeks total kualitas
diperingkatkan dari yang paling positif
pelayanan. Nilai lkj terendah ditempati oleh
hingga paling negatif.
dimensi jaminan sedangkan nilai Ikj tertinggi
ditempati oleh dimensi keandalan. Dimensi Berwujud (Tangibles)
Nilai harapan dan kenyataan yang Dimensi berwujud (Tangibles)
didapatkan dari perhitungan skor yang merupakan bagian dari penampilan
dikalkulasi dengan item kuisioner yang telah pelayanan yang dilihat secara langsung oleh
diisi oleh responden. Hal ini menunjukkan pasien seperti ruangan, kebersihan,
harapan yang masih diinginkan pasien kelengkapan sarana dan penampilan petugas.
terhadap kenyataan yang mereka terima Harapan pasien tersebut merupakan
masih tinggi. Setiap item yang diisi oleh keyakinan pasien sebelum menerima
responden, memberikan nilai mulai dari 0 pelayanan yang nantinya akan dijadikan
hingga 5, kemudian setiap item tersebut akan standar atau acuan dalam menilai pelayanan13.
dihitung jumlahnya dan masing-masing akan Dimensi ini juga sebagai bentuk perwujudan
dikategorikan ke dalam tingkat harapan dan dari fasilitas yang ada serta petugas yang
kenyataan. Nilai Ikj masing-masing item memberikan pelayanan jasa21. Jasa tidak dapat

20 JMPF Vol 10(1), 2020


Gayatri Citraningtyas, et al

dilihat, dicium, diraba atau didengar maka juga bisa disediakan media baca untuk
aspek berwujud ini menjadi penting sebagai mengisi waktu luang pasien saat mengantri
ukuran pelayanan jasa18. Untuk mengetahui seperti brosur, informasi obat lewat media TV
tingkat keberhasilan pemberian pelayanan sehingga menambah wawasan pasien
kesehatan, diperlukan pengukuran tingkat mengenai obat14.
kepuasan pasien21. Hasil kuesioner
menunjukkan dimensi ini memiliki nilai gap - Dimensi Empati (Emphaty)
0,29 yang berarti nilai kepuasan masih kurang Dimensi empati merupakan dimensi
dari segi pasien terhadap pelayanan tersebut. yang dapat menunjukkan suatu kemampuan
Setiap item yang ada dalam dimensi ini untuk memberi perhatian kepada pasien
meliputi penampilan petugas di Instalasi sehingga dapat memahami masalah pasien
Farmasi, penunjang pelayanan (kerapian, secara mendalam10. Berdasarkan hasil
kebersihan petugas) dan perlengkapan kuesioner, nilai empati memiliki gap dengan
(kelengkapan obat dan kebersihan alat). Hasil nilai -0,28. Hal ini berarti pasien masih merasa
skor jawaban setiap item pernyataan dapat belum puas dari segi empati terutama pada
dilihat pada Tabel 2. Hal ini menandakan item nomor 5 dan 8 yang memberikan nilai Ikj
belum terpenuhinya harapan pasien terhadap terendah pada dimensi empati. Gap ini terjadi
fasilitas dan ketersediaan obat di Rumah Sakit karena ada kesenjangan sosial antara petugas
X Tahuna tersebut. Gap terendah terdapat instalasi dengan pasien. Informasi
pada item 4, yaitu penampilan petugas dalam menyebutkan bahwa beberapa pasien akan
berpakaian. Karyawan IFRS pada umumnya dilayani terlebih dahulu berdasarkan
menggunakan pakaian dinas, namun ada hubungan kekerabatan sehingga pasien
beberapa karyawan honorer/tenaga kontrak menuntut petugas di Instalasi Farmasi untuk
yang belum memiliki baju dinas, sehingga memberikan pelayanan yang sama. Dimensi
pasien beranggapan bahwa tidak ada empati merupakan pemberian perhatian
keseragaman dari segi berpakaian. Gap juga pribadi bagi pelanggan seperti kemudahan
terjadi karena pasien mengeluhkan dalam hubungan komunikasi, usaha untuk
persediaan obat yang tidak banyak di instalasi memahami kebutuhan dan keinginan
farmasi, dapat dilihat pada item 1. Pasien pelanggan . Pihak manajerial Rumah Sakit
23

mengeluhkan kekosongan obat terhadap hendaknya membuat aturan untuk petugas


beberapa obat tertentu. Hal ini terjadi saat dalam melayani pasien dan atau keluarga
pemesanan obat sampai barang datang pasien termasuk memberikan pelatihan
membutuhkan waktu yang lama, sehingga tentang cara pelayanan yang baik dan benar.
pasien membeli obat di luar apotek IFRS. Gap Secara filosofi, setiap manusia memiliki hak
tertinggi terdapat pada item 3 yaitu dan martabat yang sama19. Hubungan antara
keterbatasan kursi di ruang tunggu, padahal pasien dan petugas Rumah Sakit harus
ruangan yang memadai, nyaman dan bersifat terbuka sehingga ada kepuasan secara
mendukung pelayanan farmasi di Rumah psikis yang bisa dirasakan oleh pasien.
Sakit merupakan standar yang harus Dimensi empati mudah diciptakan jika setiap
dipenuhi12. Daya tampung pasien di ruang karyawan perusahaan mengerti kebutuhan
tunggu kecil, mengakibatkan pasien tidak pelanggan22. Misalnya, dokter memberikan
nyaman menunggu obat, apalagi loket waktu yang cukup kepada pasien, perawat
penyerahan obat pasien rawat inap dan rawat memperhatikan dengan sungguh kepada
jalan menjadi satu mengakibatkan antrian pasien, pemberi pelayanan terhadap pasien
yang panjang. Berdasarkan analisis antara tanpa pilih kasih. Adanya kotak saran
harapan dan kenyataan, sudah seharusnya merupakan bentuk perhatian pihak Rumah
bagi pihak Rumah Sakit untuk melengkapi Sakit kepada pasien dari dimensi empati juga.
persediaan obat dan fasilitas yang memadai, Hal ini akan memengaruhi kepuasan pasien

JMPF Vol 10(1), 2020 21


Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kefarmasian

pada dimensi empati karena petugas Rumah pelayanan rawat inap dan rawat jalan.
Sakit bisa memiliki kepedulian dalam Permenkes nomor 76 tahun 2016 menyatakan
membantu pelayanan pasien18. bahwa beban kerja apoteker di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yaitu 1 Apoteker untuk
Dimensi Keandalan (Reliabilty) 30 pasien rawat inap. Ketersediaan apoteker
Dimensi keandalan merupakan yang tidak memadai ini, menyebabkan
kemampuan memberikan pelayanan yang tingginya waktu tunggu obat mereka. Pihak
dijanjikan dengan segera, akurat, dan Rumah Sakit sebaiknya merekrut pegawai
memuaskan kepada pasien10. Keandalan baru serta karyawan perlu diberikan pelatihan
didefinisikan sebagai kemampuan untuk tentang pengoptimalan pelayanan bagi pasien
memberikan pelayanan sesuai dengan yang secara cepat dan tepat. Dimensi reliability yaitu
dijanjikan secara akurat dan terpercaya21. dimensi yang mengukur kehandalan dari
Dimensi ini mencakup tiga butir pernyataan perusahaan dalam memberikan pelayanan
seperti melayani permintaan medis dengan kepada pelanggannya23. Dalam pelayanan
cepat, pelayanan yang tidak berbelit-belit dan kesehatan misalnya kedisiplinan waktu
ketanggapan dalam menangani keluhan pelayanan, prosedur penerimaan pasien,
pasien. Dimensi ini sering dipersepsi paling pelayanan yang secara cepat, ketepatan waktu
penting bagi pelanggan dari berbagai industri petugas kesehatan dalam memulai
jasa21. Berdasarkan hasil kuesioner, nilai rerata memberikan pelayanan21.
gap yang dimiliki dimensi keandalan
ialah -0,17. Hal ini menunjukkan masih Dimensi Ketanggapan (Responsiveness)
adanya ketidakpuasan pasien terhadap Pelanggan mengharapkan agar bisa
pelayanan pada dimensi tersebut. Dari setiap dilayani dengan baik. Hal ini yang
item yang ada, memberikan nilai -0,18 memerlukan ketanggapan petugas dalam
untuk pelayanan yang berbelit-belit. kesiapan penanganan keluhan pasien10.
Nilai -0,16 untuk ketanggapan petugas dalam Daya tanggap (responsiveness) yaitu kemauan
menangani keluhan pasien. Nilai -0,15 untuk atau kesigapan dan kemampuan para petugas
kecepatan petugas dalam menangani untuk membantu pelanggan dan memberikan
permintaan medis pasien. Meskipun nilai pelayanan dengan cepat dan tanggap23.
dimensi ini juga negatif, dimensi ini Dimensi ketanggapan (responsiveness) adalah
menduduki peringkat kesatu dari setiap kemampuan untuk membantu konsumen dan
dimensi. Hal ini berarti bahwa kepuasan dari memberikan pelayanan dengan cepat kepada
dimensi ini paling tinggi dari dimensi lainnya. konsumen. Dimensi ketanggapan merupakan
Nilai gap dimensi ini terjadi karena keluhan dimensi yang bersifat paling dinamis. Hal ini
pasien rawat inap. Mereka kebanyakan dipengaruhi oleh faktor perkembangan
merupakan pasien rujukan dari Puskesmas. teknologi. Salah satu contoh aspek
Hal ini berakibat pada kepengurusan berkas ketanggapan dalam pelayanan adalah
administrasi yang harus diselesaikan dahulu kecepatan18. Dimensi responsiveness adalah
sebelum masuk di Rumah Sakit. Selain itu, dimensi yang kinerjanya untuk membantu
kecepatan pelayanan petugas terhadap pasien pelanggan dan memberikan pelayanan terbaik
juga dirasakan lamban khususnya jika ada dirasa cukup memuaskan pasien12.
obat yang tidak lengkap di Instalasi tersebut, Berdasarkan kuesioner diatas, hasil nilai rerata
sehingga pasien harus pergi sendiri ke apotek gap dari dimensi ketanggapan yaitu -0,27 yang
pelengkap untuk menebus obat tersebut. berarti bahwa pasien tidak puas dengan hal
Ketanggapan terhadap keluhan pasien yang itu. Meskipun negatif, nilai ini menduduki
menunggu obat juga dirasakan kurang. peringkat kedua dari semua dimensi yang
Hal ini terjadi karena jumlah petugas dengan berarti masih ada pasien yang merasa puas
pasien yang tidak memadai. Jumlah apoteker dengan pelayanan tersebut. Nilai dari setiap
di Rumah Sakit X hanya 5 orang untuk item yaitu -0,32 untuk pernyataan petugas

22 JMPF Vol 10(1), 2020


Gayatri Citraningtyas, et al

memberikan informasi yang jelas kepada tidak adanya pemberian informasi obat
pasien atas pertanyaan yang diberikan. Hal ini termasuk konseling menjadi pemicu
terjadi karena tidak ada interaksi langsung rendahnya kepuasan pada dimensi ini di RS X
antara pasien rawat inap dengan apoteker, Tahuna. Petugas hanya berinteraksi dengan
tidak ada visite ke bangsal karena farmasi keluarga pasien pada saat pengambilan obat
klinis belum diterapkan. Nilai -0,21 untuk saja, tidak ada waktu khusus apoteker untuk
pasien mendapatkan pelayanan yang proaktif berkunjung ke ruang rawat inap pasien
dari petugas. Hal ini diakibatkan karena melakukan konsultasi terkait obat yang
jumlah SDM kurang, akibatnya petugas didapat pasien. Instalasi farmasi RS X tidak
kewalahan dalam menangani keluhan pasien. menyediakan ruang khusus konseling.
Nilai -0,29 untuk pasien mendapatkan Bahkan, pasien rawat inap di lokasi juga baru
saran/solusi yang bijaksana dari petugas. mengetahui bahwa fungsi apoteker juga
Ketidakpuasan tersebut terjadi karena sebagai pemberi layanan dan informasi obat.
antusias pasien dalam informasi obat Pelayanan Informasi Obat (PIO) mencakup
diperoleh dari perawat bukan dari apoteker. kegunaan, aturan pakai, dosis, efek samping,
Hal ini yang menyebabkan banyak pasien serta mengontrol kepatuhan minum obat
tidak mengenal profesi apoteker. Penerapan pasien12. Dimensi Jaminan harus
komitmen petugas terhadap pelayanan pasien diprioritaskan sehingga harus ada solusi cepat
juga bisa dijadikan solusi pada Rumah Sakit untuk dimensi jaminan ini misalnya, secara
ini dengan diterbitkannya kebijakan oleh rutin memberikan pelatihan atau
Direktur Rumah Sakit. Harapan pelanggan mengikutsertakan petugas Instalasi Farmasi
dari dimensi ini adalah kecepatan pelayanan, untuk peningkatan pengetahuan dan
sikap petugas saat melayani, ketulusan dalam ketrampilan dalam konseling obat, serta peran
menjawab pertanyaan pelanggan22. apoteker dalam hal farmasi klinis harus segera
di terapkan.
Dimensi Jaminan (Assurance)
Dimensi jaminan mencakup Keterbatasan Penelitian
pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan Penelitian ini memiliki keterbatasan.
sikap yang dapat dipercaya dalam Pertama, hasil penelitian tidak dapat di
memberikan penanganan terhadap keluhan generalisasikan pada pasien rawat inap
atau permintaan pelanggan10. Pada kasus ini, dewasa di bangsal lainnya dengan alasan
bisa diterapkan dalam sikap dan sopan santun kriteria eksklusi dan kondisi bangsal rawat
petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit X inap lain. Kedua, jumlah responden terbatas
Tahuna dalam melayani semua pasien. karena penulis tidak bisa mengambil
Berdasarkan Tabel 2 di atas, nilai gap yang responden lagi jika tidak ada pasien inap baru,
dimiliki dimensi jaminan yaitu -0,32 yang serta keterbatasan jumlah tempat tidur.
menunjukkan masih ada ketidakpuasan Ketiga, adanya subjektivitas tinggi akibat
pasien terhadap pelayanan dokter. penggunaan instrumen kuisioner sebab
Nilai tersebut menduduki peringkat kelima perbedaan persepsi antara penulis dan
dari semua dimensi. Hal ini menunjukkan responden.
pelayanan dalam dimensi ini tidak memenuhi
standar yang ada bahkan tidak membuat KESIMPULAN
pasien merasakan puas terhadap pelayanan Pasien rawat inap belum puas terhadap
yang diberikan. Dimensi Jaminan memiliki pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RS
skor terendah dari semua dimensi, X Tahuna dilihat dari rerata nilai total Ikj
maka dimensi ini menjadi prioritas yang antara harapan dan kenyataan setiap item
harus ditangani dengan cepat21. pernyataan sebesar -0,20, dimana nilai Ikj
Berdasar pengamatan di lapangan, untuk masing-masing dimensi sebagai berikut

JMPF Vol 10(1), 2020 23


Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kefarmasian

-0,29 untuk dimensi tangibles, -0,28 untuk Tekmapro, 2008;3(1):35 – 45.


dimensi emphaty, -0,17 untuk dimensi 7. Astuti HJ. Analisis Kepuasan
reliability, -0,27 untuk dimensi responsiveness, Konsumen. Media Ekonomi,
dan -0,32 untuk dimensi assurance. 2007;7(1):23 – 42.
8. Kholil M., Agustina A., Tumin. Analisis
UCAPAN TERIMA KASIH Kualitas Pelayanan Dengan Metode
Penulis menyampaikan terimakasih Servqual Untuk Meningkatkan
yang sebesar-besarnya kepada Direktur Kepuasan Konsumen Di PT. NGK
Rumah Sakit X Tahuna yang telah Ceramics Indonesia. PASTI, 2011;5(3):48
memberikan izin penelitian, beserta staf dan – 63.
seluruh pasien rawat inap di ruangan 9. Notoatmodjo S. Metode Penelitian
penyakit dalam yang bersedia menjadi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
responden penelitian. 10. Isnindar, Ilham S, Robiyanto. Analisis
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di
DAFTAR PUSTAKA Ruangan Penyakit Dalam Terhadap
1. Angelova B., Zekiri J. Measuring Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah
Customer Satisfaction with Service Sakit Periode Desember 2011 – Februari
Quality Using American Customer 2012. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Satisfaction Model (ACSI Model). IJAR Farmasi, 2013;3(4):231 – 248.
in Business and Social Sciences, 11. Priyatno D. Paham Analisa Statistik
2011;1(3):232-258. Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Madia
2. Yunevy EFT., Haksama S. Analisis Kom; 2010.
Kepuasan Berdasarkan Persepsi Dan 12. Aryani F., Husnawati, Muharni S.,
Harapan Pasien Di Puskesmas Liasari M., Afrianti R. Analisa
Medokan Ayu Surabaya. Jurnal Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap
Administrasi Kesehatan Indonesia, Kualitas Pelayanan di Instalasi Farmasi
2013;1(1):9-20. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
3. Pratiwi D., Wahyono D., Sampurno. Pekanbaru. Pharmacy, 2015;12(1):101 -
Analisis Kepuasan Pasien Farmasi 112.
Rawat Jalan Menggunakan Metode 13. Parerawa DC., Tjitrosantoso H., Bodhi
Servqual : Studi Di Rumah Sakit Swasta W. Analisis Kepuasan Pasien Rawat
X Jakarta. Jurnal Manajemen Dan Jalan Dalam Pelayanan Kefarmasian di
Pelayanan Farmasi, 2013;3(1):24-29. Instalasi Farmasi RSUP Prof. Dr.
4. Fajar NA., Kartikasari E., Ainy A. R.D.Kandou Manado. Pharmacon,
Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap 2016;5(4):273 – 279.
Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Poli 14. Nangaro JT., Citraningtyas G., Sudewi
Umum Puskesmas Petaling Kabupaten S. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien
Bangka Tahun 2009. Jurnal Rawat Jalan Terhadap Kualitas
Pembangunan Manusia, 2010;4(11):1- Pelayanan Obat Di Instalasi Farmasi
11. RSUD Liun Kendage Tahuna.
5. Malik SU. Customer Satisfaction, Pharmacon, 2019;8(2):287 – 296.
Perceived Service Quality And 15. Abdillah DA., Ramdan M. Hubungan
Mediating Role Of Perceived Value. Karakteristik Pasien Dengan Kepuasan
International Journal of Marketing Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas
Studies, 2012;4(1):68-76. Sindangkerta Kabupaten Bandung
6. Purnamawati E. Analisis Kualitas Barat. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes
Layanan dengan Metode Servqual dan A.Yani, 2009;4(1);56 – 66.
AHP di Dinas Kependudukan dan 16. Nimako SG., Azumah FK., Donkor F.,
Pencatatan Sipil di Surabaya. Veronica AB. Overall Customer

24 JMPF Vol 10(1), 2020


Gayatri Citraningtyas, et al

Satisfaction in Ghana’s Mobile Terhadap Kinerja Karyawan.


Telecommunication Networks: Universitas Diponegoro; 2011.
Implications for Management and 20. Baker HK., Powell GE. Dividend Policy
Policy. AYDF Journal, 2010;7(1):35 – 49. In Indonesia : Survey Evidence From
17. Kuntoro W., Istiono W. Kepuasan Executives. Journal Of Asia Business
Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan di Studies, 2009;6(1):79 – 92.
Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan 21. Handayani S. Tingkat Kepuasan Pasien
Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta. Terhadap Pelayanan Kesehatan
Jurnal Kesehatan Vokasional, Di Puskesmas Baturetno. Profesi,
2017;2(1):140 – 147. 2016;14(1):42 – 48.
18. Laeliyah N., Subekti H. Waktu Tunggu 22. Chairunnisa, Puspita M. Gambaran
Pelayanan Rawat Jalan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Pelayanan di Rumah Sakit Islam Jakarta
Di Rawat Jalan RSUD Kabupaten Sukapura Tahun 2015. Jurnal
Indramayu. Jurnal Kesehatan Kedokteran Dan Kesehatan,
Vokasional, 2017;1(2):102 – 112. 2017;13(1):9 – 27.
19. Analisa LW. Analisis Pengaruh 23. Tjiptono F. Pemasaran Jasa. Yogyakarta:
Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Penerbit Andi; 2017.

JMPF Vol 10(1), 2020 25

Anda mungkin juga menyukai