SKRIPSI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PENENTUAN KADAR PROTEIN, pH, KADAR ABU DAN
KADAR LEMAK PADA SUSU KAMBING ETAWA
BERDASARKAN WAKTU PEMERAHAN
SKRIPSI
Sarjana Sains
170822068
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
PENGESAHAN SKRIPSI
Disetujui di:
Medan, Desember 2019
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap penentuan kadar protein, pH, kadar abu, dan
kadar lemak pada susu kambingetawamurni berdasarkan waktu pemerahan
dimana pemerahan yang dilakukan adalah pemerahan pagi pada pukul 05.00 WIB
dan pemerahan sore adalah pukul 14.00 WIB. Hasil penelitian ini menunjukkan
kadar protein pada pemerahan pagi hari sebesar 3,82% dan pada pemerahan sore
hari 3,67%, nilai pH pada pemerahan pagi hari 6,69 dan pada pemerahan sore
6,56 , kadar abu pada pemerahan pagi sebesar 0,74% dan pada pemerahan sore
0,75%. Selanjutnya kadar lemak yang diperoleh pada pemerahan pagi hari
sebesar1,895% dan pada pemerahan sore sebesar 2,002%, kadar protein, pH dan
kadar abu yang diperoleh sudah memenuhi standard yaitu protein minimal 2,8%
nilai pH 6,3-6,8 dan kadar abu0,65 - 0,76% hal ini menunjukkan adanya
perbedaan pada pemerahan pagi dan pemerahan sore, perbedaan ini dapat
disebabkan oleh jenis pakan yang
dikomsumsiolehkambingdisebabkanjenispakankonsentratygdikomsumsioleh
kambing pada pagi hari masih akan tersintesis dalam tubuh kambing sehingga saat
pemerahan sore hari jumlah susu diperoleh lebih banyak, sehingga komposisi susu
sore lebih baik dibandingkan dengan pagi hari.
Kata kunci: Kadar Abu, Kadar Protein, kadar Lemak,pH, Waktu Pemerahan
iii
ABSTRACT
A study was carried out on protein content, pH, ash content, and fat
content in pure etawa goat milk based on milking time where milking was done at
morning milking at 05.00 WIB and milking sick at 14.00 WIB. The results of this
study showed that the level of protein in the morning milking was 3.82% and in
the afternoon milking was 3.67%, the pH value in the morning milking was 6.69
and in the evening milking was 6.56, the ash content in the morning milking was
0, 74 % and 0.75% in milking. Furthermore, the fat content obtained in the
morning milking was 1,895% and in the milking pain was 2,002%, the protein
content, pH and ash content obtained had fulfilled the standards, namely a
minimum protein of 2.8%, a pH value of 6.3-6.8 and ash content 0.65 - 0.76% this
shows the difference in morning milking and milking pain, this difference can be
caused by the type of feed consumed by the goat type of concentrate feed
consumed by the goat in the morning will still be synthesized in the goat's body So
when squeezer aches the day the amount of milk is obtained more, so the
composition of sick milk is better compared to the morning.
Keywords: Ash content, Protein level, Fat content, pH, milking time
iv
PENGHARGAAN
Segala Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik, adapun
judul Skripsi adalah “Penentuan Kadar Protein Pada Susu Kambing Etawa
Murni”.
Penulis menyampaikan Terimakasih kepada Bapak Prof.Dr. Pina
Barus,MS selaku Dosen pembimbing atas segala bimbingan yang telah diberikan
kepada Penulis selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Dr. Cut
Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua jurusan Departemen Kimia, Ibu Dr. Sofia
Lenny,M.Si Selaku sekretaris Departemen Kimia dan Koordinator Kimia Ekstensi
Bapak Firman Sebayang,MS yang telah memberikan kemudahan terhadap apa
yang Penulis perlukan selama ini, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia
Penulis mengucapkan Terimakasih kepada seluruh pegawai departemen
kimia, kepada sahabat sahabat penulis yang membantu dan memberi dorongan
sampai menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan
membalasnya dan penulis mengucapkan terimakasih. Ucapan terimakasih yang
setulusnya Penulis berikan kepada orangtua Penulis bapakku tersayang Khairul
Chaniago dan mamaku terhebat Minar Silalahi, yang memberikan dukungan
berupa Materil, Motivasi dan Doa. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada
kakakku Eva Khairani, Tika Kumala, abangku Ray Mika dan adikku Raihan
Fahrezi yang memberikan dukungan baik motivasi dan kasih sayang, Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman; Sunarti, Elfidayanti, Jonson,
Jonter, Sius, Andri, Pukkah, Bg andri, Togardan semua sahabat-sahabat penulis
yang membantu dan yang terakhir penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Monika Br Karo melalui dirinya memberikan semangat dan motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan kepada pembaca agar dapat
menjadi pelajaran perbaikan penulis kedepannya.
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI ii
ABSTRAK iii
ABSTARCT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Lokasi Penelitian 3
1.6 Metodologi Penelitian 4
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 45
vii
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
Susu adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar ambing
(mammae) pada semua hewan mamalia. Susu merupakan bahan makanan pokok
dan sumber gizi untuk bayi sebelum bisa mencernah makanan lain, baik bayi
manusia maupun bayi hewan, khususnya hewan Mamalia (menyusui) (Moeljanto,
2005).
Susu adalah bagian yang sangat penting dari makanan yang kita konsumsi
sehari-hari. Susu menjadi makanan pertama dan utama bagi bayi yang baru lahir,
baik dengan disusui atau menggunakan botol. Disebabkan kandungan nutrisinya
yang banyak, susu membantu perkembangan tubuh dan dapat membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi manusia, yang mungkin tidak terkandung dalam
makanan yang mereka makan setiap hari (Moeljanto, 2005).
Jenis susu yang umumnya dikenal oleh masyarakat indonesia adalah susu
sapi, padahal terdapat jenis susu asal ternak lainnya yang jauh memiliki
kandungan nutrien yang tinggi bahkan setara dengan susu sapi yaitu susu
kambing. Susu kambing yang berasal dari kambing perah umumnya berasal dari
jenis Kambing Saanen dan Kambing Etawa (Tanius dan Setiawan, 2005).
masih lebih dominan sebagai sumber daging jika dibandingkan dengan sumber
susu, karena susu kambing belum banyak dikonsumsi secara luas oleh masyarakat
seperti susu sapi. Meskipun masyarakat Indonesia masih belum banyak
mengonsumsi susu kambing, diduga alasan utama karena aroma dari susu
kambing itu sendiri yang tidak sedap di rasa (khoiriyah, 2013).
Pemerahan susu biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Interval waktu yang sama antara pemerahan pagi dan sore hari akan memberikan
perubahan komposisi susu yang relatif sedikit, sedangkan interval waktu
pemerahan yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda juga
(Sudono, 1985).
kandungan protein dalam pakan, maka semakin tinggi kandungan protein yang
disekresikan kedalam susu.
I.2 Permasalahan
1. Apakah kadar Protein, Lemak, pH, Abu dalam susu kambing etawa sudah
memenuhi persyaratan?
2. Berapakah perbedaan kadar protein, Lemak, pH, Abu dalam susu kambing
etawa berdasarkan waktu pemerahan?
1. Untuk mengetahui apakah kadar Protein, Kadar Lemak, Nilai pH, dan Kadar
Abu pada susu kambing etawa sudah memenuhi persyaratan
2. Sampel Susu Kambing Etawa diambil di peternakan susu kambing etawa murni
dijalan karya bakti II No. 79, Sari Rejo, Kec. Medan Polonia, Kota Medan,
Sumatera Utara
3. Analisa kadar protein dalam susu kambing etawa ditetapkan kadarnya secara
metode Kjeldahl.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu adalah cairan berwarna putih kekuningan atau putih kebiruan yang
merupakan sekresi kelenjar ambing sapi laktasi tanpa ada penambahan atau
pengurangan komponen dan belum mengalami pengolahan (Purwadi,dkk.2017).
Susu merupakan emulsi lemak dalam air dengan komponen utama air, lemak,
protein dan laktosa (Setyawardani,T,. 2017). Agar lemak dan air dalam susu tidak
mudah terpisah, maka protein susu bertindak sebagai emulsifier (zat pengemulsi).
Kandungan air di dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar 87,5% dengan
kandungan gula susu (laktosa) sekitar 5%, protein sekitar 3,5% dan lemak sekitar
3-4%. Susu juga merupakan sumber kalsium, fosfor dan vitamin A yang sangat
baik. Mutu protein susu sepadan nilainya dengan protein daging dan telur, dan
terutama sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat
dibutuhkan tubuh. (Widodo,W. 2002).
Sebagai sumber protein yang bagus, susu mengandung semua asam amino
yang penting dalam jumlah yang tepat. Susu mengandung cukup karbohidrat
untuk menghasilkan energi dan memiliki lemak seimbang yang bagus, baik jenuh
maupun tidak jenuh. Susu mengandung semua yang dibutuhkan untuk pencernaan
dan menggunakan gizi yang terkandung di dalamnya. Lemak dalam susu
membuat tubuh bisa mencerna protein dan kalsium yang terkandung di dalamnya.
Menurut Mary enig dalam Know Your Fats, Lemak jenuh dalam susu (seperti
asam butirat) khususnya, mudah untuk dicerna karena lemak tersebut tidak perlu
dipadukan terlebih dahulu oleh hati. Tidak seperti lemak tak jenuh ganda yang
cenderung disimpan oleh tubuh. Lemak jenuh dalam susu dengan cepat dibakar
untuk menghasilkan energi.
6
Air susu yang normal dan sehat memiliki sifat–sifat tertentu yang dapat
diamati pada warna susu, bau, rasa yang khas, berat jenis dan derajat keasaman.
disesuaikan terlebih dahulu yakni 27,5oC. Air susu yang baik atau normal
memiliki berat jenis 1,027–1,031 pada suhu 27,5oC.
4. Derajat keasaman
Susu yang normal derajat keasamannya sekitar 4-7,5oSH dan susu yang rusak
derajat keasamannya akan meningkat (Aak, 1991).
Organoleptik:
6 warna, aroma, rasa,
Tidak ada
6 kekentalan -
7
1.106
7 Kotoran dan benda asing -
Cemaran mikroba:
negatif
- Total Kuman
negatif
-8 Salmonella
20
8 - Eschericia coli (patogen) cfu/ml
negatif
- Coliform
100
- Streptococcus group B
Maks 4.104
- Staphylococcus aureus
Jumlah
9 sel radang /ml Maks 3
9
1
Uji Katalase 2-5
10 cc
1
Negatif
11 Uji Reduktase jam
R
1 esidu antibiotika, pestisida,
8
12 Insektisida - Negatif
1
6-7
13 Uji alkohol (70%) -
1
Negatif
14 Ph -
1
-0,520 s/d
15 Uji pemalsuan -
1 o –0,560
C
16 Titik Beku
1
17 Uji Peroksida peroksida
1. Susu Segar
Susu segar adalah bahan pangan yang mudah rusak, karena mempunyai kadar
air tinggi sekitar 87%-90% serta mempunyai nilai nutrisi yang lengkap sehingga
baik untuk dikonsumsi manusia, hewan dan mikroorganisme, oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan untuk mempertahankan kualitasnya. Teknologi pengolahan
susu segar disamping menghambat kerusakan juga untuk penganekaragaman
bahan pangan, karena dengan proses pengolahan kerusakan secara fisik, kimia dan
mikrobiologis akan dapat dicegah dan sekaligus dapat menambah nilai ekonomis
dari produk tersebut dan selanjutnya supaya dapat mempertahankan kualitasnya
(Khotimah, 2009).
Susu segar dapat diolah menjadi berbagai produk yang cukup digemari serta
memiliki daya simpan produk yang relatif lama. Produk-produk olahan berbasis
susu yang sudah dikenal dalam industri pengolahan susu adalah susu skim dan
krim, mentega, susu kental manis, susu bubuk, yoghurt, kefir, susu pasteurisasi
atau sterilisasi, keju, es krim, karamel atau kembang gula, dodol susu, tahu susu.
(Usmiati, 2009).
2. Susu Fermentasi
Merupakan proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat melalui
aktivitas enzim tertentu yang dihasilkan oleh suatu mikroba, walau dalam
9
beberapa kondisi tertentu dapat juga terjadi tanpa kehadiran mikroba (sel-sel
hidup). Pada awalnya yang disebut dengan fermentasi adalah pemecahan gula
menjadi alkohol dan CO2, walau banyak pula proses yang disebut dengan
fermentasi tidak selalu menggunakan substrat gula serta menghasilkan alkohol
dan CO2. Misalnya fermentasi pada susu yaitu perubahan laktosa menjadi asam
laktat oleh aktivitas bakteri Streptococcus lactis pada kondisi anaerobik. Selain
penguraian karbohidrat, terjadi juga pemecahan protein dan lemak oleh
mikroorganisme dan enzim tertentu yang dihasilkannya untuk menghasilkan CO 2,
beberapa gas dan zat-zat lainnya (Aritonang, 2017).
Pengembangan produk susu fermentasi di dunia sebagian besar didasarkan
kepada peran terhadap kesehatan manusia. Manfaat susu fermentasi antara lain
mengurangi laktosa intolerance yaitu gangguan pencernaan (diare, kembung,
kram perut) setelah minum susu. Hal ini terjadi karena jumlah laktase dalam susu
hanya sedikit sehingga sisa laktosa susu tidak difermentasi oleh mikroba dalam
usus halus. Laktase dari kultur starter dalam bentuk susu fermentasi tersedia lebih
banyak sehingga hanya sedikit mengandung laktosa dibandingkan dalam bentuk
susu segar.
3. Susu Pasteurisasi
Proses pasteurisasi pada susu pertama kali dilakukan oleh Franz von Soxhlet
pada Tahun 1886. Susu pasteurisasi adalah produk susu yang diperoleh dari hasil
pemanasan susu pada suhu minimum 161°F selama minimum 15 detik.
(Budiyono, 2009).
Pasteurisasi merupakan salah satu usaha pengolahan susu dengan cara
pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keasaman susu. Usaha ini adalah
proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat dalam air susu.
Susu pasteurisasi merupakan bentuk lain dari susu segar dan sebagai usaha
untuk memperpanjang daya tahannya. Pasteurisasi susu perlu dilakukan untuk
mencegah pemindahan penyakit dan mencegah kerusakan enzimatis (Warner,
1976). Selama proses pasteurisasi, susu akan terus menerus mengalami
kontaminasi baik langsung maupun tidak langsung (Eckles et al, 1960).
10
4. Susu Sterilisasi
istilah susu sterilisasi adalah produk olahan susu yang diperoleh melalui suatu
proses membunuh mikroorganisme hingga ke spora-sporanya. Proses sterilisasi
dilakukan dengan cara memanaskan susu hingga temperatur 121 oC, selama kurun
waktu 15 menit. Susu sterilisasi biasa dikemas dengan kemasan tetrapack yaitu
kardus yang ada lapisan alumunium foil-nya didalam. Susu jenis ini tidak harus
disimpan dalam suhu dingin. Dengan proses sterilisasi memperpanjang umur
simpan susu dan dapat menjadi susu untuk anak sekolah dalam membantu
pemenuhan gizi bagi anak Indonesia (Hendrawati, 2017).
6. Susu UHT
adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar atau susu rekonstitusi
atau susu rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari 135oC selama
2 detik dan dikemas segera dalam kemasan yang steril dan secara aseptis. Susu
jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan lemak
tidak kurang dari 8% (Utami, 2009).
memiliki sifat yang rentan atau mudah rusak terutama oleh kondisi dan lamanya
penyimpanan, dengan demikian perlu diperhatikan bagaimana penyimpanan yang
baik, karena pada kenyataannya suhu dan lamanya penyimpanan mempengaruhi
kualitas susu bubuk tersebut (Spreer dan Mixa 1998).
Banyak lembaga dan ahli yang meneliti kandungan gizi susu kambing, baik
didalam maupun diluar negeri. Berikut ini Tabel kandungan gizi susu kambing
yang dipublikasikan oleh Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor, Jawa Barat.
Tabel 3 Perbandingan gizi antara susu kambing, ASI, dan susu sapi per 100
gram.
Magnesium (g) 14 13 3
Besi (g) 0,05 0,05 0,03
Natrium (g) 50 49 17
Kalium (g) 204 152 51
Vitamin A (IU) 185 126 241
Thiamin (mg) 0,05 0,04 0,014
Riboflavin (mg) 0,14 0,16 0,04
Niacin (mg) 0,28 0,08 0,18
Vitamin B6 (mg) 0,05 0,04 0,01
Sumber : USDA (1976)
1. Tuberkulosis (TBC)
Susu kambing mengandung lemak sebagai pembakar dalam tubuh,
protein untuk pertumbuhan otot, karbohidrat sebagai sumber tenaga,
dan zat-zat untuk memulihkan kesehatan tubuh.
3. Penyakit Kulit
Menurut George Dermitt, ahli M.D. Superintendent General Hospital
Toledo di Ohio, Amerika Serikat. Pemberian susu kambing kepada
14
4. Menghaluskan Kulit
Susu kambing mengandung asam nikotik yang membantu proses
pencernaan dan meningkatkan kesehatan kulit sehingga terlihat cantik
dan berseri.
6. Menstruasi
Susu kambing mensuplai zat besi yang hilang pada wanita yang sedang
menstruasi. Susu kambing juga bermanfaat bagi wanita yang
kekurangan darah (anemia), masa hamil atau pendarahan setelah
bersalin (pendarahan postpartus).
7. Osteoporosis
Susu kambing mengandung kalsium dan potasium yang bisa mencegah
osteoporosis atau kerapuhan tulang.
8. Kolesterol
Susu kambing mengandung lemak berantai pendek sehingga cocok
diminum oleh orang yang sedang menjalani program diet dan
penderita penyakit kolesterol.
2.3 Kambing
Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang menduduki tempat
tersendiri di kalangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Jumlah populasi
kambing di Asia ditaksir sekitar 225 Juta ekor atau 49% dari total populasi dunia.
Pada tahun 1969 Indonesia memiliki sekitar 7,5 Juta ekor kambing, kemudian
pada tahun 1990 meningkat menjadi 11,2 juta ekor. Populasi kambing terus-
menerus mengalami peningkatan. (Sarwono, 2008).
Kambing tergolong hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia
yang menyusui anaknya. Disamping sebagai penghasil daging yang baik, kambing
juga menghasilkan kulit yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan industri kulit. Selain itu, jenis kambing tertentu misalnya kambing
etawa, juga dapat menghasilkan air susu yang mempunyai nilai gizi tinggi dan
dapat dikonsumsi oleh masyarakat (Cahyono, 1998). Kambing etawa berasal dari
Jamnapari, India. Sebagian orang menyebutnya kambing jamnapri. Profil
mukanya cembung dengan rahang bawah menonjol, Daun telinganya panjang,
lebar, serta terkulai kebawah dan rapat. Baik jantan maupun betina mempunyai
tanduk mengarah ke belakang dan samping. Ciri khas kambing etawa
bergelambir, yaitu lipatan kulit dibawah leher seperti pada sapi. Bobot badan
berkisar 50-80 kg, produksi susu bisa mencapai 4 liter/hari.
Di Indonesia kambing etawa asli sudah jarang, Kambing etawa sudah banyak
dikawinsilangkan dengan kambing lokal (kambing kacang). Hasil persilangan ini
disebut peranakkan etawa (PE). Karakteristik kambing PE menyerupai kambing
etawa yaitu bergelambir, muka cembung, serta daun telinga panjang. Bobot badan
50-80 kg. Dengan sistem pemeliharaan intensif, kambing PE biasa memproduksi
16
Selain sumber daging, kambing etawa juga diternak untuk diperah susunya.
Menurut Blakley dan Bade (1998) dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing
mempunyai perbedaan karakteristik sebagai berikut:
bagian tubuh hewan seperti tepung ikan dan tepung darah. Ada pula
beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, seperti daun
gliricidae, turi, lamtoro, centrocema dan kacang gude. (Sodiq,A, 2008).
2.5 Protein
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.
Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi. Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di
dalam semua proses biologi. Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai
pengangkut dan penyimpan molekul lain seperti oksigen, mendukung secara
mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh,
sebagai transmitor gerakan syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan. (Abubakar, 2009).
Protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme dan juga
merupakan bagian dari semua sel hidup yang merupakan bagian terbesar tubuh
setelah air (Diana,F.M, 2010). Oleh karena itu merupakan pembentuk tubuh kita,
maka protein yang terdapat dalam bahan makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari
makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan.
Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang
berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein
ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, buah-
buahan. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa Nitrogen.
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai
berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%
dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat
dilakukan penentuan kadar protein dalam suatu bahan makanan, misalnya dengan
cara Kjeldhal, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat protein yang
ditentukan ialah 6,25 kali berat unsur nitrogen.
energi, maka protein ini terpaksa dapat juga dipakai sebagai sumber energi.
Kandungan energi protein rata-rata 4 kilokalori/gram atau setara dengan
kandungan energi karbohidrat.
1. Protein sederhana
Protein sederhana yakni protein yang hanya menghasilkan α-α dan turunanya
pada hidrolisis.
2. Protein konjugasi
Beberapa contoh protein konjugasi adalah nukleoprotein (Ribosom/RNA),
fosfoprotein (kasein/fosfat), metalloprotein (sitokrom oksidase/Fe dan Cu),
lipoprotein (VLDL/ Fosfolopid, lemak, kolestrol), flavoprotein.
tendon, arteri, dll. Keratin yang ditemukan pada rambut, tanduk, wol, myosin dan
tropomiosin yang ada pada jamur.
Mangga 0,82
Nangka 1,27
Cabe 2
Kol 1,28
Mie 0,16
Bayam 2,86
Kubis 4,28
Kecipir 10,6
Kacang Panjang 8,3
Labu 0,82
Kacang Hijau 7
Kacang Tanah 24,2
Jagung 3,27
Kentang 2,49
Pisang 1,09
Jeruk 0,91
Pepaya 0,47
Apel 0,26
Wortel 0,93
Ketimun 0,62
Tomat 0,98
Labu Kuning 1
Talas 1,5
Semangka 0,61
Melon 1,11
Sumber : USDA National Nutrient Database For Standard Reference
dan beberapa sumber lain (Sumbono, 2016).
metode ini umumnya didasarkan pada asumsi bahwa kadar nitrogen didalam
protein adalah sekitar 16%. Oleh karena itu, untuk mengubah kadar nitrogen
kedalam kadar protein sering digunakan angka faktor konversi 6,25. Namun
demikian, untuk beberapa jenis bahan pangan faktor konversi yang digunakan
berbeda.
Tabel 5 Faktor konversi untuk mengkonversi persen nitrogen menjadi
Protein
c. Tahap titrasi
Dalam tahap ini larutan asam borat dititrasi dengan menggunakan asam borat
terlepas kembali dan terbentuk amonium klorida. Jumlah asam klorida yang
digunakan untuk titrasi setara dengan jumlah gas NH3 yang dibebaskan dari
proses destilasi. Perhitungan persen nitrogen pada sampel dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
% Protein = % N x F
Dimana F= faktor konversi dan faktor konversi tergantung dari jenis sampel
26
2. Metode Dumas
Metode ini diperkenalkan tahun 1831 oleh Jean-Baptiste Dumas. Metode ini
telah dimodifikasi dan diotomatisasi untuk memperbaiki akurasinya. Sampel
dibakar pada suhu tinggi (700-1000°C) dengan suatu aliran oksigen murni.
Seluruh karbon dalam sampel diubah menjadi karbondioksida selama pembakaran
cepat. Komponen mengandung nitrogen yang dihasilkan meliputi N2 dan nitrogen
oksida. Nitrogen oksida direduksi menjadi nitrogen dalam kolom copper/tembaga
pereduksi pada suhu tinggi (600°C). Total nitrogen (termasuk fraksi anorganik,
seperti nitrat dan nitrit) yang terlepas dibawa oleh helium murni dan dikuantifikasi
dengan kromatografi gas menggunakan detektor konduktifitas termal (TCD).
Acetanilida dan EDTA berkemurnian sangat tinggi dapat digunakan sebagai
standar untuk kalibrasi penganalisa nitrogen. Nitrogen yang ditentukan diubah
menjadi kadar protein.
Spektroskopi infra merah mengukur serapan radiasi (daerah dekat atau sedang
sinar infra merah) oleh molekul dalam pangan atau bahan yang lain. Gugus
fungsional yang berbeda dalam menyerap frekuensi radiasi yang berbeda. Untuk
protein dan peptida, berbagai pita sedang sinar infra merah (6,47 µm) dan pita
sinar dekat infra merah (3300-3500 nm; 2080-2220 nm; 1560-1670 nm)
karakteristik ikatan peptida dapat digunakan untuk memperkirakan kadar protein
bahan pangan. Dengan radiasi sampel menggunakan panjang gelombang sinar
infra merah yang spesifik untuk konstituen yang akan diukur, maka
memungkinkan untuk memperkirakan konsentrasi konstituen tersebut dengan
pengukuran energi yang dipantulkan atau dilewatkan oleh sampel. Spektroskopi
sinar sedang infra merah digunakan dalam infrared Milk Analyzer untuk
menentukan kadar protein susu, sedangkan sinar dekat infra merah dapat
diterapkan pada sebagian besar olahan pangan (misalnya butiran cereal, daging
dan produk susu).
27
4. Metode Biuret
5. Metode Lowry
rendah intensitas warnanya menunjukkan semakin banyak zat warna yang diikat
oleh protein yang berarti semakin tinggi kadar proteinnya. Zat warna yang dapat
digunakan adalah Amido Black dan Orange G. Untuk Amido Black intensitas
warna diukur pada 615 nm sedangkan untuk Orange G pada 485 nm.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Spatula
Pipet tetes
Alat destilasi
Buret 25 ml pyrex
Batu didih
30
Water bath
Corong pisah
pH Meter
Oven
Alat Tanur
Karet
Plastik
H2SO4(p)
NaOH(aq)
H3BO3 (aq)
Selenium (s)
HCl (aq)
Aquadest (l)
Batu Didih
N-Heksan(aq)
31
2. Pembuatan H3BO3 3%
Sebanyak 0,83 ml HCl dipipet, dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml melalui
dinding labu ukur, ditambahkan aquadest sampai garis batas pada labu ukur,
dihomogenkan dan larutan siap untuk digunakan.
Ditimbang Natrium Borat sebanyak 0,4 gr dan dimasukkan ke dalam labu ukur
50 ml kemudian di teteskan Indikator Methyl Orange (aq). Dititrasi dengan HCl
sebagai larutan standar hingga terjadi perubahan warna dari kuning orange
menjadi merah muda.
Penentuan kadar Nitrogen total dapat dilakukan dengan metode kjedahl dan
terbagi tiga tahap :
a. Tahap Destruksi
Sebanyak 1 gram susu kambing etawa ditimbang dan dimasukkan ke dalam
labu kjedahl, ditambahkan 15 ml H2SO4(p) ke dalam labu kjedahl dan
ditambahkan 0,3 gram Selenium(s), dilarutkan dan didestruksi dengan pemanasan
pada suhu 375-450oC sampai diperoleh larutan bening.
32
b. Tahap Destilasi
Hasil dari tahap destruksi dimasukkan ke dalam labu alas dan ditambahkan
25 ml aquadest, ditambahkan 50 ml NaOH(aq) 30% setetes demi setetes melalui
dinding tabung alas setelah itu diteteskan indikator phenolftalein, dimasukkan
logam zink kedalam labu alas kemudian dimasukkan 25 ml H3BO3 (aq) 3% dan tiga
tetes Indikator Thasiro dan dimasukkan kedalam alat destilasi, tahap destilasi
selesai jika terjadi perubahan warna dari larutan ungu menjadi larutan hijau.
c. Tahap Titrasi
Destilat dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan dititrasi dengan HCl 0,1 N
sampai terjadi perubahan warna dari larutan hijau menjadi ungu dan dicatat
volume HCl 0,1 N yang terpakai.
Dipanaskan cawan kosong di dalam oven dengan suhu 105 oC selama 1 jam,
didinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator dan ditimbang, setelah itu
dimasukkan susu segar ± 5 ml kedalam cawan kosong tersebut kemudian di
timbang, diuapkan diatas waterbath hingga kering, kemudian ditanur dengan suhu
500°C selama ± 1 jam, didinginkan diluar tanur sampai suhu ± 120 oC,
dimasukkan dalam desikator, cawan dan abu ditimbang dan dihitung kadar
abunya .
Dipanaskan cawan kedalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam kemudian
ditimbang, dimasukkan kedalam corong pisah susu sebanyak 1 liter, ditambahkan
30 ml N-Heksan(aq) kemudian dikocok hingga terbentuk dua lapisan, dipisahkan
33
a. Tahap Destruksi
b. Tahap Destilasi
34
c. Tahap Titrasi
3. Penentuan Kadar pH
35
BAB 4
Penentuan kadar protein, nilai pH, kadar abu dan kadar lemak pada susu
berdasarkan waktu pemerahan susu dapat dilihat pada tabel berikut
4.3 Pembahasan
Dalam pengujian ini susu kambing segar meliputi kadar protein susu
kambing segar, kadar lemak, kadar abu dan pH. Hasil uji kadar protein susu
kambing segar yang diperoleh menunjukkan hasil yang diperoleh tidak terlalu
jauh. Pada kedua waktu (pagi hari dan sore hari) kandungan protein susu kambing
segar pada pagi hari adalah 3,82% dan kandungan protein pada siang hari adalah
3,67%. Kandungan kadar protein ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
dengan nilai kadar minimal 2,7 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora
et.al(2013) yang menyatakan bahwa kadar protein dalam susu kambing berkisar
antara 3-4,5%. Namun rataan tersebut dapat dipengaruhi oleh banyaknya protein
pakan serta kualitas bahan pakan yang dikonsumsi oleh kambing tersebut. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi yaitu bulan laktasi kambing, kualitas pakan dan
kandungan protein dalam pakan. Ditambahkan oleh Larson (1985) bahwa
kandungan protein susu bervariasi tergantung dari bangsa, produksi susu, tingkat
laktasi, kualitas dan kuantitas pakan serta kandungan protein dalam ransum.
Hasil uji nilai kadar pH pada susu kambing etawa pada waktu pemerahan
pagi hari adalah 6,69 dan pada waktu pemerahan sore hari adalah 6,59. Waktu
38
Kadar abu adalah zat pakan anorganik yang mengandung unsur-unsur yang
dibutuhkan. Menurut buckle et.al(1987) kadar abu yang mengandung komponen-
komponen mineral mikro dan jarang (trace) relatif kurang konsisten dibandingkan
dengan komponen susu lainnya, bahkan pakan sendiri tidak berpengaruh besar
terhadap abu. Kadar abu dalam sampel ditetapkan secara gravimetri. Tujuan
penetapan ini adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral, selaim itu
penetapan kadar abu juga dimaksudkan untuk mengontrol jumlah pencemar
benda-benda organic seperti debu atau zat pengotor yang terikut dalam sediaan
nabati maupun hewani (Salamah,dkk.2013). Dari hasil penelitian yang dilakukan
nilai kadar abu pada susu kambing etawa pada waktu pemerahan pagi hari adalah
0,5880% dan pada waktu pemerahan sore hari adalah 0,6700%, dimana hasil ini
masih memenuhi standar SNI yaitu maksimum 1,0%.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
2. kadar protein pada pagi hari yaitu 3,82 % dan pada sore hari 3,67 %.
Kadar pH pada pagi hari yaitu 6,69 dan pada sore hari 6,59. Kadar abu
pada pagi hari yaitu 0,5880 dan pada sore hari yaitu 0,6700. Kadar lemak
pada pagi hari yaitu 5,86 dan pada sore hari yaitu 6,83.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 : Perhitungan Kadar Protein, nilai pH,Kadar Abu dan Kadar Lemak
Serta Standar Deviasinya
a. pemerahan pagi
( )
Ntotal (%) =
( )
Ntotal (%)
= 3,82 %
43
Kadar Protein 2
( )
Ntotal (%)
= 3,80 %
Kadar Protein 3
( )
Ntotal (%)
x 100%
= 0,57 %
Standar Deviasi
Y Y2
3,82 14,59
3,80 14,44
3,67 13,46
11,29 42,49
(∑ )
∑
√
( )
√
√
44
b. Pemerahan Sore
( )
Ntotal (%) =
( )
Ntotal (%)
= 4,08 %
45
Kadar Protein 2
( )
Ntotal (%)
= 3,95 %
Kadar Protein 3
( )
Ntotal (%)
= 3,63 %
Standar Deviasi
Y Y2
4,08 16,64
3,95 15,60
3,63 13,17
11,64 45,41
(∑ )
∑
√
( )
√
46
Nilai pH
Y Y2
6,73 45,2929
6,68 44,6224
6,71 45,0241
20,09 134,9394
(∑ )
∑
√
( )
√
( )
√
47
Y Y2
6,60 43,5600
6,57 43,1649
6,62 43,8244
19,79 130,5493
(∑ )
∑
√
( )
√
( )
√
a. Pemerahan Pagi
48
Kadar Abu 1
Kadar Abu 2
49
Kadar Abu 3
Standar Deviasi
Y Y2
0,60 0,3600
0,52 0,2704
0,60 0,3600
1,72 0,9904
(∑ )
∑
√
( )
√
√
50
b. Pemerahan Sore
Kadar Abu 1
Kadar Abu 2
51
Kadar Abu 3
Standar Deviasi
Y Y2
0,722 0,5212
0,690 0,4761
0,760 0,5776
2,172 1,5749
(∑ )
∑
√
( )
√
√
52
Kadar Lemak
a. Pemerahan Pagi
Perlakuan Cawan Cawan Kadar Abu
Kosong (gr) Setelah di (%)
Tanur (gr)
Kadar Lemak 1
53
Kadar Lemak 2
Kadar Lemak 3
Standar Deviasi
Y Y2
2,0050 4,020025
2,2810 5,202961
2,3392 5,472324
6,6253 14,69531
(∑ )
∑
√
( )
√
√
54
Kadar Lemak
b. Pemerahan Sore
Perlakuan Cawan Cawan Kadar Abu
Kosong (gr) Setelah di (%)
Tanur (gr)
Kadar Lemak 1
Kadar Lemak 2
55
Kadar Lemak 3
Standar Deviasi
Y Y2
3,0380 9,2294
3,0504 9,3049
3,0970 9,5914
9,1854 28,1257
(∑ )
∑
√
( )
√
√
56
Didestilasi