Anda di halaman 1dari 7

Tugas 2

Psikologi Belajar Mengajar


LUTH4232

Maun
Nim 044515591
1. Jelaskan implikasi bagi pengajar dalam melaksanakan pembelajaran, jika
menerapkan prinsip-prinsip belajar berikut (masing-masing dua implikasi dari setiap
prinsip) :

a. Prinsip asosiasi
- Berusaha mengaitkan materi yang diajarkan degnan pengetahuan atau
pengalaman belajar = Pengajar senantiasa memberikan materi beserta
contohnya seperti materi cara membuat kue lebaran, pelajar sudah tau apa saja
jenis-jenis kue lebaran yang disediakan setiap tahun seperti kue nastar.
- Memberikan contoh-contoh yang berasal dari kehidupan nyata pelajar =
Pengajar memberikan materi dari kehidupan nyata seperti kita harus belajar
giat supaya tidak menyusahkan orangtua dan menjadi kebanggan karena
mendapatkan nilai yang bagus.

b. Pinsip efek
- Harus menjelaskan materi yang dipelajari itu bermanfaat bagi kehidupan
pelajar = Contohnya adalah ketika para pengajar memberikan arahan ketika
anak-anak didik menjelang lulus sekolah dan memulai dunia baru seperti
bekerja atau kuliah, memberikan motivasi untuk bisa bertahan disetiap kondisi
yang mungkin akan sulit karena menjalani hidup orang dewasa. Seperti
disiplin waktu, itu akan memberikan manfaat kepada kehidupan peserta didik
baik untuk yang melanjutkan belajar menjadi mahasiswa atau menjadi
karyawan. Karena disiplin waktu menunjukkan etos kerja kita.
- Tidak boleh menganggap rendah atau menganggap remeh pelajar. Sebagai
pendidik, sejatinya setiap manusia itu memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Jadi pengajar tidak bisa menganggap remeh,
semua berhak mendapatkan hak yang sama untuk memperoleh pengajaran
yang baik.

c. Prinsip penghayatan tujuan belajar


- Menunjukkan bahwa materi pembelajarannya relevan dengan tujuan
pembelajaran. Seperti ketika kita belajar biologi soal anatomi tubuh manusia,
ini relevan dengan tujuan belajar dan bermanfaat bagi kehidupan pelajar
kedepannya.
- Menunjukkan bahwa para pelajar mampu mempelajari materi belajarnya.
Kadang ada anak yang merasa takut mempelajari materi yang baru karena
dianggap sulit atau tidak bisa mengerjakannya. Sebagai pengajar, wajib
memberikan arahan kepada pelajar agar berfikir positif karena sebelum
mencoba kita gak bisa menyerah duluan.

d. Prinsip urutan bertahap


- Materi pembelajaran dipecah-pecah menjadi unit-unit pembelajaran yang
kecil, lalu mula-mula diajarkan satu per satu secara beruntun, baru kemudian
diperlihatkan hubungan-hubungan diantaranya. Seperti ketika kita
mempelajari materi soal sistem hukum indonesia. Disitu akan dijabarkan
historis, hukum yang berlaku di dunia dan hukum yang berlaku di indonesia.
kemudian telihat lah bawa ada hubungan-hubungan antara hukum yang 1
dengan hukum yang lainnya.
- Pengajar memulai dengan membahas teori, lalu dilanjutkan dengan melakukan
demonstrasi cara mengerjakan sesuatu dan akhirnya pelajar diminta
mempraktikkan untuk mencoba melakukan sendiri pekerjaan tersebut. Sama
seperti ketika pengajar mencontohkan cara memainkan gitar, memberikan
kunci-kunci gitar dan kemudian menyanyikan bersama. Setelah itu, pengajar
akan mencoba kepada pelajar untuk melakukan hal tersebut, yaitu mulai
memetik gitar sesuai dengan kunci nya.

e. Prinsip menghormati perbedaan individu


- Pengajar membagi para pelajar dalam kelompok-kelompok menurut
perbedaan individu dalam belajar. Seperti contohnya ketika mau UN, maka
akan ada tes try out. Biasanya wali kelas membagi kelompok belajar sesuai
area rumah agar mudah ketika ingin berlajar bersama, maka pelajar akan
melakukan belajar secara bersama-sama tanpa hambatan.
- Pelajar yang lebih cepat belajarnya diminta membantu pelajar yang lambat.
Ini sangat penting, mengingat sebagai pendidik yang baik, kita harus
memperhatikan juga soal anak yang sulit belajar. Ketika anak yang sulit
belajar kita harus identifikasi, apakah ada kesalahan atau apa yang kurang
dipahami oleh pelajar tersebut. Disinilah kita memberikan peran terhadap
pelajar, dimana temannya yang lebih cepat belajar harus membantu pelajar
yang lambat agar mereka bisa memulai materi yang baru.

f. Prinsip kesempatan belajar


- Pengajar harus bisa memberikan kesempatan belajar yang sama dan merata
bagi seluruh pelajar. Pengajar tidak bisa memandang bulu siapa saja yang
ingin diajarkan dan yang tidak diajarkan. Balik lagi soal HAM, bahwa setiap
manusia memiliki hak yang sama.
- Praktik hanya diberikan untuk perilaku yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran. Perilaku diluar tujuan pembelajaran tidak perlu dipraktikkan,
misalnya tujuan pembelajarannya adalah peserta kursus tani harus dapat
meimpin diskusi kelompok, maka mereka tidak perlu diberi kesempatan
berlatih membuat rencana usaha bersama.

g. Prinsip hasil diketahui dengan segera


- Pelajar diperlakukan sama dalam kegiatan pembelajaran. Tentu hal ini bukan
hal yang sulit, karena pendidik harus mengetahui karakteristik anak didiknya
dan harus memberikan hak-hak yang sama pada setiap pelajar.
- Memberitahukan kesalahan dengan segera, setiap saat pelajar melakukan
kekeliruan. Ketika menyuruh pelajar menjawab pertanyaan, disinilah kita
sebagai pendidik bisa dengan segera membernarkan jawaban dari pelajar agar
pelajar lebih memahami soal materi yang akan dibahas.

h. Prinsip pemusatan
- Pengajar harus mengendalikan diri untuk membahas materi pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan dan topik pembelajarannya. Prakteknya seperti ketika
guru sejarah memberikan materi soal sejarah terbentuknya manusia, hal ini
sangat bertentangan dengan yang diajarkan agama. Maka pengajar harus
memberi penjelasan kepada pelajar bahwasannya sejarah dan agama adalah 2
hal yang berbeda. Jadi khusus untuk pelajaran sejarah kita akan sesuai dengan
topiknya dan tidak keluar dari materi diluar itu.
- Memberikan penekanan pada materi pembelajaran yang dianggap penting
dengan menggunakan huruf besar.

2. Jelaskan tujuh sifat-sifat kelompok pelajar yang menentukan efisiensi belajar!

Jawab :

Faktor-faktor penentu efesiensi belajar dibagi menjadi tujuh, yaitu :

a. Bakat

Bakat adalah potensi hipotesis kemampuan manusia. Dengan dilakukan tes bakat,
seseorang dapat mengetahui kemampuannya untuk berprestasi baik dalam bidang
tertentu, dalam melaksanakan tugas pekerjaannya, maupun dalam melaksanakan
proses belajar. Seseorang akan lebih berhasil bekerja pada bidang yang sesuai dengan
bakatnya. Begitu pula untuk pelajar, seorang pelajar akan berhasil belajar pada bidang
yang sesuai dengan bakatnya. Tidak jarang seseorang gagal dalam belajar karena yang
dipelajari tidak sesuai dengan bakarnya atau belajar bidang tersebut karena mengikuti
kemauan orangtuanya.

b. Kematangan mental pelajar

Kematangan mental pelajar adalah ciri seseorang untuk mampu membedakan sesuatu
yang baik dan jelek, yang diperlukan dan tidak diperlukan, yang benar dan salah. Hal-
hal ini merupakan indikator yang terpenting dari kematangan mental seseorang. Jadi
kematangan mental adalah kesiapan seseorang secara mental untuk dapat belakukan
proses belajar. Misalnya petani ditinjau dari kematangan mentalnya tidak siap untuk
mempelajari proses metabolisme pada tanaman padi sawah, atau mempelajari proses
pembusukan kompos.

c. Kematangan fisik
Kematangan fisik seseorang digambarkan oleh perkembangan fungsi ototnya.
Seorang anak berumur 3 tahun dikatakan belum matang untuk melakukan proses
belajar fisiknya seperti mencangkul Sedangkan anak umur 13 tahun sudah cukup
matang fisiknya untuk belajar mencangkul tapi belum matang fisiknya untuk belajar
menyetir mobil atau traktor karena perkembangan fungsi ototnya belum bisa
mempelajari hal tersebut misalnya kakinya belum cukup panjang untuk sampai
kepedal gas dan lain-lain. Jadi kematangan fisik adalah kesiapan seseorang secara
fisik untuk dapat melakukan proses belajar.

d. Sikap mental

Sikap mental sering disebut kecenderungan seseorang untuk berbuat. Apabila orang
itu sudah berbuat maka sikap mental sudah berubah menjadi perilaku. Perilaku adalah
pencerminan dari sikap mental seseorang atau sikap mental seseorang berada
dibelakang perilakunya. Sikap mental yang dimiliki pelajar akan menentukan apakah
dia mau atau tidak mau melaksanakan proses belajar dengan biak. Seseorang tidak
akan melakukan aktivitas untuk belajar apabila perasaannya tidak senang. Perasaan
tidak senang ditentukan oleh sikap mentalnya. Sikap mental seseorang akan
menyentuh perasaan atau emosi. Dengan demikian ada yang menamakan siakp mental
dengan feeling behavior yang artinya aspek perilaku manusia yang berkaitan degnan
feeling (perasaan) atau emosi (centiment). Sikap negatif bisa membuat kemampuan
tidak berfungsi sebaliknya jika sikap positif akan mendorong berfungsinya
kemampuan seseorang misalnya orang yang fanatik terhadap sebuah ideologi, disuruh
berbuat apapun yang akan dilakukan demi ideologinya seperti para terorisme yang
rela mati agar masuk surga.

e. Kesehatan belajar

Kesehatan belajar sangat berpengaruh terhadap efisiensi proses belajar, karena untuk
melakukan proses belajar diperlukan kesiapan fisik maupun mental. Pelajar tidak akan
melakukan proses belajar tanpa adanya kesiapan fisik maupun mental. Kesehatan
pelajar adalah salah satu faktor yang menentukan kesiapan fisik dan mental seseorang.
Oleh karena itu, kesehatan fisik dan mental merupakan prasyarat utama dalam
pembelajaran.

f. Umur pelajar
Umur pelajar adalah faktor yang menentukan efisiensi proses belajar. Hal ini
berkaitan dengan semakin sempurnanya fungsi kerja otot yang mendukung terjadinya
proses belajar, yaitu otot-otot organ sensual dan otot-otot pendukung lainnya. Umur
seseorang juga mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap sikap, kesehatan,
kematangan fisik dan kematangan mentalnya. Pelajar yang umurnya lebih tua
daripada pengajarnya mungkin akan menimbulkan sikap yang kurang menguntungkan
untuk proses belajar, misalnya kurang hormat dll.

g. Jenis kelamin pelajar

Jenis kelamin pelajar juga berpengaruh terhadap efisiensi belajar. Pada umumnya
materi pembelajaran dapat diterima oleh pria atau wanita tapi kadang-kadang materi
yang khusus hanya wanita saja misalnya sekolah bidan biasanya hanya untuk wanita.
Dan ada juga materi yang khusus hanya untuk pria saja seperti sekolah polisi khusus
kehutanan. Apabila materi pembelajarannya sudah dirancang sesuai dengan
kebutuhan wanita, lalu pelajarnya ada pria maka proses belajar dari pelajar tersebut
tidak akan efisien. Demikian pula sebaliknya apabila materi pembelajarannya sudah
dirancang sesuai dengan kebutuhan pria, lalu pelajarnya ada yang wanita maka proses
belajar dari pelajar tersebut tidak akan efisien.

Sumber Referensi :

BMP LUHT4232 – Psikologi Belajar Mengajar

Anda mungkin juga menyukai