Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ARITMIA JANTUNG”

Guru Pembimbing :

Apt. Erfin Midhiawati S.P, S.Farm

Disusun oleh :
Roni Andayani (26)
Ryevani Agya Widiansari (27)
Salsa Rindyani (28)

XI FARMASI
SMK NEGERI DANDER
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“ARITMIA JANTUNG”

Terima kasih kami ucapkan untuk ibu Erfin Midhiawati yang telah membantu
kami dalam moral maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan untuk teman
teman kami yang telah mendukung kami sehingga bisa menyelesaikan makalah
ini.

Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi mata pelajaran


farmakogologi, kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya untuk penyakit ini..

kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik
dari segi Bahasa, penyusunan dan penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.

Bojonegoro, 30 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB 1................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................4

1.2 Tujuan...............................................................................................................7

1.3 Manfaat.............................................................................................................7

BAB 2................................................................................................................................8

PEMBAHASAN...............................................................................................................8

2.1 Penyebab Aritmia (Gangguan irama jantung)....................................................8

2.2 Pengobatan Aritmia...............................................................................................9

2.2.1 Dengan Obat obatan.........................................................................................9

2.2.2 dengan Kardioversi.........................................................................................11

2.2.3 Dengan Ablasi radio frekuensi......................................................................11

2.2.4 Alat pacu jantung...........................................................................................12

2.2.5 Implantable cardioverter-defibrillator (ICD).................................................13

2.2.6 Maze Prosedure..............................................................................................13

2.3 Pencegahan Penyakit Aritmia.............................................................................14

BAB III...........................................................................................................................15

PENUTUP.......................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................15

3.2 Daftar Pustaka......................................................................................................15


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aritmia adalah penyakit sistem listrik jantung. Sistem listrik jantung terdiri
atas generator sistem alami yaitu nodus sinoatrial (SA) dan jaringan konduksi
listrik dari atrium ke ventrikel. Gangguan pada pembentukan atau penjalaran
impuls listrik menimbulkan gangguan irama jantung yang disebut dengan aritmia.
Secara garis besar aritmia terdiri atas dua kelompok yaitu bradiaritmia yang
dicirikan dengan laju jantung yang terlalu lambat (kurang dari 60 kali per menit)
dan takiaritmia yang dicirikan dengan laju jantung yang terlalu cepat (lebih dari
100 kali per menit) (1). Aritmia seringkali tidak disadari oleh penderitanya
dikarenakan aritmia terkadang tidak memiliki gejala apapun dan baru diketahui
setelah adanya pemerikasaan pada jantung. Namun pada beberapa kasus muncul
berbagai kondisi seperti jantung berdebar, sesak nafas, pusing, mudah lelah
bahkan dapat menyebabkan pingsan mendadak. Umumnya aritmia tidaklah
berbahaya, namun beberapa kasus dapat menyebabkan berbahaya apabila terjadi
komplikasi seperti gagal jantung, stroke, bahkan kematian. Aritmia dapat timbul
karena beberapa faktor antara lain pola hidup yang kurang sehat seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol, stress, mengkonsumsi obat–obatan terlarang, umur,
diabetes, genetik, dan sebagainya (2). Menurut World Health Organization
(WHO) memperkirakan bahwa penyakit kardiovaskular akan menjadi kasus
kematian terbesar di seluruh dunia pada tahun 2020 (3). Atrial Fibrilasi (AF)
merupakan jenis aritmia berkelanjutan yang sering terjadi dan didiagnosa dengan
temuan EKG interval RR tidak teratur dan gelombang f. Ini mempengaruhi lebih
dari 2,3 juta orang di Amerika Serikat dan semakin meningkat seiring
bertambahnya usia masyarakat. Prevalensi AF lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita untuk setiap kelompok umur. Prevalensi AF diperkirakan di
Korea Selatan yaitu 1,2% pada pria dan 0,4% pada wanita, di Cina yaitu 0,91%
pada pria dan 0,65% pada wanita, di Taiwan berkisar1,4% pada pria dan 0,7% pada
wanita, dan di Jepang 1,35% pada pria dan 0,43% pada wanita. Prevalensi AF lebih
rendah terjadi pada orang Asia daripada orang Barat, dan diperkirakan sekitar 0,7-
1,1% pada orang Asia yang lebih tua dari 40 tahun. Di AS yag mengalami AF
dalam setahun 6,2 dari 1000 orang untuk pria dan 3,8 dari 1000 orang untuk
wanita (dengan usia 55-65 tahun), di Cina 1,68 dari 1000 orang untuk pria dan
0,76 dari 1000 orang untuk wanita (usia rata-rata 52,5 tahun), dan di Jepang 4,1
dari 1000 orang untuk pria dan 1,3 dari 1000 orang untuk wanita (usia rata-rata
67,5 tahun), Jumlah orang yang menderita AF di Jepang diperkirakan akan terus
meningkat dengan penuaan masyarakat dari 0,83 juta pada 2010 menjadi 1,05 juta
pada 2030, (4). Pada Penelitian yang dilakukan oleh Laurentia Mihardja pada
tahun 2007, Prevalensi penyakit jantung yang terjadi di Indonesia pada populasi
usia 15 tahun keatas adalah 9,2%, dimana 5,2% diantaranya mengalami gejala
aritmia (5). Menurut Data Framingham (2002) dapat diperkirakan bahwa,
populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39% atau 28 juta orang di Indonesia
pada tahun 2020. Makin bertambah usia, presentase kejadian akan meningkat
yaitu 70% pada usia 65–85 tahun dan 84% di atas 85 tahun (6). Obat–obat yang
biasa digunakan untuk pasien yang di diagnosa penyakit aritmia dapat dibagi
menjadi 5 golongan obat yaitu yang pertama obat kelas 1 yang dapat lagi dibagi
menjadi 3 bagian yaitu kelas 1A yang terdiri dari obat disopiramid, kuinidin, dan
prokainamid. Contoh obat kelas 1B adalah lidokain, fenitoin, meksiletin, dan
tokainid, dan contoh obat kelas 1C adalah propafenon, flekainid, dan enkainid.
Golongan selanjutnya Obat kelas 2 yaitu penyekat beta misalnya propanolol,
asebutolol, dan esmolol. Selanjutnya obat kelas 3, Contoh obatnya adalah
amiodaron, bretilium, sotalol (termasuk kedalam golongan penyekat beta).
Berikutnya adalah obat kelas 4, yaitu obat verapamil dan diltiazem (7). Terakhir
obat kelas 5 yaitu adenosin dan digoksin (8). Selain memberikan efek terapi yang
diinginkan, obat–obat tersebut juga memiliki efek samping yang merugikan. Obat
disopiramid memiliki efek samping yaitu menyebabkan hipotensi (terutama bila
digunakan secara intravena) serta memperberat gagal jantung. Selain itu obat ini
juga memiliki efek samping berupa mual, muntah serta antikolinergik yang bisa
membatasi penggunaannya pada pria (retensi urin). Obat kuinidin juga memiliki
efek samping terhadap jantung yang berpotensi menjadi bahaya sehingga
penggunaan obat kuinidin terbatas, efek samping yang lain dapat berupa mual,
muntah, dan diare (9). Efek samping dari obat prokainamid adalah lupus, diare,
mual, muntah, aritmia ventrikel, agranulositosis (10). Efek samping dari fenitoin
adalah koordinasi menurun, kesulitan berbicara, sulit tidur, hipotensi, gagal
jantung kongestif (11). Obat meksiletin memiliki efek samping berupa pusing,
sedasi, gelisah, kebingungan, tremor, ateksia, penglihatan kabur, mual, muntah,
anoreksia, aritmia ventrikel (10). Obat kelas 2 memiliki efek samping obat berupa
nyeri dada, hipotensi, sakit kepala, kelelahan, lemah, pusing, CHF, bradikardia,
vertigo, ruam, hiperglikemia (12). Salah satu obat kelas 3 yaitu amiodaron yang
memiliki efek samping yaitu hipotiroid, hipertiroid, sakit kepala, hipotensi, rasa
lemas, pusing, gangguan tidur, konstipasi, fibrosis, hepatitis, sirosis, hepatitis,
alveolitis paru yang difus (13). Obat verapamil memiliki efek samping berupa
konstipasi, lelah, sakit kepala, mual serta pergelangan kaki bengkak. Penggunaan
obat verapamil seabaiknya dihindari pada penderita tekanan darah rendah
(hipotensi), gangguan hati, gagal jantung, dan gangguan darah porfiria. Efek
samping dari obat antiarimia lainnya yaitu digoksin adalah mual, pusing, ruam
kulit, pandangan buram, dan diare (9). Efek samping dari obat anti aritmia
sebagian besar yang terjadi yaitu nyeri dada 20 (20,22%), kehilangan nafsu makan
12 (13,33%), pingsan 12 (13,33%), reaksi alergi 10 (11,11%), pusing 10
(11,11%), peningkatan denyut jantung 9 (10%), penurunan denyut jantung 8
(8,88%), diare/sembelit 6 (6,66%), sesak nafas 5 (5,55%), penglihatan kabur 5
(5,55%), batuk 4 (4,44%), pembengkakan kaki 2 (2,22%) orang yang diamati(12).
Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring efek samping obat yang merugikan
terhadap pasien. WHO juga menyetujui pentingnya dilakukan pemantauan dan
dilakukan pengumpulan data efek samping obat yang pernah dilaporkan dari
seluruh dunia. Dengan pemantauan keamanan obat yang dilakukan sebenarnya
Efek Samping Obat (ESO) dapat dicegah. Badan POM

sendiri telah mengeluarkan panduan pemutakhiran terhadap pentingnya keamanan


obat dan pemantauan efek merugikan yang terjadi pada pemberian obat di rumah
sakit. Hingga saat ini pelaporan terhadap efek samping obat masih bersifat
sukarela yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam penanganan patient safety
(14).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam penyebab aritmia
2. Untuk mengetahui cara pengobatan aritmia dari berbagai cara
3. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit aritmia

1.3 Manfaat
1. Mengetahui lebih dalam penyebab aritmia
2. Mengetahui cara pengobatan aritmia
3. Mengetahui cara pencegahan penyakit aritmia
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Aritmia (Gangguan irama jantung)
Gejala-gejala aritmia jantung sangat bervariasi seperti berdebar-debar
(palpitasi), nyeri dada saat beraktivitas, sesak nafas, mudah lelah, sinkop bahkan
sampai gejala tromboemboli. Aritmia jantung yang bersifat sekunder seperti PJK
juga dapat mencetuskan gejala iskemik. Selain itu, kontraksi yang lemah pada
atrial fibrilasi akan menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan terjadinya
gagal jantung kongestif pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Hal ini akan
berakibat fatal dan mengancam jiwa apabila tidak dilakukan diagnosis sedini
mungkin

Selain disebab kan oleh pola hidup yang tidak sehat penyakit ini disebabkan
oleh banyak hal lain yang mengganggu system kerja jantung contohnya Fibrilasi
ventrikel (FV) yang merupakan salah satu bentuk dari aritmia yang cukup sering
ditemukan. FV ditandai dengan kondisi jantung cepat dan aktivitas listrik yang
tidak teratur. FV dapat ditimbulkan akibat beberapa kondisi meliputi penyakit
penyakit ginjal kronis, hipertensi, kardiomiopati, kelainan aorta, kelainan katup
jantung, dan gangguan pasca operasi. Kondisi pasien STEMI dan stroke juga
dapat menyebabkan munculnya aritmia ventikular.,.

Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan
dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita
hipertensi. Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan. Alkohol
dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut
maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi alkohol
yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung
alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga
dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan defisiensi tiamin. Obat – obatan juga
dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi seperti doxorubicin dan obat
antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal jantung akibat efek
toksik langsung terhadap otot jantung antivirus seperti zidofudin juga dapat
menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.

2.2 Pengobatan Aritmia


Aritmia dapat disembuhkan dengan berbagai macam cara bisa dengan obat
obatan, prosedur medis dengan kardioversi, metode ablasi dll.

2.2.1 Dengan Obat obatan


Obat obat yang mampu menyembuhkan atau mengurangi gejala aritmia

a) Antiaritmia
Antiaritmia bekerja dengan cara memengaruhi impuls listrik di jantung
yang mengatur ritme atau irama jantung. Berdasarkan cara kerjanya,
antiaritmia dapat dibagi menjadi lima golongan. Beberapa jenis obat
yang termasuk ke dalam golongan antiaritmia, yaitu digoxin,
propranolol, diltiazem, dan verapamil. Obat ini hanya boleh digunakan
sesuai resep dokter. Namun obat ini memiliki efek samping yang
tergantung golongan obatnya yaitu :
- Rasa Lelah yang tidak biasa
- Nafas pendek
- Mual
- Muncul rasa besi atau pahit dimulut setelah mengkonsumsi
- Diare atau konstipasi
- Hilang nafsu makan
- Lebih sensitive terhadap matahari

Selain itu, penggunaan obat antiaritmia juga bisa meningkatkan risiko


terjadinya gangguan fungsi hati, ginjal, kelenjar tiroid, atau paru-paru.
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan
antiaritmia :

1. Golongan I
- Quinidine, Lidocaine, Propafenone
2. Golongan II
-Acebutolol, Propanolol, Esmolol, Atenolol
3. Golongan III
-Amiodarone, Sotalol, Dofetilide
4. Golongan IV
-Veramil, Ditliazem,
5. Golongan V
-Digoxin, Adenosin.
b) Antagonis kalsium
Pengeblok kanal kalsium, juga disebut calcium channel blockers
(CCB), adalah golongan obat yang menghambat pergerakan kalsium
(Ca2+) melalui kanal kalsium. Pengeblok kanal kalsium digunakan
sebagai obat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien yang
mengalami hipertensi.
Minum obat sebagai langkah pengobatan aritmia memang jadi cara
ampuh untuk mengendalikan gejala. Akan tetapi, boleh atau tidaknya
Anda menggunakan pengobatan aritmia tersebut harus perlu izin dari
dokter. Pasalnya, tidak semua obat aman digunakan pada orang dengan
masalah kesehatan tertentu
Di samping itu, beberapa orang juga memberikan reaksi terhadap obat
yang berbeda-beda. Itulah sebabnya, ada beberapa orang yang tidak
cocok minum obat aritmia tertentu karena tubuhnya memberikan reaksi
yang tidak biasa. Aturan dosis dan waktu minum obat juga harus sesuai
dengan saran dokter.
2.2.2 dengan Kardioversi
Kardioversi atau dikenal juga dengan defibrilasi adalah prosedur medis
yang perlu dilakukan ketika pasien aritmia mengalami serangan jantung
mendadak. Perlu juga dilakukan pasien atrial fibrilasi berisiko tinggi
mengalami stroke atau gagal jantung.

Kardioversi biasanya dilakukan oleh dokter ahli bedah jantung, yang


memakan waktu beberapa menit. Persiapannya diawali dengan pemberian
anestesi pada pembuluh darah untuk membuat Anda hilang kesadaran.
Kemudian, alat elektroda akan dipasang di dada atau punggung Anda.

Pada alat tersebut terdapat mesin kardioversi yang akan merekam aktivitas
listrik jantung dan mengirimkan kejutan ke jantung. Setelah siap, satu atau
lebih kejutan akan dikirimkan untuk mengembalikan ritme jantung
normal.

Setelah prosedur dilakukan, Anda harus beristirahat selama beberapa jam


di rumah sakit. Dokter dan petugas medis akan mengawasi irama jantung
dan tekanan darah untuk menghindari komplikasi. Setelah diperbolehkan
pulang, Anda akan diresepkan obat aritmia.

Meskipun jarang, kardioversi dapat menimbulkan efek samping,


contohnya ruam kemerahan di kulit, pecahnya gumpalan darah yang
akhirnya menyebabkan stroke. Selain obat antiaritmia, Anda juga akan
diberikan obat antikoagulan atau antiplatelet.

2.2.3 Dengan Ablasi radio frekuensi


Ablasi radio frekuensi adalah prosedur penanganan aritmia dengan
menggunakan sinyal radio frekuensi yang dikirim dengan membuat luka
sayatan. Proses pembentukan luka sayat biasanya menggunakan energi
cahaya laser atau energi dingin (cryoablation).
Prosedur ini dilakukan khusus untuk mengobati jenis aritmia tertentu,
contohnya fibrilasi ventrikel dan atrial fibrilasi.

Semua jenis ablasi membutuhkan kataterisasi jantung untuk menempatkan


tabung fleksibel ke dalam jantung. Namun sebelum dilakukan, Anda akan
lebih dulu diberi anestesi agar lebih rileks dan tidak merasakan sakit.
Lubang untuk memasukkan kateter dibuat di sekitar area lengan, pangkal
paha, paha bagian atas, atau leher.

Metode pencitraan fluoroskopi juga dibutuhkan untuk membantu dokter


bedah melihat posisi kateter menuju jantung. Beberapa kateter kadang
dilengkapi elektroda kawat untuk merekam dan menemukan sumber detak
jantung abnormal.

Setelah kateter berhasil masuk ke tempat yang dituju, gelombang energi


akan dikirimkan untuk menciptakan bekas luka (garis ablasi). Bekas luka
inilah yang akan menjadi penghalang impuls listrik dari jaringan yang
rusak agar aritmia tidak kembali terjadi.

Setelah itu, dokter akan menarik kateter dan menutup luka Anda. Biasanya
akan diminta untuk bermalam di rumah sakit untuk pemantauan
pengobatan lebih dalam. Anda juga dilarang banyak bergerak, untuk
mencegah terjadi perdarahan di bekas luka. Oleh karena itu, dokter akan
memberikan obat aritmia dan obat lain untuk mendukung pemulihan
tubuh.

Sama seperti kardioversi, prosedur ablasi jantung juga bisa menimbulkan


efek samping, seperti infeksi, perdarahan, kerusakan pembuluh darah, dan
pembekuan darah.

2.2.4 Alat pacu jantung


Selain prosedur bedah, perawatan aritmia juga bisa dengan menggunakan
alat pacu jantung. Alat ini ditempatkan pada dada atau perut untuk
membantu mengendalikan irama jantung yang tidak normal dengan cara
mengirimkan impuls listrik ke jantung.
Penggunaan alat pacu jantung dapat mencegah kelelahan dan pingsan
sehingga membantu pasien aritmia jadi lebih aktif. Penggunaan alat bantu
jantung ini bisa bersifat sementara atau permanen, bergantung dengan
kondisi kesehatan pasien.

2.2.5 Implantable cardioverter-defibrillator (ICD)


Selain alat pacu jantung, tersedia juga alat Implantable cardioverter-
defibrillator (ICD). Alat ini direkomendasikan untuk pasien yang
mengalami detak jantung sangat cepat, seperti ventricular taehyeardia.
Begitu juga dengan orang yang berisiko mengalami serangan jantung
mendadak, penggunaan alat sangat direkomendasikan.

ICD adalah alat bertenaga baterai yang ditanamkan di bawah kulit dekat
tulang selangka, mirip dengan alat pacu jantung. Satu atau lebih kabelnya
yang berujung elektroda dialirkan melalui vena ke jantung. Tujuannya,
untuk memonitori irama jantung Anda.

Meskipun Anda menggunakan alat ini, obat aritmia dan obat lain tetap
perlu diminum untuk menjaga fungsi jantung tetap stabil.

2.2.6 Maze Prosedure


Seorang ahli bedah akan membuat sayatan di jaringan jantung bagian atas
untuk membuat jaringan parut berbentuk labirin. Itulah sebabnya, prosedur
ini dinamai Maze procedure.

Tujuan dari perawatan ini adalah membuat jaringan sebagai penghalang


agar impuls listrik tidak lagi menyebabkan aritmia. Biasanya ini dilakukan
ketika prosedur medis yang sebelumnya tidak mengatasi aritmia secara
efektif.
2.3 Pencegahan Penyakit Aritmia
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aritmia, antara
lain:

 Menghindari dan mengurangi stres.

 Mengonsumsi makanan sehat.

 Menjaga berat badan ideal.

 Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dari dokter,


terutama obat batuk dan pilek yang mengandung zat stimulan pemicu
jantung berdetak cepat.

 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.

 Tidak merokok.

 Berolahraga secara teratu


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aritmia adalah gangguan kesehatan yang terjadi pada irama jantung. Penyakit ini
menyebabkan detak jantung pengidapnya terasa tidak teratur yang bisa lebih cepat
atau lebih lambat.  Kondisi ini bisa terjadi karena impuls elektrik yang berfungsi
mengatur detak jantung agar tetap normal, tidak bekerja dengan baik atau
mengalami gangguan. 

Gangguan pada organ jantung ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Aritmia
yang tidak mendapatkan penanganan segera bisa memicu komplikasi serius,
hingga memicu gagal jantung. Kondisi ini bisa dikenali melalui beberapa gejala,
terutama gangguan pada irama jantung

3.2 Daftar Pustaka


(dr. Rizal Fadli, 2021) (Puji, 2021)

Anda mungkin juga menyukai