Anda di halaman 1dari 24

10 Rutinitas dan Tanggung Jawab Seorang Guru

yang Wajib Diketahui


Ahmad Mujib – Jumat, April 08, 2016

Apa pun jenis profesi yang kita pilih pasti ada konsekuensinya. Apa sih
konsekuensi? Konsekuensi merupakan akibat dari pekerjaan atau perbuatan
yang kita pilih dan kita harus bertanggung jawab terhadapnya. Termasuk
ketika kita memilih untuk menjadi seorang guru, maka kita harus siap dengan
segala konsekuensinya. Ketika memilih profesi sebagai guru, maka kita harus
berani bertanggung jawab atas pilihan kita tersebut. Kalau kita ragu dengan
keberanian kita memikul tanggung jawab moral dan intelektual dari profesi
sebagai guru, mungkin lebih baik kita banting haluan menjadi enterpreneur
atau bekerja sebagai karyawan kantor.

Perlu kita ketahui, pekerjaan guru itu menuntut kita menguasai berbagai
keterampilan tertentu. Selain itu, kita juga harus terbiasa melakukan rutinitas
yang cukup memberatkan dan melelahkan. Berikut ini list rutinitas yang
menjadi tanggung jawab seorang guru.
1. Bekerja tepat waktu.

Karena guru adalah teladan, maka sudah seharusnya ia memberikan


keteladanan yang baik, khususnya tentang menghargai waktu. Berangkat ke
sekolah tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai menjadi salah satu
rutinitas seorang guru. Ia harus bangun pagi dan tentu tidak etis kalau sudah
bangun lalu tidur lagi,hehe...
2. Mengisi jurnal harian.

Sesaat sebelum memulai proses pembelajaran, biasanya guru harus mengisi


jurnal yang telah tersedia. Diisi apa? Guru menulis tema atau topik pelajaran
hari itu, berapa alokasi waktu yang dibutuhkan, dan lain sebagainya. Jurnal
harian bermanfaat untuk memantau keaktifan dan kesiapan seorang guru
selama ia menjalankan tugas dan kewajibannya.

3. Mengatur kehadiran peserta didik.

Sudah menjadi rutinitas guru untuk mengabsen peserta didiknya setiap kali ia
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan untuk
memantau keaktifan peserta didik mengikuti proses pembelajaran.

4. Mengatur kegiatan pembelajaran.


Makhluk mengerikan akan keluar dari tubuh jika di pagi hari kamu minum segelas

Agar kaki dan perut langsing, makanlah 3 buah ...hasil: turun 11 kg!

Sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, guru mengatur dan mengelola hal-


hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Misalnya, mengatur posisi
tempat duduk peserta didik, mengatur tata ruang kelas, mengatur
pemanfaatan sumber belajar, dan lain sebagainya.

5. Memahami peserta didik.

Guru ibarat orang tua peserta didik ketika berada di sekolah, maka dari itu
seyogyanya guru memahami karakter setiap peserta didiknya. Untuk bisa
memahami karakter peserta didik, setidaknya guru harus memahami psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Dua bekal inilah yang insyaAllah akan
bermanfaat bagi guru untuk bisa memahami peserta didiknya.

6. Menciptakan iklim kelas yang kondusif

Guru harus kreatif menciptakan iklim kelas yang kondusif baik bagi guru itu
sendiri dan bagi peserta didik agar proses pembelajaran berjalan dengan
nyaman serta memperoleh hasil yang maksimal.

7. Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.

Di setiap sesi pelajaran, guru biasanya memberikan siswa latihan-latihan soal


terkait materi yang baru saja dipelajari untuk dikerjakan. Hasilnya kemudian
dikoreksi bersama-sama, agar para peserta didik tau apakah jawabannya
sudah benar atau belum. Kalau sudah benar berarti itu merupakan indikasi
bahwa ia telah memahami materi dengan baik. Sedangkan yang masih salah,
ia harus merevisi jawabannya, kemudian menggantinya dengan jawaban yang
benar. Agar nanti ketika soal yang dikerjakan tadi dipakai untuk belajar di
rumah, ia tidak akan tersesat karena jawaban yang salah.

8. Mengoreksi dan menilai hasil.

Guru rutin mengoreksi dan menilai hasil evaluasi dari peserta didik. Baik
evaluasi yang sifatnya harian, mingguan, bulanan, dan ujian akhir semester.

9. Memberi nasehat peserta didik.

Hal ini dilakukan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Ketika
peserta didik gaduh dan susah diatur, tentu ia harus menasehatinya. Atau
ketika ada peserta didik yang bertindak kurang baik, tugas guru adalah
menasehatinya dengan halus dan penuh kasih sayang.

10. Menjadi teladan bagi peserta didik.

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap guru bahwa ia harus menjadi teladan
yang baik bagi para peserta didiknya. Guru bukan hanya bertanggungjawab
mentransformasikan informasi, namun juga akhlak, etika, dan moral yang
baik.

Nah, Itulah 10 rutinitas dan tanggung jawab yang harus dijalani seorang guru.
Kalau anda memang berniat untuk menjadi seorang guru, anda harus siap
menjalani rutinitas dan bertanggung jawab penuh atas tugas-tugas yang
harus anda jalani. 10 hal di atas hanya sebagian kecil saja, belum termasuk
soal administrasi dan segala tetek mbengeknya yang ribet.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN OLEH
SEORANG GURU PROFESIONAL
SEBELUM MENGAJAR

I.PERMASALAHAN

Ada seorang guru fisika yang harus mengajar di daerah terpencil di kabupaten Murung Raya
provinsi Kalimantan Tengah. Guru ini akan mengajarkan materi “Usaha dan Energi”. Sebagai
guru profesional, apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan guru ini untuk mengajar minggu
depan?

II.PEMBAHASAN

Ciri-Ciri Guru Profesional

Sejak dahulu sampai sekarang, guru menjadi panutan yang dicontoh oleh masyarakat.
Seorang guru tidak hanya diperlukan di ruang kelas oleh siswa-siswanya, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat di lingkungannya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
yang dihadapi masyarakat di lingkungan sekitarnya. Sering kita temui dalam melaksanakan
fungsinya, seorang guru tidak hanya bertugas mendidik dan mengajar siswa-siswanya di
sekolah. Tapi lebih dari itu, seorang guru terkadang juga mendapat kepercayaan untuk
melaksanakan tugas-tugas kemasyarakatan di lingkungan sekitarnya. Ada guru yang
dipercaya sebagai karang taruna, ketua RT, pengurus masjid sampai menjadi seorang kepala
desa.
Ternyata tugas guru tidak hanya terkait dengan tugas kedinasan saja, tapi juga tugas di luar
kedinasan dalam bentuk pengabdian. Tugas guru dapat kita kelompokkan menjadi tiga jenis,
yakni tugas di bidang profesi, tugas di bidang kemanusiaan dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah
mengembangkan segi afektif atau nilai-nilai hidup kepada para siswanya. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif) sesuai dengan
kemajuan zaman. Sedangkan melatih berarti mengembangkan potensi keterampilan-
keterampilan pada siswa (psikomotor).

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah adalah seorang guru harus mampu
menjadi orang tua ke dua, fasilitator dan motivator bagi siswa dalam belajar. Langkah awal
dalam menyampaikan pelajaran bahwa seorang guru harus dapat menarik minat siswa, baik
kemampuan mau pun penampilan. Bila seorang guru dalam penampilannya saja sudah tidak
menarik, maka hal itu akan dikuti oleh kegagalan-kegagalan berikutnya. Siswa enggan untuk
mengikuti pelajaran yang diberikan yang akan berakibat pada gagalnya tujuan pengajaran
yang diharapkan.

Dalam masayarakat, guru di tempatkan pada posisi yang lebih terhormat. Karena
masyarakat berharap banyak dari seorang guru. Mulai dari seorang teladan sampai pada
sumber pengetahuan dan informasi bagi masyarakat. Jadi, intinya guru sangat mempunyai
banyak peranan dalam berbagai bidang. Contohnya:

1. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan
pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar
anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti
penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan
spiritual. Oleh karena itu, tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak
agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

2. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka
dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu, tingkah laku pendidik baik guru,
orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
3. Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru
harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah
seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku
pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan
dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal
tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang
dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk
hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih
lanjut.

4. Peran guru sebagai pelajar (learner). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
tidak ketinggalan zaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas
pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga
tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

5. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat
membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya.
Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan
insidental.

6. Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan


dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat
mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

7. Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar,
tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu,
seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya dengan proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.

Ada beberapa kemampuan dan sikap yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan
tugasnya:

1. Menguasai Kurikulum

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat
penting dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum adalah pemandu program belajar
mengajar, pelaksanaan dan hasil belajar yang hendak dicapai. Tanpa berpegang pada
kurikulum, maka proses belajar mengajar tidak memiliki arah dan tujuan. Karena itu guru
yang profesional memiliki penguasaan yang sangat mendalam terhadap kurikulum. Mereka
mengetahui cakupan materinya, mengetahui tujuan yang hendak dicapai, mengetahui tata
urutan penyajian dan porsi waktu yang diperlukan. Guru juga hendaknya mengetahui
bagaimana mengimplementasikan kurikulum dalam program tahunan, program-program
semester dan persiapan mengajar yang efektif untuk menyerap kurikulum. Kurikulum diikuti
dengan perangkat pedoman pelaksanaan. Pedoman-pedoman tersebut dilandasi oleh dasar-
dasar didaktik dan metodik. Guru yang profesional selain menguasai pedoman tersebut juga
memiliki kreatifitas untuk mengembangkannya. Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah
guru yang mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam
kurikulum.

2. Menguasai Materi

Sebagai pengajar, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkan serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Karena itu
sebenarnya guru sendiri adalah seorang pelajar yang belajar secara terus-menerus. Guru
adalah tempat menimba ilmu bagi para siswanya. Sebagai pengajar ia harus membantu
perkembangan anak didiknya untuk memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu
guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai
kesempatan. Kemampuan ini tidak hanya berdasarkan teori-teori yang diperoleh dari bangku
pendidikan, melainkan harus dihayatinya dan disikapi sebagai suatu seni. Seperti kita ketahui
guru SD tidak saja harus menguasi salah satu bidang studi pelajaran, melainkan seluruh
mata pelajaran. Karena itu belajar secara terus menerus untuk mendalami bahan pengajaran
tak dapat dielakkan.

3. Menguasai Metode dan Teknik Penilaian

Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu
melaksanakan keterampilan mengajar dengan menggunakan metode yang sesuai dengan
pelajaran, tujuan dan pokok bahasan yang diajarkannya. Bahan belajar yang telah
dikuasainya belum tentu dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik. Proses
penyampaian ini memerlukan kecakapan khusus. Dengan demikian perlu penguasaan guru
terhadap metode penyampaian agar para siswa tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif
dalam interaksi belajar mengajar. Seorang guru yang cakap dan disegani adalah guru yang
menguasai setiap metode sehingga para siswa terangsang untuk terus belajar. Guru
hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang alat-alat dan media
sebagai alat bantu komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Tidak
setiap media/alat sesuai dengan setiap kondisi belajar mengajar, sehingga diperlukan pula
keterampilan untuk memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik.
Memilih media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode serta kemampuan
guru dan minat siswa. Hal ini penting untuk diketahui karena metode mengajar bersifat
individual, artinya seorang guru mungkin dapat menggunakan suatu metode dengan baik
sementara guru yang lain belum tentu demikian. Karena itu penggunaan suatu metode
ataupun perangkat peralatan tidak dapat dipaksakan pada seorang guru. Yang terpenting
adalah bagaimana gaya interaksi pribadi itu dapat mencapai tujuan melalui tumbuhya
hubungan yang positif dengan para siswa. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
kemampuan untuk mengusahakan berbagai sumber belajar yang menunjang dalam proses
belajar mengajar.

Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Penilaian
bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar maupun bagi siswa sendiri dan orang tua siswa, penilaian
bermanfaat untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Demikian pula dalam satu babakan
belajar mengajar guru hendaknya menjadi penilai yang baik. Kesalahan atau kelemahan
dalam penyusunan alat-alat penilaian, misalnya tes hasil belajar, dapat memberikan dampak
yang negatif terhadap proses belajar mengajar. Misalnya, penggunaan tes objektif yang terus
menerus mengakibatkan anak kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Penilaian ini di
sekolah hendaknya dilakukan secara objektif, kontinyu serta mempergunakan berbagai jenis
yang bervariasi.

4. Komitmen Terhadap Tugas

Ciri pokok profesionalisme adalah apabila seseorang memiliki komitmen yang mendalam
terhadap tugasnya. Kecintaan terhadap tugas diwujudkan dalam bentuk curahan tenaga,
waktu, dan pikiran. Profesi guru sangatlah berlainan dengan profesi lainnya, karena
pekerjaan guru menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik dan intelektual seorang anak
manusia. Segala kegiatan belajar mengajar harus disiapkan secara matang. Untuk itu guru
harus benar-benar menyatu, menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya. Guru yang
demikian akan mencintai siswa dan tugasnya. Hasilnya dapat dipastikan akan jauh lebih baik
dan lebih bermakna.

5. Disiplin

Pendidikan adalah suatu proses, bersama proses itu anak tumbuh dan berkembang dalam
belajar. Pendidik dengan sengaja mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai
yang dianggap baik dan diterima serta berlaku dalam masyarakat. Kuat lemahnya pengaruh
itu sangat bergantung pada tata disiplin yang ditetapkan dan dicontohkan oleh guru. Di kelas
guru adalah pemimpin yang menjadi teladan dan panutan siswa-siswanya. Oleh sebab itu,
disiplin bagi seorang guru merupakan bagian penting dari tugas-tugas kependidikan. Dalam
hal ini tugas guru bukan saja melatih sikap disiplin pada anak didiknya tetapi juga lebih
penting adalah mendisiplinkan diri sendiri sebagai ciri khas seorang guru.

Selain itu, guru juga dikatakan professional, jika:


1. Fleksibel

Fleksibel dalam artian guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik,
memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara
sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.

2. Optimis

Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan yakin akan perubahan anak didik ke
arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang menyenangkan akan
menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.

3. Respek

Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memacu mereka
untuk lebih cepat tidak sekadar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang
menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.

4. Cekatan

Anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu di
imbangi oleh guru sebagai pengajarnya, sehingga guru mampu bertindak sesuai kondisi yang
ada.

5. Humoris

Menjadi seorang guru killer? Anak-anak malah takut kepada anda dan mereka pasti tidak
mau belajar. Meskipun setiap orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki
seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar
yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut
dapat membantu mengaktifkan kinerja otak kanan mereka.

6. Inspiratif

Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan peserta didik mengikutnya, guru
harus dapat menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi-
informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.

7. Lembut

Dimanapun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan
dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar
kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasing sayang akan lebih
efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas
berbagai masalah yang muncul.

8. Disiplin

Disiplin di sini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup bebagai hal lain. Sehingga,
guru mampu menjadi teladan kedisplinan tanpa harus sering mengatakan tentang pentingnya
disiplin. Contoh, disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar dan sebagainya. Dengan
demikian, akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup
disiplin.

9. Responsif

Ciri guru yang profesional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi, dan lain-
lain.

10. Empatik

Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses peneriamaan,
serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda. Oleh karena itu, seorang guru
dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga bisa
lebih memahami kebutuhan-kebutuhan belajar mereka.

11. Bersahabat

Bersahabat dalam artian seorang guru jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik
hanya karena posisinya sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan
menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekadar hubungan guru-murid. Sehingga,
anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi
dengan lingkungannya.

Dari penjelasan di atas, maka persiapan yang harus kami lakukan apabila mengajar di daerah
terpencil di kabupaten Murung Raya provinsi Kalimantan tengah dengan materi fisika “Usaha
dan Energi” yang mengacu pada kemampuan guru professional yang harus dimiliki seorang
guru, yaitu:

1. Persiapan terhadap situasi umum

2. Persiapan terhadap anak didik

3. Persiapan RPP
Guru yang baik adalah guru yang mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
sebelum ia mengajar. RPP ini berfungsi sebagai skenario proses pembelajaran agar lebih
mempermudah, dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih terarah pada tujuan
pembelajaran. Di dalam RPP harus ada standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin
dicapai, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode
pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan LKS (Jika perlu). Dalam
pembuatan RPP tersebut tidak bisa sembarangan, semuanya harus tersusun dengan rapi dan
harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Sehingga diharapkan pembejaran akan berjalan dengan lancar, lebih efektif
dan efesien, serta siswa mampu menangkap semua yang telah dipelajarinya.

4. Persiapan dalam pemilihan metode mengajar

Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan memanfaatkan
metode secara akurat guru akan mampu mencapai tujuan instruksional.

Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi kepada siswa.

Dalam pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anak didik,
tujuan, situasi, fasilitas dan guru. Karena itu, guru harus kreatif dalam pemilihan metode
yang tepat dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Misalnya, untuk materi Usaha dan
Energi, metode yang cocok digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
Jadi, setelah guru selesai menjelaskan tentang materi tersebut, maka diharapkan siswa bisa
berperan aktif dengan menanyakan hal-hal yang masih belum jelas. Dan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari siswa, guru bisa membagi mereka dalam beberapa kelompok
untuk mendiskusikan hal-hal yang tadi siswa-siswa itu tanyakan. Di diskusi kelompok ini,
guru juga bisa memberikan siswa permasalahan yang tentunya berkaitan dengan tujuan
pembelajaran.

5. Persiapan terhadap bahan yang akan disajikan

Sebagai pengajar, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkan serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Karena itu
sebenarnya guru sendiri adalah seorang pelajar yang belajar secara terus-menerus. Guru
adalah tempat menimba ilmu bagi para siswanya. Sebagai pengajar ia harus membantu
perkembangan anak didiknya untuk memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu
guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai
kesempatan. Kemampuan ini tidak hanya berdasarkan teori-teori yang diperoleh dari bangku
pendidikan, melainkan harus dihayatinya dan disikapi sebagai suatu seni. Seperti kita ketahui
guru SD tidak saja harus menguasi salah satu bidang studi pelajaran, melainkan seluruh
mata pelajaran. Karena itu belajar secara terus menerus untuk mendalami bahan pengajaran
tak dapat dielakkan.

6. Persiapan terhadap tujuan yang ingin dicapai

Perumusan tujuan pembelajaran pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori,


yakni domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif mencakup tujuan yang
berhubungan dengan ingatan, pengetahuan dan kemampuan intelektual. Domain afektif
mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai,
perasaan dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
manipulasi dan kemampuan gerak (motor).

Merumuskan tujuan pembelajaran bukan sekedar membuat suatu tujuan. Tetapi harus
dirumuskan berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, tujuan
pembelajaran dijabarkan dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Tujuan
pembelajaran ini sudah termasuk dalam tujuan di RPP.

7. Persiapan terhadap media pembantu (media pembelajaran)

Media atau sumber belajar merupakan sarana untuk membantu proses belajar siswa.
Pendidikan yang berkualitas menuntut dukungan pemilihan sumber belajar serta alat bantu
yang memadai berupa buku yang memungkinkan siswa memperoleh bahan yang luas untuk
mempermudah dalam penerimaan pelajaran. Sarana dan sumber belajar yang memadai akan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk menunjang efektivitas dan kreativitas
belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar media sangat dibutuhkan karena bila dalam
kegiatan pengajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu
yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa
sembarangan menurut kehendak hati guru tetapi harus memperhatikan dan menyesuaikan
antara media yang digunakan dengan tujuan pembelajaran.

Dalam menggunakan media pengajaran guru hendaknya memperhatikan syarat umum di


bawah ini:

1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

2. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.

3. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu siswa, dan lain sebagainya.
8. Persiapan dalam teknik-teknik evaluasi mengajar

Evaluasi ini berguna untuk mengukur kedalaman pengetahuan siswa dalam pemahaman
terhadap materi yang diajarkan. Evaluasi ini bisa berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan
atau tertulis. Setelah proses evaluasi selesai, guru harus melakukan proses penilaian.
Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Penilaian
bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar maupun bagi siswa sendiri dan orang tua siswa, penilaian
bermanfaat untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Demikiknan pula dalam satu babakan
belajar mengajar guru hendaknya menjadi penilai yang baik. Kesalahan atau kelemahan
dalam penyusunan alat-alat penilaian, misalnya tes hasil belajar, dapat memberikan dampak
yang negatif terhadap proses belajar mengajar. Misalnya, penggunaan tes objektif yang terus
menerus mengakibatkan anak kurang berungguh-sungguh dalam belajar. Penilaian ini di
sekolah hendaknya dilakukan secara objektif, kontinu serta mempergunakan berbagai jenis
yang bervariasi.

9. Persiapan proses pengajaran

Peningkatan kualitas pendidikan erat kaitannya dengan penentuan langkah-langkah


pembelajaran sesuai kurikulum serta proses belajar yang akan dilaksanakan. Hal tersebut
meliputi pengelolaan Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan, mengembangkan program
pendidikan dan pengajaran dalam bentuk penetapan kurikulum serta proses kegiatan belajar,
proses pembelajaran yang memperhatikan unsur keterampilan, pengadaan dan
pengembangan tenaga pengajar, pendidikan dan pengarahan kepada peserta didik di bidang
keterampilan, pengadaan dan penataan sarana serta fasilitas pendidikan, proses sistem
penilaian program dari unsur keterampilan siswa.

Selain hal-hal di atas, ada kemampuan guru professional yang harus dimilikinya,
diantaranya:

1. Kompetensi Kognitif

Sebagai guru yang profesional, sudah barang tentu guru harus menguasai materi. Hal yang
harus dipersiapkan sebelum memberikan materi pembelajaran yaitu menyiapkan sumber
belajar yang relevan sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan dan juga sesuai
dengan sarana dan prasarana di daerah tersebut. Di daerah terpencil, sumber belajar bagi
siswa mungkin akan sangat susah didapatkan. Maka, sebisa mungkin guru lah yang
menyiapkan sumber belajar.

Namun, dengan menguasai materi saja tidak dapat mengoptimalkan proses pembelajaran
untuk hasil yang memuaskan. Maka dari itu, guru yang profesional juga harus menguasai
kompetensi-kompetensi lainnya.
2. Kompetensi Pedagogik

Dalam kasus di atas, guru harus dapat melakukan pengelolaan pembelajaran kelas.
Pemilihan model pembelajaran untuk menyampaikan materi perlu diperhatikan benar-benar
dan disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di daerah terpencil tersebut.
Melakukan pengelompokan siswa merupakan langkah yang dapat diambil guru agar siswa
dapat bekerja sama dalam kelompok dan penggunaan sumber belajar yang terbatas dapat
diatasi.

3. Kompetensi Sosial

Guru harus dapat berkomunikasi secara baik dengan siswa agar apa yang dikomunikasikan
guru dapat diterima siswa secara optimal. Dengan penggunaan media sebagai alat bantu
komunikasi belajar, maka komunikasi antara guru dan siswa akan lebih terbuka. Di daerah
terpencil, media yang dapat digunakan sangat terbatas. Namun, dengan bahan yang ada kita
dapat mendemonstrasikan sesuatu hal kepada siswa yang berkenaan dengan materi yang
diajarkan.

4. Kompetensi Kepribadian

Guru harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi di kelas agar guru memiliki wibawa dan
siswa percaya akan gurunya. Selain itu, guru dapat menjadi panutan bagi siswanya bahkan
masyarakat. Guru juga harus bersemangat di kelas agar dapat memberikan efek positif juga
bagi siswanya. Guru juga tidak boleh berbohong kepada siswa
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, di samping memahami
hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini,
terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar-mengajar. Di
dalam kegiatan mengelola interaksi belajar-mengajar, guru paling tidak harus
memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan
keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini
telah terumuskan dalam sepuluh kompetensi guru, sebagai berikut:

Kompetensi Guru yang Pertama Menguasai bahan


Sebelum guru tampil di muka kelas untuk mengelola interaksi belajar-mengajar,
terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang diajarkan dan sekaligus
bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar-mengajar.
Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi
pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud “menguasai bahan” bagi
seorang guru, mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:
• menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
• menguasai bahan penunjang bidang studi.
Yang dimaksud dengan menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
yaitu guru harus menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang ilmu
pengetahuan yang dipegangnya sesuai dengan kurikulum sekolah. Sebagai
contoh: Tauhid, Akhlak, Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Mantiq, Faraid dan
seterusnya. Kemudian agar dapat menyampaikan materi itu lebih mantap, guru
juga harus mengusai bahan pelajaran lain yang dapat memperjelas bahan-bahan
bidang studi yang dipegang guru tersebut. Misalnya untuk mengajar bidang studi
Bahasa Arab, guru juga harus menguasai bahan-bahan yang lain seperti Nahwu,
Sharaf, Mantiq. Bahkan kalau kita lihat secara makro, guru juga harus menguasai
materi-materi yang lain, misalnya yang berkaitan dengan PBM.
Kompetensi Guru Kedua Mengelola program belajar-mengajar
Guru yang kompeten juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar.
Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-
langkah itu ialah:
a. Merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran.
Sebelum mulai mengajar, guru perlu merumuskan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran ini penting karena dapat dijadikan
pedoman atau petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar-mengajar
itu harus dibawa. Tujuan instruksional akan senantiasa menjadi hasil atau
perubahan tingkah laku, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh setelah
siswa mengikuti kegiatan belajar. Oleh karena itu, tugas guru harus dapat
merumuskan tujuan instruksional itu secara jelas dan benar.

b. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat.


Guru yang akan mengajar biasanya menyiapkan segala sesuatunya secara tertulis
dalam suatu persiapan mengajar, yang sering juga dikenal dengan PPSI. Dalam
PPSI ini mengandung prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
kegiatan belajar-mengajar. Sebagai contoh setelah merumuskan tujuan,
kemudian mengembangkan alat evaluasi, merumuskan kegiatan belajar-
mengajar, dan begitu seterusnya sampai tahap pelaksanaan. Untuk itu semua
perlu didesain.

c. Melaksanakan program belajar-mengajar


Dalam hal ini guru berturut-turut melakukan kegiatan pretest, menyampaikan
materi pelajaran, mengadakan post-test dan perbaikan. Dalam kegiatan
penyampaian materi guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 menyampaikan materi dan pelajaran dengan tepat dan jelas,


 pertanyaan yang dilontarkan cukup merangsang untuk berpikir, mendidik
dan mengenai sasaran,
 memberi kesempatan atau menciptakan kondisi yang dapat memunculkan
pertanyaan dari siswa,
 terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dan kegiatan,
 guru selalu memperhatikan reaksi atau tanggapan yang berkembang pada
diri siswa baik verbal maupun non verbal,
 memberikan pujian atau penghargaan bagi jawaban-jawaban yang tepat
bagi siswa dan sebaliknya mengarahkan jawaban yang kurang tepat.

d. Mengenal kemampuan anak didik.


Dalam mengelola program belajar-mengajar, guru perlu mengenal kemampuan
anak didik. Sebab bagaimanapun juga setiap anak didik memiliki perbedaan-
perbedaan karakteristik tersendiri, termasuk kemampuannya. Dengan demikian,
dalam satu kelas akan terdapat bermacam-macam kemampuan. Hal ini perlu
dipahami oleh guru agar dapat mengelola program belajar-mengajar dengan
tepat.

e. Merencanakan dan melaksanakan program remidial.


Dalam suatu proses belajar-mengajar tentu saja dikandung suatu harapan agar
seluruh atau setidak-tidaknya sebagian siswa dapat berhasil dengan baik. Namun
kenyataannya sering tidak demikian. Salah satu usaha untuk mencapai hal itu
adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau mastery learning.
Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar
siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum (basic learning objectives) dari
suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas.[2] Untuk dianggap tuntas
diperlukan standar norma atau ketentuan yang tertentu. Misalnya dalam sistem
pengajaran modul, ditetapkan bahwa 85% dari populasi siswa harus menguasai
sekurang-kurangnya 75% dari tujuan-tujuan instruksional yang akan dicapai.
Apabila standar norma itu sudah dipenuhi, maka modul dapat beralih ke nomor
berikutnya.

Untuk menguasai (mastery) suatu bahan/materi pelajaran diperlukan waktu yang


berbeda-beda bagi setiap siswa. Apabila waktu yang disediakan cukup dan
pelayanannya tepat, setiap siswa akan mampu menguasai bahan/materi pelajaran
yang diberikan kepadanya. Pemikiran inilah yang mendasari adanya program
remidial, yaitu suatu kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil dalam
belajarnya (belum mastery).
Kegiatan perbaikan biasanya dilaksanakan pada saat-saat setelah diadakan
evaluasi. Evaluasi itu sendiri dapat dilaksanakan pada:

 awal serangkaian pelajaran atau sebelum pelajaran dimulai, (berupa tes


prasyarat, tes diagnostik, atau pre test),
 bagian akhir pada serangkaian pelajaran atau suatu pelajaran pokok (post
test),
 saat setelah suatu ujian yang terdiri dari beberapa satuan pelajaran selesai
atau pada akhir suatu catur wulan/semester (berupa tes unit atau tes
sumatif).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan ialah:

 sifat kegiatan perbaikan,


 jumlah siswa yang memerlukan,
 tempat untuk memberikan,
 waktu untuk diselenggarakan,
 orang yang harus memberikan,
 metode yang digunakan,
 sarana atau alat yang digunakan,
 tingkat kesulitan belajar siswa.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam memecahkan kesulitan belajar secara


umum ialah:
(1) Diagnose, meliputi:

 identifikasi kasus,
 lokalisasi jenis dan sifat kesulitan,
 menetapkan faktor penyebab kesulitan.

(2) Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan.


(3) Terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan dalam rangka penyembuhan
kesulitan.
Kompetensi Guru yang Ketiga Mengelola Kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni
menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-
mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk
membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut
“mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran” dan “menciptakan
iklim belajar-mengajar yang serasi”.
Kompetensi Guru yang Keempat Menggunakan media/sumber
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan media:

1. Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media.


2. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. Maksudnya agar
mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar-
mengajar. Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan lain-lain.
4. Menggunakan buku pegangan/buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari
satu kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang.
5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar.
Kompetensi Guru Yang Kelima Menguasai landasan-landasan kependidikan.
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa.
Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha
menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa.
Meningat hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan
keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan
pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek ruhaniah. Itulah
sebabanya pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Rumusan pendidikan nasional sebagaimana diuraikan di atas, didasari pada


Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945
merupakan landasan konstitusional.

Guru, sebagai salah satu unsur manusiawi dalam kegiatan pendidikan harus
memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional baik dasar,
arah/tujuan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pelaksanaannya. Dengan
memahami itu semua guru akan memiliki landasan berpijak dan keyakinan yang
mendorong cara berpikir dan bertindak eduktif di setiap situasi dalam usaha
mengelola interaksi belajar-mengajar. Dengan kata lain Pancasila, UUD 1945,
GBHN merupakan landasan atau falsafah bagi kegiatan guru dalam menjalankan
berbagai ketetapan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kompetensi Guru yang Keenam Mengelola interaksi belajar-mengajar
Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa
merupakan kegiatan ynag cukup dominan, kemudian di dalam kegiatan interaksi
antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga
transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara
komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponen-
komponen yang ada pada kegiatan proses belajar-mengajar itu akan saling
menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak
didik. Jelasnya proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya
tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain
juga akan mempengaruhi keberhasilan interaksi belajar-mengajar tersebut.

Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar-mengajar, misalnya guru, siswa,


metode, alat/teknologi, sarana, tujuan. Untuk mencapai tujuan instruksional,
masing-masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi antara
yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah bagaimana harus
mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan proses belajar-
mengajar yang lebih optimal. Dengan demikian guru selanjutnya akan dapat
mengembangkan interaksi belajar-mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Kompetensi Guru yang Ketujuh Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan
mengetahui prestasi belajar siswa, apalagi secara individual setiap siswa memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lainnya, guru akan dapat mengambil langkah-
langkah instruksional yang konstruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami
karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang lebih
bervariasi serta akan memberikan kegiatan belajar yang berbeda antara siswa
yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah.
Dalam hal ini secara konkrit, guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa.

1. setiap kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung,


2. pada akhir pelajaran.

b. Menganalisis data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan
mengetahui:

1. siswa yang menemukan pola-pola belajar yang lain,


2. keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar.

c. Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal ini menyangkut:

1. lahirnya feed back untuk masing-masing siswa dan ini perlu diketahui oleh
guru,
2. dengan adanya feed back itu maka guru akan menganalisis dengan tepat
follow up atau kegiatan-kegiatan berikutnya.

Kompetensi Guru yang Kedelapan Mengenal fungsi dan program bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.
Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun
konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program
layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan
program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-
mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.

Bimbingan dan penyuluhan terdiri dari dua kata “bimbingan” dan “penyuluhan”
yang masing-masing memiliki makna tersendiri yang cukup mendasar, walaupun
oprasionalnya masing-masing saling berkaitan sangat erat. Menurut Jear Book of
Education, bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya
sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemapuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Sedangkan penyuluhan (counseling)
menurut James F. Adams yang dikutip oleh Ibrahim Hadi adalah suatu pertalian
timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (counselor),
membantu yang lain (counselee) supaya ia dapat lebih memahami dirinya dalam
hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan pada
waktu yang akan datang.

Adapun prinsip-prinsip konseling yang dapat digunakan untuk mengembangkan


program bimbingan dan penyuluhan di lembaga pendidikan/sekolah, yakni:

 Konseling/penyuluh merupakan bantuan yang diberikan secara sengaja.


 Prosesnya dilaksanakan melalui hubungan antar personal.
 Sasaran counseling adalah counselee atau klien, yakni (siswa) agar dapat
mengatasi hambatan yang dialami pada proses perkembangannya.
 Tujuannya memberikan tuntunan agar counselee atau klien tadi, mampu
memilih dan menentukan cara-caranya sendiri untuk mengatasi
hambatannya.

Perlu diketahui bahwa dalam penyelenggaraan program bimbingan dan


penyuluhan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat akademis seperti
kognitif, efektif, dan psikomotor, tetapi juga problem-problem pribadi yang
memang memungkinkan. Dengan demikian, anak didik dapat mengembangkan
potensinya secara optimal, menjadi pribadi bermasyarakat yang dilandasi dengan
rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan umum. Dengan demikian, guru di
sekolah tidak hanya semata-mata sebagai pembimbing dan membantu anak didik
dalam hal pemecahan problema atau pelajaran, tetapi juga membantu
menunjukkan jalan pemecahan persoalan pribadi anak didik yang menggangu
studi dan kegiatan hidup lainnya.
Kompetensi Guru Ke-9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing
juga sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan
terhadap para siswa.

Admistrasi sekolah berasal dari dua kata, administrasi dan sekolah. Administrasi
dapat diartikan sebagai kegiatan penyusunan keterangan-keterangan secara
sitematis dan pencatatan secara tertulis dengan maksud untuk memperoleh
sesuatu ikhtisar mengenai keterangan-keterangan itu dalam keseluruhan dalam
kaitannya satu sama lain. Jadi pendidikan administrasi secara luas adalah suatu
proses pemanfaatan semua sumber materiil dan personal secara luas adalah
suatu proses pemanfaatan semua sumber materiil dan personal secara efektif
untuk tujuan tertentu.

Dengan pengertian tersebut, maka yang diamksud dengan administrasi akan


menyangkut persoalan yang cukup kompleks. Kegiatan itu tidak sekedar
mengurus soal surat-menyurat, tetapi menyangkut pula berbagai kegiatan
misalnya pendataan personal, penyusunan jadwal, presensi siswa, pengisian rapor
dan lain-lain. Keberhasilan dalam kegiatan-kegiatan ini jelas akan memberi
kepuasan kepada para siswa. Kalau sudah demikian maka interaksi belajar-
mengajar itu akan lancar.

Dari sekian kegiatan itu sebenarnya pada garis besarnya administrasi sekolah atau
khusus administrasi kelas dapat diakatakan sebagai kegiatan catat-mencatat dan
lapor-melapor secara sistematis mengenai informasi tentang sekolah/kelas.
Dengan demikian, ada dua pekerjaan pokok dalam administrasi sekolah/kelas bagi
guru, yakni recording (catat-mencatat) dan reporting (lapor-melapor). Ini semua
harus diapahami oleh setiap guru, jadi guru menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
berikut ini:
1. Kegiatan recording (catat-mencatat. Ini meliputi catatan-catatan mengenai
siswa dan catatan-catatan bagi guru. Catatan-catatan mengenai siswa akan
meliputi antara lain: daftar presensi (harian maupun bulanan), catatan
tugas/pekerjaan siswa (baik kelompok maupun individual), catatan sosiometris
atau hubungan antar siswa, catatan partisipasi siswa, data pribadi siswa baik yang
menyangkut identitas diri, latar belakang orang tua, riwayat pendidikan,
kesehatan dan catatan khusus yang perlu bagi siswa. Adapun catatan-catatan
yang penting bagi guru antara lain: silabus mata pelajaran, persiapan
mengajar/PPSI, buku batas pelajaran, kumpulan soal-soal ujian dan tugas,
catatan-catatan hasil evaluasi siswa, buku notulen rapat, buku agenda.

2. Kegiatan reporting (lapor-melapor) bagi guru ini meliputi laporan kepada


kepala sekolah dan laporan kepada orang tua siswa. Mengenai laporan kepada
kepala sekolah, hampir semua kegiatan recording seperti diuraiakn di atas, perlu
dilaporkan kepada kepala sekolah. Di samping itu guru juga melaporkan kepada
kepala sekolah hal-hal misalnya soal pengorganisasian siswa, inventaris kelas,
keuangan kelas, mutasi, kenaikan dan tamat belajar, perkembangan prestasi atau
hasil belajar siswa.
Kompetensi Guru yang terakhir Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar-
mengajar, setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun
guru untuk terus dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana. Dengan
demikian, akan menambah wawasan bagi guru. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sesuai dengan prinsip “hasrat ingin tahu” dari manusia itu sendiri. Dengan
demikian, manusia akan mencari jawab atas berbagai pertanyaan tersebut. Dari
dorongan ingin tahu itulah manusia berusaha mendapatkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang dipertanyakan. Maka manusia akan terdorong melakukan
penelitian untuk mencari jawab dan kebenaran dari problema atau pertanyaan
yang dihadapi tersebut.

Selain itu hal yang penting lagi adalah guru juga harus dapat membaca dan
menfasirkan hasil-hasil penelitan pendidikan. Dengan ini berarti guru akan
mendapat masukan yang bisa diterapkan untuk keperluan proses belajar-
mengajar.

Anda mungkin juga menyukai