Anda di halaman 1dari 8

Tugas kelompok ke -9

Kelompok 9
Nama : Yuke Addria Futri ( 2251040211)
: Muhammad Diva Nurliyanto (2251040127)
: Robi Pramana Putra (2251040334)
MK/Topik : Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu : Reni Ferlitasari,s,Sos., M.Si

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan al-Fana, al-Baqa dan al- Ittihad


dan hulul
Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana
berbeda dengan al-fasad (rusak). Fana artinya tidak tampaknya sesuatu,
sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain.
Dalam hubungan ini, Ibn Sina ketika membedakan antara benda-benda
yang bersifat samawiyah dan benda-benda yang bersifat alam, mengatakan
bahwa keberadaan benda alam itu atas dasar permulaannya, bukan atas
dasar perubahan bentuk yang satu kepada bentuk yang lainnya, dan
hilangnya benda alam itu dengan cara fana, bukan cara rusak.
Adapun arti fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran
pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan
pada diri. Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat
kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan. Dan dapat pula berarti
hilangnya sifat-sifat yang tercela.1
Dalam pada itu Mustafa Zahri mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan al-fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat
sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu. Orang
yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi melihat daripada
alam baharu, alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan ia telah fana
dari alam cipta atau dari alam makhluk.3 Selain itu fana juga dapat berarti
hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin. Sebagai akibat dari fana

1
Jamil Shaliba, Mu'jam al-Falsafy, Jilid II, (Beirut: Dar al-Kitab, 2016), hlm.167.
adalah baqa. Secara harfiah baqa berarti kekal, sedang menurut yang
dimaksud para sufi, baga adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat
Tuhan dalam diri manusia. Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah,
maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah.
Baqa‟merupakan istilah teknis dikalangan sufi. Menurut pandangan
sufi, setelah melalui kegiatan spiritual, penghayatan zikir, pencurahan
terhadap segala sifat kebajikan, pengabdian yang sebenarnya terhadap
Tuhan, pemusnahan dan penghapusaan unsur-unsur kejiwaan (fana‟) maka
yang tersisa dalam diri sufi adalah sesuatu yang hakiki dan sesuatu yang
abadi dibalik segala penampilan luaran.
Secara harfiah baqa‟ berarti kekal, sedang menurut yang dimaksud
para sufi, baqa‟ adalah kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat Tuhan
dalam diri manusia. Karena lenyapnya fana‟ sifat-sifat basyariah, maka
yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah. Dalam istilah tasawuf fana‟ dan baqa‟
datang beriringan. Baqa‟ adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak
yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat.
Untuk mencapai baqa‟ ini perlu dilakukan usaha-usaha seperti bertaubat,
berdzikir, beribadah, dan menghiasai diri dengan akhlak terpuji.
Salah satu ajaran tasawuf adalah al-Ittihad yang dibawa oleh Abu
Yazid Thaifur bin „Isa bin Surusyan al-Bustami. Al-Ittihad mengajarkan
persatuan antara Tuhan dengan hamba yang sudah mencapai kesucian,
sehingga seorang sufi yang berada pada tingkat al-Ittihad merasa dirinya
bersatu dengan tuhan, satu tingkatan yang menunjukkan bahwa yang
mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehinggga salah satu dari
mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata, “Hai aku. Al-
Ittihad dicapai dengan melalui fana dan baqa.
harfiah hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat
dalam tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya
melalui fana. tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di
dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu
dilenyapkan.
Analisis
Berdarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian al-fana,al-
baqa,al-ittihad,,dan hulul yaitu fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya
kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim
digunakan pada diri.baqa adalah pencurahan terhadap segala sifat kebajikan,
pengabdian yang sebenarnya terhadap Tuhan, pemusnahan dan penghapusaan
unsur-unsur kejiwaan (fana’),al ittihad, mengajarkan persatuan antara Tuhan
dengan hamba yang sudah mencapai kesucian, sehingga seorang sufi yang
berada pada tingkat al-Ittihad merasa dirinya bersatu dengan tuhan, satu
tingkatan yang menunjukkan bahwa yang mencintai dan yang dicintai telah
menjadi satu, hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat dalam
tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana.

B. Tokoh-tokoh Al-fana,Al-baqa,Al-ittihad,dan Hulul


Al-fana adalah istilah dalam mistisisme Islam yang mengacu pada
konsep penghancuran diri atau penyatuan dengan Tuhan. Ini adalah tahap
di mana individu melepaskan ego dan keinginan duniawi untuk mencapai
kesatuan dengan Tuhan. Tokoh-tokoh al-fana adalah mereka yang diyakini
telah mencapai tingkat pemahaman dan pengalaman spiritual yang
mendalam dalam mencapai al-fana. Berikut ini adalah beberapa tokoh
terkenal dalam tradisi mistisisme Islam yang dianggap sebagai tokoh-
tokoh al-fana:
1. Rumi (1207-1273): Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair, sufi, dan
filsuf Persia yang terkenal. Karya-karyanya, terutama dalam puisi-puisi
mistisnya yang terkumpul dalam "Mathnawi" dan "Divan-e Hafez",
mencerminkan pencarian jiwa untuk bersatu dengan Yang Ilahi.
2. Ibn Arabi (1165-1240): Muhyiddin Ibn Arabi adalah seorang filsuf,
teolog, dan penyair Andalusia yang dikenal karena kontribusinya
dalam mistisisme Islam. Dia mengembangkan konsep-konsep
kompleks seperti wahdat al-wujud (kesatuan eksistensi) dan
menggambarkan perjalanan menuju al-fana dan pengalaman
penghancuran diri dalam karya-karyanya.
3. Al-Hallaj (858-922): Husayn ibn Mansur al-Hallaj adalah seorang sufi
Persia yang kontroversial. Dia dikenal karena pernyataan-pernyataan
kontroversialnya, termasuk pernyataan "Ana al-Haqq" (Aku adalah
Kebenaran), yang dianggap sebagai pernyataan kesatuan dengan
Tuhan. Pernyataan ini mengakibatkan penangkapannya dan eksekusi
oleh otoritas agama pada zamannya.
4. Attar (1145-1221): Fariduddin Attar adalah seorang penyair dan sufi
Persia yang terkenal karena karya-karyanya seperti "Manṭiq-uṭ-Ṭayr"
(Konferensi Burung) dan "Mantiq al-Tair" (Bahasa Burung). Karya-
karyanya menggambarkan perjalanan spiritual menuju kesatuan
dengan Tuhan dan penghancuran diri.
5. Mansur Al-Hallaj (858-922): Mansur Al-Hallaj adalah seorang sufi
Persia yang terkenal karena penghancuran diri yang ekstrem dan
pernyataan-pernyataannya yang kontroversial. Dia dikenal karena
pernyataan "Ana al-Haqq" (Aku adalah Kebenaran) yang dianggap
sebagai pernyataan kesatuan dengan Tuhan. Akibatnya, dia dihukum
mati oleh otoritas agama pada zamannya.2

Al-Ittihad adalah nama yang umum digunakan untuk merujuk


kepada beberapa organisasi atau kelompok yang berbeda dalam sejarah
Islam. Berikut adalah beberapa tokoh terkenal yang terkait dengan al-
Ittihad:
1. Jamal al-Din al-Afghani (1838-1897): Seorang cendekiawan dan
politikus Muslim terkemuka pada abad ke-19. Al-Afghani terlibat
dalam gerakan al-Ittihad di masa hidupnya dan dikenal karena
pandangannya yang progresif tentang reformasi dalam dunia Islam.
2. Muhammad Abduh (1849-1905): Seorang tokoh terkenal dalam
gerakan al-Ittihad dan salah satu pemikir Islam terpenting pada
masanya. Abduh adalah seorang reformis yang mempromosikan
pembaruan dalam pemahaman agama Islam dan peran Muslim dalam
masyarakat modern.
3. Rashid Rida (1865-1935): Seorang pemikir Islam yang berperan
penting dalam gerakan al-Ittihad pada awal abad ke-20. Rida adalah
seorang kritikus tajam terhadap kolonialisme dan pemikir Barat, dan ia
berusaha menggabungkan nilai-nilai Islam dengan prinsip-prinsip
modernitas.
4. Hasan al-Banna (1906-1949): Pendiri dan pemimpin Ikhwanul
Muslimin (Persaudaraan Muslim) di Mesir. Ikhwanul Muslimin adalah
salah satu organisasi yang terkait dengan gerakan al-Ittihad. Al-Banna
mendorong perubahan sosial dan politik berdasarkan prinsip-prinsip
Islam.

2
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. (Surabaya: Bina Ilmu, 20150), cet.I,
him.234.
5. Sayyid Qutb (1906-1966): Seorang pemikir dan aktivis politik Mesir
yang juga terkait dengan Ikhwanul Muslimin. Qutb adalah salah satu
pemikir yang paling berpengaruh dalam gerakan al-Ittihad. Dia dikenal
karena kontribusinya dalam bidang pemikiran politik Islam.

Tokoh-tokoh hulul adalah kelompok filsuf dan pemikir dalam tradisi


Islam yang dikenal sebagai "Hululiyah" atau "Hululiyyah". Mereka
mengembangkan doktrin Hulul, yang mengajarkan bahwa Tuhan secara
harfiah hadir dalam ciptaan-Nya.
Berikut adalah beberapa tokoh yang terkait dengan pemikiran Hulul:
1. Al-Hallaj (858-922 M): Abu al-Mughith al-Husayn bin Mansur al-
Hallaj adalah seorang mistikus Persia yang terkenal dalam tradisi sufi.
Ia dianggap sebagai tokoh utama dalam pemikiran Hulul. Al-Hallaj
menyatakan penyatuannya dengan Tuhan secara eksplisit, yang
akhirnya membuatnya dianggap kontroversial di kalangan otoritas
agama. Ia dieksekusi pada tahun 922 M.
2. Ibn Arabi (1165-1240 M): Muhyiddin Ibn Arabi adalah seorang filsuf,
mistikus, dan penyair terkenal dari Spanyol Islam. Dia memainkan
peran penting dalam pengembangan pemikiran Hulul. Menurutnya,
Tuhan mengalami manifestasi dalam setiap ciptaan-Nya, dan
keberadaan manusia adalah refleksi dari Tuhan dalam bentuk individu.
3. Ibn Sab'in (1217-1270 M): Abu al-'Abbas Ahmad ibn 'Abd al-'Aziz ibn
Sa'id Ibn Sab'in adalah seorang pemikir Sufi dari Al-Andalus (Spanyol
Muslim). Dia dikaitkan dengan pemikiran Hulul, mengajukan konsep
"Hulul al-Mutlaq" yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini
adalah manifestasi Tuhan.

Analisis

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tokoh tokoh al fana,al baqa,al
ittihad,al hulul yaitu pada al-fana ada rumi,ibnu arabi,al hajjaj,attar,mansur al
hajjaj,semua itu adalah tokoh terkenal dalam tradisi mistisisme islam yang di
anggap sebagai tokh tokoh al-fana. Al-ittihad ada jamal al din al
afghani,muhammad abduh,rashid rida,hasan al-bana,sayyid qutbitu adalah
beberapa tokoh terkenal terkait ittihad,hullul al hajjaj ibn arabi ibn sab’in itu
adalah beberapa tokoh yang terkait dengan pemikiran hulul
C. Al-fana, al-baqa,al-ittihad,dan hulul dalam pandangan AL-qur’an
Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan
firman Allah surat Al-kahfi ayat 10 yang berbunyi:
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-Kahfi, 18: 110).
Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa
ingin melihat Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagai mana supaya aku
sampai kepada-Mu?” Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah
dirimu) baru kamu kemari (bersatu).
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Allah swt. telah memberi
peluang kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniyah
atau bathiniyah, yang caranya antara lain dengan beramal shaleh, dan
beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-sifat dan akhlak
buruk (Fana), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias
diri dengan sifat-sifat Allah, yang kemudian ini tercakup dalam konsep
Fana dan Baqa, hal ini juga dapat dipahami dari isyarat ayat di bawah ini:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Al-Rahman: 26-27).
Secara harifah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh
manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat
kemanusiannya melalui fana. Menurut keterangan Abu Nasr al-Tusi dalam
al-Luma sebagai dikutip Harun Nasution, adalah paham yang mengatakan
bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil
tempat didalamnya setelah kemanusiaan dalam tubuh itu dilenyapkan.3
Sebelum Tuhan menjadikan makhluk, Ia hanya melihat diri-Nya
sendiri. Allah melihat pada zatnya sendiri dan Ia pun cinta pada zatnya
sendiri, dan cinta inilah yang menjadi sebab wujud dan sebab dari
banyaknya ini.

3
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,2017),
cet.III, hlm.81.
Al-hallaj berkesmimpulan bahwa dalam diri manusia terdapat sifat
ketuhanan (lahut) dan dalam diri Tuhan terdapat sifat ketuhanan (nasut).
Jika sifat ketuhanan pada diri manusia menyatu dengan sifat kemanusian
pada diri Tuhan maka terjadilah Hulul.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka al-hulu dapat dikatakan
sebagai suatu tahap dimana manusia dan Tuhan menyatu secara Rohaniah.
Dalam hal ini hulul pada hakikatnnya istilah lain dari al-ittihad
sebagaimana telah disebutkan diatas.
Tujuan dari hulul adalah ketuhanan (lahut) menjelma kedalam diri
insane (nasut) dan hal ini terjadi pada saat kebatinan seseorang insane
telah suci bersih dalah menempuh perjalanan hidup kebatinan.

Analisis

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa al fan albaqo dan hulul dalam
pandanang al,qu’an yaitu terdapat dalam qur’an surat al kahfi ayat 10, Barang
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-Kahfi, 18: 110).

Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin
melihat Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagai mana supaya aku sampai
kepada-Mu?” Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah dirimu) baru
kamu kemari (bersatu).
REFRENSI

Junaidi. (2021). Konsep al fana,al baqa,dan al ittihad abu yazid al-bustami. Jurnal
studi islam, 155-166.

mukarromah. (2015). ittihad,hulul,dan wahdat al wujud. tazkiya, 129-146.

muniron. (2013). ittilhad dan hullul dalam pandangan al-ghazali. jurnal


ushuluddin adab dan dakwah, 22.

nuh, z. (2017). AL hulul,sebuah kontraversi pencerahan dalam pandangan al-


hallaj. jurnal madania: volume , 262.

umi, D. (2021). konsep pemikiran tasawuf falsafi ittihad,hulul,dan wihdatul


wujud. islam dan contemporary issues, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai