PROPOSAL TESIS
Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
Oleh:
SUYATNO JA’FAR SHODIQ
NIM: 192610000708
13
ii
2021
PERNYATAAN KEASLIAN
Jepara, ....................
Materai
Rp. 6.000
Ketua/Penguji
Sekretaris/Penguji
Penguji 1
Penguji 2
iv
ABSTRAK
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... v
A. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 8
4. Manfaat Penelitian................................................................................... 9
5. Penegasan Istilah..................................................................................... 10
B. LANDASAN TEORI..................................................................................... 13
1. Deskripsi Teori......................................................................................... 13
4) Karakter Religus............................................................................. 25
b. Pondok Pesantren............................................................................... 43
2. Penelitian Terdahulu................................................................................ 58
3. Kerangka Berpikir................................................................................... 61
C. METODE PENELITIAN............................................................................... 63
LAMPIRAN -LAMPIRAN
A.PENDAHULUAN
baik akan terbentuk masyarakat yang baik dan dengan karakter masyarakat
yang baik, maka akan terbentuk karakter bangsa dan Negara yang baik pula.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam
yang mulia bagi peserta didik. Seruan tentang karakter atau akhlak mulia
dalam ajaran agama Islam juga ditunjukkan melalui salah satu perkara yaitu
131
2
mengatakan bahwa mereka berasal dari keluarga yang bermasalah. Tentu saja
kurangnya perhatian orang tua menjadi alasan utama bagi sekolah untuk
degradasi moralitas generasi muda saat ini. Carut marutnya moralitas anak
bangsa itu, bisa dilihat dan diamati dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
paling sederhana adalah ketika berlalu lintas, di mana bukan hanya hilangnya
2
Al-Qur’an Surat Al-Qalam Ayat 4, Departemen Agama, 2008, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, hlm.
3
Novan Ardy Wiyani, 2018, Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality
Management,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 17.
4
Thomas Lickona, 2013, Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter,
Terj., Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 4.
3
ketaatan pada rambu-rambu atau aturan yang ada, tetapi juga sinarnya
toleransi dan sopan santun antar sesama pengguna jalan. Contoh lain yang
tarafnya lebih akut seperti hilangnya penghormatan kepada orang yang lebih
tua, budaya mencontek atau menjiplak ketika ulangan atau ujian, pergaulan
narkoba, menjadi kelompok geng motor yang anarkhis, dan masih banyak
yang lain.5
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
jawab. 6
5
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Konsep dan Praktik
Implementasi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 1-2.
6
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah ...., hlm. 34.
4
pesantren itu. Santri memiliki hubungan yang khas dan melekat tanpa dibatasi
7
waktu terhadap kiainya, dan begitu pula kiai terhadap santri. Pondok
yang utuh (kaffah), sebagai ibadullah dan khalifatullah, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. sehat jasmani dan rohani,
7
Abdurrahman, “Budaya Disiplin dan Ta’zir Santri di Pondok Pesantren”, Al-Riwayah:
Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 1 April 2018, hlm. 30-31.
8
M. Darmawan Raharjo, 1992, Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, hlm. 12.
5
melekat pada diri seseorang akan terlihat dari cara berpikir dan bertindak,
yang selalu dijiwai dengan nilai-nilai Islam. Bila dilihat dari segi perilakunya,
manusia dan alam sekitar. Bila dilihat dari segi tata cara berbicara, orang yang
berkarakter Islami akan selalu berbicara dengan bahasa yang sopan, selalu
degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan
berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan
ketetapan agama.9
Pesantren juga berusaha untuk mendidik para santri yang belajar pada
pengabdian kepada Tuhan. Oleh karena itu, sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam, pesantren juga mempunyai tanggung jawab yang tidak kecil
di kelas, dan kegiatan dalam aktivitas sehari-hari seperti sholat Dhuha, sholat
Tahajud, wirid, dan tartiban. Kegiatan mingguan yaitu pasa sunnah Senin dan
Kamis, Riyadhoh, Istighosah, dan membaca surat Yasin pada malam Jumat.
Plangitan Pati sesuai dengan indikator karakter religius yang ditentukan. Ini
shalat dhuha, shalat dhuhur berjama’ah, tahfidzul qur’an, hadits dan do’a
sehari-hari. Meskipun ranah praktisnya adalah ibadah harian, tetapi esensi dari
10
Zamakhsyari Dhofier, 1981, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, hlm. 28.
11
Dian Popi Oktari dan Aceng Kosasih, “Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di
Pesantren”, JPIS: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 28, Nomor 1, Juni 2019, hlm. 43.
7
sikap disiplin.12
dengan hadits, Al-Quran, Bhs. Arab ataupun tarikh sesuai dengan target yang
di dalam pembelajaran.13
religius peserta didik di Pondok Pesantren. Oleh karena itu, judul penelitian
2. Rumusan Masalah
12
Hasil Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Al-Isti’anah Boarding School (MA-
IBS) Plangitan Pati Tanggal 9 Januari 2021, Pukul 10.00 WIB
13
Hasil Wawancara dengan Guru Madrasah Aliyah Al-Isti’anah Boarding School (MA-IBS)
Plangitan Pati Tanggal 9 Januari 2021, Pukul 11.00 WIB.
8
3. Tujuan Penelitian
berikut:
Pelajaran 2020/2021.
4. Manfaat Penelitian
a. Teoretis
karakter religius.
b. Praktis
siswa.
5. Penegasan Istilah
10
1. Model
2. Pendidikan Karakter
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian
dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai
3. Religius
14
Poerwadarminta, 2008, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm.
773.
15
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 11.
16
Sahrani, 2017, Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan Akhlak
Peserta Didik di SMA N 1 Burau Kabupaten Lawu Timur, Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Alauddin Makasar, hlm. 20.
11
yang terkait dengan sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa juga
4. Pondok Pesantren
yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama
17
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 45.
18
Departemen Agama, 2005, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta: Dirjen KAI-
DPK dan Ponpes, hlm. 82.
12
pondok
B. LANDASAN TEORI
1. Deskripsi Teori
dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, yaitu “kharakter,”
karakter bisa diartikan dengan budi pekerti atau akhlak yang dimiliki
oleh seseorang.
19
Poerwadarminta, 2008, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm.
773.
20
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya, hlm. 11.
21
Poerwadarminta, 2007, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm.
521.
22
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Konsep dan Praktik
Implementasi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 9.
13
14
dimiliki oleh individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada
karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda
23
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 11.
24
Novan Ardy Wiyani, 2018, Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 74.
25
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 11.
26
Akhmad Muhaimin Azzet, 2011, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, hlm. 27.
15
lingkungannya.27
sekolah.28
27
Sahrani, 2017, Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan Akhlak
Peserta Didik di SMA N 1 Burau Kabupaten Lawu Timur, Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Alauddin Makasar, hlm. 20.
28
Zubaidi, 2014, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikakasinya Dalam
Lembaga Pendidikan, hlm. 14.
16
Dalam hal ini, perilaku yang dilakukan guru untuk membantu watak
29
Sekretariat Direktoral Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional, 2011,
Mencari Karakter Terbaik dari Belajar Sejarah, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, hlm.
21.
30
Kemendiknas, 2011, Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas, Dirjen
Pendidikan Dasar, hlm. 245.
31
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
Jakarta: Laksana, hlm. 21-22.
32
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, hlm.
21-22.
33
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, hlm. 9.
17
karakter dalam Islam lebih menitikberatkan pada hari esok, yaitu hari
jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan Allah SWT. Inilah yang
34
Al-Qur’an Surah Al-Qalam Ayat 4, 2007, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:
Departemen Agama RI, hlm. 897.
35
Mansur, 2001, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hlm. 222-223.
18
nilai, yaitu penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa
36
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
Jakarta: Laksana, hlm. 22.
37
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, hlm. 25.
19
dunia.38
karena itu, sistem nilai dapat merupakan standar umum yang diyakini,
umum berupa aturan umum.39 Nilai yang benar dan diterima secara
itu berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang
lain.
38
Kemendiknas, 2011, Pendidikan Karakter Bangsa, hlm. 14.
39
Amin Syukur, 2010, Studi Akhlak, Semarang: Walisongo Perss, hlm. 168.
20
yang terdapat dalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji
pendidikan karakter yang dimaksud, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3)
Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
(16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab.40
karakter yang sangat perlu diajarkan kepada peserta didik sejak dini
antara lain adalah jujur, disiplin, percaya diri, peduli, mandiri, dan
a) Jujur
40
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, hlm. 14-15.
41
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, hlm.
47.
21
Sebagai seorang muslim harus bersikap jujur kapan saja dan di mana
saja, serta kepada siapa saja. Setidaknya ada lima macam bentuk
dari orang taqwa. Sifat taqwa dan jujur akan mampu mengantarkan
amanah.
42
Novan Ardy Wiyani, 2018, Pendidikan Karakter ...., 52.
43
Depag RI, 2007, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, hlm. 427.
22
jujur
(3) Keteladanan
b) Disiplin
didik sekarang ini perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh guru.
Menurut Nurla Isna Aunillah ada beberapa hal yang perlu dilakukan
oleh guru dalam membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik,
di antaranya adalah:
peraturan.
peraturan.
c) Percaya diri
diri laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri
46
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter ..., hlm. 55-60.
24
d) Peduli
(3) Mengingatkan kepada peserta didik agar peduli terhadap orang tua.
e) Mandiri
dambaan setiap guru. Sebab dengan sikap itu proses belajar yang
positif.
tujuannya sendiri.49
f) Tanggung Jawab
berikut:
konsekuensi.
4) Karakter Religius
49
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter ..., hlm. 71-75.
50
Poerwadarminta, 2008, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 1205.
51
Nurla Isna Aunillah, 2011, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter ..., hlm. 84-86.
26
dan akhirat.52
dan akhirat.53
52
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 45.
53
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 45.
54
Hendarman dkk., 2018, Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Kemendikbud RI, hlm. 8.
27
terhadap Allah SWT. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
222)
Fatihah/1: 3)
jiwa (nafs), dan ruh. Ketiga potensi tersebut bila dikembangkan dapat
diri, yaitu pembinaan agar fisik, akal dan mental seseorang terbina
(2) Menutup Aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan menurut
(4) Ikhlas
(5) Sabar
yang satu dengan yang lainnya. Akhlak ini terbagi menjadi dua
57
Mohammad Daud Ali, 2013, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, hlm. 357-358.
58
Ali Anwar Yusuf, 2013, Studi Agama Islam, hlm. 180.
29
tua serta taat dan patuh kepadanya. Berbakti kepada kedua orang
sayang
yang bersangkutan
(mungkar)
61
Ali Anwar Yusuf, 2013, Studi Agama Islam, hlm. 187.
62
Ali Anwar Yusuf, 2013, Studi Agama Islam, hlm. 189.
31
lainnya.
(instant), tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat dan
63
Mohammad Daud Ali, 2013, Pendidikan Agama Islam, hlm. 358.
64
Ali Anwar Yusuf, 2013, Studi Agama Islam, hlm. 189.
65
Mohammad Daud Ali, 2013, Pendidikan Agama Islam,, hlm. 359.
32
membangun karakter.
yang baik.
siswa.66
dipahami.
kinetik.
psikologis/ilmu jiwa).
bicara.
34
mereka.
Daurah at-Tarbiyah.67
67
Abdul Majid dan Dian Andayani, 2018, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, hlm. 111.
68
Anissatul Mufarokah, 2013, Strategi Dan Model-Model Pembelajaran, Tulungagung:
STAIN Press, hlm 66
35
warga sekolah mulai dari guru, karyawan dan para murid harus
menjadi tanggung jawab bagi para pendidik dan orang tua terhadap
sekitarnya.
69
Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, hlm 139.
70
Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, hlm 139.-
140
36
di luar kelas.
learning).
a) Keteladanan
71
E. Mulyasa, 2011, Management Pendidikan Karakter, Jakarta: PT. Bumi Askara, hlm
165-190
37
b) Nasihat
72
Nur Ubhiyati, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki
Putra, hlm. 171.
73
Departeman Agama RI, 2008, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 595.
74
Jalaluddin, 1998, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 63.
38
c) Pembiasaan
baik.78
d) Hukuman
75
Nur Ubhiyati, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 172.
76
Al-Qur’an Surat Lukman Ayat 13, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
581.
77
Nur Uhbiyati, 2013, Dasar-Dasar Ilmu ..., hlm. 176.
78
Ahmad Tafsir, 2011, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, hlm. 26.
39
dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui, di
antaranya:
79
Nur Uhbiyati, 2013, Dasar-Dasar Ilmu ..., hlm. 173.
80
Hamdani Ihsan dan A. Fu’ad Hasan, 1998, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia, hlm. 198.
40
sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa bukan
lagi akal, rasio dan logika. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan
kekurangan-kekurangannya.
c) Moral Doing/Learning to do
jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan
seterusnya. Contoh atau teladan adalah guru yang laing baik dalam
41
menanamkan nilai. Siapa kita dan apa yang kita berikan. Tindakan
karakter diri, pengetahuan, dan soft skill. Jadi bukan hanya berhasil
mewujudkan anak didik yang cerdas otak, tetapi juga cerdas hati, dan
cerdas raga.
yaitu:
b. Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari kata “funduq” yang berarti “hotel atau
82
Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, hlm 122
83
Suyanto, 2010, Pendidikan Karakter: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Aneka Cipta, hlm 69-
70
43
pondok pesantren.
Kyai.
yang berlaku.89
syarat, yaitu:
88
Departemen Agama, 2005, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta: Dirjen KAI-
DPK dan Ponpes, hlm. 82.
89
Zamakhsyari Dhofier, 2011, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, hlm. 79-80.
45
dan nanti
asrama pondok.
90
Ahmad Tafsir, 2011, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, hlm. 191
91
Muzzayin Arifin, 2007, Kapita SelektaPendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, hlm.
237.
46
92
Muzzayin Arifin, 2007, Kapita SelektaPendidikan Islam , hlm. 6-7.
47
menjadi dua jenis sesuai dengan jenis pola pesantren itu sendiri, yaitu:
ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal,
b) Pesantren Modern
(pengajiankitab klasik).95
95
Ridwan Abawihda, 2012, Kurikulum Pendidikan Pesantren ..., hlm. 89.
49
satu dengan yang lainnya secara terpadu untuk mencapai tujuan dari
pesantren.
96
Kholis Thohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi”,
ANALYTICA ISLAMICA, Vol. 6 No. 1 Januri-Juni 2017, hlm. 15.
50
pesantren, yaitu :
wujud ajarannya).99
97
Rohadi Abdul Fatah, dkk., Op. cit., hlm. 48.
98
M. Bahri Ghozali, 2003, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: Prasasti, hlm. 28.
99
M. Bahri Ghozali, 2003, Pesantren Berwawasan Lingkungan ..., hlm. 29.
51
a) Metode Sorogan
b)Metode Wetonan
100
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 49.
101
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 49.
102
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 49.
103
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 52.
52
c) Metode bandongan
ustadz.106
104
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 57.
105
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 58.
106
Rohadi Abdul Fatah, dkk., 2005, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, hlm. 58.
53
ini, para santri sejak awal masuk telah dilatih untuk melaksanakan
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.107 Menurut Jamal
107
Agus Wibowo, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, hlm. 14.
108
Jamal Ma’mur Asmani, 2011, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah, Yogyakarta: Diva Pers, hlm. 54.
109
Zubaedi, 2013, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 269
54
santri, dan melalui kultur atau tradisi pesantren yang meliputi semua
norma sosial baik lokal maupun global untuk membentuk insan yang
seutuhnya.111
Islami juga. Karakter Islam yang melekat pada diri seseorang akan
terlihat dari cara berpikir dan bertindak, yang selalu dijiwai dengan
sesama manusia dan alam sekitar. Bila dilihat dari segi tata cara
berpisah. Dari segi pakaian, orang yang berkarakter Islami akan selalu
juga bisa dilihat dari cara seorang anak berbakti pada kedua orang
112
Zubaedi, 2013, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi, hlm. 271
56
a) Pembiasaan rutin
b) Pembiasaan spontan
113
Novan Ardy Wiyani, Op. cit., hlm. 110-112.
57
kajian kitab kuning (fiqh, Hadis, dan lain-lain), dan pembacaan Surat
Maulid Nabi Muhammad SAW, serta berqurban pada hari raya idul
adha.114
2. Penelitian Terdahulu
dan juga sebagai bahan pertimbangan dan untuk mengetahui kekurangan dan
114
Safaruddin Yahya, Op. cit., hlm. 171.
58
115
Safaruddin Yahya, 2016, “Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren (Studi kasus
di pondok modern Al-Syaikh Abdul Wahid kota Baubau Sulawesi Tenggara)”, Tesis, Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim, hlm. 179.
59
suatu organisasi pendidikan bukan saja besar secara fisik, tetapi juga
116
Muhamad Fathullah, 2019, “Pendidikan Karakter Pada Pesantren Salaf dan Khalaf (Studi
Komparatif di Pondok Pesantren Cidanghiang dan Pondok Pesantren Darunnajah Al-Mansur)”,
Tesis, Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin, hlm. 230.
117
Rusmaini, 2017, “Manajemen Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Islam”,
Journal of Islamic Education Management, Juni 2017, Vol. 3 No. 1, hlm. 132.
60
sekolah. Di samping itu, seluruh siswa di SMP Puncak Darus Salam wajib
dalam dirinya.118
posisi penulis dalam makalah ini lebih memfokuskan pada model pendidikan
3. Kerangka Berpikir
lulusan-lulusan yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan sekolah umum.
dan spiritual. Namun dalam realitanya, lulusan madrasah tidak jauh berbeda
madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam formal akan semakin kuat. Lebih
pendidikan Islam.
peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta
didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
62
menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini
sebagai karakter keislaman agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia dengan
dengan karakter yang melekat dalam dirinya tanpa ada paksaan. Jadi karakter
C. METODOLOGI PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
data-data penelitian.
119
S. Margono, 2007, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 9.
63
Dapat terpusat pada beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula
b. Pendekatan Penelitian
peristilahannya. 123
dipertanggungjawabkan.
bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data bukan dari
melakukan kegiatan.
yang wajar antara peneliti dan informan. Dalam penelitian ini hubungan
Berkaitan dengan hal itu jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. 125 Menurut Suharsimi
Arikunto bahwa sumber data adalah subyek dari mana data dapat
2020/2021.
menjadi:
data penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari:
125
Lexy J. Moleong, 2017, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 157.
126
Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, hlm. 129.
127
Sugiyono, 2016, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, hlm. 62.
67
dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati, maka metode yang digunakan untuk
1. Wawancara (Interview)
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan
130
Sutrisno Hadi, 2001, Metodologi Research, Yogyakarta: CV Andi Offset, hlm. 192-193.
69
peneliti rumuskan.
2. Observasi
131
Sugiyono, 2016, Memahami Penelitian Kualitiatif, hlm. 233.
132
Bimo Walgito, 1996, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: YPF Psch.
UGM, Yogyakarta, hlm. 54.
133
Sutrisno Hadi, 2001, Metodologi Research, hlm. 134.
70
3. Dokumentasi
134
S. Margono, 2007, Metode Penelitian, hlm. 162.
135
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 240.
136
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 305-306.
71
1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan Pengamatan
data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah
dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila
b. Meningkatkan Ketekunan
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
lapangan itu salah atau tidak. Dan juga akan memberikan deskripsi
c. Triangulasi
dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang
139
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 372.
73
kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain. Hal ini
140
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 373-374.
141
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 375.
74
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
2. Uji Transferability
diambil.143
laporan akan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
3. Uji Dependability
142
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 375.
143
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 376.
144
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 377.
75
tunjukkan.
4. Uji Confirmability
standar confirmability.
menurut kategori yang ada untuk memperoleh keterangan yang jelas dan
terinci.
145
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 338.
76
membuang yang tidak perlu.146 Proses analisis data dalam penelitian ini
sebagainya.
dilakukan maka sampailah pada tahap reduksi data. Pada tahap ini
peneliti menyortir data dengan cara memilah mana data yang menarik,
bentuk uraian atau cerita rinci para informan sesuai dengan ungkapan
tersebut.
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek,
hubungan.
78
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
79
E. Penegasan Istilah
A. Deskripsi Teori
d. Karakter Religius
2. Pondok Pesantren
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Berpikir
1. Sejarah Berdirinya
2. Letak Geografis
2020/2021.
Pelajaran 2020/2021.
Pelajaran 2020/2021
81
D. Keterbatasan Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA