Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASAM URAT

OLEH :

KELOMPOK 5

1. TERAJANA PANGGABEAN
2. ARNI SIMAMORA
3. DESI HUTAURUK
4. ANGELI SIMANJUNTAK
5. ANISA SINAGA
6. DEZNA NABABAN
7. DHARMA HUTABARAT
8. DODY SITINJAK
9. DONI HUTAGALUNG
10. ELISABET HUTABART

AKADEMI KEPERATAWAN PEMERINTAH

KABUPATEN TAPANULI UTARA

T.A:2023/2024

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga
kami dapat menyelesikan makalah ini yang berjudul “ASAM URAT”. Dalam
menyusun makalah ini penulis tahu bahwa masih banyak kekurangan yang
disebabkan oleh kurangnya data yang dimiliki penulis, oleh sebab itu penulis
menerima saran atau kritik guna menyempurnakan makalah tersebut.

Dengan makalah yang disusun ini penulis berharap makalah tersebut dapat
bermanfaat untuk semua yang menggunakan makalah tersebut untuk berbagai hal.

Tarutung 12 september 2023

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI.......................................................................................………………..

KATA PENGANTAR.....................................................................……………………...

BAB I : PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG......................................................................………….
1.2.TUJUAN……………………………………………… …..…... …………….
BAB II : PEMBAHASAN

2.1.TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1.1. Pengertian Asam Urat......................................................………….

2.1.2.Nilai Normal Kadar Asam Urat Darah.............................………….


2.1.3. Struktur Asam Urat..........................................................………….
2.1.4.Tanda Dan Gejala..............................................................………….
2.1.5.Factor Yang Berhubungan Asam Urat.............................…………..
2.1.6.Komplikasi Asam Urat......................................................……….....
2.1.7. Pembentuk Asam Urat.....................................................…………..
2.1.8.Patofisiologi Asam Urat...................................................…………..
2.1.9.Phatway…………………………………………………………….
2.1.10.penatalaksanaan …………………………………………………..
2.2.TINJAUAN KEPERAWATAN
2.2.1.Pengkajian……………………………………………………………
2.2.2.diangnosa keperawatan………………………………………………
2.2.3.Intervensi keperawatan………………………………………………
2.2.4.implementasi keperawatan……………………………………………
2.2.5.Evaluasi keperawatan…………………………………………………

BAB III : PENUTUP ( kesimpulan dan saran)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Asam urat adalah sebuah yang digolongkan penyakit tidak menular


namun asam urat sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dan menjadi penyakit
tertua yang melekat pada manusia. Dulu penyakit ini dikenal dengan “penyakit
para raja” karena penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan memakan
makanan dan minuman yang enak-enak. Kini asam urat bisa menimpa siapa saja
yaitu para penggemar makanan enak (Muhammad Nasir 2017).
Menurut (Riskesdas 2018) asam urat adalah gangguan nyeri pada
persendian yang serta kekakuan, merah, dan pembengkakan yang bukan
disebabkan karena benturan/kecelakaan. Penyakit sendi yang dimaksud
termasuk asam urat yang tinggi.
Asam urat adalah hasil akhir metabolisme purin yang berasal dari
metabolisme dalam tubuh endogen (genetik), dan berasal dari luar tubuh eksogen
(sumber makanan). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai
hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara
kelangsungan hidup (Arnida, Fredy Akbar, Idawanti Ambohamsa 2020).

Penyakit asam urat atau disebut dengan gout arthritis terjadi terutama
pada laki-laki, mulai usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun.
Sedangkan pada perempuan, presentase asam urat mulai didapati setelah
memasuki masa menopause. (Arnida, Fredy Akbar, Idawanti Ambohamsa 2020).
Menurut data yang diperoleh dari WHO menyatakan penderita radang
sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang berobat ke
dokter sedangkan, 71 % cendrung langsung mengonsumsi obat-obatan pereda
nyeri yang di jual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara
paling tingginya penderita asam urat jika dibandingkan dengan negara Asia
lainnya, seperti Hongkong, Singapura, Malaisya dan Taiwan.
Prevalensi asam urat berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di
Bali (19,3%) di ikuti oleh Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua
(15,4%)3. Dari jumlah penderita asam urat cenderung meningkat setiap tahun.
Prevalensi nasional Penyakit Sendi dengan nilai 30,3%. Ada 11 provinsi
mempunyai prevalensi Penyakit Sendi di atas persentase nasional yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan, serta Bali.

Pada catatan Kesehatan Provinsi Bali (2013) penempatkan penyakit


artristis pada posisi ketiga sebagai 10 besar penyakit di Puskesmas Provinsi Bali
tahun 2013, dengan jumlah kasus sebanyak 115.157. Hasil penelitian yang
dilakukan di Kecamatan Tamalanrea menunjukkan nilai 55,6%, pada lansia di
Kecamatan Tamalanrea, mempunyai asupan purin tinggi. 66,7% lansia di
Kecamatan Tamalanrea memiliki kadar asam urat yang tidak normal, 52,5%
lansia di Desa Samsam Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan Meditory
(Ida Ayu Made Sri Arjani, Nyoman Mastra, I Wayan Merta 2018).
Prevelensi penyakit sendi berdasarkan Diagnosisi Dokter pada penduduk
umur >15 tahun menurut Kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Timur, Riskesdas
2018 di Kalimantan timur ada 11.919 kasus dan di Samrinda terdapat ada 2.876
kasus penyakit sendi.

Menurut (Riskedas tahun 2018) umur 65-74 tahun dengan nilai 18,6%
pada penyakit asam urat, dengan jenis kelamin perempuan 8,5% pada daerah
pedesaan dengan nilai 7,8%.angka ini menurun, tetapi dampak yang ditimbulkan
meningkat seperti kasus diabetes mellitus pada tahun 2013 tercatat nilai 2,8%
dan pada tahun 2018 tercatat 3,1%. Pada tahun 2013-2018 pada Provinsi
Kalimantan Timur, ada pada urutan ke 10 pada penyakit asam urat dengan
nilai 7,4%. Yang terkena penyakit asam urat tertinggi menurut pendidikan yaitu
pada tidak/belum sekolah 13,7%, dengan profesi yang terrkena asam urat
tertinggi yaitu petani/buruh dengan nilai 9,90%.
Orang dengan asam urat tidak menyadari konsep lambat, akumulasi
bertahap dari kristal urat dan dampak negatifnya pada kesehatan sendi, adalah
terlalu fokus hanya pada serangan akut, dan kurang pengetahuan tentang
berpotensi sedepannya (Abhishek Abhishek and Michael Doherty 2017).
Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara
produksi dan ekskresi. Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat
menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah atau hiperurisemia.
Penderita akan cenderung mengalami pirai (gout). (Inri N. R. I. Mantiri Glady I.
Rambert Mayer F. Wowor 2017).
Asam urat adalah penyakit jenis radang sendi pada orang dewasa asam
urat adalah terkait dengan rasa sakit yang meningkat, kecacatan dan dampak
negatif pada kualitas hidup Itu Prevalensi gout bertambah seiring bertambahnya
usia. (Intithar Mohammed M. Alshammari and Md. Ali Mujtaba 2017).

Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan
jenis kelamin. Asam urat tergolong normal jika pria dibawah 7 mg/dl dan wanita
dibawah 6 mg/dl. Yang biasa sering terserang asam urat adalah seseorang yang
sudah lanjut usia. Seseorang jika usianya lebih dari 60 tahun maka bias
dikatakan lansia. Penyebab penyakit pada lansia berasal dari dalam tubuh
(endogen), sedangkan pada dewasa berasal dari luar tubuh (eksogeen). Hal ini di
karena pada lansia terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh
akibat kerusakan sel-sel karena proses menua. Sehingga produksi hormone,
enzim zat-zat yang digunakan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang.
Dengan demikian lansia akan lebih mudah terinfeksi (Muhammad Nasir 2017).
Produk akhir metabolisme purin dan protein pada manusia adalah asam urat.
asam urat serum yang dapat menyebabkan pengendapan kristal asam urat. Asam
urat, seperti meningkatkan risiko perkembangan metabolik dan penyakit
kardiovaskular, dan asam urat merusak kualitas hidup. Penyakit kardiovaskular
adalah salah satu penyebab utama kematian di negara maju (Sanja, et all,2021).
\ Menurut buku (Dr. Ir. Rina Yenrina, M. (2014) kadar asam urat normal
dalam darah adalah 7 mg persen. Jika lebih dari itu , maka anda harus benar-benar
diet berabagai jenis makanan yang merangsang asam urat dalam darah.

Menurut undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraasn


lansia, yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang baik laki-laki maupun
perempuan yang telah berusia 60 tahun atau lebih Kementrian Sosial RI 2008
dalam jurnal (Andria Pragholapati, Fitri Munawaroh 2020).
1.2.Tujuan
1. Mengindentifikasi tingkat pengetahuan mengenai penyakit asam urat.
Dengan kriteria baik,cukup,kurang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.TINJAUAN TEORITIS
2.1.1.Pengertian
Asam urat atau arthritis gout merupakan hasil metabolisme akhir dari
purin, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel
tubuh. Asam urat memiliki hubungan erat dengan gangguan metabolisme purin
yang dapat memicu terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah, kadar
sam urat dalam darah dikatakan tinggi apabila jika kadar asam urat lebih dari 7
mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan. Peningkatan kadar asam urat
ini dapat menyebabkan gangguan pada tubuh, seperti rasa nyeri didaerah
persendian yang sering, disertai dengan rasa nyeri yang teramat sangat bagi
penderitanya (Untari & Wijayanti, 2017)
Asam urat merupakan hasil metabolisme didalam tubuh yang
kadarnya tidak boleh berlebih, setiap individu memiliki asam urat didalam
tubuh, karena pada setiap metabolisme yang normal akan dihasilkan asam urat.
Asam urat merupakan hasil dari metabolisme akhir dari purin yaitu sebagai
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh (Andri
& Yudha, 2017).
Menurut WHO asam urat merupakan bagian dari metabolisme purin,
namun apabila metabolisme terjadi secara tidak normal maka akan terjadi
sebuah proses penumpukan

kristal dari asam urat pada persendian yang menyebabkan rasa sakit
yang cukup tinggi. Pada keadaan normal, kadar asam urat pada laki-laki mulai
meningkat setelah pubertas sedangkan pada perempuan kadar asam urat tidak
mengalami peningkatan sampai setelah menopause ini disebabkan karena
estrogen meningkatkan ekskrsi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause,
kadar asam urat akan mengalami peningkatan seperti yang dialami pria
(Fajarina, 2011 dalam Kussoy, 2019).
Kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia merupakan keadaan
terjadinya peningkatan kadar asam urat di atas normal dan juga merupakan suatu
keadaan dimana konsentrasi monosodium berlebih dalam kelarutannya dan lebih
banyak menyerang pada pria dibandingkan wanita (Andri & Yudha, 2017).
Hiperurisemia atau asam urat yang normal-tinggi juga diketahui terkait
dengan sejumlah marker sindrom metabolik (obesitas, dyslipidemia, intoleransi
glukosa dan tekanan darah tinggi) hal ini menjadi faktor risiko dalam
perkembangan penyakit kardiovaskuler dan gangguan ginjal (Kim, 2018).
Makanan yang tingi akan purin, fruktosa dan minuman alkohol
merupakan faktor konsumsi yang dapat meningkatkan kadar asam urat. Dari
segi genetik, gen-gen yang terlibat pada jalur biosintesis terutama gen-gen yang
berkaitan dengan sekresi asam urat diginjal dan saluran gastrointestinal, serta
gen-gen yang bertanggung jawab dalam reabsorpsi asam urat di ginjal yang
akan menentukan keadaan hiperusemik. Dari segi antropometrik, umur, jenis
kelamin dan adipositas mempengaruhi kadar asam urat (Desay, 2018).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2015,
prevalensi penyakit gout di dunia mengalami peningkatan jumlah penderita
hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang dewasa, di Amerika
Serikat penyakit gout mengalami peningkatan sebanyak 8,3 juta (4%) orang.
Penyakit gout diperkirakan terjadi pada 840 orang dari 100.000 orang.

Penyakit arthritis gout di Indonesia pertama kali diteliti oleh seorang


dokter Belanda yang bernama Dr. Van Den Horst pada tahun 1935. Hasil
penelitian oleh widyanto (2017) menunjukan, prevalensi penyakit gout di
Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebanyak 32% dan diatas 34
tahun sebanyak 68%.
Berdasarkan hasil Kemenkes (2013) menunjukan, penyakit sendi di
Indonesia yang didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,9% dan yang
didiagnosis berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24,7%, sedangakn
berdasarkan daerah tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 33,1%,
diikuit oleh Jawa Barat sebesar 32,1% dan Bali 30%. Di Sumatera Utara
jumlah penduduk yang menderita gout berjumlah 1.800.000 orang (14,5%) dari
12.333.974 jumlah penduduk.
Secara fenomenal, faktor lingkungan dan gaya hidup dapat
menjelaskan tingginya penyakit metabolik pada daerah perkotaan Indonesia.
Kasus arthritis gout sebagian besar memilki latar belakang penyebab primer,
sehingga memerlukan pengendalian dalam jangka panjang. Diperlukan
komunikasi yang baik dengan penderita untuk mencapai tujuan terapi. Hal
tersebut dapat diperoleh dengan cara edukasi dan diet rendah purin yang baik
dan benar (Riskesda, 2007 dalam Boleu, 2018).

2.1.2.Nilai Normal Kadar Asam Urat Darah


Laki laki dewasa 3,4 - 7,0 mg/dl
Wanita dewasa 2,4 - 6,0 mg/dl
Laki laki > 60 tahun 4,2 - 8,0 mg/dl
Perempuan >60 tahun 2,5 - 6,5 mg/dl
Anak-anak 2,0 - 5,5 mg/dl

2.1.2.Klasifikasi Asam Urat


Menurut (Nurafif, 2015 dalam Hidayah, 2019) tedapat 4 stadium
perjalanan klinis terhadap gout athritis yang tidak diobati, diantaranya:
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam
urat meningkat tanpa gejala.
b. Stadium kedua adalah gout arthitis akut yaitu terjadinya nyeri mendadak,
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya terjadi pada sendi ibu
jari kaki dan sendi metatarsophalangeal.
c. Stadium ketiga adalah tahap interkritikal. Tidak terdapat gejala-gejala pada
tahap ini yang dapat berlangsung dari beberapa buan hingga tahun.
Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang
dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap gout arthritis kronis, dengan timbunan asam urat
yang terus meluas selama kurun waktu beberapa tahun jika tidak dilakukan
pengobatan. Peradangan kronis akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan
nyeri, sakit, kaku dan juga terjadi pembesaran dan penonjolan sendi.
2.1.4.Struktur

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin yang

terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus

molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua

kali lebih banyak daripada pH asam (Dianati, 2015).

(Struktur asam urat)


Kandungan purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam

diet diubah menjadi asam urat secara langsung. Pemecahan nukleotida terjadi di

semua sel, namun asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang mengandung

xhantine oxidase terutama dihepar dan usus kecil. Rata-rata sintesis asam

urat endogen per harinya adalah 300-600mg/hari, dari diet 600mg/hari lalu

diekresikan ke urin rata-rata 600mg/hari dan ke usus sekitar 200mg/hari

(Dianati, 2015).

2.1.5.Tanda Dan Gejala Asam Urat

e. Akut, serangan awal gout berupa nyeri berat, terjadinya pembengkakan,

berlangsung cepat dan lebih sering sering dijumpai pada ibu jari atau jempol

kaki. Ada kalanya serangan disertai kelelahan, sakit kepala dan demam.

f. Interkrit, tahap ini adalah tahap yang terjadi diantara serangan asam urat

akut, namun sakit peradangan berikutnya mungkin tidak terjadi selama

berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

g. Ikal, stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut, dimana pada

periode ini terjadi interkritikal asimtomatik, namun secara klinik tidak

dapat ditemukan tanda-tanda radang akut.

h. Kronis, pada tahap kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat)

dalam jaringan yaitu dibagian telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.

i. Tanda dan gejala asam urat yang sering dialami berupa rasa nyeri di

persendian yang terjadi secara mendadak, biasanya terjadi pada malam hari
atau menjelang pagi.

j. Gejala lain yang muncul diantaranya terjadinya kemerahan dan

pembengkakan pada bagian yang diserang.

k. Terjadinya demam disertai kedinginan

l. Irama detak jantung yang berubah menjadi cepat.

Pada umumnya serangan pertama terjadi pada satu bagian sendi lalu

serangan akan dengan cepat menghilang. Serangan berikutnya dapat terjadi lagi

namun dalam jangka waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Serangan awal

yang dengan cepat menghilang ini membuat banyak para penderitanya tidak

menyadari bahwa telah mengalami gejala asam urat (Misnadiarly, 2007 dalam

Komariah, 2017).

2.1.6. Faktor Yang Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat

Peningkatan kadar asam urat disebabkan karena adanya peningkatan

produksi terhadap asam urat atau terjadinya penurunan ekskresi pada asam urat.

Asam urat sendiri dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti faktor

eksogen yaitu diet makanan serta obat-obatan tertentu dan faktor endogen

yaitu adanya penyakit dan abnormalitas genetik (Lee, 2009 dalam Khoirina,

2016).

Selanjutnya, terdapat faktor usia, penambahan berat badan, riwayat

pada keluarga dan jenis kelamin yang menjadi faktor resiko dalam peningkatan

kadar asam urat (Mahan, 2008 dalam Khoirina, 2016). Konsumsi makanan
tinggi purin, konsumsi minuman beralkohol dan konsumsi obat-obatan juga

dirasa dapat memicu terjadinya hiperurisemia (Price & Wilson, 2005 dalam

Khoirina, 2016). Aktifitas fisik berlebih dan berat juga dapat meningkatkan

kadar asam urat dalam darah (Krisnatuti, 2006 dalam Khoirina, 2016).

Pada umumnya serangan pertama terjadi pada satu bagian sendi lalu

serangan akan dengan cepat menghilang. Serangan berikutnya dapat terjadi lagi

namun dalam jangka waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Serangan awal

yang dengan cepat menghilang ini membuat banyak para penderitanya tidak

menyadari bahwa telah mengalami gejala asam urat (Misnadiarly, 2007 dalam

Komariah, 2017).

2.1.7.Komplikasi Pada Penyakit Asam Urat

Peningkatan konsentrasi asam urat serum yang melebihi upper limit of

refence range, dapat menimbulkan perkembangan tanda-tanda dan gejala klinis

dari penyakit asam urat, nefropati asam urat dan batu ginjal. Umumnya,

penderita asam urat tidak merasakan gejala (asimptomatik). Meski demikian,

jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama sehingga kadar asam urat darah

menjadi sangat tinggi (>13mg/dl bagi pria dan >10mg/dl bagi perempuan)

dapat menjadi faktor predisposisi terhadap terjadinya disfungsional

ginjal (Lee, 2009 dalam Khoirina, 2016).

Komplikasi pada asam urat diantaranya adalah sebagai berikut :


a) Kencing Batu Dan Kerusakan Ginjal

Hiperusemia dapat mengendap didalam ginjal dan saluran kemih

dalam bentuk Kristal atau batu. Pembentukan batu atau Kristal tersebut

tergantnug pada kadar asam urat dlam drah. Semakin tinggi dan lamanya asam

urat yang berada didalam darah maka peluang timbulnya batu ginjal akan

semakin tinggi (Dalimartha, 2008 dalam Khoirina, 2016).

b) Kerusakan Jantung Dan Pembuluh Darah

Kerusakan jantung dan pembuluh darah disebabkan antara lain

terjadinya hipertensi aterosklerotik, kelainan katup jantung dan penyakit jantung

coroner. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas peningkatan xanthine

oxidase, yaitu enzim yang mengubah xanthine menjadi asam urat,

menghasilkan radikal bebas dan menyebabkan inflamasi serta kerusakan

oksidatif pada dinding arteri (Ekundayo, 2010 dalam Khoirina, 2016).

c) Pembentukan Tofus

Tofus adalah gumpalan keras kristal urat yang terkumpul dibawah kulit

disekitar persendian. Pada umumnya lebih sering berada pada persendia yang

ada ditepi, karena dibagian ini lebih ringan daripada bagian tengah. Asam urat

cenderung lebih sering mengkristal pada suhu dingin, kristal urat ini akan

terbentuk di ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut, siku dan pergelangan tangan

serta di daun telinga yang relative dingin (Utami, 2005 dalam Khoirina,

2016).
Berikut penyebab asam urat:

1. Faktor keturunan

2. Penggunaan obat terlarang dan minuman beralkohol

3. Kegemukan

4. Stres dan hipertensi

5. Kelelahan dan cidera sendi

6. Penderita Diabetes

7. Resiko tinggi diatas usia 40 tahun

2.1.8.Pembentukan Asam Urat Dalam Tubuh

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin (adenosine dan

guanosin). Asam urat diabsorpsi melalui mukosa usus dan dieksresikan melalui

urin. Asam urat terbentuk dari hasil metabolisme kimia yang mengandung

nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat (purin) (Murray, 2009 dalam

Khoirina, 2016).

Pada individu normal, asam urat akan diekskresikan melalui ginjal

sebanyak kurang dari 10%. Pada proses pembentukan asam urat dibutuhkan

enzim untuk sintesis asam urat. Enzim xantin oxidase adalah enzim yang

memiliki peran penting dalam sintesis asam urat. Enzim tersebut bekrja

sangat aktif dalam organ hati, usus halus dan ginjal. Tanpa bantuan enzim ini,

asam urat tidak akan dapat dibentuk.


Mekanisme turn over dari asam urat (Murray, 2009 dalam Khoirina,

2016).

Produksi asam urat selain sebagai pembuangan hasil pemecahan purin

juga dibutuhkan oleh tubuh sebagai antioksidan pada kadar tertentu. Pada

individu

Adenosin

Inosin Guanosin

Hipoksantin Guanin

Xantin

Asam Urat

normal, jumlah asam urat kurang lebih 1000 mg dengan kecepatan turn

over 600mg/hari (Yenrina, 2014 dalam Khoirina, 2016).

Berdasarkan jumlah asam urat tersebut, penderita hiperusemia

dibedakan menjadi 2 golongan. Golongan pertama yaitu penderita yang

mengalami sedikit kenaikan dengan besar total asam urat 1300 mg dengan turn

over normal 650mg/hari. Golongan kedua adalah penderita dengan kenaikan

yang jelas dengan besar 2400 mg dengan turn over 1200mg/hari (Krisnatuti,

2006 dalam Khoirina, 2016).

2.1.9.Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin, intake bahan yang mengandung


kadar asam urat tinggi dan sistem ekresi asam urat yang tidak adekuat dapat

menghasilkan akumulasi gout yang berlebih dalam plasma darah, sehingga

mengakibatkan kristal asam urat mengalami penumpukan. Penimbunan kristal

ini dapat menimbulkan iritasi lokal dan menyebabkan inflamasi (Sudoyo, 2009

dalam Hidayah, 2019).

Terdapat banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan

gout, salah satunya yang diketahui perananya adalah konsentrasi asam urat

dalam darah. Mekanisme serangan gout berlangsung melalui beberapa fase

secara berurutan, terjadinya presipitasi kristal monosodium dijaringan apabila

konsentrasinya dalam plasma lebih dari 9mg/dl. Presipitasi terjadi di rawan,

sonovium, jaringan para artikuler misalnya seperti bursa, tendon dan selaput.

kristal urat yang memiliki muatan negative akan dibungkus oleh berbagai

macam jenis protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil

untuk memberikan respon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan Kristal

tersebut kemudian menghasilkan faktor kemoktasis yang dapat menimbulkan

respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh

leukosit (Nurafif, 2015).

Saat asam urat mengalami penumpukan dalam darah dan pada cairan tubuh lain

maka asam urat tersebut akan megalami pengkristalan dan akan membentuk

garam-garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk dijaringan konektif

di seluruh tubuh, penumpukan ini disebut dengan tofi. Adanya Kristal akan
memicu respon inflamasi akut dan netrofil untuk melepaskan lisosomnya.

Lisosom ini tidak hanya bersifat merusak jaringan tapi juga mampu

mengakibatkan inflamasi. Serangan gout akut pada awalnya cenderung sangat

sakit dan cepat memuncak. Serangan ini hanya meliputi satu tulang sendi, pada

serangan pertama akan timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi

terasa panas dan memerah. Tulang sendi metatar sophangeal biasanya menjadi

yang paling pertama teinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang

sendi pada daerah pinggang. Terkadang gejala yang dirasakan akan disertai

dengan demam ringan, gejala biasanya berlangsung cepat namun cenderung

berulang (Sudoyo,2009 dalam Hidayah, 2019).

Periode interkritikal adalah periode dimana pada penderita gout tidak ada

gejala yang terjadi selama serangan gout berlangsung. Kebanyakan para

penderita akan mengalami serangan kedua pada hitungan bulan ke 6 hingga 2

tahun setelah terjadi serangan pertama. Serangan berikutnya disebut poliartikular

yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan dan biasanya

disertai dengan demam.


2.1.10 Pathway

2.1.11.Penatalaksanaan
Penanganan gout dibagi menjadi penanganan terhadap serangan akut

dan penanganan terhadap serangan kronis. Ada 3 tahap dalam mengatasi

penyakit ini :

a. Mengatasi serangan gout akut

b. Mengurangi kadarasam urat dengan mencegah terjadinya penimbunan

kristal urat pada jaringan, terutama persendian.

c. Melakukan terapi untuk mencegah terjadinya gout dengan menggunakan

terapi hipourisemik yang dibagi menjadi terapi non farmakologi dan

terapi farmakologi.

1). Terapi non farmakologi seperti melakukan istirahat yang cukup,

menggunakankompres air hangat, memodifikasi diet rendah purin,

mengurangi asupan yang mengandung alcohol dan menurunkan berat

badan.

2). Terapi farmakologi dalam penyakit gout dibagi menjadi penanganan akut

dan kronis

a) Serangan akut, melakukan istirahat dan terapi cepat dengan

memberikan NSAID, misal (Indometasin 200mg/hari atau Diklofenak

150mg/hari), asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID. Keputusan

untuk menggunakan NSAID juga harus mempertimbangkan kembali

keadaan klien, identifikasi apakah penderita memiliki penyakit lain atau

tidak (Nurafif, 2015).

b) Serangan kronis, pengontrolan jangka panjang diperlukan dalam

pemantauan penderita hiperurisemia untuk mencegah terjadinya serangan


gout arthritis.

B.Cara Pemeriksaan Kadar Asam Urat

Dalam pemeriksaan kadar asam urat dapat dilakukan melalui 3

metode, yaitu (Novia, 2014 dalam Khoirina, 2016):

a. Metode kimia, memiliki presisi yang lebih baik, lebih sensitive dan

lebih akurat namun harganya cenderung lebih mahal.

b. Metode enzimatik, merupakan metode pemeriksaan dengan cara

asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allatoin dan hydrogen

peroksida, metode ini memiliki kelebihan lebih spesifik, tetappi

dibutuhkan pengondisian yang tidak mudah.

c. Metode stik, dilakukan dengan menggunakan alat UA Sure Blood

Uric Meter. Strip pemeriksaan dirancang dengan sedemikian rupa,

sehingga saat darah diteteskan pada zona reaksi dari strip, katalisator

asam urat memicu oksidasi asam urat dalam darah tersebut

C.OBAT TRADISIONAL ASAM URAT

 SIRSAK : Dimakan begitu saja atau di juice – dimakan/diminum tiap


hari

 DAUN SALAM 7 lembar direbus dengan dua gelas air sampai tinggal

1 gelas, diminum pagi dan sore

D. MAKANAN TINGGI PURIN

1.Lauk pauk seperti jeroan, hati, dan otak

2.Makanan laut seperti udang,Kerang kepiting

3.Kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti

tempetauco, susu kedelai), kacang tanah dan kacang hijau.

4.Sayuran seperti kembang kol, bayam,

5.Buah seperti durian dan nanas

2.2.Asuhan Keperawatan pada penderita asam urat


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga,
perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan (Abi
Muslihin, 2012) Tahap – tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai
berikut :

2.2.1.Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil


informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya
(Andarmoyo, 2012). Menurut Padila (2012), hal – hal yang perlu dikumpulkan
datanya dalam pengkajian keluarga adalah

1 Pengumpulan data

1. Data umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Kartu Keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram Komposisi keluarga yaitu menjelaskan


anggota keluarga yang di identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Bentuk komposisi 37 keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga
yang sudah dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai
dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian mencantumkan
jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut, tempat tinggal lahir
atau umur, pekerjaan dan pendidikan. Genogram keluarga merupakan sebuah
diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).

6) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala
atau masalah – masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga.

7) Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi


budaya suku bangsa keluarga terkait dengan kesehatan.

8) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga

10) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan
saja keluarga pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.

 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga


ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan


perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan mengenai tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala –
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,


meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

 Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas


rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan 39
sumber air, sumber sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan
denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW) Menjelaskan


mengenai karakterik dari tetangga dan komunitas setempat, meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan


melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan


mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga

6) Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang


sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga
dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat

 Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar


anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

 Fungsi keluarga

1) Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,


sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan


makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit,
sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah :

1. Berapa jumlah anak?

2. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga?

3. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah


anggota keluarga?

 Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga :

1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan?

2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam


upaya peningkatan status kesehatan keluarga?

 Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang


memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang


memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

3. kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji


sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.

2) Strategi koping yang digunakan Dikaji strategi koping yang digunakan


keluarga apabila menghadapi permasalahan atau stres

3) Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi


disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan atau
stress.

 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang


diunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

 Harapan keluarga

ada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga kepada keluarga


terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinismengenai respons klie


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
menidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnyaterpapar informasi

2. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan dirimengatasi


masalah.

2.2.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh


perawatn yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Luaran
(outcome) keperawatan merupakan aspek – aspek yang dapat diobservasi dan
diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau komunitas
sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran keperawatan
menunjukkan status status diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan terdiri dari indikiator – indikator
atau kriteria – kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis luaran
keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan dan luaran negatif (perlu
diturunkan) (Tim Pokja SLKI PPNI, 2018).
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI

Defisit Pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi Kesehatan Observasi :


selama 2x 4 jam diharapkan keluarga
Definisi : mampu meningkatkan pengetauan untuk 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menyelesaikan masalah. Luaran Utama menerima informasi
Ketidaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik Tingkat pengetahuan 2. Identifikasi faktor yang dapat
tertentu. 1) Perilaku sesuai anjuran meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat.
Penyebab : 2) Verbalisasi minat dalam belajar
meningkat Terapeutik :
1. Keterbatasan kognitif
3) Kemampuan menjelaskan pengetahuan 1. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Gangguan fungsi kognitif kesehatan
tentang suatu topik meningkat
3. Kekeliruan mengikuti anjuran 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
4) Kemampuan menggambarkan
4. Kurang terpapar informasi pengalaman sebelumnya yang sesuai kesepakatan
topik meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Kurang minat dalam belajar
5) Perilaku sesuai dengan pengetahuan Edukasi :
6. Kurang mampu mengingat
6) Pertanyaan tentang masalah yang 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber
dihadapi menurun mempengarui kesehatan
informasi
7) Persepsi yang keliru terhadap masalah 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Gejala dan Tanda Mayor
menurun Menjalani pemeriksaan yang sehat 3. Ajarkan strategi yang dapat
tidak tepat menurunPerilaku membaik
Subjektif : digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
a). Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif

a). Menunjukkan perilaku tidak sesuai


anjuran

b). Menunjukkan persepsi yang keliru


terhadap masalah

Gejala dan tanda Minor

Subjektif:

Objektif :

a). Menjalani pemeriksaan yang tidak


tepat b). Menunjukkan prilaku berlebihan
( Apatis terhadap pertanyaan yang
diajukan)

Koping tidak efektif Definisi : Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan pengambilan keputusan
Ketidakmampuan menilai dan merespon selama 2x 4 jam diharapkan kemampuan
stressor dan ketidakmampuan keluarga menilai dan merespon stressor 1. Observasi :
menggunakan sumber sumber yang ada dan kemampuan menggunakan sumber a). identifikasi persepsi mengenal
sumber yang ada untuk mengatasi masalah dan informasi yang memicu
untuk mengatasi masalah . masalah membaik. Luaran Utama Status konflik
koping
Penyebab : 2. Terapeutik :
1. Kemampuan memenuhi peran sesuai
1. ketidakpercayaan terhadap kemampuan usia meningkat a). fasilitasi melihat situasi secara realistic
diri mengatasi masalah
2. Tanggung jawab diri meningkat b). motivasi mengungkapkan tujuan
2. ketidakadekuatan sistem pendukung perawatan yang diharapkan
3. Partisipasi social meningkat
3. ketidakadekuatan strategi koping c). hormati hak pasien untuk menolak
4. Sikap protektif menurun atau menerima informasi
4. disfungsi system keluarga
5. Kemampuan membina hubungan 3. Edukasi :
5. krisis situasional meningkat
a). informasikan alternative solusi secara
Gejala dan Tanda Mayor jelas
Subjektif : b). berikan informasi yang diminta
1. mengungkapkan tidak mampu pasien.
mengatasi masalah Kolaborasi :
Objektif : a). Kolaborasi dengan tenaga
1. tidak mampu memenuhi peran yang kesehatanyang lain dalam memfasilitasi
diharapkan pengambilan keputusan.

2. menggunakan meekanisme koping


yang tidak sesuai.

Gejala dan tanda Minor

Subjektif:

1. tidak mampu memenuhi kebutuhan


dasar 2. kehawatiran kronis

Objektif :

1. penyalahgunaan zat

2. memanipulasi orang lain untuk


memenuhi keinginan sendiri

3. prilaku tidak asertif

4. partisipasi social kurang


2.2.5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan


rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdarsarkan
terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

2.2.6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk


mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan (Potter& Perry, 2010). Evaluasi asuhan keperawatan di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawatan
menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuranatau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
tindakan keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan
objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai.

Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan perilaku sesuai
kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak
mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan, dan yang
terakhir adalah P (Planing) merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. Jika
tujuan telah dicapai, maka perawat akan menghentikan rencana apabila belum
tercapai, perawat akan melakukan 50 modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana
keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses (Dinartidkk, 2013)
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Asam urat atau arthritis gout merupakan hasil metabolisme akhir

dari purin, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel

tubuh. Asam urat memiliki hubungan erat dengan gangguan metabolisme purin

yang dapat memicu terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah, kadar

sam urat dalam darah dikatakan tinggi apabila jika kadar asam urat lebih dari 7

mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan. Peningkatan kadar asam urat

ini dapat menyebabkan gangguan pada tubuh, seperti rasa nyeri didaerah

persendian yang sering, disertai dengan rasa nyeri yang teramat sangat bagi

penderitanya (Untari & Wijayanti, 2017)

Berdasarkan usia, pada masyarakat usia pertengahan dengan kadar

asam urat tinggi ditemukan sebanyak 2 orang (5,5%) pada rentang usia 45-49

tahun sedangkan pada rentang usia 50-54 tahun terdapat 15 orang (41,7%).

Berdasarkan jenis kelamin, kadar asam urat tinggi ditemukan sebanyak 14 orang

(38,9%) pada responden laki-laki dan 3 orang (8,3%) pada responden

perempuan.
3.2.Saran

Bagi masyarakat usia pertengahan yang memiliki peningkatan kadar asam urat

disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat menurunkan resiko

penyakit gout arthritis. Bagi pemerintah, disarankan untuk melakukan penyuluhan

kepada masyarakat mengenai pola hidup yang sehat dengan harapan masyarakat

dapat menjaga kesehatan, sehingga dapat mencegah kenaikan kadar asam urat

Anda mungkin juga menyukai