Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah Allah swt, kami

dapat menyelesikan makalah “DEMOKRASI LIBERAL” ini sebagaimana tugas yang

telah diberikan.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih kepada

guru mata kuliah kewarganegaraan, yang senantiasa membimbing dan menyumbangkan

ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman

dan juga semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan

saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Padang,29 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------i

DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------ii

BAB I PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------iii

1.1 Latar belakang---------------------------------------------------------------------iii

1.2 Rumusan masalah-----------------------------------------------------------------iii

1.3 Tujuan------------------------------------------------------------------------------iii

BAB II PEMBAHASAN------------------------------------------------------------1

2.1 Pengertian Demokrasi Liberal --------------------------------------------------5

2.2 Ciri-Ciri Demokras Liberal------------------------------------------------------6

2.3 Macam-Macam Demokrasi Liberal---------------------------------------------7

2.4 Perkembangan Demokrasi Liberal diIndonesia-------------------------------8

2.5 Pelaksanaan Politik/Pemerintah-------------------------------------------------14

2.6 Akhir Masa Demokrasi Liberal Indonesia-------------------------------------23

BAB III PENUTUPAN--------------------------------------------------------------25

A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------25

B. Saran----------------------------------------------------------------------------26

BAB IV DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang setiap warga negara memiliki

hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang menentukan hidup mereka.

Demokrasi juga dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang dipegang

oleh rakyat atau rakatlah yang mempunya kedaulatan tertinggi.

Demokrasi berasal dari bahasa yunani dari kata Demokratia yang berarti

"kekuasaan rakyat". Demokratia terdiri dari dua kata yaitu demos yang berarti

rakyat dan kratos yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Demokrasi mencakup

kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang memungkin dalam terjadinya praktik

kebebasan politik baik secara bebas dan setara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan demokrasi liberal?

2. Apa sajakah ciri-ciri dari demokrasi?

3. Apa sajakah macam-macam demokrasi liberal?

4. Bagaimana perkembangan demokrasi liberal di indonesia?

5. Bagaimana pelaksanaan politik/pemerintah pada masa demokrasi liberal?

6. Bagaimana akhir masa demokrasi liberal indonesia?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian dan macam-macam demokrasi liberal.

2. Mengetahui perkembangan demokrasi liberal dan ciri-ciri demokrasi

liberal.

3. Mengetahui pelaksanaan politik/pemerintah serta akhir massa demokrasi

liberal indonesia.

iii
iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi Liberal

Kata Demokrasi berasal dari Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat, dan

kratos, yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi demokrasi ialah rakyat

yang berkuasa.

Setelah Perang Dunia ke-II, secara formal demokrasi merupakan dasar dari

kebanyakan negara di dunia. Di antara semakin banyak aliran pemikiran yang

menamakan dirinya sebagai demokrasi, ada dua aliran penting, yaitu demokrasi

konstitusional dan kelompok yang mengatasnamakan dirinya “demokrasi” namun

pada dasarnya menyandarkan dirinya pada komunisme.

Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan

Pancasila, masih dalam taraf perkembangan. Dan mengenai sifat dan cirinya

masih terdapat pelbagai tafsiran serta pandangan. Pada perkembangannya,

sebelum berdasarkan pada demokrasi pancasila, Indonesia mengalami tiga

periodeisasi penerapan demokrasi, yaitu:

1. Demokrasi Liberal ( 1950-1959 )

2. Demokrasi Terpimpin ( 1959-1966 )

3. Demokrasi Pancasila ( 1966-sekarang)

Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusionnal) adalah sistem politik

yang menganut kebebasan individu. Secara konstitusional hak-hak individu dari

kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas

(dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-

bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar

5
keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti

tercantum dalam konstitusi.

Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh

penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-

Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak

belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang

demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi

langsung atau demokrasi partisipasi.

Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi

barat di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat

berupa republik (Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional

(Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut

sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster:

Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial

(Perancis).

2.2 Ciri-ciri Demokrasi Liberal

Adapun ciri-ciri Demokrasi Liberal yaitu :

- Kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif.

- Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.

- Perdana Menteri dan menteri-menteri dalam kabinet di angkat dan di

berhentikan oleh parlemen.

- Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala

negara.

- Demokrasi liberal sering disebut sebagai demokrasi parlementer.

6
- Kontrol terhadap negara, alokasi sumber daya alam dan manusia dapat

terkontrol.

- Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional.

- Kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundangan.

- Kelompok minoritas (agama,etnis) boleh berjuang untuk

memperjuangkan dirinya.

2.3 Macam-macam Demokrasi

a. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

- Demokrasi Langsung (Direct Democracy) yaitu demokrasi yang secara

langsung dalam melibatkan rakyat untuk pengambilan keputusan

terhadap suatu negara. Rakyat secara langsung berpartisipasi dalam

pemilihan umum dan menyampaikan kehendaknya.

- Demokrasi Tidak Langsung (Indirect Democracy) yaitu demokrasi

yang tidak secara langsung melibatkan seluruh rakyat suatu negara

dalam pengambilan keputusan. Rakyat menggunakan wakil-wakil yang

telah di percaya untuk menyampaikan aspirasi dan kehendaknya,

sehingga dalam demokrasi tidak langsung wakil rakyat terlibat secara

langsung menjadi perantara seluruh rakyat.

b. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Fokus Perhatiannya

- Demokrasi Formal adalah demokrasi yang berfokus dari bidang politik

tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi.

- Demokrasi Material: Pengertian demokrasi material adalah demokrasi

yang berfokus di bidang ekonomi tanpa mengurangi kesenjangan

politik. 

7
- Demokrasi Gabungan: Pengertian demokrasi gabungan adalah

demokrasi yang berfokus sama besar baik di bidang politik dan

ekonomi. 

c. Macam-Macam Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi

- Demokrasi Liberal adalah demokrasi yang didasarkan dari hak

individu suatu warga negara. Dimana setiap individu dapat

mendominasi dalam demokrasi ini. Pemerintah tidak akan banyak ikut

campur dalam kehidupan masyarakat dimana pemerintah memiliki

kekuasaan terbatas. Demokrasi liberal disebut juga dengan demokrasi

konstitusi yang dibatasi oleh konstitusi.

- Demokrasi Komunis adalah demokrasi yang berdasarkan dari hak

pemerintah di negaranya dimana pemerintah mendominasi atau

kekuasaan tertinggi dipegang oleh penguasa atau pemerintah.

Demokrasi komunis tidak dibatasi dan bersifat totaliter yang membuat

hak setiap individu tidak ada pengaruhnya pada pemerintah. 

- Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang didasarkan dari ideologi

Indonesia, yaitu Pancasila berdasarkan dari tata sosial dan budaya

bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang

dianut Negara Indonesia.

2.4 Perkembangan Demokrasi Liberal di Indonesia

Sekularisme sebagai akar liberalisme masuk secara paksa ke Indonesia

melalui proses penjajahan, khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip

negara sekular telah termaktub dalam Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855

8
ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama,

artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama.

Prinsip sekular dapat ditelusuri pula dari rekomendasi Snouck Hurgronje

kepada pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politiek, yaitu kebijakan

pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan ini

menindas Islam sebagai ekspresi politik. Inti Islam Politiek adalah :

1. Dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya memberi kebebasan,

sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda;

2. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat

kebiasaan masyarakat agar rakyat mendekati Belanda;

3. Dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap

upaya yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam.

Politik Etis yang dijalankan penjajah Belanda di awal abad XX semakin

menancapkan liberalisme di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu disebut

unifikasi, yaitu upaya mengikat negeri jajahan dengan penjajahnya dengan

menyampaikan kebudayaan Barat kepada orang Indonesia. Pendidikan,

sebagaimana disarankan Snouck Hurgronje, menjadi cara manjur dalam proses

unifikasi agar orang Indonesia dan penjajah mempunyai kesamaan persepsi dalam

aspek sosial dan politik, meski pun ada perbedaan agama. (Noer, 1991:183).

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 seharusnya menjadi

momentum untuk menghapus penjajahan secara total, termasuk mencabut

pemikiran sekular-liberal yang ditanamkan penjajah. Tetapi ini tidak terjadi,

revolusi kemerdekaan Indonesia hanyalah mengganti rezim penguasa, bukan

mengganti sistem atau ideologi penjajah. Pemerintahan memang berganti, tapi

ideologi tetap sekular. Revolusi ini tak ubahnya seperti Revolusi Amerika tahun

9
1776, ketika Amerika memproklamirkan kemerdekaannya dari kolonialisasi

Inggris. Amerika yang semula dijajah lantas merdeka secara politik dari Inggris,

meski sesungguhnya Amerika dan Inggris sama-sama sekular.

Ketersesatan sejarah Indonesia itu terjadi karena saat menjelang

proklamasi (seperti dalam sidang BPUPKI), kelompok sekular dengan tokohnya

Soekarno, Hatta, Ahmad Soebarjo, dan M. Yamin telah memenangkan kompetisi

politik melawan kelompok Islam dengan tokohnya Abdul Kahar Muzakkar, H.

Agus Salim, Abdul Wahid Hasyim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso. (Anshari,

1997:42). Jadilah Indonesia sebagai negara sekular.

Karena sudah sekular, dapat dimengerti mengapa berbagai bentuk

pemikiran liberal sangat potensial untuk dapat tumbuh subur di Indonesia, baik

liberalisme di bidang politik, ekonomi, atau pun agama. Dalam bidang ekonomi,

liberalisme ini mewujud dalam bentuk sistem kapitalisme (economic liberalism),

yaitu sebuah organisasi ekonomi yang bercirikan adanya kepemilikan pribadi

(private ownership), perekonomian pasar (market economy), persaingan

(competition), dan motif mencari untung (profit). (Ebenstein & Fogelman,

1994:148). Dalam bidang politik, liberalisme ini nampak dalam sistem demokrasi

liberal yang meniscayakan pemisahan agama dari negara sebagai titik tolak

pandangannya dan selalu mengagungkan kebebasan individu. (Audi, 2002:47).

Dalam bidang agama, liberalisme mewujud dalam modernisme (paham

pembaruan), yaitu pandangan bahwa ajaran agama harus ditundukkan di bawah

nilai-nilai peradaban Barat.

Pada perkembangannya, system demokrasi liberal (Parlementer) memang

banyak menuai problem, selain gangguan keamanan, kesulitan juga dialami oleh

10
Pemerintah dalam beberapa bidang. Sehingga pada akhir Demokrasi Liberal terasa

terjadi kemunduran. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain dalam bidang:

1. Politik

Politik sebagai Panglima merupakan semboyan partai-partai pada

umumnya, sehingga berlomba-lombalah para partai politik untuk

memperebutkan posisi panglima ini. Lembaga seperti DPR dan Konstituante

hasil PEMILU merupakan forum utama politik, sehingga persoalan ekonomi

kurang mendapat perhatian.

Pemilihan umum merupakan salah satu program beberapa kabinet,

tetapi karena umur kabinet pada umumnya singkat program itu sulit dilakukan.

Setelah Peristiwa 17 Oktober 1952, pemerintah berusaha keras untuk

melaksanakannya. Dalam suasana liberal, PEMILU diikuti oleh puluha partai,

organisasi maupun perorangan. Anggota ABRI pun ikut serta sebagai pemilih.

Pada tanggal 15 Desember 1955 pemilihan dilaksanakan dengan

tenang dan tertib. Ada empat partai yang memenangkan Pemilu, yaitu

Masyumi, PNI, Nahdatul Ulama, dan PKI. Namun pada prakteknya, kedua

lembaga (DPR dan Konstituante) tidak memberikan hasil seperti yang

diharapkan. DPR tetap sebagai tempat perebutan pengaruh dan kursi

pemerintahan, sedangkan konstituante setelah lebih dari dua tahun belum juga

dapat menghasilkan UUD baru untuk menggantikan UUDS.

Politik Luar Negeri Indonesia semakin mantap setelah diterima sebagai

anggota PBB ke-60 (27 Desember 1950). Cara-cara damai yang dilakukan

pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Belanda tentang Irian Jaya

( Papua ) tidak memperoleh penyelesaian yang memuaskan, seperti telah

tercantum dalam persetujuan KMB, sehingga secara sepihak Pemerintah

11
Indonesia membatalkan perjanjian tersebut dengan UU No. 13 Tahun 1956.

Sumbangan positif Indonesia dalam dunia Internasional adalah dikirimkannya

tentara Indonesia dalam United Nations Amergency Forces (UNEF) untuk

menjaga perdamaian di Timur Tengah. Pasukan ini diberi nama Garuda I dan

diberangkatkan Januari 1957.

2. Ekonomi

Untuk menyehatkan perekonomian, dilakukan penyehatan keuangan

dengan mengadakan sanering yang dikenal dengan Gunting Syafrudin (19

Maret 1950). Uang Rp. 5,00 ke atas dinyatakan hanya bernilai setengahnya,

sedangkan setengahnya lagi merupakan obligasi. Bari tindakan tersebut

Pemerintah dapat menarik peredaran uang sebanyak Rp. 1,5 milyar untuk

menekan inflasi.

Pemerintah juga mengeluarkan peraturan tentang Bukti Eksport (BE)

untuk mengimbangi import. Eksportir yang telah mengeksport kemudian

memperoleh BE yang dapat diperjualbelikan. Harga BE meningkat, sehingga

pemerintah membatasinya sampai 32,5%. Karena ternyats BE tidak berhasil

meningkatkan perekonomian, akhirnya peraturan tersebut dihapuskan (1959).

Pemerintah kemudian membentuk Dewan Perancang Nasional

(Depernas) yang bertugas menyusun rencana pembangunan Nasional untuk

mencapai masyarakat yang adil dan makmur (1959). Tetapi peningkatan

belum juga terjadi, karena labilnya politik dan inflasi yang mengganas.

Pemerintah juga cenderung bersikap konsumtif. Jaminan emas menurun ,

sehingga rupiah merosot.

3. Sosial

12
Partai Politik menggalakkan masyarakat dengan membentuk organisasi

massa (ormas), khususnya dalam menghadapi Pemilu tahun 1955. Keadaan

sosial-ekonomi yang kian merosot menguntungkan partai-partai kiri yang

tidak duduk dalam pemerintahan karena dapat menguasai massa. PKI makin

berkembang, dalam Pemilu tahun 1955 dapat merupakan salah satu dari empat

besar dan kegiatannya ditingkatkan yang mengarah pada perebutan kekuasaan

(1965).

4. Budaya

Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, Pemerintah dianggap

berhasil dalam bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik dari

perguruan tinggi, Pemerintah membuka banyak universitas yang disebarkan di

daerah.

Prestasi lain adalah dalam bidang olah raga. Dalam perebutan Piala

Thomas (Thomas Cup) Indonesia yang baru pertama kali mengikuti kejuaraan

ini berhasilmemperoleh piala tersebut (Juni 1958). Selain itu juga Indonesia

berhasil menyelenggarakan Konfrensi Asia-Afrika dengan sukses.

Karena wilayah Indonesia berupa kepualauan, maka Pemerintah

mengubah peraturan dari pemerintah kolonial Belanda, yaitu Peraturan

Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim Tahun 1939, yang menyebutkan

wilayah teritorial Hindia-Belanda dihitung tiga mil laut diukur dari garis

rendah pulau-pulau dan bagian pulau yang merupakan wilayah daratannya.

Peraturan ini dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia. Karena itu

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi 13 Desember 1957 yang juga

disebut sebagai Deklarasi Juanda tentang Wilayah Perairan Indonesia.

Indonesia juga membuat peraturan tentang landas kontinen, yaitu peraturan

13
tentang batas wilayah perairan yang boleh diambil kekayaannya. Peraturan ini

tertuang dalam Pengumuman Pemerintah tentang Landas Kontinen tanggal 17

Februari 1969. Pemerintah Indonesia mengadakan perjanjian dengan negara-

negara tetangga tentang batas-batas Landas Kontinen agar kelak tidak terjadi

kesalah pahaman.

2.5 Pelaksanaan Politik/ Pemerintahan

Pada dasarnya kehidupan politik dalam kerangka system politik yang

diharapkan berlaku di Indonesia sebagai bagian dari system ketatanegaraan ,

bersumber dari pancasila dan UUD 1945. Namun pada masa- masa awal

kemerdekaan hal tersebut tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan karena

berbagai sebab, baik dari dalam maupun dari luar antara lain persipan kita menjadi

negara merdeka boleh dikatakan sangat singkat, belum lagi kita harus menghadapi

kedatangan sekutu ke indonesia.

Perjuangan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia

bermuara pada hasil perundingan KMB yang intinya mengubah bentuk negara

dari kesatuan menjadi federasi (RIS) sejak tahun 1950 dan hanya bertahan kurang

lebih 8 bulan, karena sejak 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan.

Berdasarkan UUDS 1950, maka Indonesia kembali ke Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan system cabinet parlementer. System parlementer

berkembang sejak 1950 dalam suasana ala barat memberi dampak negative bagi

perjuangan bangsa yang sedang belajar berdemokrasi. Ada juga yang berpendapat

bahwa sistem demokrasi liberal tidakcocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Salah satu dampak negatif paling besar adalah jatuh bangunnya kabinet sebanyak

7 kali dalam kurun waktu 9 tahun, yaitu :

1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

14
           Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad

Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang

dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana

PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena

tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana

tokoh – tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan

Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro

Djojohadikoesoemo.

Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:

a. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

b. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

c. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.

d. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

e. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.

         Kendala yang dihadapi oleh cabinet inin yaitu dalam memperjuangkan

Irian Barat dan Belanda mengalami kebuntuan, terjadi pemberontakan hampir

di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,

Gerakan APRA, Gerakan RMS. Keberhasilan Kabinet Natsir adanya

perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai

masalah Irian Barat.

         Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh adanya mosi tidak

percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai

DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950

mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disampaikan

kepada parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan memperoleh kemenangan,

15
sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus mengembalikan mandatnya

kepada Presiden.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)

           Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden,

presiden menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal,

sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas

selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno kemudian

menunjukan Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo

( Masyumi ) sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi dari

Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman

( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh Soekiman.

Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:

a. Menjamin keamanan dan ketentraman

b. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria

agar sesuai dengan kepentingan petani.

c. Mempercepat persiapan pemilihan umum.

d. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian

Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.

e. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan

serikat buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan

penyelesaian pertikaian buruh.

           Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya,

seperti awalnya program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman

selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.

Kendala/Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini yaitu adanya Pertukaran Nota

16
Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar

Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan

militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual

Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan

politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan

Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar

negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan

dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.

           Adanya krisis moral yaitu korupsi yang terjadi pada setiap lembaga

pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah. Hubungan Sukiman

dengan militer kurang baik karena kurang tegasnya tindakan pemerintah

menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus

mengembalikan mandatnya kepada presiden karena adanya pertentangan dari

Masyumi dan PNI.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

           Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik

Djojosukarto ( PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi

formatur, namun gagal.Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai

formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di

bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo.

Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.

Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:

17
a. Program dalam negeri      : Menyelenggarakan pemilihan umum

(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat,

meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.

b. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-

Belanda,Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta

menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.

           Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai berikut; adanya

kondisi krisis ekonomi, terjadi defisit kas negara, munculnya gerakan

sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa,

terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI sebagai alat sipil,

munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah

dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto

dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa

Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur

(Deli), peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara

aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah

perkebunan di Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa Tanjung Morawa

muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet

Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden

pada tanggal 2 Juni 1953.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

           Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk

pada tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup

banyak dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai

18
baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro

(partai Indonesia Raya PIR).

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:

a. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan

Pemilu.

b. Pembebasan Irian Barat secepatnya.

c. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.

d. Penyelesaian Pertikaian politik.

           Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali

Sastroamijoyo I yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota

parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955,

menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh

dan arti penting dagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa – bangsa

Asia – Afrika dan juga membawa akibat yang lain, seperti :

a. Berkurangnya ketegangan dunia.

b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik

rasdiskriminasi di negaranya.

c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda

masih bertahan di Irian Barat.

           Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.

Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat

terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan

Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan

adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Keadaan ekonomi yang semakin

memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala

19
membahayakan.Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap

pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU

memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli

1955 yang diikuti oleh partai lainnya. NU menarik dukungan dan menterinya

dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali

harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

           Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap.

Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk

oposisi.

Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:

a. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan

kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.

b. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan

dan mempercepat terbentuknya parlemen baru

c. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi

d. Perjuangan pengembalian Irian Barat

e. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

           Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Burhanuddin

Harahap yaitu Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29

September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih

konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai

yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara

terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.

20
           Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan

pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan

menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer. Terbinanya

hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Kendala/

Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam

lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Dengan

berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu

tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga

kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab

pada parlemen yang baru pula.

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

           Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet

baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai

yaitu PNI, Masyumi, dan NU.

           Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program

kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program

jangka panjang, sebagai berikut.

a. Perjuangan pengembalian Irian Barat

b. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya

anggota-anggota DPRD.

c. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.

d. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

e. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional

berdasarkan kepentingan rakyat.

Selain itu program pokoknya adalah,

21
 Pembatalan KMB

 Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,

menjalankan politik luar negeri bebas aktif

 Melaksanakan keputusan KAA.

           Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali

Sastroamijoyo II adalah kabinet ini mendapat dukungan penuh dari presiden

dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment,

hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kendala/ Masalah yang

dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut. Berkobarnya semangat anti Cina di

masyarakat. Muncul pergolakan / kekacauan di daerah yang semakin menguat

dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer

Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap

mengabaikan pembangunan di daerahnya.

           Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya

mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Timbulnya

perpecahan antara Masyumi dan PNI. Mundurnya sejumlah menteri dari

Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan

mandatnya pada presiden.

7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

           Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari

para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program

pokok dari Kabinet Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:

a. Membentuk Dewan Nasional

b. Normalisasi keadaan RI

c. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB

22
d. Perjuangan pengembalian Irian Jaya

e. Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu :

a. Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi

Djuanda,

b. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan

di berbagai daerah. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini

sebagai berikut.

 Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di

daerah semakin meningkat.

 Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga

program pemerintah sulit dilaksanakan.

 Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya, terjadi peristiwa Cikini.

 Kabinet Djuanda berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit

Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu

Demokrasi Terpimpin.

2.6 Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia

             Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan

darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami

kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indinesia tidak

memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan karena

masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa

mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara.

23
Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante. Sekelompok

partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun sekelompok

partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara. Pemungutan suara

dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari

suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu

kurang dari dua pertiga. Hal ini menjadi masalah karena masih belum memenuhi

syarat. Dengan kegagalan konstituante mengambil suatu keputusan, maka

sebagian aanggotanya menyatakan tidak akan menghadiri siding konstituante lagi.

Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah berhasil merumuskan UUD baru.

Keadaan itu semakin mengguncang situasi politik Indonesia saat itu.

             Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan

usul kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945

dan pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden

Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut ;

a. Pembubaran Konstituante.

b. Berlakunya kembali UUD 1945.

c. Tidak berlakunya UUDS 1950.

d. Pembentukan MPRS dan DPAS.

             Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya

lagi UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal

tidak berlaku lagi di Indonesia.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada masa Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut diberlakukan,

gejolak politik yang panas menimbulkan berbagai gerakan yang politik yang tidak

stabil, sehingga kabinet pemerintahanpun ikut kena imbasnya, tercatat pada

periode 1950 hingga 1959 ada 7 kali pergantian kabinet.

             Sejak pengakuan kedaulatan pemerintah Indonesia dihadapkan pada

masalah yang berkaitan dengan dipertahankannya dominasi Belanda atas ekonomi

Indonesia.Pemerintah Indonesia masih menghormati  kepentingn historis dunia

usaha Belanda di Indonesia. Hal ini banyak mendapat tentangan dari para

pemimpin revolusioner Indonesia. Banyak desakan agar Indonesia menutup

perusahaan-perusahaan swasta Belanda, dan sekaligus mendorong usaha swasta

pribumi.Sehingga diharapkan dapat mengubah ekonomi kolonial menjadi

ekonomi nasional.

             Akibat tidak stabilnya politik, maka defisit anggaran pemerintah semakin

besar. Hal ini ada kecenderungan pemerintah mencetak uang baru. Akibatnya,

inflasi membumbung tinggi dan mengancam kehidupan ekonomi Indonesia.

Harga terus meningkat didikuti dengan kenaikan upah, sehingga kemungkinan

ekspor semakin berkurang.Untuk mengatasi inflasi, pemerintah melakukan

pemotongan uang (sinering) pada tanggal 19 Maret 1950. Uang yang ada di bank

setengahnya diganti dengan obligasi Republik Indonesia 1950. Uang yang ada

diperedaran digunting jadi dua, hanya yang kiri yang berlaku, dengan harga

setenganhnya dari harga semula.Hal ini bertujuan agar orang kecil tidak terlalu

merugi. Sebagai akibat sinering maka uang 1,5 milyar rupiah ditarik dari

25
peredaran.Dengan uang itu pemerintah dapat membayar utang sebagian kepada

Bank Sentral.

             Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, Pemerintah dianggap berhasil

dalam bidang budaya ini. Untuk mencukupi tenaga terdidik dari perguruan tinggi,

Pemerintah membuka banyak universitas yang disebarkan di daerah. Selain itu

juga terjadi perkembangan pada hal bahasa dan sastra indonesia yang akhirnya

melandasi berkembangnya media komunikasi di Indonesia. Dalam bidang seni

juga mengalami perkembangan yaitu adanya organisasi pelukis yang didirikan di

Yogjakarta.

             Kembalinya ke Negara Kesatuan juga berdampak pada sebagian tokoh

dari Negara bagian ingin tetap  mempertahankan sebagai sebuah Negara yang

berdiri sendiri dengan cara mengadakan pemberontakan-pemberontakan..

Sehingga hal ini menjadi gangguan dan ancaman keamanan dalam negeri.

Pemberontakan yang terjadi selama masa demokrasi perpimpin diantaranya

seperti pemberontakan APRA, Pemberontakan Andi Azis, Pemberontakan RMS,

Pemberontakan DI/TII, Pemberontakan PRRI dan Permesta.

B. SARAN

Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dan memiliki

banyak kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk memperbaiki makalah ini agar makalah ini dapat lebih

bermanfaat bagi pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Adnan Buyung. (2001). Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di


Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959 (second ed.).
Jakarta; Grafiti.

Crouch, Herbert, (2001). Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan.

Karim, Rusli. (1993). Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah Potret Pasang-


Surut, Jakarta: Rajawali Pers.

Marwati Djoened Poesponegoro dkk (1993). Sejarah Nasional Indonesia jilid VI,


Jakarta: Depdikbud-Balai Pustaka.

http://whatteenagersneed.blogspot.co.id/2011/02/masa-pemerintahan-demokrasi-
liberal-di.html

http://zamzamimuvza.blogspot.co.id/2013/12/pelaksanaan-sistem-demokrasi-liberal-
di.html

https://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/indonesia-pada-masa-demokrasi-
liberal-1950-1959/

http://ariskaputri88.blogspot.co.id/2014/03/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-
budaya.html

27

Anda mungkin juga menyukai