Kelompok 9
Nama : Yuke Addria Futri ( 2251040211)
: Muhammad Diva Nurliyanto (2251040127)
: Robi Pramana Putra (2251040334)
MK/Topik : Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu : Reni Ferlitasari,s,Sos., M.Si
1
Jamil Shaliba, Mu'jam al-Falsafy, Jilid II, (Beirut: Dar al-Kitab, 2016), hlm.167.
adalah baqa. Secara harfiah baqa berarti kekal, sedang menurut yang
dimaksud para sufi, baga adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat
Tuhan dalam diri manusia. Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah,
maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah.
Baqa‟merupakan istilah teknis dikalangan sufi. Menurut pandangan
sufi, setelah melalui kegiatan spiritual, penghayatan zikir, pencurahan
terhadap segala sifat kebajikan, pengabdian yang sebenarnya terhadap
Tuhan, pemusnahan dan penghapusaan unsur-unsur kejiwaan (fana‟) maka
yang tersisa dalam diri sufi adalah sesuatu yang hakiki dan sesuatu yang
abadi dibalik segala penampilan luaran.
Secara harfiah baqa‟ berarti kekal, sedang menurut yang dimaksud
para sufi, baqa‟ adalah kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat Tuhan
dalam diri manusia. Karena lenyapnya fana‟ sifat-sifat basyariah, maka
yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah. Dalam istilah tasawuf fana‟ dan baqa‟
datang beriringan. Baqa‟ adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak
yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat.
Untuk mencapai baqa‟ ini perlu dilakukan usaha-usaha seperti bertaubat,
berdzikir, beribadah, dan menghiasai diri dengan akhlak terpuji.
Salah satu ajaran tasawuf adalah al-Ittihad yang dibawa oleh Abu
Yazid Thaifur bin „Isa bin Surusyan al-Bustami. Al-Ittihad mengajarkan
persatuan antara Tuhan dengan hamba yang sudah mencapai kesucian,
sehingga seorang sufi yang berada pada tingkat al-Ittihad merasa dirinya
bersatu dengan tuhan, satu tingkatan yang menunjukkan bahwa yang
mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehinggga salah satu dari
mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata, “Hai aku. Al-
Ittihad dicapai dengan melalui fana dan baqa.
harfiah hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat
dalam tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya
melalui fana. tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di
dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu
dilenyapkan.
Analisis
Berdarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian al-fana,al-
baqa,al-ittihad,,dan hulul yaitu fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya
kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim
digunakan pada diri.baqa adalah pencurahan terhadap segala sifat kebajikan,
pengabdian yang sebenarnya terhadap Tuhan, pemusnahan dan penghapusaan
unsur-unsur kejiwaan (fana’),al ittihad, mengajarkan persatuan antara Tuhan
dengan hamba yang sudah mencapai kesucian, sehingga seorang sufi yang
berada pada tingkat al-Ittihad merasa dirinya bersatu dengan tuhan, satu
tingkatan yang menunjukkan bahwa yang mencintai dan yang dicintai telah
menjadi satu, hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat dalam
tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana.
2
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. (Surabaya: Bina Ilmu, 20150), cet.I,
him.234.
5. Sayyid Qutb (1906-1966): Seorang pemikir dan aktivis politik Mesir
yang juga terkait dengan Ikhwanul Muslimin. Qutb adalah salah satu
pemikir yang paling berpengaruh dalam gerakan al-Ittihad. Dia dikenal
karena kontribusinya dalam bidang pemikiran politik Islam.
Analisis
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tokoh tokoh al fana,al baqa,al
ittihad,al hulul yaitu pada al-fana ada rumi,ibnu arabi,al hajjaj,attar,mansur al
hajjaj,semua itu adalah tokoh terkenal dalam tradisi mistisisme islam yang di
anggap sebagai tokh tokoh al-fana. Al-ittihad ada jamal al din al
afghani,muhammad abduh,rashid rida,hasan al-bana,sayyid qutbitu adalah
beberapa tokoh terkenal terkait ittihad,hullul al hajjaj ibn arabi ibn sab’in itu
adalah beberapa tokoh yang terkait dengan pemikiran hulul
C. Al-fana, al-baqa,al-ittihad,dan hulul dalam pandangan AL-qur’an
Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan
firman Allah surat Al-kahfi ayat 10 yang berbunyi:
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-Kahfi, 18: 110).
Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa
ingin melihat Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagai mana supaya aku
sampai kepada-Mu?” Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah
dirimu) baru kamu kemari (bersatu).
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Allah swt. telah memberi
peluang kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniyah
atau bathiniyah, yang caranya antara lain dengan beramal shaleh, dan
beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-sifat dan akhlak
buruk (Fana), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias
diri dengan sifat-sifat Allah, yang kemudian ini tercakup dalam konsep
Fana dan Baqa, hal ini juga dapat dipahami dari isyarat ayat di bawah ini:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Al-Rahman: 26-27).
Secara harifah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh
manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat
kemanusiannya melalui fana. Menurut keterangan Abu Nasr al-Tusi dalam
al-Luma sebagai dikutip Harun Nasution, adalah paham yang mengatakan
bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil
tempat didalamnya setelah kemanusiaan dalam tubuh itu dilenyapkan.3
Sebelum Tuhan menjadikan makhluk, Ia hanya melihat diri-Nya
sendiri. Allah melihat pada zatnya sendiri dan Ia pun cinta pada zatnya
sendiri, dan cinta inilah yang menjadi sebab wujud dan sebab dari
banyaknya ini.
3
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,2017),
cet.III, hlm.81.
Al-hallaj berkesmimpulan bahwa dalam diri manusia terdapat sifat
ketuhanan (lahut) dan dalam diri Tuhan terdapat sifat ketuhanan (nasut).
Jika sifat ketuhanan pada diri manusia menyatu dengan sifat kemanusian
pada diri Tuhan maka terjadilah Hulul.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka al-hulu dapat dikatakan
sebagai suatu tahap dimana manusia dan Tuhan menyatu secara Rohaniah.
Dalam hal ini hulul pada hakikatnnya istilah lain dari al-ittihad
sebagaimana telah disebutkan diatas.
Tujuan dari hulul adalah ketuhanan (lahut) menjelma kedalam diri
insane (nasut) dan hal ini terjadi pada saat kebatinan seseorang insane
telah suci bersih dalah menempuh perjalanan hidup kebatinan.
Analisis
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa al fan albaqo dan hulul dalam
pandanang al,qu’an yaitu terdapat dalam qur’an surat al kahfi ayat 10, Barang
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-Kahfi, 18: 110).
Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin
melihat Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagai mana supaya aku sampai
kepada-Mu?” Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah dirimu) baru
kamu kemari (bersatu).
REFRENSI
Junaidi. (2021). Konsep al fana,al baqa,dan al ittihad abu yazid al-bustami. Jurnal
studi islam, 155-166.