TINJAUAN PUSTAKA
yang relevan serta beberapa teori dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan
penting yang harus dilakukan agar meminimalisir dampak buruk dari sebuah
bencana. Hal ini dilakukan karena hanya dengan mitigasi bencana akan terlihat
beberapa potensi kerugian dan cara mengurangi kerugian tersebut melalui persiapan
akan dilaksanakan, penelitian terdahulu yang terdapat dalam penelitian ini secara
27
No. Nama dan Judul Tujuan Metode Kesimpulan
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
pola hidup atau
kebiasaan
masyarakat
Kampung
Wisata Jodipan
untuk mulai
menjaga
lingkungan
terutama
kebersihan
sungai agar
terhindar dari
risiko yang
didapat
2. Nasyiruddin Strategi Mengetahui Menggunakan Strategi
et al. (2015) Pemerintah strategi pendekatan penanggulangan
Daerah dalam penanggulangan deskriptif bencana banjir
Penanggulangan bencana banjir kualitatif di Kabupaten
Bencana Banjir di di Kabupaten Bantaeng yang
Kabupaten Bantaeng telah dilakukan
Bantaeng yaitu dengan
menyediakan
sarana dan
prasarana berupa
alat dan lahan
untuk
membangun
waduk, sebagai
penampung air
dari DAS dan
anak sungai
ketika datang
terjangan hujan
3. Sadat Intergovernmental Mengetahui Menggunakan Implementasi
(2019) dalam implementasi metode dari konsep
Penanganan dari konsep penelitian intergovermental
Bencana Alam intergovermental kualitatif dalam
Pemerintahan dalam deskriptif penanganan
Daerah penanganan bencana di
daerah memiliki
28
No. Nama dan Judul Tujuan Metode Kesimpulan
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
bencana di relevansi yang
daerah kuat, namun
perhatian
Pemerintah
Daerah terhadap
model
Penanggulangan
Bencana secara
bersama sama
masih rendah
4. Falah & Kelembagaan Mengkaji Analisis data Pemerintah
Purwanto Mitigasi kelembagaan dilakukan Kabupaten
(2018) Kekeringan di mitigasi secara Grobogan telah
Kabupaten kekeringan di kualitatif mengeluarkan
Grobogan Kabupaten enam peraturan
Grobogan terkait
penanggulangan
bencana secara
umum serta
strategi
penyediaan air
minum, belum
ada rencana
induk untuk
antisipasi dan
mitigasi bencana
kekeringan.
5. Nahar Studi Deskriptif Mengkaji Menggunakan Strategi
(2016) tentang Strategi strategi Badan metode penanggulangan
Badan Penanggulangan penelitian bencana
Penanggulangan Bencana Daerah kualitatif kekeringan
Bencana Daerah Kabupaten dengan tipe meliputi pada
Kabupaten Pasuruan dalam penelitian tiga tahapan
Pasuruan dalam Penanggulangan deskriptif penanggulangan
Penanggulangan Bencana becana, yaitu
Bencana Kekeringan tahap Pra
Kekeringan di Wilayah bencana,
di Wilayah Kabupaten tanggap darurat
Kabupaten Pasuruan dan pasca
Pasuruan Bencana.
29
2.2 Tinjauan Teori
bahwa program merupakan bentuk nyata atau aplikatif dari kebijakan. Hal ini
praktika sosial, kebijakan bukan peristiwa yang tunggal atau terisolir. Oleh karena
berdasarkan dari segala kejadian yang terjadi di masyarakat. Kejadian tersebut ini
sebelumnya. Berkaitan dengan hal itu, maka realisasi program sebagai ujung dari
sebagai pelaksanaan dari rumusan kebijakan, pada poin berikut disajikan beberapa
1
Thoha, M. 2012. Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
2
Ramdhani, A dan Ramdhani, M. 2017. Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik. Jurnal
Publik. Vol. 11 (1): 1-12
30
Salah satu model implementasi progrom adalah teori George Edward III
Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut, oleh Edward III dirumuskan empat faktor
secara efektif bila mereka yang melaksanakan program mengetahui apa yang harus
mereka lakukan sehingga tujuan dan sasaran program dapat dicapai sesuai dengan
untuk melihat sejauhmana sumberdaya dapat berjalan dengan baik meliputi empat
komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan
implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan
efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang
3
Akib dan Tarigan. 2008. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model dan
Kriteria Pengukurannya. Jurnal Kebijakan Publik: Vol 2 tahun 2008.
31
akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk mekaksanakannya,
organisasi dan sebagainya. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap
SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Keempat
faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi yang berjalan secara
simultan dan saling berpengaruh satu sama lain dalam pandangan George Edward
III.
tindakan atau upaya melalui berbagai cara, untuk mencegah terjadinya bencana atau
Tingkat resiko bencana selain ditentukan oleh potensi bencana juga ditentukan oleh
4
Pusponegoro, A. D., & Sujudi, A. (2016). Kegawatdaruratan Dan Bencana: Solusi Dan Petunjuk
Teknis Penanggulangan Medik Dan Kesehatan. Jakarta: Rayyana Komunikasindo.
32
prabencana dimana situasi tidak terjadi bencana. Upaya atau kegiatan dalam rangka
bahwa mitigasi bencana merupakan setiap aspek dan upaya untuk mengurangi
terjadinya dampak negatif dari bencana yang terjadi baik secara alami ataupun
2. Pengertian Kekeringan
sebenarnya dalam fenomena yang merugikan tersebut ada campur tangan manusia,
hal ini juga terjadi pada fenomena kekeringan yang menyebabkan kerugian dalam
minim dan berdampak pada ketahanan pangan. Kekeringan bisa disebabkan oleh
fenomena alam berupa panjangnya masa musim kemarau serta faktor eksternal oleh
campur tangan manusia misalnya alih fungsi lahan hijau serapan air menjadi
perumahan. Kekeringan (drought) adalah merupakan salah satu bencana yang sulit
dicegah serta berpengaruh terhadap ketersediaan cadangan air dalam tanah, baik
Kekeringan merupakan sebuah fenomena alam yang biasa terjadi akibat dari
pengaruh iklim. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi kendala dalam
5
Herdwiyanti, F dan Sudaryono. 2013. Perbendaan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Ditinjau
Dari Tingkat Self Efikasi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Daaerah Dampak Bencana Gunung
Kelud. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial. 2 (1):1-7
33
kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas
masalah yang harus dihadapi hampir setiap tahun. Seperti yang terjadi pada tahun
1994, kekeringan di pulau Jawa telah menghancurkan 290.457 ha tanaman padi atau
Kekeringan (kemarau) dapat timbul karena gejala alam yang terjadi di bumi
merupakan dampak dari iklim. Pergantian musim dibedakan oleh banyaknya curah
hujan. Pengetahuan tentang musim bermanfaat bagi para petani untuk menentukan
waktu tanam dan panen dari hasil pertanian. Kekeringan merupakan gambaran
umum iklim meskipun banyak kekeliruan mengingat hal tersebut jarang terjadi dan
membedakan dari kegersangan, yang dibatasi wilayah curah hujan yang rendah dan
antara ketersediaan dan kebutuhan air, dimana kekeringan bermula dari defisiensi
kekeringan, sungai dan waduk tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya
sawah-sawah yang menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga mengalami
6
Puturuhu, F. 2015. Mitigasi Bencana dan Penginderaan jauh. Yogyakarta : Graha Ilmu
7
Fagi, A. M & Syam. 2002. Penelitian Padi: Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Nasional,
Subang: Balai Penelitian Padi
34
kekeringan. Sawah yang kering tidak dapat menghasilkan panen. Selain itu,
pasokan air bersih juga berkurang. Air yang dibutuhkan sehari-hari menjadi langka
salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak penyimpangan iklim global
seperti El Nino dan Osilasi Selatan. Dewasa ini bencana kekeringan semakin sering
terjadi bukan saja pada periode tahun-tahun El Nino, tetapi juga pada periode tahun
tanah dimana tanah tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan
3. Klasifikasi Kekeringan
klasifikasi kekeringan yang terdiri dari kekeringan yang terjadi secara alamiah dan
a. Kekeringan Alamiah
Kekeringan ini berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam
normal atau rata - rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah
bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan
8
Puturuhu, F. 2015. Mitigasi Bencana dan Penginderaan jauh. Yogyakarta : Graha Ilmu
9
Idem.
35
bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah
interval waktu yang mana suplai air hujan aktual pada suatu lokasi jatuh/turun
sebagai berikut:10
a) Kering: apabila curah hujan antara 70%-80%, dari kondisi normal (curah
b) Sangat kering: apabila curah hujan antara 50%-70% dari kondisi normal
c) Amat sangat kering: apabila curah hujan di bawah 50% dari kondisi
sungai, air tanah, danau dan tempat - tempat cadangan air. Definisinya
dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik,
kompetisi antara pemakai air dalam sistem - sistem penyimpanan air ini.
Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau
dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan
10
Palmer, W. C. 1965. Meteorological Drought. Washington D.C : United States: Government
Printing Office.
36
sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau dan elevasi muka
sebagai berikut:11
periode 5 tahunan
b) Sangat kering: apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran jauh
c) Amat sangat kering: apabila debit air sungai mencapai periode ulang aliran
hasil dan pertumbuhan rata – rata tanaman atau dengan kata lain berhubungan
pada wilayah yang luas. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga
tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena
tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah. Kekeringan
11
Puturuhu, F. 2015. Mitigasi Bencana dan Penginderaan jauh. Yogyakarta : Graha Ilmu
37
kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang ekstrim,
Kekeringan pertanian sebagai suatu periode ketika air tanah tidak cukup
bila untuk sungai alirannya di bawah normal atau bila untuk waduk
tampungan air tidak ada (habis). Kekeringan sosial ekonomi adalah hasil
proses fisik yang terkait dengan aktivitas manusia yang terkena dampak
sebagai berikut12:
a) Kering: apabila 1/4 daun kering dimulai pada ujung daun (terkena ringan
s/d sedang)
b) Sangat kering: apabila 1/4-2/3 daun kering dimulai pada bagian ujung
12
Idem.
38
4) Kekeringan Sosio Ekonomi (socio-economic drought)
permintaan akan barang-barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang
disebutkan diatas, atau dengan kata lain bahwa kekeringan Sosial Ekonomi
pertanian. Ketika persediaan barang - barang seperti air, jerami atau jasa
yang ada sehingga menyebabkan kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang
39
akibat perbuatan manusia. Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi
apabila:
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang
13
Shelia, B, Reed. Pengantar tentang bahaya. 1995. Jakarta: Program Pelatihan Manajemen Bencana
40
a. Ekonomi
perikanan.
energi
kekeringan
b. Lingkungan
daya pandang)
41
c. Sosial
Dampak ketiga dari bencana kekeringan yaitu dampak sosial yang bisa dirasakan
secara langsung oleh manusia, dampak bencana kekeringan pada sektor sosial
diantaranya:
bantuan pemulihan
maka diketahui bahwa masalah kekeringan menjadi hal rutin yang terjadi di
Bahkan terus berulang dan semakin menyebar ke daerah-daerah yang tadinya tidak
14
Puturuhu, F. 2015. Mitigasi Bencana dan Penginderaan jauh. Yogyakarta : Graha Ilmu
42
a. Mengoptimalkan suplay air berlebih pada musim hujan dengan menampung air
reservoir sudah terbukti dapat membantu mengatasi kekurangan air pada bulan
kemarau. Selain itu untuk daerah aliran sungai perlu penganganan lebih serius
karena banyaknya lahan hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan beralih
hujan yang jatuh dialiran sungai tidak tertahan dan langsung mengalir ke sistem
pendangkalan sungai. Sedangkan pada musim kemarau pada satu sisi curah
hujan rendah ditambah dengan simpanan air tanah sedikit menyebabkan debit
aliran sungai sangat kecil dan volume air cenderung rendah. Untuk tindakan
yang perlu dilakukan pada aliran sungai yaitu dengan membuat bendungan untuk
menyimpan air pada musim hujan. Memang biaya yang diperlukan sangat tinggi,
tetapi manfaat yang dirasakan lebih tinggi dan langsung menyentuh kebutuhan
pengguna.
ketersedian air lebih tinggi dan lahan relative lebih luas. Pemikiran yang
melatarbelakangi yaitu lahan sawah di Jawa dari tahun ke tahun terus berkurang
43
karena kebutuhan lahan untuk pembagunan terus meningkat. Pemerintah perlu
bertindak nyata di luar Jawa terutama Sumatera, Kalimantan dan Papua dengan
ini juga dimungkinkan untuk merefungsikan kembali hutan gundul akibat illegal
logging dan kebakaran hutan sehingga tidak terbengkalai terlalu lama dan dapat
Indonesia.
kemarau dengan curah hujan yang rendah sehingga berdampak pada ketersediaan
air yang kurang baik air untuk irigasi pertanian ataupun untuk digunakan dalam
kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, BPBD pada setiap daerah beserta perangkan
menjadi tiga tahapan utama yaitu pra bencana, saat terjadi bencana dan setelah
Tahapan pra bencana lebih menekankan pada upaya panen air merupakan
cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air pada aliran saat curah
hujan tinggi. Penampungan ini bisa digunakan saat curah hujan menurun namun
masih memiliki tampungan air. Panen air harus diikuti dengan konservasi air,
15
BPBD Kab. Kendal. 2019. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Kekeringan
di Kabupate Kendal. Yogyakarta: Consultant
44
yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan.
Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan
atau peran terbesar dalam tahapan pra bencana. Beberapa kegiatan tersebut
tersedia untuk keperluan air baku untuk air bersih, menanam pohon sebanyak-
lebih besar dalam tahapan saat terjadi bencana. Selain itu, pada saat musim
kemarau adalah kebakaran lahan dan hutan, jadi lebih bijak lah dalam melakukan
bencana yaitu membuat sumur pantek atau sumur bor untuk mendapatkan air,
menyediakan air bersih dengan mobil tangki yang sudah di sediakan oleh dinas
45
c. Tahapan setelah terjadi bencana
dan peran lebih besar, tahapan setelah terjadi bencana meliputi beberapa
kegiatan yaitu reboisasi di wilayah sekitar sumber mata air, reboisasi kawasan
sabuk hijau sekitar waduk, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah lahan kritis,
dibagi menjadi dua aspek utama yaitu mitigasi struktural dan mitigasi fungsional.16
a. Mitigasi Struktural
rekayasa teknis. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang
bersangkutan terjadi.
b. Mitigasi Fungsional
adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya struktural. Bisa dalam
16
Ulum, MC. 2013. Governance Dan Capacity Building Dalam Manajemen Bencana Banjir Di
Indonesia. Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4 (2): 5-12
46
lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan dan bisa
berupa capacity building masyarakat dengan pelatihan tangguh bencana. Hal ini
semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan
bencana.
berikut:
47
Pada penelitian tentang Program pemerintah dalam Mitigasi Bencana
daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk ikut serta dalam
Lamongan.
48