Dumas (BLM DF)
Dumas (BLM DF)
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD FARDIANSYAH
NIM 111524044
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD FARDIANSYAH
NIM 111524044
OLEH:
MUHAMMAD FARDIANSYAH
NIM 111524044
Disetujui Oleh :
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.
NIP 195008281976032002 NIP 195201041980031002
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si., Apt.
NIP 195006071979031001 NIP 195409101983032001
Bismillahirrahmanirrahim
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat
Kadar Protein dalam Susu Segar dan Susu Kemasan dengan Metode Kjeldahl”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas
Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Prof. Dr.
Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,
Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan
nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak Drs.
Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Bapak dan Ibu staf pengajar
Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.
Ibunda tercinta Sumiyati dan Ayahanda Sumitro yang telah memberikan doa dan
cinta kasih yang tidak ternilai dengan apapun, serta Adik tersayang Irvan Dwi
Putra, terima kasih atas semua doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan baik
moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat
iv
Universitas Sumatera Utara
Sutanto, Afriandi Bakri dan Rosy Ershendy yang selalu memberikan semangat,
membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di
bidang Farmasi.
Muhammad Fardiansyah
NIM 111524044
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
N.I.M : 111524044
Judul Skripsi : Penetapan Kadar Protein dalam Susu Segar dan Susu Kemasan
dengan Metode Kjeldahl.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data hasil
pengerjaan yang saya lakukan sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan diperguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang telah ditulis sudah disebutkan sumbernya didalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam
skripsi ini ditemukan plagiat itu adalah karena kesalahan saya sendiri, maka saya
bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Muhammad Fardiansyah
111524044
vi
Universitas Sumatera Utara
PENETAPAN KADAR PROTEIN DALAM SUSU SEGAR DAN SUSU
KEMASAN DENGAN METODE KJELDAHL
ABSTRAK
Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan
bernilai gizi tinggi dan sering dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein
tubuh karena mudah diperoleh dan harganya cukup terjangkau. Protein tersusun
atas asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang merupakan
suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun
dan pengatur.
Penetapan kadar protein yang paling sering dilakukan adalah penetapan
protein kasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah protein total di dalam
bahan pangan. Metode penetapan kadar protein yang paling lazim digunakan
adalah metode Kjeldahl.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dalam susu
segar dan susu kemasan dan untuk mengetahui kesesuainnya terhadap persyaratan
SNI (Standar Nasional Indonesia).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah susu segar dan susu
kemasan UHT (Ultra High Temperature) Ultra Milk, Frisian Flag dan Indomilk.
Hasil penelitian menunjukkan kadar protein keempat sampel yang
ditentukan dengan metode Kjeldahl adalah: susu segar = 3,48 ± 0,0504 g/100 g,
susu Ultra Milk = 2,92 ± 0,1166 g/100g, susu Frisian Flag = 2,88 ± 0,0360 g/100g
dan susu Indomilk = 2,48 ± 0,0809 g/100g. Kadar protein dalam susu segar dan
susu UHT, masing-masing telah memenuhi persyaratan SNI (2011) dan SNI
(2014). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, kadar protein dalam susu segar
lebih besar dibandingkan kadar protein dalam susu kemasan.
Kata kunci: susu segar, susu kemasan, susu UHT, protein, Kjeldahl
vii
Universitas Sumatera Utara
DETERMINATION OF PROTEIN IN RAW MILK AND PACKED MILK
USING KJELDAHL METHOD
ABSTRACT
Milk is one dairy product that has been known as high nutrient food and
often consumed to fulfill daily protein value because it easy to get and the price is
quite affordable. Protein are made up of amino acids which consist of C, H, O,
and N elements. Amino acids very benefit for our body, because beside as crave
in our body, it also has function as building and controlling cell.
Determination of protein that usually done is protein crude measured that
purpose to measured the amount of protein total in food. The protein
determination method that usually used is Kjeldahl method.
The purpose of this study are to determine protein in raw milk and packed
milk, and to know these protein suitability according to SNI requirements.
In this study, sample that used are raw milk dan packed UHT (Ultra High
Temperature) milk: Ultra Milk, Frisian Flag, and Indomilk.
The result of the study shows that the protein concentration of four
samples that have been determined using Kjeldahl method are raw milk = 3,48 ±
0,0504 g/100 g, Ultra Milk = 2,92 ± 0,1166 g/100g, Frisian Flag = 2,88 ± 0,0360
g/100g dan Indomilk = 2,48 ± 0,0809 g/100g. The amount of protein from raw
milk and UHT milk, has been fulfill the requirement of SNI (2011) and SNI
(2014). The result shows that protein content in raw milk is higher than protein
content in packed milk.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Fungsi Protein ................................................................. 9
x
Universitas Sumatera Utara
3.3.2.2 Larutan H3BO3 4% ........................................... 24
LAMPIRAN ............................................................................................... 33
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Data Hasil Penetapan Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl dan
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam
amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak
atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada
jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
(Budiyanto, 2004).
dan protein nabati. Protein hewani adalah protein dalam bahan makanan yang
berasal dari hewan. Contohnya protein dari daging, protein susu, dan sebagainya.
Protein nabati adalah protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan.
Contohnya protein dari jagung, dari terigu, dan sebagainya (Sediaoetama, 2010).
Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih,
yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya
tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah produk susu yang diperoleh
dari susu segar, dan atau susu rekonstitusi, dan atau susu rekombinasi dengan cara
1
Universitas Sumatera Utara
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan, serta
bentuk yang mendekati bentuk untuk dapat segera dimakan. Salah satu proses
pemanasan bahan pangan dengan suhu 100⁰ C atau lebih dengan tujuan utama
adalah memperoleh rasa yang lebih enak, aroma yang lebih baik, tekstur yang
Penggunaan panas dalam proses pemasakan sangat berpengaruh pada nilai gizi
Susu yang beredar di pasaran umumnya berbentuk cair, bubuk, dan kental
yang dikemas dalam wadah aseptik. Pada proses pengolahan susu untuk
pemanasan, baik pemanasan dengan suhu tinggi (Ultra High Temperature, UHT)
Analisis kadar protein dapat dilakukan dengan dua cara yaitu i) secara
bahan, contohnya metode Kjeldahl dan metode Dumas dimana kadar protein
2
Universitas Sumatera Utara
pereaksi Biuret, Lowry, Bradford atau dengan metode pengikatan warna dimana
makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah
konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk susu angka
konversi yang digunakan = 6,38. Angka tersebut berasal dari angka konversi
Penetapan kadar protein dalam susu telah dilakukan oleh Kamizake, dkk,
lemak terlebih dahulu dan juga memerlukan BSA (Bovine Serum Albumine) atau
protein yang terdapat pada susu segar dan susu kemasan untuk mengetahui
perbedaan kadar protein yang terdapat susu segar dan susu kemasan dan
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
b. Apakah kadar protein protein pada susu segar dan susu kemasan memenuhi
persyaratan SNI?
1.3 Hipotesis
a. Kadar protein pada susu segar lebih besar daripada kadar protein pada susu
kemasan.
b. Kadar protein protein pada susu segar dan susu kemasan memenuhi
persyaratan SNI.
a. Untuk mengetahui kadar protein pada susu segar dan susu kemasan.
b. Untuk mengetahui apakah kadar protein pada susu segar dan susu kemasan
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang bearti yang utama
atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus
Mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting
unsur khusus yang terdapat di dalam protein dan tidak terdapat di dalam molekul
karbohidrat dan lemak ialah nitrogen (N) (Almatsier, 2004; Sediaoetama, 2010).
penggantian dan perbaikan sel. Protein merupakan bagian terbesar dari semua sel
hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Semua enzim, berbagai
hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya
adalah protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak
sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-
Molekul protein tersusun dari dari satuan-satuan dasar kimia yaitu asam
dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptide (–CONH–). Satu molekul protein
dapat terdiri dari 12-18 macam asam amino dan dapat mencapai jumlah ratusan
asam amino (Suhardjo dan Kusharto, 2000). Struktur dasar asam amino dapat
5
Universitas Sumatera Utara
COOH (gugus karboksil)
H – C – R (gugus radikal)
ganda, merupakan ion zwitter. Ini dibuktikan dari tingginya titik lebur kristal asam
amino, tetapan dielektrika, dan lain-lain. Asam amino tidak larut dalam eter.
Kelarutannya dalam air pada umumnya paling kecil pada pH antara 4,8-6,3.
Daerah pH tersebut dinamakan daerah isolistrik atau isoionik. Pada daerah ini
Asam amino ini tidak dapat dibentuk oleh tubuh sendiri. Asam amino ini
sangat diperlukan tubuh dan harus disuplai dalam bentuk jadi (preformed) dalam
menu yang dimakan sehari-hari. Ada 8 asam amino esensial untuk orang dewasa,
dimana tubuh tidak dapat membentuk, pada anak-anak ada 10 asam amino
esensial.
Defenisi asam amino semi esensial dapat diartikan asam amino ini dapat
pertumbuhan anak-anak.
6
Universitas Sumatera Utara
3. Asam amino non-esensial
memenuhi bagi pertumbuhannya. Tabel klasifikasi asam amino dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Contoh protein fibriler adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan,
miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.
ini banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur dan daging.
yaitu:
7
Universitas Sumatera Utara
a. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
b. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
c. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa
d. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air
e. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer. Contohnya
8
Universitas Sumatera Utara
c. Protein tidak sempurna (tidak atau sedikit sekali mengandung asam amino
gandum.
penting untuk kehidupan. Beberapa fungsi protein antara lain: untuk pertumbuhan
mengangkat zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi. Oleh karena itu, protein
sangat berperan penting dalam tubuh manusia, karena bila manusia tidak cukup
(Sibagariang, 2010).
protein ini diberikan perhatian dan tempat penting dalam penyediaan pangan, baik
1. Protein hewani adalah protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan.
Contohnya protein dari daging, susu, udang, telur, belit, ikan, dan lain-lain
Nilai protein dalam berbagai bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini:
9
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Nilai protein berbagai bahan makanan (gram/100 gram)
1. Kwarshiorkor
terutama pada perut, kaki, dan tangan merupakan ciri khas kwarshiorkor dan
kehadirannya erat berkaitan dengan albumin dalam serum. Anak apatis, tidak
depigmentasi, menjadi lurus, kusam, halus, dan mudah rontok. Hati membesar
dan berlemak; sering disertai anemia dan xeroftalmia. Kwarshiorkor pada orang
2. Marasmus
kulit berkurang serta otot-otot berkurang dan melemah. Anak apatis dan terlihat
seperti sudah tua, sering kelihatan waspada dan lapar. Selain itu sering terjadi
10
Universitas Sumatera Utara
gastroenteris yang diikuti oleh dehidrasi, infeksi saluran pernapasan, tuberkolosis,
amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan
(Almatsier, 2004).
objektif:
11
Universitas Sumatera Utara
3. Net Protein Utilization (NPU)
kisaran pH dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu yang tinggi maka protein
globular mengalami perubahan fisik yang dinamakan denaturasi. Salah satu sifat
Pada ikatan sekunder, kemantapan sekunder pada protein terletak pada keutuhan
ikatan H antara C=O dan –NH–. Putusnya ikatan tersebut dapat menyebabkan
(–S–S–), salah satu ikatan yang memantapkan struktur tersier protein, maka hal itu
putusnya ikatan dapat mengakibatkan perubahan fungsi biologis. Jika hal itu
2.2 Susu
Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena
kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat
yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air
susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh (Saleh, 2004b).
12
Universitas Sumatera Utara
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa factor,
akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah
sebagai berikut: lemak = 3,9%; protein = 3,4%; laktosa = 4,8%; abu = 0,72%;
air = 87,10%. Bersama dengan bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti
Nilai gizinya yang tinggi yang terkandung dalam susu, menyebabkan susu
dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi
tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar (Saleh, 2004a).
menjadi rusak juga membahayakan kesehatan. Salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu adalah dengan cara pemanasan
(pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi maupun suhu rendah yang dapat diterapkan
pada peternak. Dengan pemanasan ini diharapkan akan dapat membunuh bakteri
Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih,
yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya
tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Susu Ultra High Temperature (UHT)
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah produk susu yang diperoleh
dari susu segar, dan atau susu rekonstitusi, dan atau susu rekombinasi dengan cara
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan, serta
1. Reaksi Ninhidrin
akan terbentuk warna biru lembayung. Reaksi antara Ninhidrin dengan gugus
amina primer membentuk warna ungu. Gugus-gugus amin seperti asam pipekolat
dan prolin; gugus guanidin seperti arginin; gugus amida seperti asparagin; cincin
indol seperti triptofan; gugus sulfuhidril pada sistein; gugus-gugus amino pada
sitosin dan guanin; dan ion-ion sianida juga membentuk warna tertentu dengan
2. Reaksi Biuret
CuSO4; kalium tartrat; dan NaOH) maka akan terbentuk warna biru lembayung.
14
Universitas Sumatera Utara
3. Reaksi Millon
Protein ditambah larutan merkuro nitrat Hg2(NO3)2 dan asam nitrat pekat
maka akan terbentuk warna merah. Adanya warna merah ini disebabkan oleh
oksidasi asam nitrat pada asam amino yang mempunyai gugus OH seperti tirosin.
contohnya seperti dengan pereaksi Biuret, Lowry, Bradford atau dengan metode
yang terkandung di dalam bahan, contohnya metode Kjeldahl dan metode Dumas
(Rhee, 2005).
total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai
kuat, ammonia yang terbentuk didestilasi uap secara kuantitatif ke dalam larutan
modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semi mikro, sebab hanya
memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit serta waktu analisis yang
pendek. Metode Kjeldahl cocok digunakan untuk menetapkan kadar protein yang
tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akibat proses
15
Universitas Sumatera Utara
pemanasan maupun proses pengolahan lain yang biasa dilakukan pada makanan
a. Tahap Destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon (C) dan hidrogen (H)
teroksidasi menjadi karbo monoksida (C), karbon dioksida (CO2), dan H2O.
Elemen nitrogen (N) akan berubah menjadi ammonium sulfat atau (NH4)2SO4.
ditambah katalisator natrium sulfat (Na2SO4) dan merkuri oksida (20:1). Dengan
penambahan katalisator ini, titik didih asam sulfat ditinggikan sehingga destruksi
berjalan lebih cepat. Tiap 1 gram kalium sulfat akan mampu meningkatkan titik
b. Tahap Destilasi
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Supaya destilasi tidak
16
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan superheating atau percikan cairan atau timbulnya gelembung gas
yang besar, maka ditambah dengan logam seng (Zn). Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya ditangkap dengan larutan baku asam. Asam yang digunakan dapat
berupa asam klorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan (mgrek
asam lebih besar daripada mgrek ammonia). Supaya kontak antara asam dengan
ammonia lebih baik maka ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam
asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebih, maka ditambah dengan
c. Tahap Titrasi
Pada tahap titrasi ini (jika digunakan HCl sebagai penampung destilat)
banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan
cara menitrasi ion ammonium (hasil reaksi antara ammonia dengan asam borat)
dengan asam klorida menggunakan indikator metilen biru/metil merah. Titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda
17
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan menggunakan metode Kjeldahl ini adalah dapat diaplikasikan
untuk semua jenis bahan pangan, tidak memerlukan biaya yang mahal untuk
protein kasar, dapat dimodifikasi sesuai kuantitas protein yang dianalisis. Adapun
kerugiannya adalah yang ditentukan adalah jumlah total nitrogen yang terdapat
didalamnya bukan hanya nitrogen dari protein, waktu yang diperlukan relatif lebih
lama (minimal 2 jam untuk menyelesaikannya), presisi yang lemah, pereaksi yang
dua yaitu: 1) metode pengukuran langsung pada panjang gelombang 205 nm dan
(Simonian, 2005).
protein standar. Metode ini dapat dengan mudah diaplikasikan dan sederhana,
cocok untuk larutan protein yang telah dimurnikan atau dimurnikan parsial.
tirosin dan ikatan disulfida sistein yang menyerap kuat pada panjang gelombang
Keuntungan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk analisis cepat,
memiliki sensitifitas yang baik, tidak ada gangguan dari ion ammonium dan
garam-garam buffer, larutan sampel masih dapat digunakan untuk analisis lain
18
Universitas Sumatera Utara
selain analisis protein. Kerugian metode ini adalah asam nukleat juga memiliki
absorbansi yang kuat pada panjang gelombang 280 nm, susunan asam amino
aromatis dapat bervariasi untuk setiap sampel protein, larutan protein harus benar-
a. Pereaksi Biuret
bahwa dua atau lebih ikatan peptide dapat berikatan secara kovalen koordinasi
dengan ion Cu2+ dari tembaga (II) sulfat yang berasal dari pereaksi biuret dalam
suasana alkalis. Ion dari dua ikatan peptide membentuk senyawa kompleks yang
analisis, standar yang digunakan harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi.
Untuk analisis protein secara umum, standar Bovine Serum Albumin (BSA)
merupakan pilihan yang baik untuk analisis protein karena memiliki kemurnian
yang tinggi, dan harganya tidak terlalu mahal. Selain itu, Bovine Gamma Globulin
(BGG) juga merupakan pilihan yang baik bila akan digunakan untuk analisis
kadar protein Immunoglobulin dalam tubuh, karena BGG memberikan warna dan
kurva yang sangat mirip dengan Immunoglobulin G (Ig G). Asam amino tunggal
dan dipeptida tidak akan memberikan reaksi dengan Biuret, akan tetapi tripeptida
2+
dan polipeptida akan membentuk kompleks chelat. Satu ion Cu akan bereaksi
19
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan dari metode ini adalah prosedur yang sederhana, tidak
memerlukan biaya yang mahal, waktu yang digunakan relatif singkat, deviasai
warna sangat sedikit bila dibandingkan dengan Lowry, Bradford dan metode
yang berinteraksi dengan pereaksi Biuret, dan tidak mendeteksi nitrogen dari
konsentrasi garam ammonium yang sangat tinggi, adanya variasi warna untuk
beberapa protein tertentu, bila bahan mengandung lemak dan karbohidrat yang
sangat tinggi dapat menyebabkan larutan menjadi buram sehingga tidak dapat
ditembus cahaya UV, dan karena metode ini bukan merupakan metode absolut
b. Pereaksi Lowry
ini yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Biuret. Metode ini diakui
Prinsipnya tidak jauh berbeda dengan Biuret, dimana ion tembaga akan
lebih baik dibanding Biuret, lebih spesifik dibanding metode lain, dan waktu
20
Universitas Sumatera Utara
untuk analisis lebih singkat bila dibandingkan dengan metode Kjeldahl
(sekitar 1-1,5 jam). Kerugian analisis dengan pereaksi Lowry adalah variasi
warnanya yang lebih banyak dibanding dengan pereaksi Biuret, warna yang
c. Pereaksi Bradford
Coomasive Blue ini akan berinteraksi dengan gugus samping asam amino yang
memiliki ikatan rangkap sehingga terjadi perubahan warna pereaksi dari merah
pereaksi yang berbahaya, hanya protein yang akan diukur, memiliki presisi yang
lebih tinggi dibanding metode Kjeldahl, waktu analisis yang diperlukan singkat,
biaya yang diperlukan tidak terlalu mahal, dan cukup akurat untuk digunakan
pembentukan warna, senyawa gula, kalsium dan fosfat dapat mengganggu ikatan
warna sehingga akan mengganggu hasil analisis, dan adanya variasi absorbansi
21
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Metode Titrasi Formol
Prinsip metode ini adalah dengan adanya air dan penambahan Kalium
gugus dimethilol sehingga tidak mengganggu reaksi antara NaOH dengan gugus
asam dari asam amino dan konsentrasi protein dapat ditentukan. Titrasi formol ini
kurang tepat untuk menentukan kadar protein dam lebih tepat digunakan untuk
Pada metode ini sampel dioksidasi pada suhu sangat tinggi (700-900°C).
Hasil oksidasi menghasilkan gas O2, N2 dan CO2. Gas nitrogen yang dilepaskan
Kjeldahl tetapi waktu analisis yang diperlukan lebih singkat dari metode Kjeldahl,
yang mahal, tidak mengukur kadar protein yang sesungguhnya karena yang diukur
adalah total nitrogen sehingga nitrogen non-protein juga terukur sebagai protein,
memiliki variasi faktor konversi, membutuhkan sampel dalam jumlah besar untuk
22
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
(Mettler), labu Kjeldahl (FOSS), desikator, alat destruksi (Scrubber dan pemanas),
alat destilasi (UDK 130 A), buret 25 ml (Pyrex) dan alat-alat gelas (Pyrex) yang
3.2 Bahan-bahan
H2SO4 pekat, HCl pekat, SeO2, CuSO4, NaOH 40% b/v, H3BO3 4% b/v, metil
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Nasution, 2003).
Sampel yang digunakan adalah susu segar (sampel A) dari peternakan sapi
23
Universitas Sumatera Utara
Gundaling Farm di Berastagi, Sumatera Utara. Susu kemasan yang digunakan
adalah susu UHT yaitu susu merek Ultra Milk (sampel B), Frisian Flag (sampel
C) dan Indomilk (sampel D), diambil dari Berastagi Swalayan Medan, Sumatera
Utara. Spesifikasi daftar sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 33.
Larutan NaOH 40% b/v dibuat dengan melarutkan 40 gram pellet NaOH
dengan air suling dalam labu ukur 1000 ml (Ditjen POM, 1979).
Larutan HCl 0,1 N yaitu encerkan 8,3 ml HCl P dengan air hingga
(SNI, 1992).
24
Universitas Sumatera Utara
larut ditambah 2 tetes indikator metil merah dan dititrasi dengan larutan
HCl 0,1 N yang akan distandarisasi sampai warna kuning pucat. Semprot dinding
gelas dengan akuades. Teruskan titrasi dengan tetesan lambat, hentikan titrasi bila
sampai cairan berwarna jernih pada suhu 375 °C selama 30 menit dan
didinginkan. Setelah dingin, dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditepatkan
mengsel. Destilat dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna dari warna hijau zamrud menjadi warna ungu. Dilakukan hal yang sama
ml l sampel – blanko
Kadar Protein l
berat sampel g
Keterangan:
25
Universitas Sumatera Utara
3.3.5 Analisis Data Secara Statistik
Kadar nitrogen dan kadar protein yang diperoleh dari hasil penetapan
∑ ̅
√
Dasar penolakan data adalah apabila thitung ≥ ttabel pada taraf kepercayaan
̅
| |
√
rumus:
̅
√
dimana:
halaman 38.
26
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
4.1 Hasil
Data hasil penetapan kadar protein dengan metode Kjeldahl dan Diagram
hasil penetapan kadar protein dengan metode Kjeldahl dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.1. Data hasil penetapan kadar protein dengan metode Kjeldahl dan yang
tercantum dalam label kemasan.
Gambar 4.1 Diagram batang rerata kadar protein pada sampel A, B, C, dan D
27
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan
g/100g, (2,88 ± 0,0360) g/100g, dan (2,48 ± 0,0809) g/100g. Dari hasil tersebut
dapat dilihat susu segar memiliki kadar protein yang lebih besar dibandingkan
susu kemasan. Terlihat adanya penurunan kadar protein pada susu kemasan
oleh pengaruh dari proses pengolahan. Susu segar setelah diperah dari sapi belum
pemanasan, hanya disimpan di dalam kulkas atau ruangan dengan suhu 4°C.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sundari, dkk. (2015) tentang pengaruh
proses pemasakan terhadap kompisisi zat gizi bahan pangan, proses pemasakan
mengakibatkan penurunan komposisi kimia dan zat gizi bahan pangan tersebut
seperti kadar air, kadar protein dan kadar lemak. Tinggi atau rendahnya penurunan
kandungan gizi suatu bahan pangan pangan akibat pemasakan tergantung dari
jenis bahan pangan dan suhu yang digunakan. Pada proses pengolahan bahan
pangan adanya pemanasan dan penambahan bahan tambahan seperti air dapat
28
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan panas dalam proses pemasakan bahan pangan sangat
berpengaruh pada nilai gizi bahan pangan. Pemanasan protein dapat menyebabkan
secara sensori aktif. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan, pH,
senyawa karbonil. Reaksi yang terjadi pada saat pemanasan protein tersebut dapat
(SNI, 2011) tentang susu segar. Sampel B, C, dan D masing-masing juga telah
memenuhi persyaratan kadar minimum protein (SNI, 2014) tentang susu UHT.
masing-masing sebesar 8 g/250 ml, 7 g/225ml, dan 4 g/190 ml. Sedangkan kadar
protein yang peroleh setelah dikonversi masing-masing sebesar 7,1 g/250 ml,
6,3 g/225 ml dan 4,58 g/190 ml. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kadar
protein yang diperoleh dengan yang tertera pada label kemasan. Perbedaan kadar
digunakan.
29
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
SNI.
5.2 Saran
30
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Umum. Hal. 77, 78, 104.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wootton, M. (2009). Food Science.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI-Press. Hal. 270.
Chang, S. K. C. (2010). Protein Analysis. Dalam Buku Food Analysis. Edisi II.
Editor: S. Suzanne Nielsen. New York: Springer Science Business Media
Inc. Hal. 239-247.
Estiasih, T., Novita, W., Indria, P., Wenny, B.S., Nurcholis, M., Feronika, H.,
dkk. (2012). Modul Praktikum Biokimia dan Analisis Pangan. Malang:
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Hal. 41-44.
Pomeranz, Y. dan Meloan, C.E. (1987). Food Analysis: Theory and Practice.
Edisi II. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Hal. 760.
31
Universitas Sumatera Utara
Rhee, K. C. (2005). Determination of Total Nitrogen. Dalam Buku Handbook of
Food Analytical Chemistry. (2005). Editor: Ronald E. Wrolstad, Terry E.
Acree, Eric A. Decker, Michael H. Penner, David S. Reid, Steven J.
Schwartz, Charles F. Shoemaker, Denise Smith, Peter Sporns. New Jersey:
John Wiley and Sons Inc. Hal. 105.
Saleh, E. (2004a). Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan:
USU Digital Library. Hal. 1.
Saleh, E. (2004b). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan:
USU Digital Library. Hal. 1.
SNI. (1992). SNI no. 01-2891-1992: Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional. Hal. 11.
SNI. (2011). SNI no. 3141.1-2011: Susu Segar. Bagian 1: Sapi. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional. Hal. 2.
SNI. (2014). SNI no. 3950-2014: Susu UHT (Ultra High Temperature). Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional. Hal. 2.
32
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Daftar spesifikasi sampel
No Sampel Spesifikasi
1 Merek :-
Komposisi : -
Kandungan Protein : -
Tanggal Kadaluarsa: -
Produsen : -
33
Universitas Sumatera Utara
No Sampel Spesifikasi
Produsen :
34
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Skema Prosedur Analisis Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl
Sampel
Ditimbang 1 g
Dimasukkan ke dalam tabung Kjeldahl
Ditambahkan 1 g selenium, ditambahkan 25 ml
H2SO4 pekat
Didestruksi hingga jernih (suhu 375°C selama
30 menit)
Didinginkan pada suhu kamar
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml
Ditambahkan aquabides sampai garis tanda
Volume Titrasi
35
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Skema Prosedur Pengerjaan Blanko
1 g Selenium
Volume Blanko
36
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Data Perhitungan Pembakuan Larutan Standar HCl 0,1 N
9 9
9
99 9 9
9 9
r
d | | | |
r
r
d | | | |
r
r
d | | | | 9
r
37
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Kadar Protein pada Sampel
ml l sampel – blanko
l k
berat sampel g
Keterangan:
Fk = 6,38
9
Kadar Protein
= 3,47 %
= 3,47 g/100g
38
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Hasil Penetapan Kadar Protein pada Sampel
1. Hasil Penetapan Kadar Protein pada sampel A
39
Universitas Sumatera Utara
4. Hasil Penetapan Kadar Protein pada sampel D
40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Protein
sebenarnya pada sampel A
Kadar Protein (g/100g)
No. ̅ ̅
(xi)
1 3,47 -0,01 0,0001
2 3,49 0,01 0,0001
3 3,50 0,02 0,0004
4 3,44 -0,04 0,0016
5 3,52 0,04 0,0016
6 3,45 -0,03 0,0009
∑ = 20,87
∑ ̅
̅
∑ ̅
√
| |
√
41
Universitas Sumatera Utara
| |
√
| |
√
| |
√
| |
√
| |
√
Semua data diterima, maka kadar Protein sebenarnya pada susu segar untuk α =
0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah:
̅
√
( )
√
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Protein
Sebenarnya pada sampel B
Kadar Protein (g/100g)
No. ̅ ̅
(xi)
1 2,93 0,01 0,0001
2 2,88 0,04 0,0016
3 2,80 -0,12 0,0144
4 3,00 0,08 0,0064
5 2,91 -0,01 0,0001
6 2,98 0,05 0,0025
∑ = 17,49
∑ ̅
̅
∑ ̅
√
| |
√
| |
√
43
Universitas Sumatera Utara
| |
√
| |
√
| |
√
| |
√
Semua data diterima, maka kadar Protein sebenarnya pada susu segar untuk α =
0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah:
̅
√
( )
√
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Protein
sebenarnya pada sampel C
Kadar Protein (g/100g)
No. ̅ ̅
(xi)
1 2,87 -0,01 0,0001
2 2,88 0,00 0,0000
3 2,91 0,03 0,0009
4 3,85 -0,03 0,0009
5 2,89 0,01 0,0001
6 2,90 0,02 0,0004
∑ = 17,30
∑ ̅
̅
∑ ̅
√
| |
√
| |
√
45
Universitas Sumatera Utara
| |
√
| |
√
| |
√
| |
√
Semua data diterima, maka kadar Protein sebenarnya pada susu segar untuk α =
0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah:
̅
√
( )
√
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Analisis Statistik Uji T untuk mencari Kadar Protein
sebenarnya pada sampel D
Kadar Protein (g/100g)
No. ̅ ̅
(xi)
1 2,49 0,01 0,0001
2 2,48 0,00 0,0000
3 2,46 0,02 0,0004
4 2,42 0,06 0,0036
5 2,44 0,04 0,0016
6 2,56 0,08 0,0064
∑ = 14,85
∑ ̅
̅
∑ ̅
√
| |
√
| |
√
47
Universitas Sumatera Utara
| |
√
| |
√
| |
√
| |
√
Semua data diterima, maka kadar Protein sebenarnya pada susu segar untuk α =
0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah:
̅
√
( )
√
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil Penetapan Kadar Protein pada Bahan Sampel
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Tabel Nilai Distribusi t
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Gambar Rangkaian Alat Dekstruksi dan Destilasi
Scrubber
Labu
Kjeldahl
Pemanas
Destilat
Hasil Destruksi
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Gambar Hasil Destruksi, Destilasi dan Titrasi
52
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Hasil Destilasi
53
Universitas Sumatera Utara