Anda di halaman 1dari 12

Nama : Riska Handayani

NIM : 22001039217466032
Nomor UKG : 201503119299
Bidang Studi PPG : Bahasa Jawa
Instasi : SMK Negeri 1 Kras
Kabupaten : Kediri
Kelas : 002 Bahasa Jawa

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1 Rendahnya motivasi Permasalahan yang ditemukan : Setelah dilakukan analisis
peserta didik kelas X 1. Peserta didik kurang mengusai bahasa Jawa terhadap hasil kajian
dalam memahami isi 2. Kurangnya buku-buku penunjang mata pelajaran literatur dan wawancara,
Teks Tembang Macapat bahasa Jawa serta dikonfirmasi melalui
observasi dapat diketahui
Kajian Literatur bahwa penyebab munculnya
1. Faktor rendahnya motivasi belajar siswa menurut masalah rendahnya motivasi
Rohman & Karimah (2018: 95) dikarenakan kebutuhan peserta didik dalam
siswa yang tidak sesuai dan menyimpang yang terjadi memahami isi tembang teks
pada elemen-elemen berikut: tempat belajar, fungsi macapat adalah :
fisik, kecerdasan, sarana dan prasarana, waktu, 1. Peserta didik kurang
kebiasaan belajar, guru, orang tua, emosional dan menguasai bahasa Jawa
kesehatan, serta faktor teman. secara lengkap
Sumber: 2. Kurangnya pendekatan
Rohman, A. A., & Karimah, S. (2018). Faktor-faktor personal antara guru dan
yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa peserta didiknya
kelas XI. Jurnal At-Taqaddum, 10(1), 95-108. 3. Kurangnya buku-buku
mata pelajaran bahasa
Jawa diperpustakaan
2. Sedangkan menurut Rahayu, N. T & Efendi, A. (2016).
Faktor rendahnya motivasi belajar siswa terkhusus yang menjadikan peserta
pada materi tembang macapat adalah sebagai berikut : didik malas
a. siswa memiliki motivasi yang rendah dalam keperpustakaan
mempelajari tembang Macapat karena menganggap 4. Minimnya jam pelajaran
pelajaran tersebut kurang penting dibanding mata atau tatap muka yang
pelajaran matematika, ilmu pengetahuan alam, atau menjadikan rendahnya
bahasa Inggris. motivasi anak dalam
b. Siswa kurang menguasai bahasa Jawa secara belajar materi Bahasa
lengkap, perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa Jawa
yang dimiliki juga kurang lengkap sehingga banyak
istilah dalam tembang Macapat yang tidak dipahami
arti atau maknanya meskipun dalam konteks
rendah.
c. Siswa kurang memahami makna tembang secara
keseluruhan karena makna kata-kata atau kalimat
yang kurang dipahaminya.
Sumber :
Rahayu, N. T., & Efendi, A. (2016). ANALISIS
HAMBATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
TEMBANG MACAPAT DI SEKOLAH. PROSIDING: SENI,
TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT, (1), 159-165.

Hasil Wawancara
1. Waka Kurikulum (Ayu Dini A., S.Pd.)
a. Kurangnya referensi buku yang digunakan dalam
proses pembelajaran atau siswa hanya menggunakan
buku paket.
b. Metode mengajar guru yang monoton
c. Mengubah kebiasaan atau pola anak untuk
membiasakan membaca membutuhkan waktu yang
lama
d. Minimnya komunikasi dengan guru (tatap muka
hanya satu kali seminggu)
2. Rekan sejawat (Junianto, S.Pd.)
a. Tradisi membaca bangsa Indonesia lemah
b. Keterbatasan jam pelajaran
c. Faktor buku-buku penunjang materi Bahasa Jawa
minim
d. Kalah dengan bacaan novel atau cerpen korea
2 Kurangnya kepercayaan Permasalah yang ditemukan : Setelah dilakukan analisis
diri pada peserta didik 1. Mayoritas peserta didik malu dan takut menyampaikan terhadap hasil kajian
dalam menyampaikan pendapat pada mata pelajaran bahasa Jawa mengenai literatur dan wawancara,
pendapat pada mata materi cerita wayang serta dikonfirmasi melalui
pelajaran bahasa Jawa 2. Peserta didik menganggap materi cerita wayang sulit observasi dapat diketahui
mengenai materi Cerita bahwa penyebab munculnya
Wayang (Mengaitkan isi Kajian Literatur masalah kurangnya
dari teks cerita wayang 1. Penyebab siswa kurang percaya diri Menurut Ardilla kepercayaan diri peserta
dengan kehidupan dan Hartanto (2017) : didik dalam menyampaikan
sehari-hari) a. Siswa menganggap pelajaran sulit pendapat adalah :
b. Kurangnya Konsentrasi Siswa 1. Peserta didik menganggap
c. Rendahnya Pemahaman Konsep pelajaran sulit
d. Padatnya jam pelajaran sekolah 2. Kurangnya konsentrasi
Sumber : peserta didik
Ardila, A., & Hartanto, S. (2017). Faktor yang 3. Peserta didik takut
mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika menerima tanggapan atau
siswa mts iskandar muda batam. PYTHAGORAS: Jurnal penilaian negatif dari
Program Studi Pendidikan Matematika, 6(2). komunikan atau orang
penerima pesan
2. Nurlaily. (2018). Ketidakpercayaan diri siswa yang 4. Peserta didik tidak
menyebabkan siswa sulit untuk diajak berkomunikasi terbiasa menyampaikan
diantaranya adalah takut menerima tanggapan atau pendapat
penilaian negatif dari komunikan atau orang yang 5. Peserta didik takut salah
menerima pesan, dan sulit berkonsentrasi. siswa sulit dalam menjawab
untuk diajak berkomunikasi karena merasa tidak pertanyaan
percaya diri atas gagasan yang dimilikinya karena takut
salah

Sumber:
Nurlaily. (2018). UPAYA MENINGKATKAN RASA
PERCAYA DIRI SISWA DALAM MENGEMUKAKAN
PENDAPAT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK. Jurnal Niara, 11(1), 71-76.

Hasil Wawancara
1. Guru (Afif Rahmawati, S.Pd.)
Penyebab siswa tidak percaya diri dalam menyampaikan
pendapat diantaranya adalah:
a. Siswa tidak terbiasa menyampaikan pendapat
b. Siswa takut salah dalam menjawab pertanyaan
c. Siswa kurang memahami materi yang dipelajari

2. Rekan sejawat (Junianto, S.Pd.)


a. Siswa merasa takut apabila pendapatnya salah
b. Siswa kurang terbiasa berinteraksi dengan
lingkungan sosial

3 Peserta didik kesulitan Permasalah yang ditemukan : Setelah dilakukan analisis


dalam penggunaan 1. Peserta didik kurang tertarik pada bahasa Jawa terhadap hasil kajian
unggah ungguh basa 2. Kurangnya pembiasaan menggunakan bahsa Jawa literatur dan wawancara,
ragam krama ragam krama dalam kehidupan sehari-hari serta dikonfirmasi melalui
observasi dapat diketahui
Kajian Literasi bahwa penyebab munculnya
1. Rinaldi, I. M. (2020). Kesulitan siswa dalam masalah peserta didik
pengguanaan unggah ungguh basa disebabkan semakin kesulitan dalam penggunaan
banyak masyarakat Suku Jawa sebagai penutur asli unggah-ungguh basa ragam
Bahasa Jawa, sudah tidak menggunakannya krama adalah :
terutama banyak orang tua tidak mengajarkan 1. Peserta didik lebih
bahasa Jawa pada anak-anaknya ketika di rumah. menggemari dan
Siswa lebih menggemari dan termotivasi untuk termotivasi untuk belajar
belajar bahasa asing yaitu bahasa Inggris bahasa asing
dibandingkan bahasa Jawa. Siswa juga memiliki dibandingkan bahasa
perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa masih Jawa
sangat sedikit, belum mampu merangkai kalimat 2. Orang tua tidak
bahasa Jawa dengan tepat. Siswa masih kesulitan membiasakan
dalam menentukan pilihan kata yang sesuai dengan mengajarkan bahasa
unggah-ungguh bahasa Jawa. Jawa pada anak-anaknya
Sumber : ketika di rumah.
Rinaldi, I. M. (2020). Peningkatan kemampuan menulis 3. Guru kurang menjalin
dialog sederhana sesuai unggah-ungguh Bahasa Jawa komunikasi dengan orang
dengan menggunakan metode role playing. Jurnal tua/wali murid
Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan 4. Metode pembelajaran
Hasil Penelitian, 6(2), 98-105. yang kurang menarik
pada saat pembelajaran
2. Puspitasari, F. D. A. (2017). Faktor penyebab siswa bahasa Jawa.
kesulitan dalam penggunaan unggah ungguh basa 5. Pembiasaan berbicara
terdapat dari dua faktor yaitu faktor bahasa dan faktor sesuai unggah-ungguh
non bahasa. disekolah yang masih
a. Faktor bahasa terdiri dari penggunaan bahasa dan minim
kosakata bahasa. Indikator penggunaan bahasa
terdiri dari :
1) Orang tua tidak membiasakan anaknya berbicara
bahasa Jawa ragam krama ketika di rumah
2) Orang tua tidak mengajarkan atau mengenalkan
budaya Jawa kepada anaknya.
b. Indikator kedua yaitu kosakata bahasa terdiri dari :
1) Orang tua tidak membenarkan kata atau ucapan
anaknya apabila terdapat kesalahan ketika
berbicara menggunakan bahasa Jawa ragam
krama
2) Orang tua tidak menanyakan kesulitan belajar
bahasa Jawa ragam krama pada anak.
Faktor non bahasa terdiri dari empat indikator yang
mempengaruhi kesulitan belajar bahasa Jawa ragam
krama siswa yaitu:
a. Peran guru yaitu siswa tidak tertarik dengan
pembelajaran bahasa Jawa di kelas dan guru
menggunakan cara atau metode pembelajaran yang
berbeda pada saat pembelajaran bahasa Jawa.
b. Suasana lingkungan keluarga yang tidak
mendukung anak untuk belajar bahasa Jawa ragam
krama.
c. Orang tua tidak memberikan fasilitas pendukung
kepada anak untuk belajar bahasa Jawa ragam
krama, misalnya majalah berbahasa Jawa, buku
bacaan bahasa Jawa, dsb dan Anak tidak terbiasa
belajar bahasa Jawa ragam krama di rumah.
d. Orang tua secara intensif tidak menanyakan hasil
proses belajar mata pelajaran bahasa Jawa pada
anaknya, orang tua tidak memiliki waktu luang
untuk mengajarkan anaknya belajar bahasa Jawa
ragam krama (mendongeng, bercerita,
berkomunikasi), orang tua tidak berasal dari luar
Jawa, dan anak tidak senang ketika belajar bahasa
Jawa.
Sumber:
Puspitasari, F. D. A. (2017). Faktor kesulitan belajar
bahasa Jawa ragam krama siswa SMP Negeri 40
Semarang. Piwulang: Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa,
5(1), 28-33.

Hasil Wawancara
1. Ketua MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Kediri (Yoga
Anggorina Kukuh Kurniawan, S.Pd.)
a. Kurangnya perhatian orang tua dan anggapan
menitipkan anak disekolah sudah cukup
b. Faktor lingkungan dan pergaulan siswa yang lebih
senang menggunakan bahasa gaul atau bahasa
indonesia
c. Pengaruh budaya asing yang mempengaruhi pola
perilaku siswa
d. Pembiasaan berbicara sesuai unggah-ungguh
disekolah yang masih minim

2. Rekan sejawat (Junianto, S.Pd.)


a. Guru kurang menjalin komunikasi dengan orang
tua/wali murid
b. Kurangnya pembiasaan dalam mempraktekkan
unggah-ungguh basa dalam komunikasi sehari-hari
baik dilingkungan rumah maupun sekolah
4 Guru belum Permasalahan yang ditemukan : Setelah dilakukan analisis
mengoptimalkan model Peserta didik merasa bosan dengan model pembelajaran terhadap hasil kajian
pembelajaran yang yang pasif literatur dan wawancara,
inovatif/kekinian pada serta dikonfirmasi melalui
aksara Jawa Kajian Literasi observasi dapat diketahui
1. Tibahary, A. R., & Muliana, M. (2018).12 Upaya bahwa penyebab munculnya
pembelajaran menuju pembentukan karakter siswa masalah pada pengoptimalan
yang kreatif, interaktif, inovatif, dan inspiratif dalam model pembelajaran yang
proses pembelajaran di kelas, maka dipelukan inovatif/kekinian adalah :
implementasi model-model pembelajaran berbasis 1. Guru belum
inovatif. mengimplementasikan
Sumber : model-model
Tibahary, A. R., & Muliana, M. (2018). Model-model pembelajaran berbasis
pembelajaran inovatif. Scolae: Journal of Pedagogy, 1(1), inovatif.
54-64. 2. Pemahaman pembelajaran
inovatif Guru yang masih
2. Ruwinda, D. R. (2021). Penggunaan model di anggap kurang
pembelajaran kreatif motif mengarang beranting 3. Kurangnya pelatihan-
untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pelatihan atau workshop
bahasa Jawa memiliki potensi untuk dikembangkan. pengenalan model
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran untuk guru
kemampuan siswa dalam praktik menulis deskripsi Bahasa jawa
berbahasa Jawa. Tanggapan siswa juga 4. Waktu untuk menyiapkan
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inovatif
pembelajaran kreatif mengarang beranting mampu membutuhkan persiapan
membantu siswa menuangkan ide atau gagasannya yang lama
dengan lancar
Sumber:
Ruwinda, D. R. (2021). Pembelajaran Kreatif dengan
Motif Mengarang Beranting dalam Keterampilan Nulis
Teks Bahasa Jawa. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 6(12), 6090-6100.

Hasil Wawancara
1. Ketua MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Kediri (Yoga
Anggorina Kukuh Kurniawan, S.Pd.)
a. Pemahaman pembelajaran inovatif Guru yang masih
di anggap kurang
b. Waktu untuk menyiapkan pembelajaran inovatif
membutuhkan persiapan yang lama
c. Kondisi lingkungan siswa yang kurang mendukung
baik dari keluarga, teman sejawat.
d. Guru belum termotivasi untuk meningkatkan
komptensinya.

2. Pengawas (Lukman Hakim, M.Pd.)


a. Kurangnya pelatihan-pelatihan atau workshop
pengenalan model pembelajaran untuk guru Bahasa
jawa
b. Guru stagnan dengan model pembelajaran yang
kuno, misalnya metode ceramah
c. Rasa malas Guru atau tidak mau belajar atau
kurang tantangan
d. Sarana pendukung dari siswa maupun guru kurang
memadai
5 Peserta didik kesulitan Permasalahan yang ditemukan : Setelah dilakukan analisis
dalam mengnalisis nilai- 1. Peserta didik kesulitan memahami bahasa yang ada terhadap hasil kajian
nilai yang terkandung didalam cerita wayang literatur dan wawancara,
dalam cerita wayang 2. Kesenian wayang dianggap kuno bagi peserta didik serta dikonfirmasi melalui
observasi dapat diketahui
Kajian Literasi
1. Firdaus, A. A. (2016). Keaktifan siswa yang kurang dalam bahwa penyebab munculnya
pembelajaran teori kemungkinan disebabkan antara lain masalah pada peserta didik
metode pembelajaran yang jarang diperhatikan, metode yang kesulitan dalam
lebih cenderung pada penyampaian materi saja, menganalisis nilai-nilai yang
kemungkinan akan membuat siswa merasa jenuh. Berbeda terkandung dalam cerita
halnya jika metode yang digunakan memberikan siswa suatu wayang adalah :
masalah, akan membuat siswa lebih tertantang dan
1. Keaktifan peserta didik
termotivasi untuk memperhatikan selama pembelajaran
berlangsung.
yang kurang dalam
Sumber: pembelajaran teori karena
Firdaus, A. A. (2016). Pengaruh model pembelajaran kurangnya tantangan
auditory, intellectually and repetition terhadap dalam pembelajaran.
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa 2. Cerita wayang dianggap
(Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: kuno
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2017 3. Bahasa wayang sulit
dimengerti oleh peserta
2. Tyas, W. C. (2018). Faktor penyebab awal anak tidak didik
suka dengan wayang adalah cerita wayang dianggap 4. Orang tua masih kurang
kuno serta bahasanya jarang dimengerti oleh anak, dalam mengenalkan
banyak media menayangkan cerita tidak layak tonton kesenian pada anak.
yang dapat dilihat setiap saat dan ditiru oleh anak. 5. Penerapan model
Beberapa siswa belum bisa memahami bacaan cerita pembelajaran masih
wayang karena siswa masih bertanya tentang isi bacaan belum tepat sehingga
cerita wayang selain itu ketika menjawab pertanyaan peserta didik masih pasif
yang berhubungan dengan tokoh pewayangan siswa dalam pembelajaran.
masih menggunakan buku pepak bahasa Jawa. Siswa
pasif dalam pembelajaran, bacaan wayang tidak
dimengerti oleh siswa sehingga membuat siswa menjadi
bosan dengan pembelajaran bahasa Jawa materi
wayang.

Sumber:
Tyas, W. C. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Materi Wayang Menggunakan Model Pembelajaran
Course Review Horay. BASIC EDUCATION, 7(9), 896-
903.

Hasil Wawancara
1. Ketua MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Kediri (Yoga
Anggorina Kukuh Kurniawan, S.Pd.)
a. Materi crita wayang sudah menggunakan bahasa
pedhalangan yang sulit dipahami siswa
b. Dalam penyampaian materi oleh guru kepada siswa
juga kurang dimengerti atau asing ditelinga siswa
c. Pemahaman materi wayang harus benar-benar
dikuasai oleh guru

2. Rekan sejawat (Junianto, S.Pd.)


a. Pengenalan terhadap seni budaya khususnya
wayang juga harus dikenalkan sejak dini dari pihak
keluarga
b. Dalam mengenalkan materi wayang ini agar menarik
dan tidak sulit bagi siswa terlebih dahulu
dikenalkan tokoh-tokoh wayang yang lucu seperti
Punokawan, kemudian pandhawa, lalu kurawa.
6 Peserta didik banyak Permasalahan yang ditemukan : Setelah dilakukan analisis
yang belum hafal aksara 1. Mayoritas peserta didik belum mengerti tentang aksara terhadap hasil kajian
Jawa legena dan Jawa literatur dan wawancara,
sandhangan 2. Peserta didik menganggap tata tulisan aksara Jawa serta dikonfirmasi melalui
rumit observasi dapat diketahui
bahwa penyebab munculnya
Kajian Literasi masalah pada peserta didik
1. Nurhamid, A. (2016). Rendahnya kemampuan siswa banyak yang belum hafal
dalam menulis aksara Jawa ini disebabkan beberapa aksara carakan beserta
faktor diantaranya : sandhangan dan
a. Tata cara penulisan aksara Jawa yang rumit pasangannya adalah :
seringkali membuat mereka kesulitan dan salah 1. Tata cara penulisan
dalam menulis aksara Jawa. aksara Jawa yang rumit
b. Selain itu, intensitas dan kontinuitas dalam latihan 2. Kurangnya intensitas dan
menulis aksara Jawa masih kurang sehingga mereka kontiunitas dalam
kurang terbiasa. Hal tersebut tidak terlepas dari menulis Aksara Jawa.
minimnya alokasi waktu pembelajaran bahasa Jawa 3. Guru masih belum
yang hanya 2 jam, sedangkan kompetensi yang menggunakan variasi
harus dicapai cukup banyak selain menulis aksara metode pembelajaran
Jawa. 4. Guru masih belum
Sebab lain yang mengakibatkan siswa sulit dalam memanfaatkan teknologi
menulis aksara Jawa diantaranya adalah : dalam pembelajaran
a. Penyampaian materi dari guru bahasa Jawa yang Aksara Jawa.
cenderung monoton dan kurang menarik.
Pembelajaran tersebut cenderung memaksa siswa
untuk menghafal bentuk-bentuk dan aturan
penulisannya sehingga siswa semakin tidak tertarik.
b. Kurangnya media pembelajaran bahasa Jawa yang
atraktif, interaktif, dan modern yang mampu
menarik minat siswa dalam mempelajari aksara
Jawa juga disinyalir menjadi penyebab rendahnya
kemampuan siswa dalam menerapkan pasangan
aksara Jawa.
Sumber:
Nurhamid, A. (2016). Peningkatan Kemampuan Siswa
dalam Menerapkan Pasangan Aksara Jawa
Menggunakan Media Kartu Aksara Jawa Bagi Siswa
Kelas VII H SMP Negeri 1 Toroh Semester Genap Tahun
Pelajaran 2015/2016. Dinamika Bahasa dan Budaya,
11(1).

2. Yuni, S. (2018). Pokok bahasan menulis ataupun


membaca aksara Jawa atau yang sering disebut dengan
hanacaraka ternyata menjadi salah satu pelajaran yang
paling ditakutkan sebagian siswa. Siswa yang masih
memiliki kecenderungan suka bermain daripada belajar.
Bentuk aksara Jawa yang hampir mirip antar satu
aksara dengan aksara yang lainnya, serta sangat
berbeda dengan huruf latin mengakibatkan siswa sering
mengalami kesalahan-kesalahan dalam membaca
maupun menulis aksara Jawa. Terkadang guru belum
menggunakan variasi atau metode dalam pembelajaran
bahasa Jawa khususnya aksara Jawa
Sumber:
Yuni, S. (2018). PENINGKATAN KETERAMPILAN
MEMBACA AKSARA JAWA MENGGUNAKAN METODE
IQRA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2
KLATEN UTARA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
(Doctoral dissertation, Universitas Widya Dharma).

Hasil Wawancara
1. Ketua MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Kediri (Yoga
Anggorina Kukuh Kurniawan, S.Pd.)
a. Anggapan siswa Aksara jawa itu pelajaran paling
sulit
b. Guru belum mengenalkan model-model pembelajaran
yang menarik bagi siswa
c. Tradisi menulis dan membaca aksara jawa sudah
dianggap kuno
d. Kurangnya lomba-lomba menulis aksara jawa bagi
siswa

2. Rekan sejawat (Junianto, S.Pd.)


a. Siswa menganggap aksara jawa itu pelajaran paling
sulit
b. Kurangnya pemanfaatan teknologi seperti font
aksara berbasir android

Anda mungkin juga menyukai