Anda di halaman 1dari 95

PENGARUH LATIHAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKSI PADA


SISWA EKSTRAKULIKULER DI SMP ROUDHOTUL MUHIBBIN BEKASI
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh

Gelar Strata Satu Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

OLEH :

MUHAMMAD DWIKI HARDI RIFALDI

4118219180024

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Dewan Pembimbing Skripsi FakultasKeguruan

dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,

Universitas Islam “45” Bekasi.

Pembimbing

Adli Azhari, M.Pd

Mengetahui Disahkan oleh

Dekan FKIP Unisma Bekasi Ketua Program Studi PJKR

Yudi Budiati, S.Pd., M.Pd Mia Kusumawati, M.Pd

i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SKRIPSI
PENGARUH LATIHAN LEMPAR SHUTTLECOCK TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA
SISWA EKSTRAKULIKULER DI SMP ROUDHOTUL MUHIBBIN BEKASI
TAHUN 2022
Dipersiapkan dan ditulis
Oleh:
MUHAMMAD DWIKI HARDI RIFALDI
41182191180024
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji,
Pada Tanggal 29 Maret 2023
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua : …………………

Sekertaris : …………………

Penguji 1 : …………………

Penguji 2 : …………………

Penguji 3 : …………………

Bekasi, 29 Maret 2023


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam “45” Bekasi

Yudi Budiati, S.Pd., M.Pd

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Dwiki Hardi Rifaldi

NPM : 41182191180024

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan, Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Islam“45” Bekasi.

Menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul“ Pengaruh Latihan Lempar


Shuttlecock Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan LOB Pada Siswa
Ekstrakulikuler di MTS Roudhotul Muhibbin Bekasi” dan beserta isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko dan sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keaslian karya
saya ini.

Bekasi, 27 Maret 2023


Yang Membuat Pernyataan

Muhammad Dwiki hardi Rifaldi

iii
ABSTRAK

Muhammad Dwiki Hardi Rifaldi. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Latihan


Lempar Shuttlecock Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan LOB Bulutangkis
Pada Siswa Ekstrakulikuler di MTS Roudhotul Muhibbin Bekasi”. Program Studi
Pendidikan Jasmani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam “45”
Bekasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan lempar shuttlecock
terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa ekstrakulikuler
di SMP Roudhotul Muhibbin Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest. Populasi ini
menggunakan siswa Ekstrakulikuler bulutangkis yang berjumlah 10 orang. Sampel
dengan menggunakan teknik total sampling, dengan teknik tersebut maka jumlah
sampel di dapat yaitu sebanyak 10 siswa dari kelas VII dan VIII.
Dalam hasil data yang diperoleh dari hasil tes French Clear Test pada siswa
ekstrakulikuler bulutangkis SMP Roudhotul Muhibbin. Menunjukan hasil rata - rata
pretest 57,1 dan hasil post test 73,5 dan untuk selisih hasil tes French Clear Test sebesar
16,4
Berdasarkan pengolahan data dari analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa
model latihan lempar shuttlecock berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil
pukulan lob siswa ekstrakulikuler bulutangkis di SMP Roudhotul Muhibbin Bekasi
dengan nilai thitung sebesar 7,331 > ttabel sebesar 2,260 pada alpha 5% atau (a) = 0,05

Kata Kunci: Latihan, Shuttlecock, Pukulan Lob

iv
ABSTRACT

Muhammad Dwiki Hardi Rifaldi. " The Effect of Throwing Shuttlecock Training
on Increasing the Ability to Hit Badminton LOB in Extracurricular Students at MTS
Roudhotul Muhibbin Bekasi ". Physical Education Study Program, Faculty of Teacher
Training and Education, Islamic University “45” Bekasi

This study aims to determine the effect of throwing shuttlecock exercises on


increasing the ability to hit badminton lobs in extracurricular students at Roudhotul
Muhibbin Bekasi Middle School. The method used in this study was an experiment with
a one-group pretest-posttest design. This population uses 10 badminton
extracurricular students. The sample used the total sampling technique, with this
technique the number of samples obtained was 10 students from class VII and VIII.

In the results of the data obtained from the results of the French Clear Test on
badminton extracurricular students at Roudhotul Muhibbin Middle School. Shows an
average pretest result of 57.1 and a post test result of 73.5 and for the difference in
French Clear Test results of 16.4

Based on data processing from data analysis, it can be concluded that the
throwing shuttlecock training model has a significant effect on increasing the results
of the lob hitting of badminton extracurricular students at Roudhotul Muhibbin Bekasi
Middle School with a tcount of 7.331 > ttable of 2.260 at alpha 5% or (a) = 0, 05

Keywords: Practice, Shuttlecock, Lob Shot

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT, atas segala

Rahmat dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini tepat pada waktunya. Shalawat serta Salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, beserta para Sahabat dan Keluarganya. Dengan segala daya dan

upaya maksimal akhirnya penulis dapat menyusun skripsi ini sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan studinya.

Di dalam penyusunannya penulis tidak terlepas dari bantuan banyak pihak

yang sangat penting untuk penyempurnaan skripsi ini, untuk itu penulis

mengucapkanterima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hermanto, Drs., MM., M.Pd., selaku Rektor Universitas Islam

“45” Bekasi.

2. Ibu Yudi Budianti, S.Pd., M.Pd., selaku Dekan FKIP Unisma Bekasi.

3. Ibu Mia Kusumawati, M.Pd., AIFO, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, FKIP Unisma Bekasi.

4. Ibu Dr. Aridotul Haqiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Adli Azhari, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

6. Para Dosen dan Tata Usaha FKIP Unisma Bekasi yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

7. Ibu Umi Mucharomah, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah SMP Roudhotul Muhibbin
Bekasi yang telah mengizinkan untuk diselenggarakannya penelitian ini.
8. Bapak Ade Burhanudin, S.Pd., M.Pd selaku Guru Olahraga SMP Roudhotul
Muhibbin Bekasi
vi
9. Siswa Sekolah SMP Roudhotul Muhibbin Bekasi yang telah membantu proses
diselenggarakannya penelitian ini.
10. Kepada orang tua saya yaitu bapak Hardimansyah dan ibu Rahmawati yang tak
pernah henti-hentinya berdo’a untuk terlaksananya penelitian ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa FKIP Jurusan Pendidikan Jasmani khususnya Angkatan
2018 kelas PJKR A yang telah memberi inspirasi dalam motivasi penulisan dan
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga
akhir.

Penulis amat menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan

terdapat banyak sekali kekurangan maupun kesalahan, maka kritik dan saran baik

yang bersifat lisan maupun tulisan akan selalu penulis terima agar penulis dapat

menghasilkan sebuah karya yang lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang.

Bekasi, Maret 2023

Muhammad Dwiki Hardi Rifal

vii
viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................................6
1. Batasan Masalah ........................................................................ 6
2. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaan Penelitian ........................................................................... 7
1. Manfaat Secara Teoritis ............................................................. 7
2. Manfaat Secara Praktis .............................................................. 8
E. Definisi Operasional ......................................................................... 8
1. Pengaruh .................................................................................... 8
2. Latihan ....................................................................................... 8
3. Bulutangkis ................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Hakikat Latihan ............................................................................... 10
1. Pengertian Latihan ................................................................... 10
2. Ciri-Ciri Latihan ...................................................................... 11
3. Tujuan dan Sasaran Latihan ..................................................... 12
4. Prinsip Latihan ......................................................................... 13
5. Komponen Latihan .................................................................. 18
B. Hakikat Latihan Bulutangkis ........................................................... 20
viii
1. Pengertian Bulutangkis ............................................................ 20
2. Lapangan Bulutangkis ............................................................. 21
3. Teknik Dasar Bulutangkis ....................................................... 24
C. Pukulan Lob .................................................................................... 28
1. Pengertian Pukulan Lob ........................................................... 28
2. Kegunaan Pukulan Lob ............................................................ 29
3. Gerakan yang Perlu Diperhatikan dalam Pukulan Lob............ 29
4. Macam-Macam Pukulan Lop................................................... 30
D. Latihan Bermain Melempar Shuttlecock......................................... 32
E. Karekteristik Anak Usia 13-15 Tahun ............................................ 35
1. Perkembangan Fisik ................................................................. 35
2. Perkembangan Kognitif ........................................................... 37
3. Perkembangan Kognisi Sosial ................................................. 37
4. Perkembangan Psikososial ....................................................... 38
F. Penelitian Yang Relevan ................................................................. 38
G. Kerangka Berpikir ........................................................................... 41
H. Anggapan Dasar dan Hipotesis ....................................................... 43
1. Anggapan Dasar ....................................................................... 43
2. Hipotesis .................................................................................. 43

BAB III PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode Penelitian ........................................................................... 44
B. Populasi dan Sampel ....................................................................... 45
1. Populasi.................................................................................... 45
2. Sampel ..................................................................................... 45
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 46
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruh VO2max ............................................ 46
2. Pengukuran dan Tes VO2max.............................................................................. 46
D. Desain dan Langkah-Langkah Penelitian ........................................ 46
1. Desain Penelitian ..................................................................... 46
2. Langkah-Langkah Penelitian ................................................... 47
E. Rancangan Perlakuan ...................................................................... 48
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 48
ix
G. Prosedur Analisis Data .................................................................... 52
1. Menghitung Skor Rata-Rata ..................................................... 52
2. Mencari Simpangan Baku ........................................................ 52
3. Uji Normalitas .......................................................................... 52
4. Menguji Hipotesis .................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data................................................................................. 55
B. Uji Persyaratan Analis .................................................................... 58
C. Uji Hipotesis ................................................................................... 59
D. Diskusi Penemuan........................................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..................................................................................... 64
B. Saran ............................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 65

x
xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapangan Bulutangkis dan Ukurannya ..........................................22


Gambar 2.2 Net Bulutangkis ..............................................................................22
Gambar 2.3 Shuttlecock ......................................................................................23
Gambar 2.4 Raket Bulutangkis ..........................................................................24
Gambar 2.5 Pukulan Lob (Overhead Forehead) ................................................31
Gambar 2.6 Arah Pukulan Overhead Lob ..........................................................31
Gambar 2.7 Pukulan Backhand Overhead Lob ..................................................32
Gambar 3.1 Desain Penelitian ............................................................................46
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penelitian ..........................................................47
Gambar 3.3 French Test (Tes Kemampuan Lop Bulutangkis) ..........................50
Gambar 4.1 Diagram Batang Pretest dan Posttest Pukulan Lob Bulutangkis
Siswa dan Siswi SMP Roudhotul Muhibbin Bekasi .......................58

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Latihan Bermain Melempar Shuttlecock ................................ 25

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pukulan Lob ...............................................55

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest dan Posttest Pukulan Lob Bulutangkis

Siswa dan Siswi Smp Roudhotul Muhibbin Bekasi ...........................57

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ...........................................................................58

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................59

Tabel 4.5 Uji – t Hasil Pre-Tes dan Pos-Tes Pukulan Lob .................................60

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Statistik Sampel Berpasangan ........................................................ 68


Lampiran 2 Korelasi Sampel Berpasangan ........................................................ 68
Lampiran 3 Uji Sampel Berpasangan ................................................................ 68
Lampiran 4 Uji Kolmogorov-Smirnov Satu Sampel .........................................69
Lampiran 5 Uji Homogenitas Varians ............................................................... 69
Lampiran 6 Anova ............................................................................................. 69
Lampiran 7 SK Pembimbing Skripsi .................................................................70
Lampiran 8 Permohonan Izin Dari Fakultas ...................................................... 71
Lampiran 9 SK Telah Melakukan Penelitian ..................................................... 72
Lampiran 10 Frekuensi Bimbingan......................................................................73
Lampiran 11 Dokumentasi ................................................................................... 75
Lampiran 12 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................... 79
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No.20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional,

pendidikan ialah sebuah usaha yang secara terencana dan sadar dalam melahirkan

sebuah situasi belajar dan proses pembelajaran demi peserta didik dapat dengan

aktif melakukan pengembangan atas potensi dirinya demi mempunyai kekuatan

spiritual, keagamaan, kepribadian, pemgemdalian diri, akhlak mulia, kecerdasan,

serta keterampilan yang dibutuhkan diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Demi dapat menggapai tujuan pendidikan tersebut oleh karena itu seorang guru

mesti mempunyai keterampilan dalam hal memilih dan menentukan strategi

pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi tak membosankan.

Menurut Rahayu dkk, (2018) Pendidikan ialah anugerah pengetahuan yang

tak bisa dirampas dan bisa menolong setiap anak, pada usia yang sangat muda,

belajar untuk melakukan pengembangan dan mempergunakan kekuatan mental,

fisik dan moral setiap anak, yang mereka dapatkan dari Pendidikan. Olahraga ialah

salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Olahraga

juga ialah disiplin ilmu yang memiliki peran yang penting dalam menunjang

kemajuan ilmu pengetahuan dan kesehatan. Perkembangan fisik memiliki

pengaruh yang langsung kepada anak sebab dapat menentukan hal-hal yang dapat

1
2

dilaksanakan oleh anak dan dengan tak langsung baik untuk diri sendiri ataupun

orang lain (Azhuri dkk, 2020).

Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini

semakin mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan

olahraga pada pagi, sore bahkan malam hari, serta banyaknya klub olahraga,

fitness center dan kebugaran kesehatan. Perkembangan ini dilakukan adanya

kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan olahraga, diantaranya dapat

meningkatkan taraf kebugaran jasmani, rekreasi, pendidikan, pencapaian prestasi

maupun mata pencaharian. (Iskandar, 2015).

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan untuk mendapatkan

tubuh sehat dan kuat. Aktivitas olahraga yang menyenangkan dan menghibur,

seperti halnya olahraga sepakbola digemari semua elemen masyarakat di seluruh

dunia, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua. Olahraga sepakbola bisa

di mainkan disemua tempat, dimainkan sesuai kondisi lingkungan tempat

masyarakat berada. Pada perhelatan akbar sepakbola dunia yang digelar 4 tahun

sekali tentu menjadi moment yang di tunggu-tunggu masyarakat dunia dan juga

semua negara konstetan dalam perhelatan tersebut yang mewakili benua masing

masing.

Salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan

permainan bulutangkis, karena permainan bulutangkis lebih banyak menuntut

kemampuan individu (perorangan) dalam setiap pertandingan yang dilakukan,

secara otomatis menuntut ketenangan,penguasaan emosi dan kecepatan berpikir


3

yang erat kaitannnya dengan pembinaan kepribadian. Perkembangan Permainan

bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga kebangggaan Indonesia.

Permainan bulutangkis yang baik jelas tak lepas dari latihan dan

pembinaan yang secara terus menerus, supaya terorganisir dengan baik. Latihan

ialah sebuah proses melakukan persiapan atas organisme atlet dengan sistematis

demi dapat memperoleh maksimalnya mutu prestasi dengan diberikan beban fisik

dan mental yang terarah, teratur, meningkatkan, dan diulang-ulang waktunya

(Djoko Pekik Irianto, 2002). Pada permain bulu tangkis, salah satu yang sangat

penting setelah servis ialah pukulan lob atau pukulan panjang.

Dimana kemampuan ini difungsikan untuk melakuakn penyerangan

kebelakang lapangan dari lawan. Pada latihan bulutangkis terdapat sebuah

kelemahan yakni biasanya seorang siswa menghadapi sebuah kesulitan dalam

melaksanakan pukulan lob sampai dengan jauh ke belakang masih sangat

tanggung atau lemah yang mana dapat mempermudah seorang lawan dalam

mengembalikan dan melakukan penyerangan. Biasanya pukulan lob dilaksanakan

dengan langkah shuttlecock dipukul didepan atas kepala dengan mengayunkan

raket ke depan atas lalu meluruskan seluruh lengan kemudian lecutkan

pergelangan tangan ke depan.

Selanjutnya pengembangan pola latihan perlu diterapkan dengan

memperhatikan faktor usia karena pola latihan yang melebihi dosis keterampilan

otot akan berpengaruh terhadap perkembangan fisik seseorang. Menurut Sajoto

(Susanto, 2017), apabila seseorang ingin mencapai prestasi yang optimal, perlu
4

memiliki empat hal yang meliputi; (1) pengembangan fisik, (2) pengembangan

teknik, (3) pengembangan taktik, (4) pengembangan mental, dan (5) kematangan

juara. Adapun faktor-faktor penentu prestasi olahraga menurut Sajoto dalam

(Susanto, 2017) meliputi; (1) aspek biologis yang terdiri atas potensi atau

keterampilan dasar tubuh, fungsi organ tubuh, struktur dan postur tubuh, gizi, (2)

aspek psikologis yang terdiri atas intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi

kerja otot dan saraf, (3) aspek lingkungan, (4) aspek penunjang.

Pada saat observasi awal, dan kebetulan peneliti mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler di SMP Rodotul Muhibbin Bekasi, ditemukan beberapa

permasalahan, salahsatunya jenis latihan yang masih kurang variatif, sehingga

menimbulkan kebosanan bagi siswa dan siswi, khususnya siswi perempuan. Dan

sisiwi perempuan juga khususnya dalam melakukan teknik lob masih salah,

sehingga perkenaan pada shuttlecock kurang tepat, misalnya tangan kurang

diluruskan pada saat memukul, bahkan masih ada pemain pada saat melakukan

lob, shuttlecock menyangkut di net dan bahkan keluar lapangan. Seharusnya

pukulan lob dapat menjadi senjata bagi setiap pemain untuk mendapatkan poin

atau mematikan lawan. Pola latihan lob juga kurang begitu diperhatikan oleh guru

olahraga, latihan lebih diperbanyak pada latihan fisik dan game.

Pada saat bermain, sebagian besar hasil lob yang dilakukan oleh siswa

dan siswi terlalu melebar ke kanan dan ke kiri, sehingga pukulan yang seharusnya

menghasilkan poin untuk diri sendiri, justru malah lebih banyak menghasilkan

poin untuk lawan. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa ketika


5

melakukan latihan lob, terutama ketika menggunakan metode drill membuat raut

muka siswa dan siswi terlihat sedih dan kecewa sehingga ketika mendapat giliran

melakukan pukulan, hasil pukulannya cenderung tidak maksimal. Proses latihan

seringkali membuat para sisiwa dan sisiwi mudah jenuh. Kategori anak putri

memiliki mental yang labil, maka kejenuhan tersebut dapat mengikis dan

membuyarkan motivasinya untuk melakukan permainan bulutangkis yang baik.

Untuk itu dalam menentukan bentuk-bentuk latihan yang akan digunakan untuk

meningkatkan kualitas pukulan lob sangat dibutuhkan kreativitas dari pelatih, yang

tentunya untuk mencapai tujuan latihan sekaligus menghindarkan anak-anak dari

kejenuhan selama proses pembelajaran.

Peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan mencoba

memodifikasi latihan dengan permainan melempar shuttlecock. Latihan ini

menggunakan shuttlecock yang dilempar melewati net sejauh target yang telah

ditentukan. Dalam pelaksanaannya nanti, jarak lempar dan target meningkat setiap

minggunya. Atas dasar uraian dari latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik

untuk mendalami dan meneliti secara ilmiah peningkatan kemampuan lob dalam

bermain bulutangkis. Sehingga dalam penelitian ini mengambil judul “Pengaruh

Latihan Lempar Shuttlecock Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan LOB

Pada Anak di SMP Roudotul Muhibbin Bekasi”


6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memperoleh gambaran serta hasil yang lebih jelas maka penulis

perlu membatasi permasalahan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan dengan

asumsi agar penelitian ini tidak menyimpang dari maksud serta sasaran

penelitian. Disamping itu pula hal ini dilakukan sebagai langkah untuk

memudahkan dalam proses penelitian yang dilaksankan.

Agar pembahasan menjadi lebih fokus dan dengan mempertimbangkan

segala keterbatasan dana, waktu pada penulis, maka masalah dalam

pembuatan proposal ini dibatasi tentang “Pengaruh Latihan Lempar

Shuttlecock Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan LOB Bulutangkis

Pada Siswa Ekstakulikuler Bulutangkis di SMP Roudotul Muhibbin Bekasi”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengearuh

terhadap pengaruh latihan lempar shuttlecook terhadap peningkatan

kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa ekstrakulikuler bulutangkis

di SMP Roudotul Muhibbin Bekasi?


7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat pengearuh terhadap latihan lempar shuttlecook

terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa

ekstrakulikuler bulutangkis di SMP Roudotul Muhibbin Bekasi?

D. Manfaat Peneletian

Berdasarkan rumusan dan tujuan yang telah dijelaskan, maka penelitian ini

bermanfaat sebagai berikut :

1. Manfaat secara Teoritis

a. Bagi sekolah SMP Roudhotul Muhibbin Bekasi, hasil penelitian ini

diharapkan layak digunakan sebagai acuan untuk program peningkatan

latihan shuttlecook terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob

bulutangkis sehingga dapat menngkatkan kualitas pemain bulutangkis.

b. Menambah wawasan bagi semua unsur serta sebagai referensi untuk

peneliti selanjutnya.

c. Bahan referensi dalam memberikan materi latihan kepada siswa


ektrakulikuler bulutangkis SMP Roudotul Muhibbin Bekasi.
8

2. Manfaat Secara Praktis

a. Pelatih dapat menerapkan metode yang efektif dalam peningkatan latihan

shuttlecook pelatih tidak membuang waktu untuk melakukan latihan yang

salah.

b. Dapat mengetahui manfaat dari latihan shuttlecook terhadap pukulan lob

bulutangkis

c. Sebagai masukan kepada tim pelatih ekstrakulikuler bulutangkis SMP

Roudotul Muhibbin Bekasi.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan upaya untuk menghindari

perbedaan pendapat yang mengakibatkan kesalahan penafsiran serta pengertian

yang menyangkut masalah yang diteliti, maka dipandang perlu adanya Batasan

istilah. Adapun istilah yang digunakan daam penelitian ini didefinisikan sebagai

berikut :

1. Pengaruh

Menurut (Surakhmad, 2012) pengaruh adalah kekuatan yang muncul

dari sesuatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan

perubahan yang dapat membentuk kepercayaan atau perubahan.

2. Latihan

Menurut (Mylsidayu A dan Kurniawan F, 2015) Pengertian latihan

yang berasal dari kata training adalah suatu proses penyempurnaan


9

kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik,

menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah,

memakai prinsip-prinsip latihan terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan

dapat tepat waktunya.

3. Bulutangkis
Salah satu yang sangat penting setelah servis ialah pukulan lob atau

pukulan panjag dimana kemampuaan ini di fungsikan untuk melakukan

penyerangan ke belakang dari lapangan lawan. Pada Latihan bulu tangkis

dapat sebuah kelemahan yakni biasanya seorang siswa menghadapi sebuah

kesulitan dlam menghadapi pukulan lob sampai dengan jauh ke belakang masi

sangt tanggung atau lemah yang mana dapat permudah lawan dalam

mengembalikan dan melakukan penyerangan (Siswanto dan Purbangkara,

2019).

Bulutangkis menurut Grice dalam (Ismail et al., 2019) merupakan

olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket, dan shuttlecock

dengan pemukulan yang bervariasi mulai dari yang relatif lambat hingga yang

sangat cepat.
10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Hakikat Latihan

1. Pengertian Latihan

Latihan adalah proses sistematis yang dapat merubah kondisi fisik,

teknik, dan mental seorang individu (Zulfikar, 2019). Secara sederhana latihan

dapat dirumuskan, yaitu segala daya dan upaya untuk meningkatkan secara

menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang sistematis dan berulang-ulang

dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan, waktu atau

intensitasnya. Seseorang melakukan latihan dikarenakan merupakan suatu

bentuk upaya untuk mencapai suatu tujuan

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas

untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan

menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang

olahraga (Sukadiyanto, 2011). Keberhasilan pembinaan olahraga pada

umumnya dihasilkan oleh perencanaan, kerja keras, tanggung jawab, dan

latihan terus menerus. Latihan merupakan faktor yang sangat mendasar dalam

mencapai puncak penampilan pada kegiatan olahraga, khususnya olahraga

prestasi. Kegiatan aktivitas fisik untuk orang normal betujuan guna

meningkatkan kesegaran dan ketahanan fisiknya. Keberhasilan seorang

10
11

pemain dalam mencapai prestasi dapat dicapai melalui latihan jangka panjang

dan dirancang secara sistematis (Mahfud et al., 2020).

Menurut Sugiharto (2014) latihan adalah proses yang dilakukan oleh

individu secara sistematis dalam bekerja atau berlatih secara berulang-ulang

dengan beban yang semakian bertambah. Latihan memerlukan waktu yang

lama sehingg atlet memiliki penampilan yang maksimal dan dapat berprestasi.

Selain itu, latihan dalam arti fisiologis adalah perbaikan sistem dan fungsi

organisme dalam tugasnya meningkatkan prestasi atlet. Oleh sebab itu, latihan

yang dilakukan harus disusun dan dilaksanakan secara tepat dan benar sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Latihan dengan cara yang tidak tepat akan

mempengaruhi perkembangan anak, baik secara fisiologi ataupun psikologis

(Mahfud et al., 2020).

Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa

pengertian latihan adalah suatu proses aktivitas yang meningkatkan

keterampilan (kemahiran) dan dapat merubah kondisi fisik, teknik dan mental

seorang individu dalam berolahraga.

2. Ciri-Ciri Latihan

Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan

mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara

pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih

melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif, dab efesien (Mylsidayu A dan
12

Kurniawan F, 2015). Untuk itu proses latihan selalu bercirikan sebagai

berikut:

a. Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam

berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu serta memerlukan

perencanaan yang tepat dan cermat.

b. Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif.

c. Pada setiap satu kali tatap muka/sesi latihan harus memiliki tujuan tujuan

dan sasaran.

d. Materi latihan harus berisikan teori dan praktik, agar pemahaman dan

penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen.

e. Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang

direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor kesulitan,

komplekasi gerak, dan penekanan pada sasaran latihan,

3. Tujuan dan Sasaran Latihan

Setiap latihan memiliki tujuan untuk menggembakan sesuatu, kearah

yang lebih baik seprti halnya pada olahraga futsal. Menurut Harsono (2017)

menjelaskan bahwa tujuan utama dalam proses latihan adalah membantu atlet

meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Empat

aspek yang perlu diperhatikan adalah latihan fisik, latihan teknik, latihan

taktik, dan latihan mental.

Tujuan program latihan yang direncanakan secara baik akan

meningkatkan prestasi atlet secara maksimal dengan puncak prestasinya pada


13

saat pertandingan paling penting tahun itu (Harsono, 2017). Sasaran latihan

secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan

olahragawan dalam mencapai puncak prestasi.

Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar antara lain

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh.

b. Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus.

c. Menambah dan menyempurnakan teknik.

d. Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola

bermain.

e. Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis atlet dalam bertanding.

Dengan demikian penentuan sasaran latihan diharapkan akan

meningkatkan kemampuan atlet baik secara fisik (teknik dan keterampilan)

maupun psikis (strategi dan taktik) untuk mencapai puncak prestasi dengan

proses singkat tetapi mampu bertahan lama.

4. Prinsip Latihan

Setiap atlet memiliki sifat yang berbeda-beda memiliki potensi yang

berbeda beda, memiliki kemapuan untuk beradaptasi sehingga memerlukan

latihan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi tersebut. Beberapa

faktor yang perlu diperhatikan dalam latihan menurut Sukadiyanto dan Muluk

(2011) yaitu:
14

a. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus di sesuaikan

dengan usia olahragawan. Oleh karna itu usia olahragawan berkaitan erat

dengan kesiapan kondisi secara fisiologis dan psikologis dari setiap

olahragawan. Artinya, para pelatih harus mempertimbangkan dan

memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan dari setiap

olahragawan (Sukidiyanto, 2011). Dari pendapat tersebut jelas usia

menentukan dari intensitas latihan di mana pada setiap usia harus

disesuaikan. Meskipun atlet memiliki usia yang sama, karakteristik

kesiapan atlet akan berbeda. Hal tersebut dikarenakan faktor gizi,

keturunan, lingkungan, dan usia kalender. Mengingat tujuan latihan

adalah mengembangkan keterampilan, tidak semua usia sama

peningkatan keterampilan. Atlet usia dini lebih dititikberatkan pada

pengayaan gerak dalam latihan keterampilan.

b. Prinsip Individual

Prinsip individu menuntut pelatih untuk memahami kondisi

olahragawan. Hal tersebut dikarenakan setiap individu tidak sama dan

mempunyai karakteristik masing-masing yang berbeda. Meskipun

kembar identik, karakter atlet tidak sama. Pelatih harus mampu

menangani atlet sesuai dengan kondisi masing-masing individu.

Perbedaan karakteristik atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Sukadiyanto menjelaskan, “Faktor yang menyebabkan perbedaan


15

kemampuan anak dalam merespon beban latihan diantaranya, faktor

keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat, kebugaran, lingkungan,

cidera, motivasi”(Sukadiyanto, 2011). Dalam hal ini pelatih dituntut

merancang program latihan yang dibuat harus sesuai dengan dosis per

individu agar latihan mampu diterima oleh kondisi tubuh atlet.

c. Prinsip Beban Lebih (Overload)

Menurut (Sukadiyanto, 2011) bahwa, “beban latihan harus

mencapai atau melampaui sedikit diatas ambang rangsang.” Dari kedua

pendapat tersebut prinsip dari beban berlebih adalah memberikan beban

latihan sedikit diatas kemampuan atlet dalam merespon beban latihan.

Dalam pembebanan yang baik adalah progresif dan diubah sesuai dengan

tingkat perubahan yang terjadi pada olahragawan. Sukadiyanto

mengemukakan, “adapun cara meningkatkan beban latihan dapat dengan

cara diperbanyak, diperberat, dipercepat, dan diperlama”.

d. Prinsip Peningkatan (Progresif)

Agar terjadi proses adaptasi dalam tubuh, maka diperlukan prinsip

beban lebih yang diikuti dengan prinsip progresif. Latihan bersifat

progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah

ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke

keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta

dilaksanakan secara ajeg, bertahap, cermat, berkontinyu, dan tepat

(Sukadiyanto, 2011).
16

e. Prinsip Khusus (Spesifikasi)

Bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan

yang khusus. Setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus pula

oleh olahragawan, sehingga, materi latihan harus dipilih sesuai dengan

kebutuhan cabang olahraganya. Untuk itu, sebagai pertimbangan dalam

menerapkan prinsip spesifikasi, ialah :

1) Spesifikas kebutuhan energi.

2) Spesifikasi bentuk dan model latihan.

3) Spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan.

4) Waktu periodisasi latihan.

f. Prinsip Variasi

Pelatihan yang dituntut keseriusan dan mengerahkan energi yang

banyak menjadikan atlet mudah jenuh dalam latihan, pada setiap latihan

yang sama maka kejenuhan akan mudah dirasakan oleh atlet. Prinsip

variasi dalam latihan berguna untuk menjauhkan rasa kejenuhan atlet

(Sukadiyanto, 2011). Program latihan yang baik harus disusun secara

variatif untuk menghindarkan kejenuhan, keteganggan, dan keresahan

yang merupakan kelelahan secara psikologis. Komponen utama untuk

memvariasi latihan adalah perbandingan antara: (1) kerja dan istirahat, (2)

latihan berat dan ringan.


17

g. Prinsip Pemasan dan Pendinginan (Warm-Up and Cool-Down)

Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis

olahragawan memasuki latihan inti. Latihan diawali dengan pemanasan,

diharapkan olahragawan dalam memasuki latihan inti dapat terhindar dari

kemungkinan terjadinya cidera dan rasa sakit. Tujuan pendinginan adalah

agar tubuh kembali pada keadaan normal secara bertahap dan tidak

mendadak setelah latihan (Sukadiyanto, 2011).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

prinsip latihan pada dasarnya mencakup prinsip spesifikasi, system

energi, prinsip overload, dan prinsip pemanasan dan pendinginan. Prinsip

spesifikasi berarti memiliki kekhususan sistem energi meliputi

penggunaan energi, dan prinsip overload yang bekaitan dengan intensitas,

frekuensi, dan durasi. Perlu diperhatikan pembuatan suatu program

latihan haruslah berdasar pada prinsip- prinsip latihan agar program

latihan berjalan sesuai dengan tujuan atau sasaran latihan tanpa

mengalami overtraining.

h. Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long Term Training)

Latihan untuk meraih prestasi terbaik diperlakukan proses latihan

dalam jangka waktu yang lama. Prinsip latihan jangka panjang

dimaksudkan untuk olahragawan harus melakukan persiapan dan tentu

melalui proses latihan yang teratur, instetif dan progresif yang

membutuhkan waktu 4-10 tahun.


18

i. Prinsip Berkebalikan (Reversibility)

Prinsip berkebalikan artinya bila olahrgawan berhenti dari latihan

dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas organ

tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara otomatis, sebab

proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil dari latihan akan menurun

bahkan hilang, bila tidak di praktikan dan di pelihara melalui latihan

kontinyu.

j. Prinsip tidak Berlebihan (Moderat)

Pembebanan harus disesuikan dengan tingkat dengan tingkat

kemampuan pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga,

beban latihan yang diberikan benar- benar tepat.

k. Prinsip Sistematik

Prestasi olahragawan sifatnya labil dan sementara, sehingga

prinsip ini berkaitan dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala

prioritas sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis

pembebanan yang berbeda- beda.

5. Komponen Latihan

Setiap aktivitas fisik dalam suatu proses latihan selalu mengakibatkan

terjadinya perubahan antara lain: anatomi, fisiologi, biokimia dan psikologis

bagi pelakunya. Oleh karna itu penyusunan latihan seorang pelatih harus

memperhatikan faktor-faktor yang disebut komponen latihan, Volume latihan,

recovery dan interval (Mylsidayu A dan Kurniawan F, 2015).


19

a. Intensitas

Intensitas adalah kualitas latihan olahraga yang dilakukan. Jika

intensitas latihan tinggi, waktu latihan dapat lebih pendek. Namun,

sebaliknya jika intensitas latihan lebih kecil, waktu latihan harus lebih

lama.

b. Volume

Volume adalah ukuran yang menunjukan kualitas (jumlah) suatu

rangsangan atau pembebanan. Adapun dalam proses latihan cara yang

digunakan untuk meningkatkan volume latihan dapat dilakukan dengan

cara lain yaitu : (1) diperberat (2) diperlama (3) dipercepat (4)

diperbanyak.

c. Recovery

Recovery adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antara

repetisi (ulangan). Dalam menu program latihan biasannya tertulis tr : 1:5,

artinya waktu Recovery yang diberikan 5 kali lebih lama dari waktu kerja.

d. Interval

Interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar set

atau seri atau sirkuit atau antar sesi atau sirkuit atau antar sesi per unit

latihan. Pada prinsipnya pemberian waktu recovery selalu lebih

pendek/singkat dari pemberian waktu interval. Dalam program latihan

biasanya tertulis t.i= 1:8, artinya waktu interval yang diberikan 8x lebih
20

lama dari waktu kerja. Pada prinsipnya pemberian waktu interval lebih

lama dari pada waktu recovery.

e. Repetisis (Ulangan)

Repetisi (ulangan) adalah jumlah ulangan yang dilakukan untuk

setiap item latihan. Contoh Push ups 50 kali, maka jumlah kali yang

dilakukan tersebut maka dinamakan repetisi atau ulangan.

f. Set

Set adalah jumlah ulangan untuk satu item latihan. Contoh, pada

latihan Push ups 50 kali yang terbagi dalam 4 set dan dalam setiap set

terdiri dari 4 repetisi. Berikut ini ilustrasi mengenai penempatan

recovery,interval, repetisi dan set.

B. Hakikat Bulutangkis

1. Pengertian Bulutangkis

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual

yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang

atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai

alat pemukul dan shuttlecock sebagai objek pukul, lapangan permainan

berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah

permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan

bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah


21

permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock

dan menjatuhkan di daerah permainan sendiri (Subarjah, 2014).

Bulutangkis merupakan olahraga yang dimainkan dengan

menggunakan net, raket, dan shuttlecock dengan teknik pemukulan yang

bervariasi mulai dari yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai

dengan gerakan tipuan (Grice dalam (Ismail et al., 2019)). Dalam olahraga

bulutangkis memiliki karakter olahraga yang membutuhkan kecepatan dan

kelincahan dikarenakan pemain harus menjangkau semua sisi lapangan tanpa

kehilangan keseimbangan. Olahraga bulutangkis merupakan olahraga yang

kompleks, dimana olahraga ini menggunakan hampir seluruh komponen fisik.

Dalam olahraga bulutangkis juga disertai berbagai latihan teknik. Permainan

bulutangkis sendiri merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat

popular dan digemari banyak masyarakat khususnya di Indonesia,

dikarenakan bulutangkis merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan

oleh berbagai kelompok umur, dari anakanak, pemula, remaja dan dewasa

bahkan veteran juga masih banyak yang memilih cabang olahraga bulutangkis

sebagai cabang olahraga yang diminati.

2. Lapangan Bulutangkis

Bentuk lapangan bulutangkis yang resmi adalah semua garis di atas

lapangan bulutangkis, di buat dengan ketebalan atau lebar 3,8 cm (1 ½ inci).

Garis lapangan ini dapat digambar dengan cat ataupun dibuat dengan

menempelkan pita diatas lantai. Untuk jaring yang melintang di tengah


22

lapangan yang membatasi kedua sisi lapangan, terbuat dari bahan katun atau

nilon. Tinggi dari jaring tersebut adalah 155 cm (5 kaki 1 inci) di tiang dan

152 cm (5 kaki) di tengah lapangan (Poole, dalam (Kusuma, 2017)).

Gambar 2.1 Lapangan Bulutangkis dan Ukurannya


Sumber: Poole dalam (Kusuma, 2017)

Bentuk lapangan bulutangkis adalah persegi panjang dengan ukuran

lapangan yaitu panjang: 13,40 meter, lebar: 6,10 meter, lebar garis lapangan:

4 cm, tinggi tiang: 1,55 meter, lebar net: 0,75 meter, panjang net: 6,10 meter

dan puncak net di beri batasan putih selebar 7,5 cm. Tiang net di pasang tepat

di tengah ujung garis samping lapangan. Net terbuat dari tali halus dengan

warna gelap.

Gambar 2.2 Net Bulutangkis

Sumber: Poole (Kusuma, 2017)


23

Shuttlecock terbuat dari bahan sintetis, yaitu gabus dan bulu

angsa. Jumlah bulu yang tertancap pada gabus yaitu 16 bulu. Panjangnya

bulu ialah 62-70 mm, berat shuttlecock 4,74-5,50 gram.

Gambar 2.3 Shuttlecock


Sumber: Poole dalam (Kusuma, 2017)

Raket bulutangkis terbuat dari bahan yang keras tetapi tidak

kaku, contohnya besi atau fiber. Bagian raketnya terdiri atas lima bagian

yaitu pegangan, area yang dipasang senar, kepala, batang, dan leher raket.

Untuk panjang raket tidak boleh lebih dari 68 cm dan lebar 23 cm. Dan

untuk permukaan yang dipasang senar panjangnya tidak lebih dari 28 cm

danlebarnya 22 cm.
24

Gambar 2.4 Raket Bulutangkis


Sumber: Poole (Kusuma, 2017)

3. Teknik Dasar Bulutangkis

Teknik dasar keterampilan bulutangkis yang harus di kuasai oleh

seorang pemain bulutangkis yaitu : sikap berdiri (stance), teknik memegang

raket (grip), teknik memukul bola (stroke), dan teknik langkah kaki

(footwork). (Aksan Hermawan dalam (Ismail et al., 2019). Sikap berdiri

dalam bulutangkis harus dikuasai oleh pemain, karena setiap gerakan dalam

bulutangkis diawali dan diakhiri dengan sikap berdiri (stance). Sikap berdiri

dibagi menjadi tiga bentuk yaitu sikap berdiri saat service, sikap berdiri saat

menerima service dan sikap berdiri pada saat in play atau relly. Teknik

memegang raket (grip) merupakan dasar dalam melakukan berbagai pukulan

dalam bulutangkis. Ketepatan memegang raket sangat berpengaruh terhadap

hasil pukulan yang dihasilkan.

Menurut (Karyono, 2016) ada empat macam tipe pegangan raket yaitu
25

pegangan gebuk kasur (american grip), pegangan forehand (forehand grip),

pegangan backhand (backhand grip), dan pegangan kombinasi (combination

grip). Teknik dasar pukulan dalam permainan bulutangkis adalah service

panjang, service pendek, lob, smash, dropshot, chop, drive, dan netting Aksan

Hermawan dalam (Ismail et al., 2019). Untuk dapat menguasai teknik dasar

bulutangkis perlu kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan dalam latihan

sehingga dapat menguasai tingkat keterampilan yang baik. Aksan Hermawan

dalam (Ismail et al., 2019) berpendapat bahwa prinsip dasar footwork dalam

permainan bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan yang yang digunakan

untuk memegang raket saat memukul, selalu berakhir sesuai dengan arah

tangan tersebut. Misalnya tangan memukul ke arah depan net, maka langkah

akhir kaki yang sesuai dengan arah tangannya juga di depan.

Demikian pula pada saat memukul cock di daerah belakang maka

langkah akhir kaki yang sesuai dengan posisi tangannya juga di belakang.

Cara mengatur kaki yang baik sangatlah diperlukan oleh seorang pemain

bulutangkis. Dengan cara mengatur langkah kaki yang baik, maka seorang

pemain akan mampu bergerak seefisien mungkin ke semua bagian area dalam

lapangan.

Teknik dasar keterampilan bulu tangkis yang harus dikuasai oleh

seorang pemain bulu tangkis antara lain sikap berdiri (stance), teknik

memegang raket (grip), teknik memukul cock (stroke), dan teknik langkah

kaki (footwork) (Aksan Hermawan dalam (Ismail et al., 2019)).


26

a. Sikap Berdiri (stance)

Sikap berdiri dalam bulu tangkis harus dikuasai oleh pemain, karena

setiap gerakan didalam bulu tangkis diawali dan diakhiri dengan sikap

berdiri. Sikap berdiri dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

1) Sikap berdiri saat service

2) Sekip berdiri saat menerima service

3) Sikap berdiri pada saat in-play atau rally

b. Teknik Memegang Raket (grip)

Teknik memegang raket (grip) merupakan dasar dari dalam melakukan

berbagai pukulan dalam olahraga bulu tangkis. Ketepatan memegang

raket sangat berpengaruh terhadap hasil pukulan yang dihasilkan. Ada

beberapa macam tipe pegangan raket yaitu :

1) Pegangan gebuk Kasur (American grip)

2) Pegangan forehand (forehand grip)

3) Pegnagan backhand (backhand grip)

4) Pegangan kombinasi (combination grip)

c. Teknik Memukul cock (stroke)

Teknik dasar pukulan dalam permainan bulu tangkis adalah Service,

Lob, Smash, Dropshot, Drive, dan Netting (Aksan Hermawan dalam

(Ismail et al., 2019)). Untuk dapat menguasai teknik dasar tersebut

perlu kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan dalam latihan,

sehingga menguasai tingkat keterampilan yang baik.


27

d. Teknik Langkah Kaki

Manusia bergerak di atas kakinya yang artinya, kemana kaki

bergerak ke situlah tubuhnya terbawa, jika kaki bergerak lambat

maka gerak badan juga ikut lambat, dan jika satu kaki berada pada

posisi yang salah, maka seketika itu pula badan akan terjatuh. Fungsi

kaki dalam permainan bulu tangkis adalah membawa tubuh pada

suatu titik tertentu sesuai dengan datangnya shuttlecock, kemudian

pemain harus menggerakan tangannya dan mengarahkan raket untuk

memukul shuttlecock secara tepat dan cermat ke suatu arah tertentu

di lapangan lawan. Permainan bulu tangkis memerlukan penguasaan

keterampilan gerak teknik footwork atau langkah kaki yang baik saat

bermain. Footwork terdiri dari beberapa gerakan. Hakekat footwork

yang baik adalah mempersiapkan tubuh untuk melakukan gerakan,

sehingga pemain dapat memukul cock sebagaimana mestinya.

Footwork adalah gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk

menempatkan posisi badan agar mempermudah pemain dalam

melakukan gerakan memukul cock sesuai dengan posisinya

(Subarjah, 2014)
28

C. Pukulan Lob

1. Pengertian Pukulan Lob

Muhajir (2013) menjelaskan “Lob adalah suatu pukulan dalam

permainan bulutangkis yang dilakukan dengan tujuan untuk

menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengara jauh keberlakang garis

lapangan”. Oleh karena itu, betapapun kemampuannya seseorang melakukan

bebagai pukulan maka tidak akan sempurna bila tidak melengkapi dengan

pukulan lob yang baik.

Menurut Pudji Hastuti (2009: 21) pukulan lob atau pukulan panjang

merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting dalam permainan

bulutangkis setelah service. Kemampuan ini harus dipertahankan untuk

menyerang ke belakang lapangan. Pemain pemula biasanya mengalami

kesulitan untuk melakukan pukulan lob sampai jauh ke belakang lapangan.

Sebaliknya pemain yang telahterlatih akan memiliki kekuatan tangan untuk

memukul kok,saat memukul lob pemain yang terlatih akan memukul dengan

pergelangantangan saja dan akan menghemat tenaga untuk pukulan-pukulan

selanjutnya dan timing pukulan lob saat memukul haruslah dikenakan pada

senar raket atau saat memukul harus memiliki ketepatan padasaat kok itu

melambung atau di bawah harus cepat mengambil langkahuntuk memukul

kok. Dan timing yang lebih stabil dalam melakukan pukulan lob akan

menghasilkan pukulan lob yang lebih baik. Saat melakukan pukulan lob
29

sebaiknya melakukan pukulan dengan berdiri dengan rileks atau santai saat

menunggu serta saat akan menyerang dengan pukulan lob, serta saat akan

memukul lob tempatkan posisi badan sedemikianrupa di belakang kok, salah

satu kaki di depan, berat badan di belakang. Setelah raket menyentuh

shuttlecock lanjutkan.

2. Kegunaan Pukulan Lob

a. Menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh kebagian

belakang lapangan

b. Memberikan sedikit waktu bagi pemain untuk mengambil nafas disela

permainan.

c. Memberikan waktu sedikit lebih banyak menata kuda-kuda untuk

menerima shuttlecock dari lawan.

3. Gerakan yang Perlu Diperhatikan dalam Pukulan Lob

Menurut Shahri Alhusin (2007) gerakan yang perlu diperhatikan

dalam melakukan pukulan lob yaitu:

a. Pukul shuttlecock dengan arah ke atas sehingga lebih tinggi dari uluran

raket lawan.

b. Rentangkan lengan ke atas dan sentuh shuttlecock pada saat shuttlecock

tepat berada di depan muka.

c. Bidang raket harus tegak lurus daerah sasaran.

d. Sentuh shuttlecock setinggi mungkin (tanpa dipaksakan).


30

e. Lengan bawah dan pergelangan tangan harus berputarpada saat raket

menyentuh shuttlecock.

f. Shuttlecock harus dipukul dengan keras.

4. Macam-Macam Pukulan Lob

Pukulan lob dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:

a. Overhead Lob

Menurut Shahri Alhusin (2007) pukulan overhead lob adalah

bola yang harus dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari

belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan.

Ada dua jenis overhead lob, yaitu: (1) Deep lob/clear, bolnya tinggi ke

belakang, (2) Attacking lob/clear, bolanya tidak terlalu tinggi.

Menurut Grice (2004) pukulan overhead biasanya dilakukan dari

setengah sisi belakang lapangan. Saat bola dipukul ke atas mengarah

pada bagian akhir lapangan,putar tubuh agar kaki tegak lurus dengan net.

Arahkan bahu yang tidak dominan (bahu pada tangan yang tidak

memegang raket) ke arah net dan pindahkan berat badan ke kaki yang di

belakang. Jika perlu melompatlah ke balakang hingga berada pada posisi

sedikit di belakang bola yang akan jatuh.


31

Gambar 2.5 Pukulan Lob (Overhead Forehead)


(Herman Subardjah, 2000: 39)

Gambar 2.6 Arah Pukulan Overhead Lob


(Hermawan Aksan, 2012: 76)

b. Backhand Overhead lob

Pukulan backhand overhead lob merupakan pukulan yang


32

mengarahkan shuttlecock di daerah belakang lawan, untuk melakukan

pemain dapat menggunakan pegangan handshake grip, karena jenis

pegangan ini memungkinkan anda untuk memukulbola dari sisi yang

tidak dominan tanpa mengubah grip, selain itu dapat menambah

dukungan dan efek pengungkit untuk semua pukulan backhand. Ini

sebenarnya merupakan perubahan tekanan jari yang dilakukan dengan

melemaskan pegelangan pada raket dankemudian melakukan pegangan

baru (Grice, 2004: 44).

Gambar 2.7 Pukulan Backhand Overhead Lob


(Grice, 2004)
33

D. Latihan Bermain Melempar Shuttlecock

Menurut Yudha M. Saputra (2005: 6) bermain adalah suatu kegiatan

yang menyenangkan. Bermain yang dilakukan secara tertata, mempunyai

manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. Pendekatan bermain efektif

karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif, memenuhi perasaan ingin

tahu, kemampuan inovatif, kritis, dan kreatif, juga membantu mengatasi

perasaan bimbang dan tertekan. Dengan merancang pembelajaran tertentu

untuk dilakukan sambil bermain, anak belajar sesuai tuntutan taraf

perkembangan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain

sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak,

media yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi dengan lingkungannya,

menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar

kehidupannya, dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental serta

sosial anak.

Bermain melempar shuttlecock merupakan latihan modifikasi dalam

bentuk permainan yang dipandang mampu meningkatkan kemampuan pukulan

lob. Karena pada dasarnya latihan melempar shuttlecock ini menyerupai gerakan

pukulan lob dalam bulutangkis. Dalam pelaksanaannya, shuttlecock dilempar

melewati net sejauh target yang telah ditentukan, yang tentunya dengan posisi
34

jarak lempar yang makin jauh, jumlah lempar yang meningkat, dan sasaran yang

berubah setiap minggunya nanti. Contoh latihan bermain melempar shuttlecock

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.1. Contoh Latihan Bermain Melempar Shuttlecock


Sumber: Poole dalam (Kusuma, 2017)
Formasi Keterangan
➢ 2 anak latih berdiri di tengahlapangan
saling berhadapan dan
10 shuttlecock di tata di belakang
lapangan.
➢ Pelaksanaannya, pelatih
memberi tanda peluit, secara cepat
anak latih mengambil shuttlecock di
belakang dan di lempar melewati net
sampai 10 shuttlecock dihabiskan.
➢ Lakukan kembali sebanyak 3
kali dengan waktu istirahat 30 detik

➢ Atlet bermain game lob yang


bertujuan melatih pukulan lob
35

➢ Anak latih berdiri di tengah lapangan


kemudian mengambil kok yang
diletakkan di dekat net, dan kembali
ke tengah.
➢ Setelah di tengah anak latih bergerak
ke samping kanan 2 step/ 2 lagkah,
kemudian melempar kok sampai
melewati net, kemudian kembali ke
tengah dan berlari maju mengambil
kok kembali lalubergerak ke samping
kiri 2 step/2 langkah, kemudian
melempar kok sampingmelewati net.
➢ Dalam pelaksanaan permainan ini,
satu lapangan digunakan 2 anak
bersamaan.

E. Karakteristik Anak Usia 13-15 Tahun

Anak usia 13-15 tahun termasuk ke dalam anak usia remaja awal.

Samsunumyanti Mar’at dalam Desmita (2009: 190) mengemukakan bahwa

rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga hal, yaitu masa remaja

awal berlangsung antara umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan berlangsung

antara 15-18 tahun, dan masa remaja akhir berlangsung pada usia 18-21 tahun.

Masa remaja awal ditandai dengan perubahan-perubahan fisik umum serta

perkembangan kognitif, psikologis dan sosial.

1. Perkembangan Fisik

Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan

psikologis. Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun
36

adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata

remaja laki-laki adalah 69 inci, sedangkan remaja perempuan hanya 64 inci.

Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia 11 atau 12 tahun untuk anak

perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki-laki. Dalam tahun itu, tinggi

kebanyak anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan

anak laki-laki bertambah lebih dari 4 inci.

Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan

pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh.

Perubahan-perubahan proporsi tubuh pada masa remaja terlihat pada

Perubahan-perubahan ciri-ciri wajah, di mana wajah anak-anak mulai

menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas,

mulut melebar dan bibir menjadi lebih penuh. Di samping itu, dalam

perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga

mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh.

Perkembangan otot dari kedua jenis kelamin terjadi dengan cepat ketika tinggi

meningkat. Akan tetapi, perkembangan otot anak laki-laki lebih cepat dan

mereka memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga anak laki-laki

cenderung lebih kuat dari anak perempuan.


37

2. Perkembangan Kognitif

Tahap perkrmbangan kognitif yang dimulai pada usia 11 atau 12 tahun

dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada

tahap ini anak sudah dapat berfikir secara abstrak dan hipotesis. Pada masa

ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi.

Disamping itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara

sistematik, mampu memikirkan sesua kemungkinan secara sistematik untuk

memecahkan permasalahan. Dengan kekuatan baru dalam penalaran yang

dimilikinya, menjadi remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan

perdebatan sekitar topik-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan

kejahatan, kebenaran dan kedilan.

3. Perkembangan Kognisi Sosial

Kognisi sosial adalah kemampuan untuk berfikir secara kritis mengenai

isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia

dan pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan

bagaimana melakukan interaksi dengan mereka. Salah satu bagian penting

dari perubahan perkembangan aspek kognisi social remaja ini adalah apa yang

diistilahkan oleh psikolog David Elkind dengan egosentrisme, yakni

kecenderungan remaja untuk menerima dunia dan dirinya sendiri dari

perspektifnya mereka sendiri.dalam hal ini, reamaja mulai mengembangkan


38

gaya pemikiran egosentris, dimana mereka lebih memikirkan tentang dirinya

sendiri dan seolah-olah memandang dirinya dari atas.

4. Perkembangan Psikososial

Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas

merupakan utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai

pada akhir masa remaja. Meskipun tugas pembentukan identitas ini telah

mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak maka masa remaja anak

menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-

perubahan fisik, kognitif, dan rasional.

F. Penelitian Yang Relevan

Manfaat dari penelitian yang relevan yaitu sebagai acuan agar penelitian yang

sedang dilakukan menjadi lebih jelas. Beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani Dama (2022) dengan judul

“Pengaruh Latihan Lempar Shuttlecock Terhadap Peningkatan

Keterampilan Pukulan Lob Pada Atlet Bulutangkis BKMF FIK UNM”.

Dengan metode penelitian ini adalah experimen. Variabel bebas dari

penelitian ini adalah Latihan Lempar Shuttlecock sedangkan variabel

terikatnya. Peningkatan Keterampilan Pukulan Lob Pada Atlet

Bulutangkis BKMF FIK. Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh


39

anggota Atlet Bulutangkis BKMF FIK. Sedangkan sampelnya adalah

pemain berjumlah 12 orang dengan teknik penarikan sampel yaitu

purposive sampling. Data yang didapat pada penelitian ini, diperoleh

dengan memberikan tes keterampilan pukalan lob dari latihan melempar

shuttlechock berupa post test dan pre test. Analisis data yang dipakai

menggunakan paired sampel. Berdasarkan hasil analisis inferensial

diketahui P= 0,000 lebih kacil dari α = 0,05 hal ini dapat disimpulkan

bahwa latihan melempar shuttlecock terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap keterampilan pukulan lob pada atlet bulutangkis BKMF FIK

UNM.

2. Penelitian ini dilakukan oleh Sohba Alam (2021) dengan judul “Pengaruh

Latihan Lempar Shuttlecock terhadap kemampuan Pukulan Lob Pada

Siswa Bulutangkis di SMP PGRI Gunung Putri”. Metode penelitian yang

dipergunakan ialah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan

desain eksperimen The One Group Pretest Posttest Design dimana

penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan

sampel purposive sample. dengan kriteria, yaitu: (1) perempuan, (2) usia

9-13 tahun, (3) memiliki kesediaan untuk menjadi sampel, (4) tidak pada

kondisi sakit, (5) durasi latihan paling sedikit 6 bulan, (6) memiliki

keaktifan 75%. Atas kriteria diatas maka sampel yang terpenuni ialah 8

siswa putri. Tes kemampuan lob (French Test) merupakan instrument


40

yang dipergunakan. Nilai reliabilitas 0,96 dan validitas 0,65. Analisis data

mempergunakan uji t dengan taraf signifikansi yaitu 0,05 (5%). Hasil

penelitian mengungkapkan adanya pengaruh latihan lempar shuttlecock

terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob pada permainan bulu

tangkis di SMP PGRI Gunungputri. Dimana bisa dibuktikan dengan t

hitung 7,337 > t tabel 2,36, dan nilai sig 0,000 < 0,05, dengan kenaikan

persentase yakni 36,83%.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Danu Sugianto (2020) dengan judul

“Perbedaan Latihan Shadow Badminton dan Latihan Lempar Shuttlecock

Terhadap Peningkatan Keterampilan Pukulan Lob pada Mahasiswa Putra

UKM Bulutangkis Universitas Sebelas Maret Tahun 2019/2020”.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa putra anggota

UKM bulutangkis Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sampel yang

dipilih berjumlah 30 mahasiswa dengan teknik pengambilan probability

sampling. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

two groups pretest - posttest design. Pengumpulan data dilaksanakan

dengan teknik tes dan pengukuran yaitu tes keterampilan pukulan lob.

Analisis data dilakukan dengan teknik uji komparasi ganda dengan taraf

signifikansi 0,05 menggunakan program SPSS versi 20. Hasil penelitian

adalah sebagai berikut. Pertama, ada pengaruh yang signifikan dari


41

pemberian latihan shadow badminton terhadap peningkatan keterampilan

pukulan lob (P < 0 xss=removed> t 8,290 = 3,07 > 2,40).

Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut. (1) pengaruh latihan

shadow badminton terhadap peningkatan keterampilan pukulan lob yaitu

22,25 %; (2) pengaruh latihan lempar shuttlecock terhadap peningkatan

keterampilan pukulan lob yaitu 17,65%; dan (3) latihan shadow

badminton lebih baik pengaruhnya dari latihan lempar shuttlecock

terhadap peningkatan keterampilan pukulan lob yaitu 22,25 % > 17,65 %.

G. Kerangka Berpikir

Dalam permainan bulutangkis terdapat teknik dasar pukulan Overhead

clear/lob. Teknik ini sangat berpengaruh dalam permainan bulutangkis, misalnya

untuk mendapatkan angka/skor. Oleh karena itu, seorang pelatih harus benar-benar

memberikan pelatihan secara maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.

Kemampuan seseorang dalam melakukan pukulan lob yang tepat dan akurat

sangatlah penting dimiliki oleh setiap pemain bulutangkis, oleh karena itu agar

siswa ekstrakulikuler SMP Roudotul Muhibbin Bekasi dapat melakukan lob

dengan baik dibutuhkan keseriusan latihan serta konsentrasi latihan yang tinggi,

terorganisir dan dilakukan secara terus-menerus agar dalam melakukan lob dalam

permainan bulutangkis dapat dikuasai dengan baik.


42

Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi bola pertahanan

maupun penyerangan. Dalam permainan bulutangkis, pukulan yang dilakukan

dari atas kepala lebih banyak dilakukan. Oleh karena itu, penguasaan teknik dasar

pukulan ini harus diperkenalkan lebih awal.

Kendala yang sering ditemui adalah keterlambatan untuk menarik atau

menggerakan siku dan bahu ke belakang sehingga mengakibatkan pukulan yang

dihasilkan tidak keras dan kurang terarah. Tujuan lob serang baik dari atas maupun

dari bawah adalah untuk menyerang. Pukulan bola lebih cepat dengan

melambungkan agak rendah (lebih rendah dari lambungan bola lob penangkis)

melewati lawan ke lapangan bagian belakang. Lob serang ini dilkukan misalnya

pada saat lawan sudah kehilangan posisi atau terpaksa harus maju ke depan net

mengejar suatu bola dropshot.

Terdapat beberapa unsur yang dominan dalam mencapai suatu pukulan lob

yang baik, unsur tersebut adalah kekuatan lengan, kecepatan lengan, lecutan

pergelangan tangan dan ketepatan arah ayunan. Melalui keterampilan pukulan lob

yang baik, seorang pemain bulutangkis dapat menyerang dan mematikan lawan

dengan cepat. Kekuatan, kecepatan, dan ketepatan arah ayunan lengan ketika

melakukan pukulan lob dapat diajarkan melalui berbagai metode, namun untuk

anak usia 9-13 tahun yang masih senang dengan bermain, maka latihan juga harus

disesuaikan dengan karakteristiknya.


43

Latihan melempar shuttlecock baik dengan satu lapangan untuk berdua

maupun satu lapangan penuh untuk satu anak, merupakan suatu metode permainan

yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lob siswa ekstrakulikuler

bulutangkis SMP Roudotul Muhibbin Bekasi. Melalui latihan ini diharapkan

mampu melatih para siswa, terutama kekuatan, kecepatan, dan ketepatan arah

ayunan lengan ketika melakukan pukulan lob. Dengan memberikan perlakuan

berupa latihan melempar shuttlecock diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

lob pada olahraga bulutangkis siswa dan siswi di SMP Roudotul Muhibbin.

Pemain yang sudah menguasai teknik lob dengan baik akan lebih mudah

mengarahkan jatuhnya shuttlecock ke sasaran yang diinginkan, karena tingkat

akurasi dari pukulan lob sudah melalui proses latihan yang teruji tingkat

ketepatannya. Apabila seorang pemain ingin dapat melakukan lob dengan baik

perlu dibutuhkan latihan yang serius dan terorganisir.

H. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Bahwa metode melakukan pukulan Shutllecock dengan jumlah variasi yang

berbeda setiap perlakuannya, maka akan berpengaruh pada hasil pukulan lob

siswa ekstrakulikuler bulutangkis SMP Roudotul Muhibbin Bekasi.


44

2. Hipotesis

Bahwa metode melempar pukulan shuttlecock itu diharapkan akan

berpengaruh pada peningkatan hasil pukulan lob pada siswa ekstrakulikuler

bulutangkis SMP Roudotul Muhibbin Bekasi.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Solso &

MacLin (2002) dalam (Kusumawati, 2017) penelitian eksperimen adalah suatu

penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi

untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Sedangkan menurut (Kusumawati,

2017) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan

memberikan treatment ataupun perlakuan kepada sampel, sampai dilihat apakah

ada perubahan atau tidak.

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah latihan lemparan shuttlecok ,

adapun sasaran-nya ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pukulan lob

bulutangkis, dengan frekuensi perlakuan sebanyak 16 kali. Sebelum perlakuan

tersebut diberikan pretest dengan menggunakan tes kemampuan bulutangkis,

kemudian diberikan perlakuan berupa latihan permainan lempar shuttlecock,

sesudah itu dites kembali/diberi posttest dengan tes yang sama. Hasil yang

diperoleh dari kelompok tersebut, kemudian dibandingkan antara pre-test dengan

posttest yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t.

44
45

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2005) dalam (Kusumawati, 2017) populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau suatu subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan

(Kusumawati, 2017) populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat

berupa manusia, hewan, tumbuhan dan benda yang mempunyai kesamaan

untuk dijadikan data penelitian. Populasi dari penilitan ini adalah siswa

ekstrakulikuler bulutangkis siswa SMP Roudotul Muhibbin Bekasi. Dalam

penelitian ini jumlah populasi sebanyak 10 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. pertimbangan bahwa

populasi yang sangat besar jumlahnya sehingga tidak memungkinkan untuk

meneliti seluruh populasi yang ada, maka dilakukan pengambilan sampel.

Teknik Sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu keseluruhan dari

populasi yang akan diteliti sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini

berjumlah 10 orang yang merupakan siswa siswa ekstrakulikuler bulutangkis

SMP Roudotul Muhibbin Bekasi.


46

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsung-nya penelitian atau saat

penelitian itu berlangsung. Lamanya waktu penelitian ini selama dua bulan

(Februari – Maret)

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi yang digunakan dalam melakukan

penelitian di SMP Roudotul Muhibbin Bekasi. Jln Bosi Raya No. 48 Kampung

Selang Tengah Blok H2 No.2, RT.05/02, Wanasari, Kecamatan Cibitung,

Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (17520).

D. Desain dan Langkah-langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah gambaran dari beberapa variabel yang

peneliti gunakan dan akan seperti pada gambarnya (Kusumawati, 2017).

Penelitian ini menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design penelitain

eksperimen ini dilakukan pada satu kelompok eksperimen tanpa adanya

kelompok pembanding. Pada tes ini dilakukan pretest agar data yang di

dapatkan oleh peneliti lebih akurat.

O1 X O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Sumber: (Kusumawati, 2017)
47

Keterangan :

O1 : Nilai pretest atau tes awal

X : Treatment atau perlakuan

O2 : Nilai posttest atau tes akhir

2. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan Shuttlecock Terhadap

Peningkatan Kemampuan Pukulan LOB Bulutangkis Pada Siswa

Ekstrakulikuler di SMP Roudotul Muhibbin Bekasi ” menggunakan langkah-

langkah penelitian sebagai berikut:

Populasi

Sampel

Tes awal

Latihan Shuttlecock

Tes akhir

Analisis Pengelolahan Data

Kesimpulan

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penlitan

Sumber (Kusumawati, 2017)


48

E. Rancangan Perlakuan

Rancangan Perlakuan penelitian ini adalah Rancangan satu kelompok

praperlakuan dan pascaperlakuan (One-group pretest -posttest design) yaitu

Pengukuran praperlakuan memberikan informasi mengenai prinsip kontra faktual

(meski agak lemah) berkaitan dengan apa yang mungkin terjadi pada subjek

seandainya perlakuan tidak ada, namun perbedaan antara O1 dengan O2

kemungkinan disebabkan oleh pengaruh faktor selain perlakuan (Hastjarjo, 2019).

Misalnya, maturasi, sejarah, pengetesan serta ancaman lain terhadap validitas

internal. Mewanti-wanti bahwa ilmuwan sosial di setting lapangan akan jarang

mampu mengkonstruksi pengetahuan kausal dengan yakin ketika menggunakan

rancangan satu kelompok pra-pascaperlakuan terkecuali jika dampak perlakuan

atau variabel dependennya mengikuti pola teratur serta interval antara pengukuran

praperlakuan dan pascaperlakuannya pendek.

F. Instrumen Penelitian

Menurut (Arikunto, 2019) dalam (Kusumawati, 2017) instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.


49

Sedangkan menurut (Kusumawati, 2017) Instrumen penelitian adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan

data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah.

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang sejenis

secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan

untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Widiastuti,

2015).

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini instrumen yang digunakan

adalah instrumen tes yang digunakan adalah French Clear Test, tes ini dengan

criterion ranking tournament setengah kompetisi mempunyai validitas 0,60 dan

reliabilitasnya 0,96 dengan odd-even method (Syahri Alhusin, 2007: 47). Prosedur

pelaksanaan tes sebagai berikut:

a. Alat / perlengkapan

1) Raket

2) Cock

3) Pita sepanjang net dengan lebar 5 cm, direntangkan sejajar net, net

sejarak 14 feet dan net dengan tinggi 8 feet dari lantai.

4) Alat tulis

b. Pengetes sebaiknya 4 orang yang terdiri dari:

1) 1 orang bertugas sebagai pengumpan.

2) 2 orang sebagai pengawas salah satu penghitung sambil mencatat.

3) 1 orang pengambil shuttlecock.


50

c. Lapangan

Gambar 3.3 French Test (Tes Kemampuan Lob Bulutangkis)


(Sumber: Syahri Alhusin, 2007: 47)
Keterangan:

Pengumpan Ukuran lapangan:

Tinggi tiang pancang 8 feet = 280 cm,

jarak dari net ke tiang 14 feet = 4,26 m

Lebar petak dengan nilai 3 = ( 2’ = 70 cm)

Lebar petak dengan nilai 5 = (2’6” = 76 cm)

Lebar petak dengan nilai 4 = ( 2’ = 70 cm)

Lebar petak dengan nilai 2 = ( 3’6” = 100 cm)

Ukuran berdirinya testee 3 feet = 91 cm, 11 feet = 335 cm

d. Posedur Pelaksanaan

1) Subjek dikumpulkan dan diberi penjelasan mengenai pelaksanaan tes

yang akan dilakukan.


51

2) Subjek berdoa dan diberi pemanasan secukupnya.

3) Subjek melakukan tes pukulan lob pengambilan posisi forehand dengan

dipanggil satu per satu berdasarkan urutan absen secara bergantian.

4) Peserta coba berdisi di atas tanda yang sudah disediakan, 3 kali untuk

Latihan dan melakukan 20 kali untuk pengambilan data.

5) Setelah semua peserta mencoba melakukan tes pukulan lob bulutangkis

pengambilan posisi forehand.

6) Peneliti ikut mengawasi pelaksanaan pukulan lob bulutangkis yang

dilakukan peserta.

e. Penilaian

1) Shuttlecock yang dipukul dengan sah dan memenuhi syarat tes serta

jatuh di tempat sasaran diberi nilai dari luar ke dalam 5,4,3,2,1.

2) Shuttlecock yang tidak masuk sasaran tidak diberi nilai.

3) Shuttlecock yang jatuh pada garis sasaran dianggap masuk ke daerah

yang bernilai tinggi.

4) Tidak dicatat apabila kok hasil pukulan tersebut tidak sampai pada

daerah sasaran dan shuttlecock yang tidak di atas tali/pita.

5) Jumlah nilai dari 20 kali dijumlahkan.


52

G. Prosedur Analisis Data

1. Menghitung Skor Rata-Rata.

Rumus :
Σ𝑥
𝑋̅ =
𝑁

Keterangan:

𝑋̅ = Nilai rata-rata yang di cari

∑ 𝑋 = Jumlah nilai yang didapat

N = Banyak orang

2. Mencari Simpangan Baku.

Rumus :

∑(𝑋1−𝑥̅)²
𝑆 =√
𝑛−1

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari

n = Jumlah sampel

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan data dari setiap test dengan menggunakan uji

Liliefors dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pengamatan 𝑋1,𝑋2…………...𝑋𝑛 dijadikan bilangan baku

𝑍1,𝑍2 ...................𝑍𝑛 dengan menggunakan rumus :


53

𝑋1 −𝑋̅
𝑍=
𝑆
(𝑋̅dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan

baku sampel).

b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang.

F(𝑍1) = P (Z ≤𝑍1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi 𝑍1,𝑍2…………...𝑍𝑛yang lebih kecil atau

sama dengan 𝑍1jika proporsi ini dinyatakan oleh S (𝑍1), maka:


𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑍1,𝑍2 ................ 𝑍𝑛,𝑦𝑎𝑛𝑔𝑍1
S (𝑍1 ) =
𝑛

d. Menghitung selisih F(𝑍1) - S (𝑍1), kemudian tentukan harga mutlaknya

e. Apabila harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut sebutlah harga terbesar ini 𝐿0.

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis 0 bandingkan 𝐿0 ini dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar tabel untuk uji Liliefors untuk taraf nyata

(α) yang dipilih kriterianya adalah:

Apabila hipotesis nol diterima, jika 𝐿0 lebih kecil dari 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙(distribusi

normal) sedangkan dalam hal lain hipotesis nol di tolak (tidak normal).

4. Menguji Hipotesis

Dengan pendekatan rumus:

t = 𝐵
𝑆𝐵/ √𝑛

Keterangan:

t = Nilai uji t yang dicari


54

B = Nilai rata-rata beda

SB = Simpangan baku beda

√𝑛 = Akar dari jumlah sample

Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t ≠ t, 1-

α untuk harga lainnya 𝐻0 ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan

0,995 dan derajat kebebasan (dk) = n. untuk lebih jelasnya lagi mengenai

hipotesis 0 (𝐻0), dirumuskan berikut:

𝐻0 : B = 0

𝐻𝐴 : B ≠ 0
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Roudotul Muhibbin yang berada

daerah Bekasi. Pengambilan data pretest dimulai pada hari Selasa, 20

February 2023 pukul 09.00-11.00 WIB sedangkan untuk pengambilan

data posttest dilaksanakan pada hari Selasa, 27 February 2023 pukul

09.00-11.00 WIB. Pertemuan dilakukan pas jam pelajaran olahraga dalam

1 minggu 1 kali.

Sampel dalam penelitian ini siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin

Bekasi. Semua siswa dan siswi melakukan tes awal terlebih dahulu

(pretest) yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal pukulan lob.

Pada saat melakukan tes pukulan lob, peserta diberikan kesempatan

sebanyak 3 kali untuk mencoba melakukan pukulan lob tersebut. Setelah

melakukan pretest kemudian seluruh siswa dan siswi mengikuti program

latihan melempar shuttlecock yang merupakan bagian dari penelitian

tersebut.

Berikut adalah hasil perolehan pretest dan posstest pukulan lob

olahraga bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi.

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pukulan Lob

55
56

No Subjek Pretest Posttest


1 Ahmad 50 78
2 Ayu 45 70
3 Muhammad 60 75

4 Tri 75 85

5 Amirul H 68 75

6 M. Syarif Hidayat 40 65

7 Adib Rojan 55 68

8 M. Roffi 60 73

9 Syakira Nur 55 70

10 Abdul Fattah 63 76

Mean 57.1 73.5

Standard Deviasi 10.48 5.68

Minimum 40 65

Maksimum 75 85

Apabila ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi, data pretest

dan posstest pukulan lob bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul

Muhibbin Bekasi disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut:


57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest dan Postest Pretest dan Posstest
Pukulan Lob Bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi
Pretest Postest
No Interval Kategori
F % F %
1 >74,2 Baik Sekali 1 10% 5 50%

65,7-

2 74,1 Baik 1 10% 3 30%

57,2 -

3 65,6 Sedang 4 40% 2 20%

48,7 -

4 57,1 Kurang 2 20% 0 0

Kurang

5 < 48,6 Sekali 2 20% 0 0

Jumlah 10 100% 10 100%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, pretest dan posstest pukulan lob

bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi disajikan

Kategori
60%
50%
Persentase

40%
30%
20%
10%
0%
Baik Kurang
Baik Sedang Kurang
Sekali Sekali
Pretest 10% 10% 40% 20% 20%
Posttest 50% 30% 20% 0 0
58

dalam diagram batang pada gambar 4.1 sebagai berikut:


Gambar 4.1 Diagram Batang Pretest dan Postest Pretest dan Posstest Pukulan
Lob Bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi

B. Uji Prasyarat Analisi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variabelvariabel dalam penelitian mempunyai sebaran distribusi

normal atau tidak. Penghitungan uji normalitas ini menggunakan

rumus KolmogorovSmirnov Z, dengan pengolahan menggunakan

bantuan komputer program SPSS 25. Hasilnya pada tabel 4.3 sebagai

berikut.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas


Kelompok p Sig Keterangan
Pretest 0,200 0,05 Normal
Postest 0,200 0,05 Normal

Dari hasil tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa semua data memiliki

nilai p (Sig.) > 0.05, maka variabel berdistribusi normal. Karena

semua data berdistribusi normal maka analisis dapat dilanjutkan.


59

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas berguna untuk menguji kesamaan sampel yaitu

seragam atau tidak varian sampel yang diambil dari populasi. Kaidah

homogenitas jika p > 0.05, maka tes dinyatakan homogen, jika p <

0.05, maka tes dikatakan tidak homogen. Hasil uji homogenitas

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Hasil Uji Homogenitas


Kelompok df1 df2 Sig Keterangan
Pretest-Postest 1 18 0.102 Homogen

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat nilai pretest-posttest sig. p 0,102 >

0,05 sehingga data bersifat homogen. Oleh karena semua data bersifat

homogen maka analisis data dapat dilanjutkan dengan statistik

parametrik.

C. Uji Hipotesis

Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh

latihan lempar shuttlecock terhadap pukulan lob pada atlet bulutangkis

siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi”, berdasarkan hasil pre-

test dan post-test. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan yang

signifikan maka latihan lempar shuttlecock memberikan pengaruh

terhadap peningkatan pukulan lob. Kesimpulan penelitian dinyatakan


60

signifikan jika nilai t hitung > t tabel dan nilai sig lebih kecil dari 0.05

(Sig < 0.05). Berdasarkan hasil analisis diperoleh data pada tabel 4.5

sebagai berikut.

Tabel 4.5 Uji-t Hasil Pre-Test dan Post-Test Pukulan Lob


t-test for Equality of means
Kelpompok Rata- Rata
t hit t tabel Sig Selisih %
Pretest 53,10
7,331 2,26 0.009 20,4 38,4
Postest 73,50

Dari hasil uji-t dapat dilihat bahwa t hitung 7,331 dan t tabel 2,26 (df 9)

dengan nilai signifikansi p sebesar 0,009. Oleh karena t hitung 7,331 >

ttabel 2,26, dan nilai signifikansi 0,009 < 0,05, maka hasil ini

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian

hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ada pengaruh latihan lempar

shuttlecock terhadap pukulan lob pada atlet bulutangkis siswa dan siswi

SMP Roudotul Muhibbin Bekasi”, diterima. Artinya latihan lempar

shuttlecock memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

pukulan lob pada atlet bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul

Muhibbin Bekasi. Dari data pretest memiliki rata-rata 53,10, selanjutnya

pada saat posttest rata-rata menacapai 73,50. Besarnya peningkatan


61

pukulan lob tersebut dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata yaitu

sebesar 20,4, dengan kenaikan persentase sebesar 38,4 %.

D. Diskusi Penemuan

Dari hasil statistik menunjukkan bahwa olahraga bulutangkis siswa dan siswi

SMP Roudotul Muhibbin Bekasi yang mengikuti latihan lempar shuttlecock

selama pertemuan pelajaran olahraga mengalami peningkatan pukulan lob

pada permainan bulutangkis. Dengan mengikuti proses latihan selama 1

minggu sudah dapat dikatakan baik karena mengalami peningkatan.

Dalam memberikan program latihan melempar shuttlecock dengan

berbagai macam variasi, tentunya atlet putri pemula lebih dapat berkembang

lagi. Peningkatan pukulan lob sebelum dan sesudah diberikan treatment

terdapat selisih perbedaan yang sangat signifikan dengan selisih rata-rata 20,4.

Dari data yang sudah diperoleh, hasil pretest sebesar 53,10 dan hasil rata-rata

posttest sebesar 73,50 dengan selisih 20,4.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih mean antara pretest

dan posttest atlet bulutangkis siswa dan siswi setelah mengikuti program

latihan melempar shuttlecock sebanyak 1 minggu dapat menunjukkan

peningkatan terhadap pukulan lob dalam permain bulutangkis di SMP

Roudotul Muhibbin Bekasi. Dengan demikian hipotesis terdapat pengaruh

latihan melempar shuttlecock terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob


62

pada olahraga bulutangkis siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi”,

diterima. Artinya latihan melempar shuttlecock memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob pada bulutangkis

siswa dan siswi SMP Roudotul Muhibbin Bekasi.

Latihan (training) adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang

dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari jumlah beban

pelatihannya kian bertambah (I Putu Eri Kresnayadi & Arisanthi Dewi, 2017).

Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan

yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan

latihan. Latihan merupakan suatu proses pengulangan kegiatan fisik yang

disusun secara sistematis dengan adanya peningkatan beban berupa

rangsangan (stimulus) yang nantinya bisa diadaptasi oleh tubuh melalui

pendekatan ilmiah yang berdasar pada prinsip- 14 latihan untuk meningkatkan

kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas psikis (I Putu Eri

Kresnayadi, 2016).

Menurut pernyataan diatas tentunya guru agar dapat memahami tujuan

ataupun sasaran dari pemberian latihan pada murid. Waktu latihan yang relatif

pendek hanya dapat menyebabkan perubahan akibat latihan yang bersifat

sementara dan akan mudah sekali kembali pada keadaan semula. Namun,

waktu latihan yang relatif lama akan menyebabkan terjadinya perubahan

akibat latihan yang bersifat tetap dan tidak bersifat sementara.


63

Kemampuan pukulan lob pada bulutangkis siswa dan siswi dapat

meningkat apabila latihan dilakukan secara terprogram, terencana, dan

dilakukan dengan benar. Penelitian yang telah dilakukan dengan pemberian

latihan melempar shuttlecock terbukti dapat meningkatkan kemampuan

pukulan lob pada olahraga bulutangkis di siswa dan siswi SMP Roudotul

Muhibbin Bekasi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan

lempar shuttlecock terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob pada

permainan bulutangkis di SMP Roudotul Muhibbin. Hasil tersebut dapat

dibuktikan dengan t hitung 7,331 > ttabel 2,26, dan nilai signifikansi 0,009 <

0,05, dengan kenaikan persentase sebesar 38,4%

B. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan kesimpulan di

atas, seperti berikut ini:

1. Bagi pihak guru SMP Roudotul Muhibbin, dengan adanya penelitian ini

diharapkan dapat memahami dan mencermati setiap perkembangan atletnya

dalam berlatih bulutangkis.

2. Bagi atlet yang telah memiliki kemampuan pukulan lob yang baik,

hendaknya dapat mempertahankan atau dapat lebih ditingkatkan dengan

latihan yang lebih teratur dan terprogram.

3. Penelitian yang serupa dapat dilakukan dengan menambah sampel yang

melibatkan seluruh olahraga bulutangkis, dimana perlakuan melempar

shuttlecock telah diselaraskan dengan program.

64
DAFTAR PUSTAKA

Baechle, Thomas R. dan Groves, Barney R.. (1999). Bugar dengan Latihan Beban.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Djoko Pekik Irianto. (2002). Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Grice, Tony. (2004). Bulutangkis: Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Herman Subardjah. (2000). Bulutangkis. Bandung: Pioner Jaya.

Hermawan Aksan. (2012). Mahir Bulu Tangkis. Bandung: Nuansa Cendekia.

Hurlock, Elizabeth B. (2000). Jilid 1. Perkembangan Anak Edisi keenam (Med.

Meitasari Tjandrasa. Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

I Putu Eri Kresnayadi & Arisanthi Dewi. (2017). Pengaruh pelatihan plyometric depth

jump10 repetisi 3 set terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Jurnal

Pendidikan Kesehatan Rekreasi, Vol. 3, No.1, Hal. 33 –38.

Johnson. M. L. (1984). Bimbingan Bermain Bulutangkis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber

Widya.

Mochamad Sajoto. (1995). Pebinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta:

Depdikbud.

PB. PBSI. (2006). Buku Panduan Bulutangkis. Jakarta: PB. PBSI.

Poole, James. (1982). Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Jaya.

Puji Hastuti. (2009). Buku Panduan Cabang Olahraga Bulutangkis Special Olimpics

65
66

Jakarta; Spesial Olimpics Indonesia.’

Riza Irwansyah. (2012). Pengaruh Latihan Plyometric terhadap Tinggi Lompatan

Smash dan Ketepatan Smash Atlet Bulutangkis Usia 13-17 Tahun. Skripsi.

Yogyakarta: FIK UNY.

Sadoso. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Pustaka Kartini.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharjana. (2007). Dasar Kepelatihan. Diklat. Yogyakarta: FIK UNY.

Suharno H.P. (1982). Ilmu Coaching Umum. Yokyakarta (Diktat): IKIP Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK

Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukintaka. (1979). Teori Pendidikan Jasmani. Solo: ESA Grafika.

. (1992). Teori Bermain. Jalma Arum Kurining Gusti. Depdikbud.

Sumarno. (2003). Olahraga Pilihan 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sutrisno Hadi. (1991). Statistika Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Syahri Alhusin. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Direktorat Jendral Pendidikan

Dasar dan Menengah.


67

Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tjaliek Sugiardo. (1991). Fisiologi Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP UNY.

Tohar. (1992). Pelaksanaan Pembinaan Program Latihan dan Strategi Bermain

Bulutangkis. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan.

Wong. (2000). Psikologi Anak. Jakarta: EGC.

Yonex Frasto Wibowo. (2013). Pengaruh bermain lempar shuttlecock terhadap

kemampuan smash siswa putra usia 11-15 tahun di sekolah bulutangkis

Garuda Jaya Purworejo. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.

Yudha M. Saputra. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan

Keterampilan Anak. Jakarta: Depdiknas.


68

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Statistik Sampel Berpasangan

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 57.10 10 10.482 3.315
Posttest 73.50 10 5.681 1.797

Lampiran 2 Korelasi Sampel Berpasangan

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & Posttest 10 .773 .009

Lampiran 3 Uji Sampel Berpasangan


Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Sig. (2-
Std. Difference t df
Mean Error tailed)
Deviation
Mean
Lower Upper

Pair 1 Pretest - Posttest -16.4 7.074 2.237 -21 -11.339 -7.331 9 0


69

Lampiran 4 Uji Kolmogorov-Smirnov Satu Sampel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Pretest Posttest
N 10 10
Normal Parametersa,b Mean 57.10 73.50
Std. Deviation 10.482 5.681
Most Extreme Differences Absolute .121 .131
Positive .091 .131
Negative -.121 -.104
Test Statistic .121 .131
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Lampiran 5 Uji Homogenitas Varians

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
pretest dan posttest Based on Mean 2.964 1 18 .102
Based on Median 2.937 1 18 .104
Based on Median and with 2.937 1 14.268 .108
adjusted df
Based on trimmed mean 2.962 1 18 .102

Lampiran 6 Anova

ANOVA
pretest dan posttest
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1344.800 1 1344.800 18.920 .000
Within Groups 1279.400 18 71.078
Total 2624.200 19
70

UNIVERSITAS ISLAM "45" BEKASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Cut Meutia no.83 Bekasi 17113
Telp :(021) 8820383, 8801027,8802015,8808851 Ext. 146-147 Fax : (021) 8801192

SURAT KEPUTUSAN DEKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NOMOR : 061 / SK.01/ E-DK / XII / 2022
TENTANG
PENETAPAN PEMBIMBING PENULISAN SKRIPSI
DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM "45" BEKASI
Menimbang : 1. Bahwa penyelesaian akhir program mahasiswa jenjang pendidikan S1 untuk Jurusan
Pendidikan Jasmani dilakukan penulisan skripsi.
2. Bahwa untuk kelancaran penulisan, perlu untuk rnenetapkan pembimbing penulisan

Mengingat : 1. Undang-undang Nornor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 066/V/1994,tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan penilaian hasil belajar.
4. Kurikulum Jurusan Pendidikan Jasmani Program Studi Pendidikan Jasmani

Memperhatikan : a. Rapat Koordinasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


b. Rekomendasi Seminar Proposal Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani
MEMUTUSKAN

Menetapkan : Mengangkat Saudara : Adli Azhari, M. Pd

Pertama : Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi


Nama : Muhammad Dwiki Hardi Rifaldi
NPM : 41182191180024

Pengaruh Latihan Lempar Shuttle Cock Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Pada
Siswa Ekstrakulikuler Di MTS Roudhotul Muhibbin Bekasi

Kedua : Surat Keputusan berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan akhir semester Genap T.A. 2022/2023

Ketiga : Mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan skripsi sampai dengan batas akhir tanggal tersebut di
atas, maka keputusan ini tidak berlaku lagi dan biaya bimbingan dinyatakan habis terpakai.
Keempat : Mahasiswa yang akan melanjutkan skripsi diharuskan membayar bimbingan sebesar ketentuan
yang berlaku.
Kelima : Apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana

DITETAPKAN DI : Bekasi
TANGGAL : 12 Desember 2022

Yudi Budianti, M.Pd


Dekan
Tembusan : Yth.
1. Direktur DAPA UNISMA Bekasi
2. Dosen Pembimbing
3. Arsip
71

UNIVERSITAS ISLAM "45" BEKASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Cut Meutia no.83 Bekasi 17113
Telp :(021) 8820383, 8801027,8802015,8808851 Ext. 146-147 Fax : (021) 8801192

Nomor : 062 / SE / FKIP / UNISMA / I /2023


Lampiran : 1 (satu) Berkas
Perihal : Permohonan Izin Penelitian

KepadaYth.
Kepala Sekolah MTS Roudhotul Muhibbin Bekasi
di
Tempat

Assalamu'alaikum, Wr. Wb .

Dengan ini kami beritahukan dengan hormat, bahwa :


Nama Mahasiswa : Muhammad Dwiki Hardi Rifaldi
NPM : 41182191180024
Program Studi : PENJAS
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Waktu Penelitian Hingga : 31 Agustus 2023

Bermaksud akan mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :
Pengaruh Latihan Lempar Shuttle Cock Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan
Lob Pada Siswa Ekstrakulikuler Di MTS Roudhotul Muhibbin Bekasi

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan Bapak/Ibu agar yang
bersangkutan dapat kirannya diberikan izin penelitian, sehingga data yang diperlukan
dapat terkumpul dengan baik.

Demikian, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.

Bekasi, 17 Januari 2023

Yudi Budianti, M.Pd


Dekan
73
74
75

DOKUMENTASI
76
77
78
79

Lampiran 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muhammad Dwiki Hardi Rifaldi lahir

di Jakarta, 28 November 1998. Penulis

ini merupakan anak ke 1 dari 2

bersaudara, dari pasangan bapak

hardimansyah, dan Ibu Rahmawati,

kini menetap di Perumahan Taman

Wanasari Indah Blok D2, no. 7,

RT09/RW08, Kelurahan Wanasari, Kecamatan Cibitung.Pendidikan

formal yang telah ditempuh yaitu sekolah dasar yaitu SD Negri 14

Wanasari Cibitung tamat tahun 2009, SMPIT Ulil Albab tamat tahun

2013, SMK Mitra Industri MM2100 tamat tahun 2016. Kemudian pada

tahun 2018 mengikuti program S1 Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Rekreasi Universitas Islam “45” Bekasi dan sampai dengan penelitian

skripsi ini masih terdaftar sebagai mahasiswa program S1 jurusan

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Islam “45”

Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai