Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Standar Pelayanan Minimal IGD


Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.
a. Perinsip penetapan Standar Pelayanan Minimal
1) Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau sektor
terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait yang secara rinci
terlampir dalam daftar tim penyusun;
2) Sederhana, SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan
dipahami;
3) Nyata, SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan
persyaratan atau prosedur teknis:
4) Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam SPM dapat diukur baik
kualitatif ataupun kuantitatif;
5) Terbuka, SPM dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat:
6) Terjangkau, SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan dana
yang tersedia;
7) Akuntabel, SPM dapat dipertanggung gugatkan kepada publik;
8) Bertahap, SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampun
keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM

b. Standar Pelayanan Minimal di IGD


Standar pelayanan minimal di IGD berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan
RI No.129 Tahun 2008, tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit:

Jenis
Indikator Standar
Pelayanan

Instalasi Gawat 1. Kemampuan menangani 1. 100 %


Darurat (IGD) life saving anak dan
dewasa
2. Jam buka Pelayanan Gawat 2. 24 Jam
Darurat
3. Pemberi pelayanan gawat 3. 100 %
darurat yang bersertifikat
yang masih berlaku
BLS/PPGD/GELS/ALS
4. Ketersediaan tim 4. Satu tim
penanggulangan bencana
5. Waktu tanggap pelayanan 5. ≤ lima menit
Dokter di Gawat Darurat terlayani, setelah
pasien datang
6. Kepuasan Pelanggan 6. ≥ 70 %
7. Kematian pasien< 24 Jam 7. ≤ dua per seribu
(pindah ke
pelayanan rawat
inap setelah 8
8. Khusus untuk RS Jiwa jam)
pasien dapat ditenangkan 8. 100 %
dalam waktu ≤ 48 Jam
9. Tidak adanya pasien yang
diharuskan membayar uang 9. 100%
muka

B. Fishbone Diagram
Fishbone diagram sering disebut Cause and Effect diagram adalah sebuah
diagram yang menyerupai tulang ikan yang dapat menunjukkan sebab akibat dari
suatu permasalahan (John Bank, 1992). Fishbone diagram juga merupakan salah
satu tool dari 7 basic quality tools. Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika
sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kualitas
pada fishbone diagram terdiri dari 5M + 1E yaitu machine (mesin), man (manusia),
method (metode), material (bahan produksi), measurement (pengukuran), dan
environment (lingkungan). Faktor-faktor tersebut berguna untuk mengelompokkan
jenis akar permasalahan ke dalam sebuah kategori

MAN MACHINE METHOD

PROBLEM
MATERIAL MEASUERMENT ENVIROMENT

Fishbone diagram pada gambar menunjukkan faktor-faktor yang


mengakibatkan sebuah masalah. Enam buah faktor yakni 5M + 1E dituliskan pada
bagian tulang dari pada diagram tulang ikan dan permasalahan yang ingin diketahui
penyebabnya terletak pada bagian kepala ikan. Setiap faktor pada tulang memiliki
akar permasalahannya masing-masing, melalui Fishbone diagram maka akar-akar
permasalahan dengan mudah untuk diketahui. Langkah-langkah untuk
membuat Fishbone:
a. Tulis permasalahan utama pada bagian kanan (kepala ikan). Gambar garis
panah dari kiri ke kanan mengarah ke permasalahan.
b. Identifikasi semua kategori utama penyebab masalah mulai dari man,
method,machine, material, measurement, dan environtment.
c. Gunakan panah yang lebih kecil untuk menjelaskan akar permasalahan
sehingga menjadi lebih detail.
d. Ulangi langkah (c) berulang-ulang sehingga menemukan akar
permasalahan yang paling mendasar.

C. Upaya Peningkatan Mutu Layanan


Internal Continous Quality Improvement dilakukan oleh Fasilitas kesehatan
dengan melakukan :penetapan indikator mutu, melakukan pengukuran, evaluasi
(PDSA/PDCA) dan Perbaikan.
a. Indikator nasional mutu
Merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan
mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
1. Untuk menilai apakah upaya yang telah dilakukan dapat meningkatkan
keluaran pelayanan kesehatan;
2. Memberikan umpan balik kepada fasyankes;
3. kepentingan transparansi publik;
4. Untuk pembelajaran menggunakan praktik terbaik yang diperoleh
melalui proses kaji banding.
b. Waktu tanggap operasi secsio sesarea emergensi
1. Pengumpulan data, data dikumpulkan setiap hari..
2. Sumber data, data merupakan data sekunder yang berasal dari laporan operasi
maupun rekam medis.
3. Teknik sampling yang digunakan teknik total sampling.
4. Pelaporan dilakukan tiap bulan/ triwulan/ tahunan. Sedangkan analisis
dilakukan setiap triwulan/ tahunan.
5. Target 80% terlaksana.
6. Standar waktu pelaksanaan 30 menit dihitung sejak diputuskan operasi sampai
dengan dilakukanya incisi.
c. Plan of Action (POA)
1. Defenisi perencanaan
Menurut Djoko Sujato perencanaan adalah suatu proses yang
berkelanjutan termasuk di dalamnya pengambilan keputusan, penentuan
pilihan dari berbagai alternatif, pemanfaatan berbagai sumberdaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kendala secara efisien dan efektif untuk
mencapai suatu keadaan yang lebih baik di masa datang
2. Manfaat perencanaan
1) Menentukan tujuan
2) Menegakkan dasar-dasar dan menetapkan langkah-langkah
3) Memanfaatkan hal-hal positif dan menghindari yg negatif
4) Efisiensi besar
5) Menghilangkan ketidakpastian
6) Membentuk hari depan
3. Langkah pokok perencanaan
1) LANGKAH I: Tetapkan tujuan
2) LANGKAH II: Pelajari situasi sekarang
3) LANGKAH III: Identifikasi pendukung dan penghambat
4) LANGKAH IV: Kembangkan seperangkat tindakan
Tiap Kegiatan disusun secara detail dalam PoA:
a. Apa yang dikerjakan (persiapan, pelaksanaan, monev)
b. Tujuan & Sasaran
c. Jadwal kegiatan
d. Tempat pelaksanaan
e. Unit/siapa yang bertanggungjawab/ melaksanakan
f. Jumlah & Sumber anggaran

Anda mungkin juga menyukai