Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR EPIDEMIOLOGI

PERHITUNGAN UKURAN DASAR DALAM EPIDEMIOLOGI

OLEH
KELOMPOK 3 KELAS A3

Cindy Amalia Pulungan 2111211011


Husnatul Makhfira 2111212021
Mufidah Rona 2111212023
Niatul Aini Hendri 2111212001
Salsabila 2111211025
Syahla Albany YD 2111211003
Syifa Nisrina Insani 2111211055
Yulia Parasati 1811212042

DOSEN PENGAMPU
Vivi Triana, SKM, MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia – Nya, kami dapat menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Dasar Epidemiologi dengan judul “Perhitungan Ukuran Dasar Dalam
Epidemiologi”.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar Epidemiologi
yaitu Ibu Vivi Triana, SKM, MPH yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami
berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai perhitungan ukuran dasar dalam epidemiologi. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan di
dalamnya.

Mengingat masih banyaknya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, kami
sangat mengharapkan adanya kritik ataupun saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan dan pembelajaran dalam makalah yang kami buat di masa
mendatang.

Padang, 7 Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………................. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………............................ ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………............................ 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………............................. 3

2.1 Definisi dan Perhitungan Rate ……………………...................................... 3


2.2 Definisi dan Perhitungan Rasio ………………………................................ 6
2.3 Definisi dan Perhitungan Proporsi ………………………............................ 9
2.4 Definisi dan Perhitungan Insiden …………..……………............................ 10
2.5 Definisi dan Perhitungan Prevalensi ………………………………………. 11

BAB III PENUTUP ……………………………………………............................. 13

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………... 13


3.2 Saran ………………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penelitian epidemiologi memiliki kemampuan untuk mengukur
terjadinya penyakit pada populasi. Untuk memahami suatu frekuensi suatu penyakit
terlebih dahulu harus memahami pengertian dari kasus itu sendiri, periode waktu
terjadinya, jumlah populasi dan faktor paparan yang ada. Beban penyakit yang
berbeda dalam suatu populasi tergantung pada frekuensinya (insiden atau
prevalensi), tingkat keparahan suatu penyakit (mortalitas dan tingkat morbiditas),
efeknya (Kesehatan, sosial, ekonomi,) dan jenis populasi yang terkena (jenis
kelamin, usia).
Rate adalah perbandingan antara suatu kejadian dengan jumlah
penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut, menyangkut interval waktu
tertentu. Incidence rate adalah frekuensi penyakit atau kasus baru yang
terjangkit dalam masyarakat di suatu tempat atau wilayah atau negara pada
waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibanding dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit baru tersebut.
Rasio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung.
Rasio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian. Proporsi adalah
perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi. Prevalensi
adalah jumlah kasus suatu penyakit dalam suatu populasi pada suatu waktu,
sebagai proporsi dari jumlah total orang dalam populasi itu. Dengan demikian,
ukuran ini dapat dianggap sebagai frekuensi penyakit dalam suatu populasi pada
suatu waktu tertentu dan itulah sebabnya kadang-kadang disebut sebagai titik
prevalensi (point prevalence). Prevalensi tidak berdimensi, namun periode waktu
harus selalu ditentukan.
Insidensi, jumlah kasus suatu penyakit yang terjadi pada suatu populasi
pada suatu waktu tertentu tidak hanya ditentukan pada frekuensi di mana kasus
baru terjadi dan didiagnosa, tetapi juga pada durasi rata-rata suatu penyakit
(misalnya waktu pemulihan atau kematian).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi dan perhitungan Rate?
2. Apa itu definisi dan perhitungan Rasio?
3. Apa itu definisi dan perhitungan Proporsi?
4. Apa itu definisi dan perhitungan Insiden?
5. Apa itu definisi dan perhitungan prevalensi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui apa itu perhitungan rate.
2. Mengetahui apa itu perhitungan rasio.
3. Mengetahui apa itu perhitungan proporsi.
4. Mengetahui apa itu perhitungan insiden.
5. Mengetahui apa itu perhitungan prevalensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Perhitungan Rate


1. Rate

Rate adalah besarnya peristiwa/kejadian yang terjadi pada keseluruhan populasi


dalam waktu tertentu. Nilai rate mengukur kemungkinan kejadian dalam populasi terhadap
beberapa peristiwa tertentu, misalnya kasus atau kematian karena penyakit infeksi.

Rumus :

x
Rate = xK
y

X = Jumlah Kasus

Y = Populasi beresiko dalam periode waktu tertentu

Penggunaan Rate :

Indeks Kesakitan
a. Insidence Rate
Insidence rate (Angka Insidensi) adalah suatu ukuran frekuensi kejadian kasus
baru penyakit dalam suatu populasi tertentu selama suatu periode waktu tertentu atau
jumlah kejadian baru dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang mempunyai
risiko (population at risk) terhadap kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu
dikalikan dengan konstanta “k”
Rumus :

Contoh Soal :
Selama tahun 1977 dilaporkan sebanyak 412 kasus penyakit tertentu di suatu kota yang
berpenduduk 212.000. Berapakah Incidence rate per 100.000 penduduk pada kota itu
selama tahun tersebut ?
412
Jawab : Incidence rate = × 100.000 = 194,33
212.000
Jadi insidance rate penduduk kota selama tahun 1977 adalah 194,33/ 100.000 penduduk.

3
b. Attack rate
Attack Rate adalah angka insidensi, biasanya dinyakatan dalam persen dan digunakan
untuk mengamati kejadian penyakit di populasi pada waktu yang terbatas, contohnya adalah
selama terjadinya wabah atau KLB.
Rumus :

Contoh Soal : Dalam suatu kejadian luat biasa (Outbreak) yang mengenai 26 kasus
dari suatu penyakit “X”, 7 kasus adalah wanita sedangkan 19 adalah pria. KLB tersebut
muncul pada masyarakat yang terdiri dari 9 wanita dan 87 pria. Berapakah attack rate masing
– masing jenis kelamin dan keseluruhan kelompok masyarakat tadi?

Jawab :

Attack rate keseluruhan didapat dari hasil pembagian dari total kasus dengan jumlah
penduduk keseluruhan, tidak dengan menjumlahkan antara attack rate pria dan wanita
c. Prevalence Rate
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada jangka
waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Rumus :

Angka Kematian
1. Case Fatality Rate

4
Case Fatality Rate adalah jumlah seluruh kematian akibat satu penyebab dalam jangka
waktu tertentu dibagi jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen (per 100
kasus).
Rumus :

2. Crude Death Rate


Crude Death Rate atau angka kematian kasar adalah sebuah estimasi proporsi orang
yang meninggal pada suatu populasi selama periode waktu tertentu. Angka kematian kasar
tidak mempertimbangkan kematian berdasarkan variasi pada umur, jenis kelamin atau faktor
lain.
Rumus :

3. Angka kematian ibu, Neonatal dan Bayi


Kematian ibu dan kematian bayi merupakan indikator utama dalam menentukan status
kesehatan masyarakat.
a. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) Angka kematian ibu adalah kematian
perempuan yang mengandung atau meninggal dalam 42 hari setelah akhir kehamilannya
(sampai 42 hari postpartum), terlepas dari lamanya kehamilan atau letak kehamilannya.
Angka kematian ibu merupakan risiko meninggal dari penyebab yang berhubungan dengan
kelahiran anak.
Rumus :

b. Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate) Adalah jumlah kematian bayi usia
kurang dari 28 hari (< 28 hari) pada periode tertentu, biasanya dalam satu tahun per 1.000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian neonatal menunjukkan buruknya
perawatan neonatal, berat badan lahir rendah, infeksi, kurangnya sarana dan prasarana
kesehatan, cidera, premature dan cacat lahir.
Rumus :

5
c. Angka Kematian Bayi Adalah jumlah seluruh kematian bayi (usia < 1 tahun) pada jangka
waktu tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup
Rumus :

d. Angka Kematian Balita Under Five Mortality Rate adalah jumlah seluruh kematian balita
pada satu jangka waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita pada tahun yang sama
Rumus :

4. Angka Kematian Menurut Golongan Umur (Age Specific Death Rate/ASDR)


Angka kematian berdasarkan golongan umur ini disebut angka kematian spesifik.
Spesifikasi dapat pula dilakukan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan lain-
lain disesuaikan dengan kebutuhan.
ASDR dapat digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat dengan melihat kematian tertinggi terletak pada golongan umur dan dapat
digunakan juga untuk menghitung rata-rata angka harapan hidup.
Rumus :

2.2 Definisi dan Perhitungan Rasio


Ukuran asosiasi merupakan ukuran yang didasarkan akibat pemaparan dari suatu
penyakit dan berfungsi untuk mengukur keeratan hubungan statistic antara faktor tertentu
dengan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut. Hubungan
antara pemaparan dan akibatnya diukur dengan menggunakan Risiko Relatif (Relative Risk)
dan Rasio Odds (Odds Ratio).

6
Ratio merupakan perbandingan antara dua kejadian atau dua hal antara numerator
(pembagi) dan denominator (penyebut) tidak saling tergantung atau tidak ada sangkut
pautnya. Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian. Ratio dapat juga dinyatakan
sebagai perbandingan.
Rumus:

Contoh:

Laporan dari puskesmas Paroon menyebutkan bahwa sebanyak 50 orang yang terdiri
dari 40 orang laki-laki dan sisanya wanita telah menderita keracunan makanan setelah
mengikuti acara kenduri. Hitunglah ratio penderita keracunan makanan tersebut menurut
jenis kelamin wanita dan laki-laki?

Ratio wanita : laki-laki = Wanita


Laki-laki
Wanita
Ratio wanita : laki-laki = x1

Laki-laki
10
Ratio wanita : laki-laki = x1=1:4

40

Ukuran asosiasi juga merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur
atau faktor risiko dan kejadian suatu penyakit. Memasukkan suatu perbandingan frekuensi
penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur. Beberapa ukuran
asosiasi juga digunakan untuk mengestimasi efek penyakit yang ditimbulkan. Ukuran asosiasi
terdiri dari:
1. Resiko Relatif (Relative Risk)
Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya risiko untuk mengalami
penyakit pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi tidak terpapar. Risiko Relatif

7
atau Relative Risk dipakai dalam studi epidemiologi untuk menjelaskan apakah ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau ratio antara dua
proporsi. Ratio antara 2 proporsi ini adalah proporsi faktor resiko penyakit positif (terpapar)
dengan faktor resiko penyakit negatif (tidakterpapar). Relative risk biasanya dipakai untuk
penelitian kohort.
Risiko relatifsering disebut sebagai rasio risiko (riskratio) adalah perbandingan risiko
peristiwa tertentu pada kelompok-kelompok orang yang berbeda. Risiko relatif (RR) biasanya
digunakan untuk memperkirakan paparan terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi
kesehatan. Risiko relatif adalah rasio angka insiden sipenyakit karena paparan dibandingkan
dengan angka insiden sipenyakit yang sama tanpa terpapar.
Rumus :
Angka insidensi penyakit dalam kelompok
Rel a t i v e R i s k =
yang terpapar Angka insidensi penyakit dalam
kelompok tanpa terpapar

Risiko relatif digunakan hanya sebagai pengukur probabilitas, dengan ini dapat
dipertanyakan berapa peluang kelompok menjadi sakit jika mereka terpapar dan berapa
peluang mereka tidak kena sakit kalau tidak terpapar.
2. Rasio Odds(OR)
Odds Ratio (OR) atau rasio odds adalah kemungkinan paparan faktor risiko pada
kelompok kasus dengan kemungkinan paparan faktor risiko pada kelompok kontrol.
Definisi lain Odds Ratio menurut Magnus adalah ukuran yang digunakan untuk
menjelaskan asosiasi yang didapatkan dalam penelitian kasus kontrol.

Pola desain tersebut yaitu sebagai berikut.

8
Table Odds Ratio mempresentasikan probabilitas untuk berada dalam kelompok
yang sesuai (concordantgroup), dimana huruf (a) mewakili kelompok yang terpajang dan
sakit serta (d) mewakili kelompok yang tidak terpajan dan tidak sakit atau berada dalam
kelompok yang tidak sesuai (discordantgroup), dimana (b) mewakili kelompok yang tidak
terpajan namun sakit serta (c) mewakili kelompok yang terpajan namun tidak sakit. Baik
pola I maupun pola II, rumus untuk mencari rasio odds yaitu:

2.3 Definisi dan Perhitungan Proporsi


Proporsi adalah bagian dari suatu peristiwa atau ukuran yang membandingkan suatu
peristiwa sebagai numerator (x) dan peristiwa lainnya sebagai denominator (y) yang
mengandung peristiwa numerator (x+y). Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu
variabel dalam populasi. Contohnya adalah proporsi kejadian gizi buruk diantara masalah gizi
lainnya.

Rumus Proporsi :

X
Proporsi = xk
X +Y 9
Keteragan :

X = Jumlah kejadian atau penderita dan lain-lain, yang timbul dalam suatu kategori atau
subgroup tertentu dari suatu kelompok yang lebih besar

Y = Jumlah keseluruhan dari kejadian, atau penduduk dan lain-lain muncul pada kategori
dari suatu seri data tertentu

k = Selalu sama dengan 100

Contoh Soal :

1. Pada suatu Outbreak yang melibatkan 26 kasus dari penyakit “X”, 7 diantaranya
adalah wanita dan 19 pria. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada kelompok
tersebut tidak diketahui. Berapakah distribusi proporsional dari kasus menurut jenis
kelamin?
Jawab :

JENIS KELAMIN JUMLAH KASUS PROPORSI


Pria 19 73,1
Wanita 7 26,9
Jumlah 26 100,0

19
% Pria = x 100% = 73,1%
26
7
% Wanita = x 100% = 26,9%
26
2. Dalam suatu KLB penyakit Leptospirosis, jumlah penderita laki-laki sebanyak 25
orang dan jumlah penderita perempuan sebanyak 10 orang. Berapa proporsi penderit
laki-laki?
Jawab :
25
Proporsi penderita laki-laki = x 100% = 71,43%
25+10

2.4 Definisi dan Perhitungan Insiden

10
Angka insiden (Incidence Rate) adalah pengukuran yang memungkinkan terjadinya
peristiwa atau kejadian penyakit tertentu. Incidence rate juga bisa diartikan dengan frekuensi
atau kasus baru yang ada di dalam masyarakat suatu daerah pada waktu tertentu (umumnya 1
tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terkena kejadian baru tersebut.
Ada beberapa unsur dalam Incidence Rate/IR antara lain:
1. Pembilang (X) yaitu jumlah kasus baru penyakit tertentu di suatu daerah dalam
periode waktu tertentu.
2. Penyebut (Y) yaitu populasi yang berisiko terkena penyakit pada wilayah dalam
periode waktu tertentu.
3. Konstanta (K), konstanta biasanya bernilai 10, 100, 1000, dan seterusnya.

Manfaat dari perhitungan incidence rate yaitu:


1. Untuk mengetahui gambaran masalah penyakit tertentu.
2. Untuk mengetahui risiko penyakit tertentu.
3. Untuk memprediksikan kecenderungan dan fluktuatif suatu penyakit.
4. Sebagai dasar dalam upaya preventif dan pengendalian penyakit.
5. Untuk mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.

Perhitungan Angka Insiden


Rumus yang digunakan dalam menghitung incidence rate yaitu:

Incidence Rate=
∑ Kejadianbaru pada waktu tertentu ×K
∑ Populasi yang berisiko pada waktu tertentu

Contoh Kasus:
1. Pada tahun 2016 di Provinsi X tercatat ada 150 kasus pneumonia pada balita.
2. Di Kota Y, Laporan Mingguan (W2) di Dinas Kotanya melaporkan ada sejumlah
kasus ISPA sebanyak 4 kasus periode minggu ke 3 Januari 2019, ini merupakan kasus
baru.
3. Di Kecamatan A, menurut laporan Survailans Penyakit Menular di puskesmasnya
pada periode bulan Maret 2017 tercatat kasus diare sebanyak 15 orang, ini dinamakan
incidence rate karena kasus baru.

11
2.5 Definisi dan Perhitungan Prevalensi
Prevalensi adalah jumlah kasus suatu penyakit dalam suatu populasi pada suatu
waktu, sebagai proporsi dari jumlah total orang dalam populasi itu. Dengan demikian, ukuran
ini dapat dianggap sebagai frekuensi penyakit dalam suatu populasi pada suatu waktu tertentu
dan itulah sebabnya kadang-kadang disebut sebagai titik prevalensi (Point Prevalence).
Prevalensi tidak berdimensi, namun periode waktu harus selalu ditentukan. Istilah tingkat
prevalensi (Prevalence Rate) sering digunakan sebagai pengganti prevalensi. Hal ini tidak
benar karena prevalensi menurut definisi adalah suatu proporsi, bukan suatu rata-rata.
Proporsi prevalensi biasanya digambarkan sebagai nilai 0 sampai 1 (seringnya persentase).
Prevalens period adalah variasi yang mewakili jumlah orang yang menjadi kasus pada
periode waktu yang ditentukan dibagi dengan jumlah total orang dalam populasi itu.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi. Faktor-faktor tersebut adalah:


a) Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi
meningkat.
b) Durasi penyakit.
c) Intervensi dan perlakua n yang mempunyai efek pada prevalensi.
d) Jumlah populasi yang sehat.

∑ Individu yang sakit


Prevalensi=
∑ Populasi yang berisiko

Contoh Kasus

 Survey nasional kebutaan dan gangguan penglihatan di Nigeria pada tahun 2005-2007
memeriksa 13.599 orang usia 40 tahun ke atas. Dari pemeriksaan, 569 kasus
dinyatakan mengalami kebutaan (tajam penglihatan < 20/400 atau < 3/60 pada mata
yang lebih baik). Prevalensi yang didapat adalah 569 kasus/ 13599 orang hasilnya
0,042 atau 4,2 %.
 20 ekor sapi di suatu peternakan yang terdiri dari total 200 ekor sapi menderita
kelumpuhan, maka prevalensi kelumpuhan di peternakan tersebut adalah = (20/200) x
100%= 10%
2 Jenis Ukuran Prevalensi

12
1. Poin prevalen = prevalen yaitu probabilitas seseorang untuk mengidap suatu penyakit pd
suatu waktu ttt (t)

Jumlah Kasus Baru+lama


prevalensi=
Jumlah populasi

Contoh :

Sebuah survei dilakukan untuk mengetahui prevalensi anemia pd remaja siswi SMP,
diperoleh 4356 dr 5445 siswi memiliki kadar Hb < 11 mg%. prevalensi anemia pd siswi tsb
adl 4356/5445 atau 80%

2. Period prevalen, probabilitas seseorang di dlm populasi akan menjadi kasus setiap waktu
selama periode ttt (t0-t1)

Prevalensi adalah angka kejadian penyakit yang diperoleh dari suatu survei, yang
memperlihatkan ukuran beban penyakit dalam suatu populasi. Informasi tersebut salah
satunya berguna bagi perencana dan administrator kesehatan masyarakat yang ingin
menentukan alokasi sumber daya perawatan kesehatan di komunitas tertentu, dan perlu
mengetahui layanan apa yang diperlukan untuk menanggapi kebutuhan dalam populasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem kesehatan pada seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh perubahan penyakit
beserta dinamika populasinya. Untuk mencapai hasil yang efektif, semua bagian sistemnya
harus dikembangkan dengan kapasitas sumber daya yang ada. Semua bagian tersebut harus
didasarkan pada bukti terkait pola penyakit, factor resiko mereka, dan efektivitas intervensi
alternatif. Analisis yang tepat sangat diperlukan untuk mendukung bukti yang ada agar
terciptanya pembangunan kesehatan global yang adil.

Kesehatan setiap populasi merupakan perhatian mendasar yang bersumber dari


kesehatan masyarakat global. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengejar
peningkatan populasi tersebut adalah melakukan pengukuran kesehatan dan penyakit.
Pengukuran tersebut digunakan untuk menetapkan besarnya masalah penyakit, menentukan
factor penyebab, mengetahui solusi potensial, serta menentukan dampak intervensi.

3.2 Saran

13
Kami sebagai penulis tentunya menyadari jika makalah di atas masih jauh dari
kesempurnaan baik dari tulisan ataupun bahasan kami. Oleh karena itu, kami selalu membuka
diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan
dalam pembuatan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Erastus Mosha and Ruíz, A. A. B. (2010) ‘Perhitungan dalam Epidemiologi Rasio, Proporsi
Dan Rate A. Rasio’, Theoretical and Applied Genetics, 7(2), pp. 1–7.
Haidah, N., Marlik. 2019. Modul Praktikum Survailans Epidemiologi. Cetakan Pertama.
Penerbit Hakli. Jawa Timur.

Hidayani, W. R. (2020). Epidemiologi. Deepublish.


Rambe, N. (2018) ‘UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA’, Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 1(3), pp. 82–91.
Sari, M. wulan (2018) ‘1 I. Pendahuluan’, http://tatiek.lecture.ub.ac.id/files/2009/09/quick-
review-1_-ekonomi-pertanian.pdf, Diakses pada tanggal 11 Desember 2018, 2030, pp. 1–10.

14

Anda mungkin juga menyukai