Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI

PENYAJI KELOMPOK 5 CLUSTER A

ANALISA CASE INCIDENT-1 WEEK 11

Disusun oleh :
- Intan Sukma Cahyani 041911233019
- Anandita Fadilah Nurafali 041911233020

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

TAHUN PERLAJARAN 2020/2021


ANALISIS KASUS

Komunikasi adalah aktivitas yang berfungsi untuk menyampaikan suatu informasi baik
berupa pesan, ide, atau gagasan yang diberikan dari satu pihak ke pihak lainnya. Budaya juga
menjadi salah satu hal yang mempengaruhi gaya komunikasi. Dalam budaya, laki laki dan
perempuan dapat disosialisasikan untuk memiliki startegi yang berbeda. Selain adanya
hambatan komunikasi budaya, ada juga hambatan komunikasi berbasis gender.

Boston Consulting Group mencoba mencari tahu mengapa karyawan perempuan


mereka kurang puas dengan karyawan laki-laki mereka. Jawaban yang ditemukan adalah
nampaknya gaya komunikasi yang berbeda. Banyak wanita merasa bahwa, untuk
menyesuaikan diri dengan budaya yang didominasi pria, mereka harus mengadopsi gaya
komunikasi yang lebih maskulin. Carol Kinsey Goman, penulis “The Nonverbal Advantage:
Body Language at Work” dan pendiri Kinsey Consulting, telah menemukan banyak cara gaya
komunikasi pria dan wanita cenderung bervariasi. Goman percaya bahwa ada keuntungan dan
kerugian komunikasi stereotip pria dan wanita. Gaya komunikasi wanita biasanya melibatkan
membaca bahasa tubuh dan menafsirkan isyarat nonverbal, keterampilan mendengarkan yang
baik, dan menunjukkan empati. Di sisi lain, gaya komunikasi wanita mungkin terlalu tidak
langsung dan patuh. Laki-laki didorong untuk menjadi berwibawa dengan mengambil tempat,
cepat dan ringkas, dan untuk menekankan kekuasaan. Namun gaya komunikasi stereotip laki-
laki juga memiliki banyak kelemahan. Terkadang, dengan menekankan keringkasan,
komunikasi maskulin mungkin tampak terlalu blak-blakan, tidak sensitif, dan terlalu percaya
diri. Lalu apakah satu gaya komunikasi lebih efektif? Tidak menurut Goman. Kuncinya adalah
menggunakan spektrum komunikasi penuh, dan tidak mengadopsi gaya yang sangat maskulin
atau feminin. Komunikasi pria lebih baik dalam situasi yang membutuhkan ketegasan,
sedangkan gaya wanita lebih efektif dalam lingkungan kolaboratif. Dengan menyesuaikan gaya
komunikasi dengan situasi, karyawan dapat menjadi lebih efektif. Dan dengan menemukan
media bahagia di antara kedua gaya tersebut, seorang karyawan, pria atau wanita, dapat tampil
asertif serta penuh kasih kepada audiens yang dituju.

Mengikuti saran ini, Boston Consulting Group meluncurkan program pelatihan untuk
mengajar manajemen atas tentang cara menggunakan kedua gaya komunikasi. Saat menjalani
program pelatihan, banyak mitra senior menyadari bahwa mereka telah mendorong staf
perempuan yang lebih muda untuk mengadopsi gaya komunikasi yang lebih laki-laki tanpa
menyadari keunggulan gaya komunikasi perempuan. Seorang konsultan senior ingat pernah
mengatakan kepada seorang karyawan wanita bahwa dia akan tampak lebih karismatik jika dia
"mengambil lebih banyak tempat". Dia juga menyadari bahwa, dengan mendominasi dalam
interaksi, dia mempersulit wanita untuk berbicara selama interaksi mereka.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Karyawan perempuan mereka kurang puas dengan karyawan laki-laki

Karyawan perempuan merasa kurang puas dengan karyawan laki-laki karena gaya
komunikasi yang berbeda. Banyak wanita merasa bahwa, untuk menyesuaikan diri
dengan budaya yang didominasi pria, mereka harus mengadopsi gaya komunikasi yang
lebih maskulin. Sehingga karyawan wanita akan menerapkan komunikasi maskulin
agar diterima dalam pergaulan atau cara kerja organisasi atau kelompok tersebut.

2. Keuntungan dan kerugian komunikasi stereotip pria dan wanita

Goman percaya bahwa ada keuntungan dan kerugian komunikasi stereotip pria dan
wanita. Gaya komunikasi wanita biasanya melibatkan membaca bahasa tubuh dan
menafsirkan isyarat nonverbal, keterampilan mendengarkan yang baik, dan
menunjukkan empati. Di sisi lain, gaya komunikasi wanita mungkin terlalu bundar dan
tunduk. Laki-laki didorong untuk menjadi berwibawa dengan mengambil ruang, cepat
dan ringkas, dan menekankan kekuasaan. Namun gaya komunikasi stereotip laki-laki
juga memiliki banyak kelemahan. Terkadang, dengan menekankan keringkasan,
komunikasi maskulin mungkin tampak terlalu blak-blakan, tidak sensitif, dan terlalu
percaya diri.

3. Bagaimana gaya komunikasi yang lebih efektif

Kuncinya adalah menggunakan spektrum komunikasi penuh dan tidak mengadopsi


gaya yang sangat maskulin atau feminin. Gaya komunikasi pria lebih baik dalam situasi
yang membutuhkan ketegasan, sedangkan gaya wanita lebih efektif dalam lingkungan
kolaboratif. Dengan menyesuaikan gaya komunikasi dengan situasi, karyawan dapat
menjadi lebih efektif. Dan dengan menemukan media bahagia di antara kedua gaya
tersebut, seorang karyawan, pria atau wanita, dapat tampil asertif serta penuh kasih
kepada audiens yang dituju.
Mengikuti saran ini, Boston Consulting Group meluncurkan program pelatihan untuk
mengajarkan manajemen atas bagaimana menggunakan kedua gaya komunikasi. Saat
menjalani program pelatihan, banyak mitra senior menyadari bahwa mereka telah
mendorong anggota staf perempuan yang lebih muda untuk mengadopsi gaya
komunikasi yang lebih laki-laki tanpa menyadari keunggulan gaya komunikasi
perempuan. Seorang konsultan senior ingat pernah mengatakan kepada seorang
karyawan wanita bahwa dia akan tampak lebih karismatik jika dia "mengambil lebih
banyak tempat". Dia juga menyadari bahwa, dengan mendominasi dalam interaksi, dia
mempersulit wanita untuk berbicara selama interaksi mereka.

JAWABAN KASUS

11-14. Apa beberapa situasi lain di mana memiliki gaya komunikasi stereotip laki-laki
mungkin menguntungkan? Bagaimana dengan situasi di mana memiliki gaya
komunikasi stereotip perempuan mungkin lebih menguntungkan?

Seperti yang sudah dijelaskan pada case, Gaya komunikasi wanita biasanya melibatkan
membaca bahasa tubuh dan menafsirkan isyarat nonverbal, keterampilan mendengarkan yang
baik, dan menunjukkan empati. Perempuan diketahui memiliki kemampuan komunikasi yang
lebih ekspresif dibandingkan laki laki. Selain itu, perempuan dapat dengan mudah mencairkan
suasana dan membangun relasi relasi sosial. Di sisi lain, gaya komunikasi wanita mungkin
tidak to the point dan patuh. Sedangkan laki laki didorong untuk menjadi berwibawa dengan
mengambil ruang, cepat dan ringkas, dan menekankan kekuasaan. Laki laki dikenal dengan
gaya komunikasinya yang to the point. Jika laki laki akan mengatakan “sepertinya ada
kesalahan pada laporanmu”. Seorang wanita akan berkata “dapatkah kamu melihat ulang
laporan yang telah kamu buat?’ yang maksud dari perkataan tersebut adalah adanya kesalahan
dalam laporan tersebut. Tetapi, gaya komunikasi stereotip laki-laki juga memiliki banyak
kelemahan. Terkadang, dengan menekankan keringkasan, komunikasi maskulin mungkin
tampak terlalu blak-blakan, tidak sensitif, dan terlalu percaya diri.

Gaya komunikasi stereotip laki laki akan menguntungkan pada situasi dimana seorang
pemimpin harus mengambil keputusan dengan cepat. Misalnya, pada sebuah perusahaan
pemimpin dihadapkan pada suatu masalah yang mengharuskan pemimpin untuk mengambil
keputusan dengan cepat. Hal ini akan menguntungkan, karena gaya komunikasi stereotip laki
laki dikenal cepat dan ringkas.
Perempuan dikatakan memiliki kemampuan negoisasi yang baik. "Ketika perempuan
tahu tentang tentang tawar menawar dalam negosiasi, ketika mereka memiliki pengalaman
bernegosiasi, maka mereka lebih baik melakukannya ketimbang laki laki," kata Munster,
dilansir dari Science Daily. Hal tersebut dikarenakan perempuan dikatakan lebih mampu
mengontrol arah pembicaraan, lebih serius, dan menghindari pembicaraan diluar konteks yang
didiskusikan. Keterampilan mendengarkan yang baik, dan kepekaan yang lebih tinggi dari laki
laki membuat mereka handal dalam bidang negosiasi. Namun, laki laki juga dapat melakukan
negosiasi dengan baik. Hanya saja gaya komunikasi yang berbeda. Laki laki cenderung lebih
santai ketika melakukan negosiasi dan melibatkan banyak humor.

11-15. Bagaimana gaya komunikasi pria dan wanita bisa berbeda lintas budaya?

Pria dikatakan memiliki gaya komunikasi budaya maskulin, sedangkan perempuan


memiliki gaya komunikasi budaya feminim. Perempuan yang berasal dari budaya feminim
harus mengubah perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima pria. Karena
dominasi politik yang menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran perempuan. Perempuan
dituntut untuk menggunakan bhasa formal dalam dunia kerja, dan menggunakan Bahasa
feminim pada lingkungan pribadinya. Hal tersebut dikarenakan bahsa feminim dianggap tidak
tegas. Perempuan atau kaum feminim cenderung menceritakan suatu hal dengan berbelit atau
tidak langsung pada intinya. Sedangkan pria atau kaum maskulin hanya mengatakan apa yang
mereka ingin katakan.

Ketika ingin meminta pertolongan laki laki akan mengatakannya dengan langsung.
Sedangkan wanita akan selalu mengawalinya dengan basa basi seperto “Apakah hari ini kamu
ada waktu luang?”atau menggunakan kalimat tidak langsung. Para perempuan kerap
menggunakan banyak pertanyaan dalam setiap percakapan. Hal tersebut dikarenakan
perempuan berusaha lebih keras dalam menjaga hubungan dalam setiap percakapannya. Kaum
feminis lebih menonjolkan dalam hal membangun hubungan dan menunjukkan responsive,
sedangkan kaum maskulin lebih menonjolkan dalam penyelesaian tugas dan mendapat
kekuasaan. Secara spesifik perempuan lebih berhasrat terhadap koneksi, sedangkan laki laki
lebih berhasrat terhadap status atau kekuasaan. Perbedaan lain juga dapat dilihat pada konteks
nonverbal yaitu wanita cenderung menjaga pandangan, sering manggut dan bergumam sebagai
penanda bahwa ia mendengarkan. Sedangkan pria, berusaha mengaburkan kesan itu sebagai
upaya menjaga statusnya.
11-16. Apakah Anda merasa gaya komunikasi Anda sesuai dengan jenis kelamin Anda?
Mengapa atau mengapa tidak?

Gaya komunikasi perempuan dan laki laki memang memiliki karakteristik yang
berbeda. Namun, hal tersebut tidak membuat semua orang memiliki gaya komunikasi yang
sesuai dengan jenis kelamin. John Gray mengungkapkan, “Pria dan wanita memang seharusnya
berbeda”. Aspek terpenting dari perbedaan cara kita berkomunikasi adalah terletak pada “rasa
kesadaran pada diri sendiri”. Bagi pria, rasa kesadaran diri diartikan: “Lewat kemampuannya
dalam menerima hasil”. Bagi wanita diartikan: “Lewat perasaan dan kualitas hubungannya”.
Ketika laki laki menghadapi suatu permasalaahan laki laki akan memilih untuk menyendiri dan
mencoba untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan, wanita akan mencari teman untuk
diajak berbicara atau diskusi.

Gaya komunikasi laki laki juga dikatakan lebih to the point dibandingkan dengan gaya
komunikasi perempuan. Hal tersebut dikarenakan laki laki memiliki gaya komunikasi yang
cepat dan ringkas, dan untuk menekankan kekuasaan. Sedangkan gaya komunikasi perempuan
dapat dibilang tidak to the point karena perempuan memiliki empati yang tinggi. Gaya
komunikasi perempuan biasanya melibatkan membaca bahasa tubuh dan menafsirkan isyarat
nonverbal, keterampilan mendengarkan yang baik, dan menunjukkan empati. Perempuan dapat
mendengarkan dan melakukan pembicaraan dengan beragam topik dalam waktu yang
bersamaan.

Laki laki dan perempuan tidak selalu memiliki gaya komunikasi yang sesuai dengan
jenis kelaminnya. Gaya komunikasi seseorang dapat berbeda beda tergantung dengan karakter
individu itu sendiri. Ketika gaya komunikasi pria dikatakan cenderung lebih to the point, bukan
berarti hanya laki laki saja yang suka berbicara to the point, ada juga beberapa perempuan yang
suka untuk berbicara to the point. Begitu juga sebaliknya, tidak semua laki laki berbicara secara
to the point. Gaya komunikasi perempuan cenderung melibatkan membaca bahasa tubuh dan
menafsirkan isyarat nonverbal, keterampilan mendengarkan yang baik, dan menunjukkan
empati. Namun, gaya komunikasi seperti itu juga dapat kita temukan pada beberapa laki laki.
Oleh karena itu, tidak semua orang memiliki gaya komunikasi yang sama dengan jenis
kelaminnya.
Menurut kami gaya komunikasi yang kami gunakan cenderung campuran dari
keduanya. Ketika saya berada dalam sebuah forum musyawarah atau forum group dicussion
saya akan cenderung memiliki gaya komunikasi yang feminin karena empati dengan pendapat
dari anggota lainnya. Sedangkan ketika dalam pembelajaran di kelas atau dalam organisasi
yang membutuhkan keputusan cepat dan tepat gaya komunikasi saya menjadi maskulin karena
membutuhkan ketegasan dan keputusan yang cepat dari diri saya ketika menjadi seorang
penanggug jawab program kerja atau ketika menjadi komting dalam kelas.

WORD : 1630

Anda mungkin juga menyukai