Abstract
The teacher as one of the educational staff has a big duty and responsibility. These
duties and responsibilities are broader than just making students know and
understand the teaching materials provided, namely making students become
educated human beings who understand as human beings, so that it is beneficial for
themselves and their environment. Teacher performance, which has been a discourse
in improving the quality of Human Resources (HR), has made teachers one of the
central issues regarding education nationally. The problem of teachers is a problem
of education, and the problem of education is a problem of the nation. approximately
approximately education practitioners bring up the issue of teachers in an effort to
improve teacher professionalism.
Kata Kunci: guru, pendidikan, peserta didik
Pendahuluan
Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan
khususnya di tingkat institusional. Tanpa guru pendidikan hanya menjadi slogan
muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan
ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru (Surya,
2003:2). Karena itu, untuk menjadikan pendidikan sebagai sebuah sektor
pembangunan yang efektif.
Guru adalah faktor yang mutlak. Bukan saja jumlahnya yang harus
mencukupi, melainkan mutunya juga harus baik, sebab jumlah dan mutu guru
adalah unsur yang secara langsung ikut menentukan kekuatan sektor pendidikan.
Dengan kata lain, kekuatan dan mutu pendidikan sesuatu negara dapat dinilai
dengan mempergunakan faktor guru sebagai salah satu indeks utama. Itulah
antara lain sebabnya mengapa guru faktor yang mutlak dalam pembangunan.
Pengalaman-pengalaman inilah yang seharusnya menjadi perhatian
kebijakan pengembangan guru di Indonesia. Sayangnya selama ini kita menjadikan
guru hanya sebagai bagian dari aparat pemerintah, yang melakukan tugas harus
sesuai dengan birokrasi yang cenderung hirarkis. Akibatnya guru terkooptasi oleh
birokrasi sehingga menghilangkan jati diri guru sebagai pendidik dan pembimbing
di persekolahan.
This work is licensed under Creative Commons Attribution Non Commercial 4.0 International
License Available online on: http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/index
Ahmad Muhammad (Nama Penulis)
Peran guru selama ini memang telah diperlakukan sebagai profesi tetapi
perlakuan yang diberikan kepada guru tidak mencerminkan bahwa guru adalah
profesi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penderitaan yang dialami guru dalam
melaksanakan tugasnya. Profesi guru kurang dihargai sebagai tenaga profesional,
padahal peran yang dimainkannya telah memenuhi syarat atau ciri-ciri sebagai
tenaga professional.
Metode
Artikel ini disusun dengan menggunakan metode penelusuran kepustakaan
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. pendapat dan argumen dikutip dan
digunakan sebagai penguat argumen mereka, setelah itu dapat ditarik suatu
kesimpulan.
1) Jenis dan Sifat Penelitian
a) Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan atau library research, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan suatu data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan
obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, atau yang
telah dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang dimana pada dasarnya
tertumpu pada penkajian kritis dan mendalam terhadap suatu bahan pustaka yang
relavan. Sebelum mengkaji suatu bahan pustaka, peneliti harus mengetahui
terlebih dahulu dengan pasti tentang darimana sumber informasi ilmiah itu
diperoleh. Adapun beberapa sumber yang akan digunakan untuk penelitian
tersebut antara lain: buku-buku, jurnal ilmiah, refrensi statistik, hasil-hasil
penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, desentrasi, dan internet, serta sumber-
sumber lainnya yang relavan.
b) Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh
pada saat penelitian tersebut dilakukan.
2) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpuluan data penelitian ini diambil dari sumber data, yaitu
subjek dari mana data dapat diperoleh.
3) Teknik Analisa Data
Untuk memperoleh hasil yang benar dan sesuai dalam menganalisa data,
penulis menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi (Contect Analysis) adalah
peelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi
yang tertulis atau tercetak di media massa
mengolah tanah di pagi sampai siang hari, para pencari ilmu mendatangi pertapa
dan meminta nasihat. Nasihatnasihat yang diberikan biasanya berupa nasihat
tentang bagaimana menjalani hidup dengan tenang sesuai dengan apa yang telah
ditakdirkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, nasihat tersebut kadang berupa tugas
yang harus dilalui oleh pencari ilmu dan baru boleh kembali pada saat mereka
sudah menyelesaikan tugasnya. Selanjutnya, sistem pendidikan pada masa
kerajaan hindu-budha, sudah mengenal adanya guru. Pada masa agama hindu,
yang mengenal sistem kasta, guru berasal dari kasta Brahmana yang dikenal
dengan nama begawan. Dalam hal ini, kasta guru setingkat lebih rendah dari raja.
Oleh karena itu, Begawan memiliki hak-hak tertentu, dan cenderung dimuliakan
oleh masyarakat karena dianggap sebagai penjelmaan kehidupan spiritual
kebenaran. Pada masa itu, di dalam menyampaikan pengetahuan dari buku suci
(Weda), para siswa tinggal di rumah Begawan tersebut serta mengabdi dengan
penuh kesetiaan dan pengabdian. Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada
saat ajaran agama Budha mempengaruhi nusantara. Jejak pengajaran pada masa
budha, dapat diketahui melalui pada zaman kerajaan Sriwijaya. Tujuan utama
pendidikan berdasarkan ajaran Sidharta Gautamma, yakni setiap manusia
penganut Budha dididik menjadi manusia sempurna agar dapat masuk nirwana/
surga. Salah seorang guru yang terkenal adalah Darmapala. Sistem pengajarannya
menggunakan format asrama sebagai sekolah sekaligus tempat tinggal para siswa
dan guru. “Belajar menjadi etos baru bagi kehidupan umat. Hal ini dibuktikan
melalui bentuk dari salah satu arca di Candi Borobudur. Arca Dhyani Budha
bersikap darma cakra mudra, kedua tangannya di dada menggambarkan, bahwa
manusia hidup harus belajar (PGRI, 2008: 3)”. Corak pendidikan masa hindu-
budha, ternyata memberikan pengaruh pula pada sistem pendidikan islam.
Masuknya islam ke tanah air mempengaruhi sudut pandang masyarakat, yang
memerlukan pendalaman ajaran agama islam. Oleh karena itu, dikenalah sistem
pesantren. Dalam proses belajarnya, pesantren mengandung corak ajaran hindu-
budha. Pesantren mempercayakan pendidikan pada seorang guru yang disebut
kiyai. Pada mulanya pembelajaran dilaksanakan di langgar-langgar atau pelataran
masjid. Namun, karena jumlah santri semakin banyak maka pembelajaran
dilakukan di rumah kiyai. Kemudian untuk dapat memaksimalkan pemahaman
akan ajaran agama islam, maka pesantren menjadi sistem asrama. Sehingga murid
atau santri tinggal berdekatan dengan guru. Hal tersebut kemudian membawa
pengaruh bagi perkembangan pesantren, sehingga pesantren menjadi lebih besar
peranannya. Selain sebagai sarana belajar, pesantren telah dipercaya oleh
masyarakat sebagai pewaris nilai-nilai guna melengkapi nilai-nilai yang diajarkan
dalam lingkungan keluarga. Berkembangnya peran pesantren tersebut, akhirnya
akan mengajar bangsa Belanda, sekolah guru pengajar bangsawan serta sekolah
guru pengajar rakyat biasa. Kondisi tersebut menjadikan tidak adanya
penyetaraan pendidikan. Namun, hal yang menarik yang terjadi pada saat itu, guru
tetap menjadi suri teladan bagi masyarakat. Guru pun memiliki idealisme dalam
menjalani profesinya, yakni mencerdaskan bangsa.
B. Guru Sebagai Profesi Di Indonesia
Guru sebagai Profesi di Indonesia, ditandai dengan lahirnya UU Guru dan
Dosen Nomor 14 tahun 2005. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal
31 ayat (3) yang berbunyi: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa," dan ayat (5)
yang berbunyi: "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.", UU Guru dan Dosen juga lahir
bertujuan untuk memperbaiki pendidikan nasional, baik secara kualitas maupun
kuantitas, agar sumber daya manusia Indonesia bisa lebih beriman, kreatif,
inovatif, produktif, serta berilmu pengetahuan luas demi meningkatkan
kesejahteraan seluruh bangsa. Perbaikan mutu pendidikan nasional yang
dimaksud meliputi, Sistem Pendidikan Nasional, Kualifikasi serta Kompetensi Guru
dan Dosen, Standar Kurikulum yang digunakan, serta hal lainnya.
Simpulan
Pada awal kemunculan, seseorang membutuhkan orang lain untuk dimintai
pendapat dan dijadikan panutan. Orang-orang kebanyakan mendatangi pertapa.
Pada masa agama hindu, yang mengenal sistem kasta, guru berasal dari kasta
Brahmana yang dikenal dengan nama Begawan. Masuknya islam ke tanah air
mempengaruhi sudut pandang masyarakat, yang memerlukan pendalaman ajaran
agama islam. Oleh karena itu, dikenalah sistem pesantren. Dalam proses
belajarnya, pesantren mengandung corak ajaran hindu-budha. Perkembangan
sekolah muncul di berbagai Negara, termasuk Belanda yang pada akhirnya
menerapkan sistem sekolah pula di Indonesia. Namun, sistem sekolah yang
diperkenalkan oleh kaum kolonial terhadap rakyat Indonesia ini hanya
diperuntukan bagi orang Belanda itu sendiri serta kaum ningrat. Pada masa
sekarang, guru menjadi profesi dengan lahirnya UU Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005
Daftar Rujukan
Soetjipto, Raflis Kosasi. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Samad,
Sulaiman dan A. Razak Daruma. 2009. Profesi Keguruan. Makassar: Fakultas
Ilmu Pendidikan UNM.
Ketentuan Umum
Artikel meliputi hasil penelitian, hasil kajian awal, atau gagasan orisinil penulis, yang
belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Page Setup
Artikel diketik pada kertas A4, Margin Kanan-Kiri: 3 cm, Atas-Bawah: 4 cm dengan Font
Cambria 12pt , untuk tulisan Arab dengan Font Traditional Arabic 16pt. Naskah maksimal
memuat 20 halaman (halaman awal - Daftar Rujukan).
Subbbab
Setiap Subbab (Pendahuluan, Metode, Hasil Penelitian, Simpulan) diketik dengan
urutan A, B, C, D, ditulis dengan huruf tebal, Capital Each Word, Cambria 12 pt.
Bahasa
Pengetikan artikel secara konsisten dapat memakai Bahasa Indonesia, Inggris, dan atau
Arab. Tetapi, apapun bahasa artikelnya, Abstrak Wajib memakai Bahasa Inggris.
Rujukan/Kutipan
Perujukan/pengutipan menggunakan teknik Innote rujukan berkurung (nama akhir,
tahun) dengan style APA (American Psychological Assosiation 6th Edition), dan atau
mencantumkan nomor halaman kutipan juga diperbolehkan seperti contoh:
(Kartikasari, 2012) atau (Kartikasari, 2012: 32) yang dilakukan secara konsisten.
Sangat dianjurkan menggunakan software manajer referensi seperti MENDELEY atau
ZOTERO.
Pengecekan Plagiasi
Artikel yang masuk (submit) akan dicek Plagiasi (maksimal 20%) dengan bantuan
Software Plagiasi, selanjutnya akan menyesuaikan mekanisme pada manajerial OJS.