Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AGAMA

KELOMPOK 3
- I KADEK RYAN ARTAJAYA (202232121465)
- KADEK VIDJAY BUMI PARAMESWARA (202232121463)
- I PUTU ARIS SUSILA (202232121470)
- I NENGAH YOGA AGUS SAPUTRA (202232121475)
- MADE ROBY WIRAWAN (202232121468)
- TUBAGUS PUTRA MARDIKA (202232121472)
- NGAKAN GEDE WIRIA DINATA (202232121474)
- I MADE NANDA WIBAWA ARTHAWAN (202232121464)
- NI KADEK PUSPITA SARI (202232121462)
- NI KADEK EVI ARISTYADEWI (202232121467)
- NI WAYAN DEVI ANTARI (202232121471)
- NI WAYAN TIRA PRASTINI (202232121466)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Warmadewa
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmatnya yang selalu diberikan kepada kita, sehingga tersusunlah makalah yang berjudul
Fungsi-Fungsi Manajemen.
Sesuai dengan judulnya, makalah ini disusun untuk membahas tentang Fungsi-Fungsi
Manajemen, kita diharapkan dapat mengambil manfaat yang kemudian akan mengarahkan kita
kepada pemahaman yang baik mengenai materi tersebut.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih begitu banyak kekurangan yang
harus dilengkapi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
guna tercapainya sebuah penulisan yang baik. Kiranya yang Maha Kuasa tetap menyertai kita
sekalian, dengan harapan pula agar tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum banyak orang yang mengemukakan pengertian seni sebagai keindahan.
Pengertian seni adalah produk manusia yang mengandung nilai keindahan bukan pengertian
yang keliru, namun tidak sepenuhnya benar. Jika menelusuri arti seni melalui sejarahnya, baik di
Barat, sejak Yunani Kuno, hingga ke Indonesia, nilai keindahan menjadi satu kriteria yang
utama. Sebelum memasuki tentang pengertian seni, ada baiknya dibicarakan lebih dahulu apakah
keindahan itu. Dalam karya seni dapat digali berbagai persoalan objektif. Contohnya persoalan
tentang susunan seni, anatomi bentuk, atau pertumbuhan gaya. Penelaahan dengan metode
perbandingan dan analisis teoretis serta penyatupaduan secara menghasilkan sekelompok
pengetahuan ilmiah yang dianggap tidak tertampung oleh nama estetika sebagai filsafat tentang
keindahan. Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, agama
telah menjadi pola panutan masyarakat. Dalam konteks inilah agama sekaligus telah menjadi
budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain, budaya local yang ada di masyarakat tidak otomatis
hilang dengan kehadiran agama di Indonesia. Budaya local ini sebagian terus dikembangkan
dengan mendapat warna. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara
budaya local dan agama. Kita ketahui bahwa aspek kehidupan masyarakat pada dasarnya dapat
dilihat dari berbagai macam aspek, misalnya tingkah laku kehidupan sehari-hari pada satu
komunitas kelompok kemasyarakatan. Tingkah laku kehidupan di masing-masing kelompok
adalah berbeda-beda yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat kelompok itu berada.
Kebiasaan atas tingkah laku yang ditunjukkan oleh suatu komunitas masyarakat tersebut
dinamakan dengan tradisi. Tradisi ini timbul dari kebudayaan yang terdapat dalam kelompok
tertentu. Kebudayaan memiliki banyak aspek. Budaya dapat diartikan sebagai segala hasil cipta,
rasa, dan karsa manusia untuk membantu kehidupannya. Maka dengan hal ini keberadaan seni
yang ada dalam masyarakat termasuk salah satu hasil dari kebudayaan yang tercipta dari
kreatifitas rasa karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pelaksanaan
keagamaan agama Hindu, umat senantiasa mengimplementasikannya dalam bentuk seni,
sehingga dalam pelaksanaan upacara agama senantiasa dibarengi dengan seni. Dalam Bahasa
sansekerta seni berasal dari kata san yang berarti persembahan dalam upacara agama, sehingga
tidak salah kalau pelaksanaannya, baik yang berupa sesajen, suara (dharma gita), gambelan, dan
gerak (tari, sikap mudra sulinggih). Hal ini menjadikan seni dan agama adalah satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, karena pelaksanaan ajaran Agama Hindu dilakukan dengan seni.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa peran seni keagamaan?
2. Apa itu hakikat seni keagamaan?
3. Apa itu seni dan kepribadian?
4. Apa landasan seni keagamaan?
5. Apa dinamika dan tantangan seni keagamaan di era globalisasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peran seni keagamaan.
2. Mengetahui hakikat seni keagamaan.
3. Mengetahui definisi seni dan kepribadian.
4. Mengetahui landasan seni keagamaan.
5. Mengetahui dinamika dan tantangan seni keagamaan di era globalisasi.

1.4 Manfaat
1. Agar kita dapat memahami peran seni keagamaan.
2. Agar kita dapat memahami hakikat seni keagamaan.
3. Agar kita dapat memahami definisi seni dan kepribadian.
4. Agar kita dapat memahami landasan seni keagamaan.
5. Agar kita dapat memahami dinamika dan tantangan seni keagamaan di era globalisasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Seni Keagamaan
Agama Hindu juga memelihara kelangsungan perkembangan seni budaya Bali karena
agama ikut berpartisipasi di dalam seni budaya Bali, dengan mengikatnya dalam berbagai bentuk
mitologi dan sisucikan dalam bentuk upacara dan banten. Untuk mendapat gambaran yang lebih
jelas tentang peran agama Hindu dalam perkembangan seni budaya Bali dapat diuraikan sebagai
berikut.
1) Seni Bangunan
Bangunan-bangunanrumah adat di Bali, baik untuk tempat pemujaan maupun bale-bale
adat, baik pada saat mulai dibangun maupun setelah selesai selalu diupacarai. Bahan-bahan
bangunan yang digunakan seperti kayu, bambu, alang-alang, dan lain sebagainya dipandang
sebagai benda mati. Setelah bangunan tersebut selesai dibangun maka diadakan upacara untuk
memberi jiwa (menghidupkan) bangunan tersebut sehingga menjadi fungsional dalam kehidupan
masyarakat. Setelah bangunan tersebut diupacarai maka bangunan tersebut dipandang hidup dan
berjiwa. Oleh karenanya masyarakat tidak sembarangan saja bila akan merenovasi bangunan
tersebut. Suatu bangunan menurut umat Hindu bukanlah sekadar tempat berteduh tetapi adalah
untuk kehidupan itu sendiri, mempunyai jiwa dan mempunyai sifat (fungsi) tertentu. Dilihat dari
tata letak bangunan juga ada aturannya. Arah kaja (utara) dan kangin ( timur) a tau perpaduan
keduanya dianggap tempat' yang suci sehingga cocok untuk tempat pemujaan (Bagus, 1982).
2) Seni Pertunjukan
Hampir semua seni pertunjukan menggunakan sarana banten dalam pementasannya, baik
sebelum acara dimulai maupun setelah acara berlangsung. Tujuannya adalah mohon pada Hyang
Widhi Was a agar tari-tarian dimaksud sukses. Demikian pula halnya dengan upacara
'mapasupati' dimana alat-alat seperti topeng, rangda, barong, gelungan dan para penari dibuatkan
suatu upacara khusus untuk memohon kekuatan Hyang Widhi Wasa agar kesenian dimaksud
memiliki 'taksu'. Agama juga memunculkan beberapa mitologi yang juga berfungsi menjaga
eksistensi seni. Pertunjukan wayang sapu leger untuk mereka yang lahir pada waktu wuku
wayang berawal dari kisah dalam Kala Tattwa. Wayang lemah yang dipertunjukkan pada
upacara piodalan menunjukkan ketetkaitan agama Hindu dengan seni di Bali.
3) Seni Karawitan
Tumpek Krulut dipandang hari yang baik untuk memohon anugrah Hyang Widhi untuk
kegiatan berkesenian khususnya seni karawitan.
4) Seni Banten
Berbagai bentuk banten yang digunakan dalam ritual Hindu di Bali menunjukkan nilai
estetik yang tinggi seperti tampak dalam sarad, lamak, sampian cili dan sebagainya. Demikian
beberapa contoh sebagai gambaran tentang keterkaitan antara seni budaya dengan agama Hindu.
Penganut bhakti marga akan selalu berusaha menciptakan kreasi-kreasi seni yang berjiwakan
agama sebagai bentuk persembahan kepada Hyang Widhi Wasa sebagai ungkapan rasa bhakti
atau cinta.¹

2.2 Hakikat Seni Keagamaan


Dalam pelaksanaan keagamaan agama Hindu, umat senantiasa mengimplementasikannya
dalam bentuk seni, sehingga dalam pelaksanaan upacara agama senantiasa dibarengi dengan
seni. Dalam bahasa sansekerta “Seni” berasal dari kata “San” yang berarti persembahan dalam
upacara agama. Sehingga tidak salah kalau pelaksanaan upacara Agama Hindu terdapat banyak
sekali unsur-unsur seni didalam pelaksanaannya, baik yang berupa sesajen, suara (dharma gita),
gambelan, dan gerak (Tari, sikap mudra Slinggih). Hal ini menjadikan Seni dan Agama adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena pelaksanaan Ajaran Agama Hindu di lakukan
dengan seni. Agama Hindu tidak bisa dilepaskan dari seni karena setiap praktik agama Hindu
tidak pernah tidak disertai dengan kesenian, baik itu seni seni tari, seni kerawitan,maupun
senirupa. Tiga kerangka dasar agama Hindu adalahtatwa, etika, dan ritual.Kerangka ketiga dasar
tersebut menjadi satu-kesatuan. Selanjutnya, dalammenjalankan ajaran agama Hindu, tidak
terlepas dari tiga hal, yaitusatyam,sivam, dansundaram.Satyamadalah kebenaran, yaitu apabila
seseorangberagama, dia akan selalu melakukan kebenaran dalam kehidupan sehari-
hari.Sivamadalah keahlian, yaitu apabila seseorang selalu benar dalamkehidupan sehari-hari, ia
akan menjadi orang yang bijaksana.Sundaramadalahkeindahan, yaitu apabila seseorang selalu
berbuat yang benar dan bijaksana,jiwanya akan memancarkan keindahan dan hidupnya pun akan
menjadi indah.Begitu pula sebaliknya, keindahan atau jiwa seni yang dimiliki oleh
seseorangmembuat ia menjadi orang yang bijaksana dan menjunjung kebenaran.

2.3 Seni dan Kepribadian


Dengan seni dilaksanakan pemujaan atau kebhaktian, dengan seni memuja dewa, roh,
atau sesuatu yang khusus dengan memukul gendang atau bunyi-bunyian. seni mempunyai fungsi
kerohanian untuk mendekatkan manusia dengan dewa yang dipuja. Kemudian fungsi ini
berlanjut dalam kehidupan tari-tarian. Dengan demikian seni tari juga meneruskan fungsi
spiritual Bagi kehidupan masyarakat Hindu, fungsi dimaksud tampak masih diperlukan. Hal ini
terbukti dari adanya gamelan dan sakral taritarian yang hanya dimanfaatkan atau disuguhkan
dalam suatu upacara tertentu, seperti tari sangiang, topeng sidakarya, dan yang lainnya, yang
Seni memiliki estetika dan kekuatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup
manusia. Seni memiliki fungsi pendidikan yang dapat menjangkau beberapa keterampilan dan
berbagai kreativitas lainnya. Seni juga memiliki konteks yang beraneka ragam sesuai dengan
kebutuhan dan struktur sosial budaya masyarakat pendukungnya.Melalui senior,manusia mampu
mengekspresikan pikirandan suasana lingkungan yang melingkupi dirinya.
_____________________________________________
¹I Wayan Budi Utama , Konsekrasi Vs Fetishisasi Seni, hlm.,64-72.
difungsikan sebagai kekuatan penolak kejahatan dalam rangka memohon keselamatan dan
lahirnya kesejahteraan batin bagi umat dalam arti luas. Sejalan dengan kebutuhan hidup dan
kehidupan masyarakat, maka fungsi seni juga mengalami perkembangan, seperti fungsi
pendidikan, yangdapat menjangkau beberapa hal seperti: keterampilan, dan berbagai kreativitas
lainnya. Karena itukesenian memiliki konteks yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan
dan struktur sosial budayamasyarakat pendukungnya. Seni pada dasarnya mengandung berbagai
nilai, yaitu nilai estetika, yaknimencipta sesuatu yang menawan bagi penerimanya. Seni juga
memiliki nilai pengetahuan dan informasi.Seni yang paling penting adalah memiliki nilai hidup
yang merupakan ciptaan di dalamnya. Nilai-nilai ini berupa bermasalah yang biasanya
memandang secara filsafat.Dikatakan bahwa keutamaan seni bukan hanya dinilai dari segi
keindahan saja, melainkan juga kemampuannya mengungkap sesuatu. Dalam bidang agama, seni
memiliki multi fungsi, yang menyebabkan orang merasa lebih tertarik dan lebih cepatmengerti
mempelajari agama melalui media seni, baik seni sastra, seni suara, seni rupa, seni patung,
dansebagainya. Dengan seni dapat menyampaikan pesan yang perlu diketahui oleh
seseorang.Penggabungan seni dengan agama dapat menjadi media pembentukan budi pekerti
yang luhur.
2.4 Landasan Seni Keagamaan
Seni-budaya keagamaan ini merupakan hasil kreasi dari para seniman masa lalu dan
berkembang secara turun-temurun serta telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari adat-
istiadat dan kebiasaan hidup masyarakat pada masanya. Kesenian tidak hanya dinikmati sebagai
hiburan estetika dari seni-budaya, tetapi juga menyelipkan sebuah pendidikan (education) dan
renungan bagi penikmatnya. Oleh karena itu, berkesenian dan berkebudayaan berarti juga
berkontribusi pada pemertahanan dan penguatan identitas peradaban Bangsa Indonesia. Apalagi
diperkuat dengan UU no. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Hakikat kehidupan seni
budaya keagamaan terdapat dalam kesadaran, apresiasi, dan penghayatan pelaku dan masyarakat
pendukung terhadap nilai inti (core value) seni budaya keagamaan dari generasi-ke generasi.
Tanpa adanya semua hal tersebut, seni budaya hanyalah menjadi budaya material saja yang
terwujud dalam seni sebagai pertunjukan dan hiburan semata, tanpa proses transfer nilai-nilai
kebaikan di dalamnya. Pada sisi ini, hubungan antara seni budaya dan pendidikan menjadi
penting. Seni merupakan salah satu produk budaya masyarakat Hindu Bali yang sangat melekat
dengan ritual pelaksanaan upacara keagamaan. Salah satu cabang seni yang belum populer
seperti halnya seni lukis, patung dan tari, adalah seni sesaji atau banten yang memiliki kaitan
sangat erat dengan ritual agama Hindu. Salah satu seni sesaji yang sering digunakan dalam
kegiatan ritual maupun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat hindu-bali adalah seni canang
sari.pendidikan merupakan upaya pembudayaan nilai-nilai baik, sedangkan seni budaya
merupakan media pendidikan nilai.

2.5 Dinamika Dan Tantangan Seni Keagamaan di Era Globalisasi


Pertama, perkembangan seni budaya Bali berakar dari zaman prasejarah atau masa
perundagian yang tumbuh dari budaya asli Bali. Setelah masuknya pengaruh Hindu dan Buddha
terjadilah proses siskritisme. Nilai-nilai ini menjadi dasar bagi pengembangan USB agar modal
budaya yang dimiliki Bali tetap berkembang di tengah-tengah arus globalisasi. Kedua, proses
kreatif para seniman Bali dilandasi oleh rasa bhkati dengan maksud mempersembahkan yang
terbaik kepada yang dicintai dalam hal ini Hyang Widhi dan bhatarabhatari. Selalu terjadi proses
konsekrasi seni agar seni budaya Bali memiliki taksu. UBS memulainya dengan acara ngerehang
barong dan rangda agar memiliki taksu yang kuat. Keunikan dan keluhuran karya seni budaya
Bali terjadi karena adanya proses konsekrasi baik terhadap seniman, alat-alat, serta karya seni
budaya tersebut melalui ritual agama Hindu. Ketiga, budaya Bali tak bisa lepas dari percaturan
budaya nasional dan internasional yang menyebabkan terjadinya komodifikasi seni budaya Bali.
UBS dimaksudkan agar terjadi proses kreatif agar seni budaya Bali tetap rohnya sebagai bentuk
bhakti.
 Tantangan :
Pembimas Hindu, I Putu Suratman dalam kegiatan Pembinaan Generasi Muda Hindu
Terhadap Pengaruh Globalisasi di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Jambi pada Minggu (20/9) berpesan agar para generasi muda Hindu selalu menjaga diri dari
pengaruh-pengaruh negatif globalisasi itu sendiri. “Itulah pentingnya nilai-nilai keagamaan
Hindu itu dipertahankan apapun konsekuensinya,” Dihadapan 32 pemuda-penudi Hindu tersebut,
I Putu Suratman mengingkatkan agar para pemuda Hindu sebagai generasi penerus agar terus
menjaga dan mempertahankan nilai-nilai agama Hindu agar dapat diwariskan kepada generasi
selanjutnya baik dari Kitab Suci maupun dari media-media yang berkembang, namun dapat
dipertanggungjawabkan agar tidak salah pemahaman agamanya. “Kita sebagai generasi muda
harus terus menggali kebenaran agama Hindu melalui Kitab Suci Weda dan referensi referensi
media lainnya, sehingga nilai-nilai agama Hindu itu tetap terjaga dan lestari sampai pada
generasi berikutnya,”

BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Seni dan agama tidak dapat dipisahkan atau saling melengkapi, karena seni itu dipakai media
untuk menyebarkan suatu ajaran atau kepercayaan agama. Tanpa seni tidak mungkin karena seni
adalah keindahan, dan seni tanpa agama sangat membahayakan, karena inspirasi seni ide-ide liar
dan luas terkadang berlebihan akan terpelosok pada pemikiran-pemikiran seni yang
menjerumuskan untuk keluar dari tatanan hukum agama. Agama dan seni adalah dua hal yang
sangat dekat dan banyak yang beranggapan bahwa seni dan agama sesuatu kesatuan yang utuh,
padahal agama dan seni punya kedudukan masing-masing, agamalah yang punya kedudukan
yang lebih mulia dari seni, namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan.
1.2 SARAN
Sebagai umat beragama hindu tentu kita harus tahu tentang seni dalam perspektif agama
hindu. Selain itu kita sebagai anak muda patut mempelajari berbagai kesenian. Baik kesenian
sakral maupun bebalian agar segala kesenian tersebut dapat tetap lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Widyanatya, Jurnal Pendidikan dan Seni, Volume 1, Nomor 01, Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai