Etika, Kebijakan, Peran, Kedudukan, Kode Etik Guru Dan Latar Belakang
Pendidikan Di Indonesia
Disusun Oleh
Kelompok I
Nama Nim
Tim Penulis
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan baik oleh bangsa barat maupun pada masa
penjajahan jepang. Sehingga tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat dalam
segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi maupun militer. Masa penjajahan juga
berpengaruh terhadap sejarah pendidikan di Indonesia. Secara garis besar, sejarah pendidikan
di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan di masa kerajaan, sistem pendidikan pra
kemerdekaan dan masa kemerdekaan. SejarahIndonesia meliputi suatu rentang waktu yang
sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan “Manusia jawa”
yang berusia puluhan juta tahun yang lalu. Periodes prasejarah Indonesia dapat dibagi menjadi
lima era yaitu era prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di jawa
dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan. Era colonial yaitu masuknya orang-
orang eropa terutama, belanda yang menginginkan rempah - rempah mengakibatkan penjajahan
oleh belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20,
era kemerdekaan Awal saat pasca Proklamasi kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya
Soekarno (1996), era order baru 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1996-1998) serta era
reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Etika merupakan istilah yang sejak dulu hingga sekarang terus diperbincangkan oleh para
ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan. Istilah etika cukup menarik untuk dikaji karena
berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan
ditinggalkan. Etika selalu menghiasi kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya.
(Marzuki, 2013:1) Etika dalam kenyataanya telah menempatkan dirinya pada posisi yang paling
sering untuk dikaji dan diterapkan dalam kesehariannya. Etika memberikan kepada manusia
orientasi bagaimana menjalankan kehidupannya agar tidak menimbulkan masalah dalam
kehidupan. Etika pada akhirnya membantu manusia dalam mengambil sebuah tindakan mana
dan apa yang harus dilakukan serta apa yang hendaknya dijauhi. (Ahmad, 1991:47) Dewasa ini,
perkembangan yang amat cepat dalam berbagai aspek kehidupan, Baik di bidang politik,
ekonomi, kebudayaan, pertahanan, komuniskasi dan sebagainya yang berdampak kepada
pendidikan dan pembelajaran. Dengan perkembangan tersebut UNESCO menjelaskan bahwa
ada beberapa tantangan kontroversial yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan
berbagai tekanan, di antaranya tuntutan global dengan lokal, 2 tradisional dengan modern,
tuntutan spritual dengan kebutuhan modern, antara tuntutan spritual dengan kebutuhan
material. (Suyono,2014:29) Etika dalam pembelajaran sangat penting untuk dijunjung tinggi
dan diterapkan, karena etika memberikan batasan mana yang baik atau buruk, boleh atau tidak
dilakukan oleh siswa atau guru sebagai pendidik. Dalam pembelajaran di dalamnya ada siswa
sebagai orang yang bertujuan mendapatkan ilmu dan seorang guru sebagai pentransfer ilmu,
jika tidak menjunjung nilai-nilai etika maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan diperoleh
kecuali kalimat-kalimatnya saja. (Suyono,2014:31) Guru merupakan unsur pendidikan yang
sangat bepengaruh terhadap proses pendidikan. Dalam perspektif pendidikan islam,
keberadaan, peran dan fungsi guru merupakan keharusan yang tidak dapat diingkari. Tidak ada
pendidikan tanpa kehadiran guru. Guru merupakan penentu arah dan sistematika pembelajaran
mulai dari kurikulum, sarana, bentuk pola sampai kepada usaha bagaimana anak didik
seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam mengakses diri akan pengetahuan dan nilai
hidup. (Cholid, 2018:2) Guru menduduki posisi kunci dalam seluruh akivitas pendidikan, tidak
terkecuali di madrasah. tanpa kelas, gedung, peralatan, dan sebagainya proses pendidikan masih
dapat berjalan walaupun dalam keadaan darurat, tetapi tanpa guru proses pendidikan hampir
tidak mungkin dapat bejalan. Selain iu, secanggih apapun kurikulum pendidikan itu dirancang,
tetapi guru sebagai pelaku utama tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan maka
kurikulum itu akan mubadzir. Maka, akan beakibat pada tidak tercapainya tujuan 3 pendidikan,
dan pada akhirnya peseta didik akan gagal atau tidak berhasil dalam pendidikannya. (Junaedi,
2017:114) Guru menjadi figur sentral yang mempengaruhi karakter siswa dalam melakukan
proses pembelajaran yang berkarakter. Bahkan sekolah atau lembaga pendidikan yang masih
terbatas sarana dan prasarananya, guru yang menjadi ujung tombak keberhasilan proses
pembelajaran. Guru berperan sebagai sumber ilmu atau sumber belajar bagi siswanya. Siswa
akan belajar dari apa yang diberikan oleh gurunya. Di sinilah guru harus berhati-hati dalam
bertutur kata dan berperilaku, sebab semuanya akan ditiru oleh siswanya. (Marzuki,2013:10)
Ironisnya guru yang seharusnya memberikan kasih sayang dan teladan yang baik, dewasa ini
terjadi berbagai persoalan. Persoalan-persoalan tersebut justru datang dari seorang guru. Seperti
kasus pencabulan Seorang guru terhadap siswanya di Kota Pekalongan, serta kasus guru
menampar siswa dihadapan siswa yang lain disalah satu SMK di Jawa Tengah yang mana
sangat bertolak belakang dari kewajiban guru untuk mendidik dan mencontohkan etika yang
baik kepada siswanya. Namun bila Guru tidak memiliki wibawa, Siswa akan memandang
rendah bahkan meremehkan guru, seperti yang baru saja terjadi di Salah satu sekolah di daerah
Gresik dimana siswa memegang kepala hingga mencengkram baju Guru. Jika seorang guru dan
murid memperhatikan etika dalam pembelajaran sebenarnya kejadian-kejadian itu tidak akan
terjadi, apalagi kejadian itu terjadi di lingkungan pendidikan atau sekolah yang sepatutnya cara
penyelesaiannya dengan cara yang edukatif, 4 sehingga tidak ada lagi penyelesaian masalah
siswa atau guru diselesaikan terkesan secara sangat arogan. Program Kompetensi guru saat ini
walaupun merupakan sebuah perangkat pengetahuan ketrampilan dan perilaku tugas yang harus
dimiliki sekaligus harus dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan di dalam kelas yang disebut dengan pengajaran, harus didasari dengan
etika personal, begitu juga harus merefleksikan etika tersebut dalam kegiatan pengajaran
bahkan saat berinteraksi dengan murid.
Guru adalah profesi yang unik karena begitu banyaknya kompetensi yang harus mereka
miliki dalam melaksanakan tugasnya mempersiapkan generasi yang akan datang. Guru harus
bisa menempatkan dirinya sebagai agen perubahan “Agent Of Change”. Hal terpenting dari
seorang guru dalam mendidik siswanya adalah karakter.Untuk itu guru harus memiliki peran
dan tanggung jawab secara pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Pertama, tanggung
jawab pribadi yaitu mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan
menghargai serta mengembangkan dirinya. Kedua, tanggung jawab sosial dwujudkan melalui
kompetensi guru dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
Ketiga, tanggung jawab intelektual (profesional) diwujudkan melalui penguasaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk penunjang tugasnya. Keempat,
tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai mahluk
beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral.
Pendidikan disekolah juga digunakan untuk mengembangkan pengetahuan moral anak-anak ke
arah mencapai kesuksesan kurikulum untuk melahirkan individu yang bermoral, beretika dan
berahlak tinggi.
B. Rumusan Masalah
01. Bagaimana sejarah Pendidikan di Indonesia ?
02. Bagaimana penerapan etika seorang guru di Indonesia ?
03. Bagaimana penerapan moral seorang guru dan peserta didik di Indonesia ?
04. Apa saja kebijakan guru di Indonesia ?
05. Bagaimana peran seorang guru ?
06. Apa saja kedudukan guru tersebut ?
07. Bagaimana penerapan kode etik seorang guru ?
C. Tujuan Masalah
01. Untuk mengetahui sejarah Pendidikan di Indonesia.
02. Untuk mengetahui sebuah penerapan etika seorang guru di Indonesia.
03. Untuk mengetahui sebuah penerapan moral seorang guru dan peserta didik di
Indonesia.
04. Untuk mengetahui apa saja peran seorang guru tersebut.
05. Untuk mengetahui kedudukan seorang guru tersebut.
06. Untuk mengetahui sebuah penerapan kode etik seorang guru.
BAB II
Pembahasan
F. Kedudukan Guru
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang
G. Kode Etik Seorang Guru
Kode etik merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebab, kode etik adalah aturan-aturan
untuk bertingkah laku sehingga pada profesi apapun tentu memiliki kode etiknya masing-
masing. Apalagi kode etik merupakan salah satu syarat untuk sesuatu pekerjaan dapat dikatakan
sebagai profesi. Ada beberapa kriteria yang menjadi standar yang harus dipenuhi sehingga suatu
pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi diantara lain:
Harus mendapat pengakuan dari pemerintah dan masyarakat.
Adanya kode etik.
Mempunyai organisasi profesi yang menaungi.
Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
Jelas sekali bahwa yang namanya kode etik adalah suatu yang sangat urgent, disamping
sebagai syarat guru bisa dikatakan sebagai profesi , kode etik juga yang akan menjadi salah
satu panduan bagaimana tingkah laku pelaku profesi tersebut.
Kode etik seorang guru yaitu:
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan bertanggung jawab bersama terhadap Pendidikan.
Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dam
martabat profesinya.
Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
social.
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.