Anda di halaman 1dari 29

BENTUK DAN STRUKTUR INTERNAL KOTA

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 1


AGENDA
➢ Unsur Pembentuk Struktur Tata Ruang Kota
➢ Bentuk dan Struktur Internal Kota

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 2


UNSUR PEMBENTUK STRUKTUR
TATA RUANG KOTA

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 3


Bentuk Kota dan Struktur Kota
➢ Bentuk Kota (urban form) adalah karakteristik fisik kota, antara lain
bentuk, ukuran, kepadatan, dan konfigurasi tempat tinggal secara
menyeluruh.
➢ Struktur kota (urban structure), masih ada kaitannya dengan urban
form. Struktur kota merupakan pola atau susunan blok, jalan,
bangunan, ruang terbuka, dan sebagainya.
➢ Bentuk kota dan struktur kota yang satu berbeda dengan yang lain
karena dipengaruhi oleh beberapa unsur.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 4


Unsur Pembentuk Struktur tata Ruang Kota
➢Menurut Doxiadis, ada 4 unsur pembentuk
skruktur tata ruang kota : Alam (nature),
individu (antropos) dan masyarakat (society),
ruang/ bangunan (shell), dan jaringan
(network).
➢Manurut Patrick Geddes, unsur
pembentuknya : tempat tinggal (place),
tempat kerja (work), dan tempat
bermasyarakat (folk).
➢Menurut Kevin Lynch, unsur pembentuknya :
path, edge, district, node/ core, dan landmark.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 5


Unsur Pembentuk Struktur tata Ruang Kota
District
Bagian terbesar dalam sebuah kota.
Path Merupakan tempat yang mempunyai
karakteristik yang sama seperti area bisnis,
Landmark
Rute atau jalan dimana orang- tempat bekerja, hiburan, permukiman, dan Bangunan yang membangun citra
orang berpindah-pindah sebagainya. tertentu sehingga mudah dikenali
dalam sebuah kota. dan diingat.

Edge Node
Pembatas atau pemisah suatu Simpul, pertemuan diantara
kota dengan wilayah lain. Bisa beberapa jalan dalam sebuah kota
berupa garis batas, pantai, berikut bangunan di sekililingnya yang
dinding, dsb. memberi ciri khas.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 6


BENTUK DAN STRUKTUR
INTERNAL KOTA

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 7


Ekologikal Ekonomi
Akan dijelaskan kota dengan Akan dijelaskan konsep
berbagai bentuk fisik dimana ekonomi penggunaan lahan
terdapat perbedaan sehingga terjadi bentuk kota.
pemusatan aktivitas
ekonomi.

Morfologi
Akan dijelaskan macam-
macam struktur internal kota
berupa jaringan jalan, blok
bangunan, urban sprawl, dan
sebagainya.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 8


Pendekatan Ekologikal Concentric Zone Model

➢ Dikenalkan oleh sosiolog E.W. Burgess


➢ Menurut teori ini, sebuah kota tumbuh dari pusat kemudian
menyebar melingkar seperti tumbuhnya batang kayu.
➢ Ukuran cincin bisa berbeda-beda.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 9


Pendekatan Ekologikal Concentric Zone Model

1. CBD
2. Zone in transition; tempat
industri dan perumahan
dengan kualitas rendah
3. Zone of working-class homes;
dihuni oleh working-class
family yang sudah stabil.
4. Zone of better residence;
perumahan lebih besar untuk
middle-class family.
5. Commuters’ Zone; tempat
komuter tinggal, sudah di luar
area kota.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 10


Pendekatan Ekologikal Sectoral Model

➢ Dikenalkan land economist, Homer Hoyt, tahun 1939.


➢ Menurut model ini, sektor-sektor tertentu akan berkembang di area
tertentu. Bisa karena faktor lingkungan atau hal lain.
➢ Ketika sebuah kota tumbuh, aktivitas akan berkembang melalui
sektor dari pusat kota.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 11


Pendekatan Ekologikal Sectoral Model

1. Central Busiess District


2. Transportation and Industry
3. Low-income residential
4. Middle-class residential
5. High-income residential

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 12


Pendekatan Ekologikal Multiple Nuclei Model

➢ Dikenalkan oleh ahli geografi C.D. Harris dan E.L. Ullman, tahun
1945.
➢ Menurut model ini, sebuah kota adalah struktur yang kompleks dan
punya lebih dari satu pusat dan aktivitas disekelilingnya.
➢ Akan muncul titik-titik pemusatan yang lain seperti pelabuhan,
bandara, universitas, dan pusat bisnis lainnya.
➢ Titik-titik pemusatan itu akan menarik aktivitas-aktivitas. Misalnya
universitas akan tempat tinggal masyarakat berpendidikan tinggi,
toko buku, percetakan, dsb. Bandara akan menarik bisnis hotel,
pergudangan, dsb.
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 13
Pendekatan Ekologikal Multiple Nuclei Model

1. CBD
2. Wholesale light
manufacturing.
3. Low-income residential.
4. Middle-class residential.
5. High-income residential.
6. Heavy manufacturing.
7. Outlying business district
8. Residential suburb
9. Industrial Suburb.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 14


Pendekatan Ekologikal Peripheral Model

➢ Dikenalkan oleh Chauncey Harris sebagai modifikasi multiple nuclei


model.
➢ Menurut model ini, urban area terdiri dari pusat kota yang
dikelilingi oleh suburban residential dan service node yang
dihubungan dengan beltway.
➢ Titik-titik pemusatan yang memberikan layanan baik bagi konsumen
maupun bisnis di sekitar beltway disebut edges cities.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 15


Pendekatan Ekologikal Peripheral Model

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 16


Teori Sewa Lahan
Pendekatan Ekonomi (Monosentris)

➢ Struktur ruang kota bisa dijelaskan dengan pendekatan ekonomi


melalui teori sewa lahan.
➢ Setiap peruntukan lahan di perkotaan mempunyai bid-rent function
sendiri-sendiri. Bid-rent function adalah fungsi atau garis yang
menggambarkan hubungan antara nilai sewa dengan jarak tempat
itu terhadap pusat kota (CBD).
➢ Nilai sewa tersebut menggambarkan willingness to pay dengan
mempertimbangkan manfaat dan biaya yang dikeluarkan.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 17


Teori Sewa Lahan
Pendekatan Ekonomi (Monosentris)

➢ Masing-masing tempat atau lahan mempunyai function yang


berbeda dan ditunjukkan dengan gradien yang berbeda-beda.
➢ Peruntukan lahan ini pada akhirnya akan memegang prinsip
maksimalisasi profit.
➢ Urutan gradien : CBD, industri, residential, agrobisnis.
➢ Dengan adanya konsep ini, sebuah kota akan terbagi menjadi
beberapa struktur.
➢ Di pusat kota adalah peruntukan lahan dengan gradien yang curam
dan diikuti peruntukan lahan dengan gradien yang landai.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 18


Teori Sewa Lahan
Pendekatan Ekonomi (Monosentris)

CBD

Industri
Residensial

Industrial Pertanian

Residential

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 19


Teori Sewa Lahan
Pendekatan Ekonomi (Monosentris)

✓ Untuk kasus riil (dunia nyata), harga atau sewa lahan juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor.
✓ Faktor utamanya adalah asesibilitas.
▪ Tanah-tanah disepanjang jalan utama nilainya lebih tinggi.
▪ Tanah-tanah yang berlokasi di persimpangan lebih tinggi lagi.
✓ Nilai tanah juga dipengaruhi oleh :
▪ Jarak dari pusat aktivitas (pusat perbelanjaan, stasiun KA).
▪ Fisik.
▪ Aspek Legal.
▪ SDA
▪ dsb
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 20
Pendekatan Morfologi Shape Kota

➢ Struktur ruang kota bisa dijelaskan dengan pendekatan


penampakan atau morfologinya seperti shape, jalan, dan
perubahan penggunaan lahan.
➢ Dari sisi shape, bentuk kota ada yang kompak (tidak terpisah-pisah)
maupun bentuk tidak kompak (terpisah oleh penampakan bukan
perkotaan). Dari sisi ini, ada kota yang berbentuk segi empat, bulat,
pita, bintang, tidak berpola, dan sebagainya.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 21


Pendekatan Morfologi Pola Jalan

Sebagai indikator morfologi kota, pola jalan bisa dibagi menjadi 3:


1. Irregular system; sistem jalan ini tidak teratur baik lebar maupun
arahnya.
2. Radial concentric system; sistem jalan ini membentuk pola jaring laba-
laba dengan pusat merupakan kegiatan utama.
3. Rectangular/ grid system; jalan-jalannya lurus dan perpotongannya
membentuk sudut siku-siku.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 22


Pendekatan Morfologi Transformasi Lahan

➢ Robin Pryor melihat adanya transformasi gradual dari kota ke desa.


➢ Semakin jauh dari real urban dan semakin dekat real rural, makin
kabur penampakan kekotaannya dan semakin jelas kedesaannya.
➢ Zona peralihan, di tengah-tengah real urban dan real rural disebut
daerah rural-urban fringe.
➢ Di daerah fringe ini, proporsi penggunaan lahan perkotaannya
seimbang dengan proporsi penggunaan lahan perdesaan.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 23


Pendekatan Morfologi Transformasi Lahan

Russwurm mengategorikan rural-urban fringe menjadi tiga subzona:


1. Inner fringe.
Ditandai banyaknya konversi lahan pertanian ke lahan nonpertanian sehingga
lahan nonagrarisnya mendominasi.
2. Outer fringe.
Lahan agrarisnya masih dominan, walaupun ada konversi lahan kedesaan
menjadi kekotaan tetapi intensitasnya masih rendah.
3. Urban shadow zone.
Zona dengan elemen-elemen morfologi kekotaannya mulai menyusup, namun
masih sangat sedikit. Berbatasan langsung dengan real rural.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 24


Pendekatan Morfologi Transformasi Lahan

1. Tempat vakansi/ liburan.


2. Penyebaran ruang perkotaan.
3. Zona commuting maksimal.
4. Nodal perkotaan.
5. Pusat Kota.
6. Pinggiran desa-kota
7. Inner fringe.
8. Outer fringe.
9. Urban shadow zone.
10. Penyangga perdesaan.
11. Perumahan terisolasi

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 25


Pendekatan Morfologi Urban Sprawl

➢ Transformasi lahan yang diuraikan tadi adalah fenomena urban


sprawl.
➢ Urban sprawl berupa tumbuhnya kawasan pinggiran ini terjadi
karena proses suburbanisasi/ ruralisasi dan redistribusi kegiatan
ekonomi.
➢ Urban spawl adalah proses perluasan/ perembetan kawasan
terbangun kota ke arah luar sebagai dampak meningkatnya jumlah
penduduk dan kegiatan perkotaan.

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 26


Pendekatan Morfologi Urban Sprawl

Terdapat tiga bentuk urban sprawl:


1. Perembetan konsentris (concentric development/ low density
continuous development) → perembetan terjadi perlahan-lahan
pada semua sisi luar kota.
2. Perembetan memanjang (ribbon development/ linear
development/ axial development) → Perembetannya tidak merata,
perembetan tercepat ada di jalur transportasi utama.
3. Perembetan meloncat (leap frog development/ checkerboard
development) → perkembangan lahan kota terjadi berpencar
secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian.
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 27
Pendekatan Morfologi Urban Sprawl

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN twarsito@pknstan.ac.id 28


TERIMAKASIH

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN 29

Anda mungkin juga menyukai