TENTANG
PENDAHULUAN
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, dalam
bidang Radiologi merupakan salah satu bidang yang berkembang sangat pesat yang meliputi Radiodiagnostik
jangka pendek dan Radioterafi jangka panjang. Untuk menunjang peralatan tersebut dibutuhkan tenaga ahli
yang memiliki kemampuan yang professional, Menguasai pengetahuan teoritik dan keterampilan yang tinggi
guna meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pelayanan yang canggih dengan pengembangan staf
Dokter Spesialis, Radiografer dan staf lainnya.
LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang menuntut kita untuk terus mengikuti
perkembangan tekhnologi yang sangat pesat, guna perkembangan pelayanan yang baik dan menunjang, maka
perkembangan staf dan pendidikan Radiografer beserta Radiolog perlu dilaksanakan.
Pada tahun 2012 di Instalasi Radiologi akan mengembangkan sarana dan prasarana seperti
penambahan alat CT-Scan dan alat-alat canggih lainnya. Sebagai langkah awal adalah dengan pengajuan
permohonan pengadaan alat CT-Scan dan alat lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana harus didukung
dengan kemampuan SDM yang cukup dengan kemampuan yang khusus, maka dengan ini dilakukan suatu
program pengembangan staf agar tercapainya suatu kemampuan pelayanan yang menunjang.
TUJUAN
KEGIATAN POKOK
Kegiatan yang akan diselenggarakan yakni kegiatan pelatihan serta seminar yang diselenggarakan
oleh perhimpunan Dokter Ahli Radiologi dan perhimpunan Radiografer. Pelaksanaan terjadwal dan
terencana guna tercapainya suatu tindak lanjut dan pelayanan tetap terselenggara dengan baik.
SASARAN KEGIATAN
Sasaran ketenagaan yang akan dicapai untuk 5 tahun mendatang meliputi pendidikan formal dengan
non formal adalah sebagai berikut :
a. Dokter spesialis radiologi dengan kemampuan sesuai bidang sub spesialisasi kekhususan. Bidang
sub spesialisasi antara lain :
Radiologi anak
Neuro Radiologi
Radaiologi intervensional kedokteran nuklir
Helical CT
MRI
Angiografi USG Doppler
Mammografi
Minimal memilih salah satu bidang diatas .
b. Radiografer guna meningkatkan kemampuan dalam program pendidikan sarjana fisika dengan
kekhususan fisika medic.
Minimal kebutuhan : 1 Orang petugas.
c. Operator untuk meningkatkan keterampilan tenaga operator Radiologi menjadi tenaga Radiografer.
Hasil ini didasarkan adanya peraturan menteri kesehatan No. 357 Th 2006 tentang registrasi dan izin
kerja Radiografer, yang menyatakan bahwa untuk pelayanan radiologi minimal dikerjakan oleh
Lulusan DIII ( Radiografer ) Jurusan Teknik Radiodignostik dan Radiotherafi. Apabila Operator
tidak ditingkatkan kemampuannya menjadi DIII Rdaiologi maka mereka akan terkena pasal
peraturan tersebut, sehingga tidak dapat bekerja di Instalasi Radiologi, dengan kata lain program
pengembangan staf harus terus dilaksanakan. Dengan data yang ada pekerja Operator di Instalasi
Radiologi RSUD Kelas B Kabupaten Subang ada 5 orang operator.
RENCANA PROGRAM
A. PROGRAM PENDIDIKAN
B. PROGRAM PELATIHAN
V. BIAYA
Biaya pendidikan dan pelatihan ini dibebankan kepada RSUD Kabupaten Subang.
VI. METODE
Pelatihan /pendidikan formal dilakukan secara bergilir berdasarkan kesenioran dan kebutuhan
Pelatihan/seminar mengikuti jadwal kegiatan diklat
Untuk peserta pendidian formal wajib membuat proposal resmi kepada bagian diklat dengan
diketahui oleh Ka. Instalasi Radiologi
Setiap peserta pelatihan wajib menyerahkan laporan hasil pelatihan (copy makalah) ke instalasi
Radiologi sebagai arsip
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
Semua pemeriksaan Radiografi di RSUD Subang saat ini memakai kaset dan film
green sensitive, pasien dapat di rontgen dengan posisi tidur atau berdiri.
KEBIJAKAN
1. Persiapan :
1) Kaset radiografi, film (35x35 cm), dll sesuai besar/kecilnya pasien,
2) Persiapan pasien(misalnya : ganti pakaian yang telah disediakan di
PROSEDUR Radiologi),
3) Melepas kalung dan logam lainnya yang ada didaerah thorax.
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien untuk thorax sedapat mungkin PA berdiri.
2) Pengaturan kondisi Exposure yang sesuai besarkecilnya pasien. Untuk
dewasa umumnya (Kv = 50, mAs = 10) tanpa grid, sedangkan jika
menggunakan grid dengan kondisi otomatis.
3) Pasien diberi aba-aba tarik nafas saat di exposure
4) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
5) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
1. Persiapan :
1) Persiapan pasien dilakukan satu hari sebelumnya (makan bubur kecap,
laxantia, penguras dan puasa sampai selesai pemeriksaan)
PROSEDUR 2) Pada indikasi cito, misalnya: ileus, Trauma abdomen tidak perlu persiapan
puasa
3) Kaset Radiografi film ( 30x40 cm) dll
4) Pasien ganti baju yang telah disediakan diradiologi
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien untuk Abdomen(biasanya AP/Supine), Pengaturan
kondisi exposure yang sesuai (Kv=68, mAs =18)
2) Pasien diberi aba-aba tarik nafas, keluarkan lalu tahan nafas saat exposure.
3) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
4) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
Adalah jenis pemeriksaan untuk mengetahui kelainan-kelainan pada schedell,
PENGERTIAN seperti fracture dll
1. Persiapan :
1) Kaset Radiografi, film ukuran 20x30 cm, dll
PROSEDUR 2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien untuk schedell biasanya AP/Lateral
2) Pengaturan posisi exposure yang sesuai (Kv=70, mAs=10)
3) Pasien diatur dengan posisi pasien AP supine
4) Kaset diletakan dibawah schedell dengan menggunakan grid (lysolm), atau
bucky
5) Pasien diatur dengan posisi lateral kiri atau kanan sesuai dengan indikasi
pasien
6) Filem dicuci dikamar gelap menggunakan processing otomatis dan
dikeringkan
7) Foto di expertise oleh dokter ahli radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarganya
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
Bias dilakukan hanya dengan posisi water’s, (tetapi posisi AP, lateral dan water’s
KEBIJAKAN akan lebih baik)
1. Persiapan :
1) Kaset radiografi, film ukuran 20x30 cm dll
2) Semua benda-benda yang ada dikepala dilepaskan
PROSEDUR
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien untuk water’s biasa ditambah dengan Caldwell dan
skull AP, lateral.
2) Pengaturan kondisi exposure yang sesuai, untuk water’s (Kv=70, mAs= 20),
untuk caldwell’s dan skull AP, lateral ( Kv=70,mAs=10)
3) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
4) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
1. Persiapan :
RSUD Kelas B
Kabupaten Subang
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
Pada indikasi Fraktur pasien jangan banyak digerakan , tetapi dengan sinar
KEBIJAKAN horizontal (posisi lateral), pedangkan posisi AP menggunakan Bucky table.
1. Persiapan :
1) Kaset radiografi, film ukuran 30x40 cm, atau 35x35 cm di bagi dua.
2) Pasien ganti baju yang telah disediakan di radiologi
PROSEDUR 2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien untuk lumboscral (AP/lateral, kaalau diperlukan
ditembah oblique kanan/kiri)
2) Pengaturan kondisi exposure yang sesuai (AP Kv=70, mAs= 18, lateral Kv =
80, mAs= 28 ),
3) Pembuatan Foto lumbosacral
4) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
5) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
1. Persiapan :
1) Pasien diberi Informed consent yakni pengarahan persiapan dan persetujuan
pasien dilakukan pemeriksaan BNO-IVP. Persiapan pasien dilakukan
PROSEDUR Pemeriksaan laboratorium: urium dan kreatinin,satu hari sebelumnya pasien
dianjurkan untuk melakukan persiapan seperti makan bubur kecap, meminum
obat pencahar dan puasa sampai keesokan harinya di lakukan pemeriksaan
BNO-IVP.
2) Pasien ganti baju yang telah disediakan di radiologi
3) Kaset radiogrfi, film ukuran 24x30 cm dan film 30x40 cm, kontras media
dan injection set.
2. Pelaksanaan :
1) Dibuat plan foto abdomen, pasien supine AP,
2) Pengaturaan kondisi Exposure yang sesuai yakni Kv=68 dam mAs=18
3) Penyuntikan kontras media pada intervenosus dengan dosis disesuaikan.
4) Setelah penyuntikan kontras media :
a. Dibuat foto setelah 5 meniit penyuntikan bahan kontras dengan
menggunakan kaset 24x30 cm dengan batas atas procesus Xypoideus dan
batas bawah crista iliaca.
b. Dibuat foto 15 menit,dengan kaset 30x40 cm dengan batas atas procesus
Xypoideus dan batas bawah symphisis pubis.
c. Dibuat foto 30 menit dengan menggunakan kaset 30x40 cm dengan batas
atas procesus xypoideus dan batas bawah symphisis pubis.
d. Kemudian pasien buang air kecil dan selanjutnya di foto kembali (post
Voiding) dengan menggunakan kaset 24x30 cm dengan batas atas
mencakup Lumbal 5 sampai batas bawah mencakup symphisis pubis.
5) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter Ahli Radiologi, agar object yang diinginkan
KEBIJAKAN dapat tercapai dengan baik.
1. Persiapan :
1) Dilakukan informed consent (persetujuan pasien dilakuakan pemeriksaan
urethrocystography.
PROSEDUR 2) Persiapan tidak mutlak (semaiknya dilakukan pengurasan, minum obat
pencahar dan puasa sampai selesai pemeriksaan.
3) Kaset radiografi dan film radiografi menggyunakan ukuran 30x40 cm,
kontras media (barium sulfat) dan lain-lain.
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien sesuai radiografi Abdomen AP untuk plant foto.
2) Larutkan bariun dengan air dengan perbandingan 1:4 dan masukan kedalam
enema badge.
3) Barium dimasukkan melalui anus pasien sampai barium habis dan di
klem.kemudian difoto abdomen AP.
4) Kemudian Basium dikeluarkan sampai habis dan masukan udara dengan
pompa yang terpasang pada enema badge sebanyak 15 kali pompa.dan foto
AP, Oblique kiri dan kanan.
5) Pengaturan kondisi exposure yang sesuai (AP Kv=68, mAs= 16, oblique Kv
= 70, mAs= 25 ),
6) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
7) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter Ahli Radiologi, agar object yang diinginkan
KEBIJAKAN dapat tercapai dengan baik.
1. Persiapan :
1) Dilakukan informed consent (persetujuan pasien dilakuakan pemeriksaan
urethrocystography.
PROSEDUR 2) Persiapan tidak mutlak (semaiknya dilakukan pengurasan, minum obat
pencahar dan puasa sampai selesai pemeriksaan.
3) Kaset radiografi dan film radiografi menggyunakan ukuran 24x30 cm,
kontras media dan lain-lain.
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien sesuai radiografi pelvic (AP/Oblique)
2) Kontras dimasukkan melalui penis (UCG dilakukan pada pria) atau langsung
pada vesica urinaria melalui cateter ( cystography dilakukan pada pria dan
wanita)
3) Pengaturan kondisi exposure yang sesuai (AP Kv=68, mAs= 16, oblique Kv
= 70, mAs= 25 ),
4) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
5) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Adalah jenis pemeriksaan untuk mengetahui kelainan-kelainan pada kelenjar ludah.
1. Persiapan :
1) Informed consent (persetujuan pasien)
2) Persiapan pasien tidak mutlak ( Sebaiknya berkumur-kumur terlebih dahulu)
PROSEDUR 3) Kaset radiografi, film ukuran 18x24 cm, atau 24x30 cm, kontras media dll
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien sesuai dengan lokasi kelenjar mana yang diperiksa
(posisi AP, lateral, bila perlu menggunakan posisi oblique/tangensial)
2) Pengaturan kondisi exposure yang sesuai (AP Kv=70, mAs= 10)
3) Pengisian kontras menggunakan alat/kanula khusus sesuai kelenjar yang
diperiksa.
4) Pembuatan radiografi dengan kontras, syalography(serial).
5) Film dicuci dikamar gelap menggunakan prosesing otomatis dan dikeringkan
6) Foto di expertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan kepada
pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
1. Persiapan :
1) Informed consent (persetujuan pasien)
2) Persiapan Kertas print, jelly, kertas tissue dan lain-lain.
PROSEDUR 3) Kecurigaan kelainan pada Vesica fellea, puasa dahulu 3-4 jam sebelum
pemeriksaan.
4) Kecurigaan kelainan pada daerah suprapubic, penderita harus minum air
terlebih dahulu kira-kira 500-1000 cc agar vesica urinaria penuh cairan/ urine
sebelum dilakukannya pemeriksaan.
5) Pada kelainan lainnya misalnya Hepatomegali, kelainan renal) penderita
tidak perlu puasa.
2. Pelaksanaan :
1) Pengaturan posisi pasien sesuai dengan organ yang diperiksa.
2) Pengaturan kondisi (gian, depth, dll) yang sesuai.
3) Pembuatan dokumentasi foto-foto dan kemudian di print
4) Film dan gambar USG pasien diexpertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien.
RSUD Kelas B
Kabupaten Subang
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
1. Persiapan :
1) Kaset radiografi, film 24x30 cm atau 30x40 cm sesuai kebutuhan.
2. Pelaksanaan :
PROSEDUR 1) Pengaturan posisi pasien untuk pemeriksaan extremitas yang sesui dengan
permintaan dokter pengirim.
2) Pengaturan kondisi exposure yang sesuai dengan posisi pasien AP/lateral.
3) Pembuatan foto radiografi extremitas.
4) Film dicuci dikamar gelap menggunakan processing otomatis dan
dikeringkan.
5) Foto kemudian diexpertise oleh dokter Ahli Radiologi sebelum diserahkan
kepada pasien atau keluarga pasien.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Adalah pemakaian alat uantuk melindungi rangan dari bahaya radiasi.
Digunakan bagi tenaga / pekerja radiasi, terutama untuk pemakaian dengan alat
KEBIJAKAN radiografi fluoroscofy.
1. Persiapan :
Sarung tangan pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara
dengan 0,25 mm Pb dan ukuran dan rancangannya memberikan perlindungan
PROSEDUR yang ukup dari radiasi langsung yang mengenai tangan, pergelangan tangan dan
memberikan kemudahan gerak bagi tangan dan jari-jarinya.
2. Pelaksanaan :
1) Setiap petugas radiasi harus mengetahui, memahami dan melaksanakan
semua ketentuan dan keselamatan kerja radiasi, salah satunya cara
menggunakan sarung tangan pelindung radiasi.
2) Cara menggunakan sarung tangan pelindung radiasi seperti menggunakan
sarung tangan biasa.
3) Sarung tangan pelindung radiasi harus digunakan pada saat pemeriksaan
khusus dengan alat rontgen fluoroscopy, misalnya pemeriksaan colon inloof,
sehingga tangan yang sedang meratakan barium pada usus terlindungi dari
radiasi pada saat fluoroscopy berlangsung.
3. Pemeliharaan :
1) Sarung tangan pelindung disimpan dalam posisi datar, jangan dilipat agar Pb
yang terkandung dalam sarung tangan tidak mudah rusak.
2) Kondisi sarung tangan pelindung radiasi di radiologi RSUD Subang dalam
keadaan baik dan kondisinya layak pakai.
Petugas Radiasi
UNIT TERKAIT
PROTEKSI RADIASI
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi, wanita hamil,
personil, pasien dan lain-lain.
Pada indikasi tertentu radiasi yang diterima pasien lebih besar manfaatnya daripada
KEBIJAKAN resiko.
1. Persiapan :
1) Ruangan pemeriksaan radiologi telah didesain sesuai ketentuan proteksi
radiasi.
PROSEDUR 2) Alat-alat proteksi radiasi, seperti: Apron, Pb, harus disiapkan.
3) Setia pekerja radiasi selalu menggunakan filnm badge.
2. Pelaksanaan :
1) Setiap pekerja harus mengetahui, memahami dan melaksanakan semua
ketentuan keselamatan kerja radiasi.
2) Memanfaatkan peralatan keselamatan radiasi yang tersedia, bekerja dengan
hati-hati, bekerja dengan aman, baik untuk melindungi diri sendiri maupun
pekerja lain, melaporkan setiap terjadi kecelakaan bagaimanapun kecilnya
dan gangguan keselamatan yang diduga akibat penyinaran berlebih kepada
PPR
3) Semua penyinaran harus diusahakan serendah mungkin (As Low As
Reasonable Achievable (ALARA)), dengan pertimbangan factor ekonomi
social.
4) Mencegah oaring yang tidak berkepentingan berada didaerah pemeriksaan.
1. Pekerja Radiasi
UNIT TERKAIT 2. Wanita hamil
3. Personil
4. Pasien
5. Masiarakat umum
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Agar pasien yang KU(keadaan umumnya) lemah, tidak perlu harus di antar ke
ruang radiologi untuk diperiksa radiografi. Akan tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan di tempat dimana pasien dirawat misalnya di ICU dan perinatologi.
1. Persiapan :
1) Melihat surat permintaan dari dokter pengirim untuk dilaksanakannya
pemeriksaan di tempat/dirungan pasien di rawat.
PROSEDUR 2) Menyiapkan pesawat sinar-X mobile ke tempat pasien yang dituju.
3) Membawa kaset beserta film didalamnya yang sesuai dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan. Untuk pasien dewasa ukuran kaset 35x35 cm sedang
kan apabila pasien bayi gunakan kaset 18x24 cm apabila pemeriksaan yang
dimaksud thorax apabila pemeriksaan yang lain kaset di sesuaikan.
2. Pelaksanaan :
1) Mengatur pesawat sinar-X mobile agar siap digunakan
2) Mengatur posisi pasien sesuai pemeriksaan yang diminta oleh dokter
pengirim
3) Mengatur kondisi exposure sesuai kondisi pemeriksaan yang diininkan
dokter pengirim.
4) Saat di exposure pasien dalam posisi diam dan siap di expos.
5) Setelah melakukan pemotretan alat dan pesawat dirapihkan dan dikembalikan
ke ruangan radiologi.
6) Film yang telah di exposure, dicuci dikamar gelap menggunakan processing
otomatis
7) Foto di expertise oleh dokter spesialis radiologi sebelumdiserahkan ke pasien
dan keliarganya.
1. Pasien Perinatologi
UNIT TERKAIT 2. ICU
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
1. Persiapan :
1) Lokasi kamar gelap mudah dicapai, terlindung dari cahaya tampak dan
dersebelahan dengan ruang pemeriksaan dihubungkan dengan cassette hatch
PROSEDUR (tempat menyimpan kaset yang menempel pada dinding dan berhubungan
dengan kamar gelap).
2) Kaset yang telah di exposure di simpan di cassette hatch
3) Processing
a. Automatic processing pada posisi ON (menyala) dengan kecepatan
pencucian yang telah disesuikan.
b. Manual : Siapkan Hanger sesuai dengan ukuran film yang hendak dicuci.
4) Cairan processing dalam keadaan baik.
2. Pelaksanaan :
1) Petugas membawa kaset yang telah di exposure kedalam kamar gelap
kemudian menutup pintu dengan rapat agar cahaya dari luar tidak Nampak ke
dalam.
2) Automatic processing : Dalam prosesing otomatis, kaset dibuka dan
dikeluarkan film didalamnya kemudian dimasukan ke alat processing
auotomatic. Yang didalamnya terdapat cairan developer, fixer dan ari untuk
membilas film. Proses ini tidak memakan waktu yang terlalu lama karena
proses mencuci film dilakukan oleh mesin processing automatic.
3) Manual : Film dikeluarkan dari kaset dan dipasangkan ke hanger sesuai
ukuran film. Kemudian film dimasukan ke develover selama ± 5 menit, ke
rinsing yakni air pembilas didalamnya, ke fixer selama ± 10 menit dan
kemudian dimasukan kedalam air untuk di bersihkan dari sisa-sisa cairan
pencuci dan kemudian di keringkan.
1. Petugas Rontgen
UNIT TERKAIT 2. Petugas kamar gelap
3. Pasien
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Menggunakan pesawat dengan alat Hitachi mobile Adalah alat pemeriksaan sinar X
yang mudah untuk digunakan, dipindah-pindah, flexible dan dapat di charger
penggunaan arus listriknya.
TUJUAN Penggunaan yang mudah dan flexible dapat memperingan tugas radiographer
dalam penanganan pemeriksaan diruangan rawat inap yang dalam hal ini pasien
tidak memungkinkan untuk di antarkan ke ruang radiologi karena pasien dengan
KU yang lemah.
KEBIJAKAN Dilakuakan pada pasien dengan keadaan fisik yang sangat lemah seperti pasien di
ICU
1. Persiapan :
Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan yang dilakukan di
ruangan, seperti kalet yang telah berisi film didalamnya, apron sebagai
PROSEDUR pelindung dari radiasi saat mengexpos di ruangan.
2. Pelaksanaan :
1) Atur posisi pasien sesuai permintaan dokter pengirim.
2) Atur kolimasi seminimal mungkin
3) Gunakan apron untuk melindungi diri.
4) Usahakan agar orang-orang yang berada di ruangan menjauh dan
meninggalkan ruang expos.
5) Usahakan pengambilan foto tidak terjadi pengulangan.
APRON
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
KEBIJAKAN Dalam keadaa pasien dengan kondisi hamil atau petugas yang memegangi pasien
yang tidak koperatif.
1. Persiapan :
APRON mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb dan
ukuran dan rancangan nya memberikn perlindungan yang cukup pada bagian
PROSEDUR badan dan gonad pemakai.
2. Pelaksanaan :
1) Untuk pekerja radiasi atau keluarga pasien yng berada di samping dan
memegangi pasien, APRON digunakan dengan memasukan kedua tali
pengikat ke lengan kanan dan kiri sehingga APRON menutupi bagian depan
badan dan gonad pengguna. Agar tidak mudak lepas tali pengikat diikat kuat
pada pinggang pengguna.
2) Untuk pasien wanita hamil APRON dipasang di bagian perut dan panggul
pasin sehingga menutupi janin.
3. Pemeliharaan
APRON disimpan dlam posisi tergantung, jangan dilipat agar APRON tidak
mudah rusak dan sobek. Kondisi APRON di Radiologi RSUD Subang dalam
keadaan baik dan layak pakai.
1. Petugas radiasi
UNIT TERKAIT 2. Wanita hamil
3. Pasien atau keluarga yang mememani.
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP
5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
KEBIJAKAN Digunakan oleh pekerja radiasi terutma untuk mencegah atau memperkecil dampak
radiologi yang ditimbulkan dari pemanfaatan radiasi(sinarX) pada kondisi normal
maupun darurat.
1. Persiapan :
1) Penahan radiasi yang diletakan diantara panel control dan tabung sinar X
atau pasien. Pada posisi dan rancangan yang tepat, sehingga dapat
PROSEDUR melindungi operator dari kebocoran radiasi dan hamburan radiasi. Penahan
radiasi mempunyai tebal 1,5 mm Pb.
2) Jendela pengamat yang terpasang pada penahan radiasi setidaknya
mempunyai ketebalan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut
harus tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau kaca intip.
2. Pelaksanaan :
1) Seperti ketentuan umum, paparan sinar X harus dikendalikan pada control
paneln
2) Yang ditempatkan pada dinding yang diberi penahan radiasi.
3) Ahli radiografi harus dapat memandang pasien secara jelas melalui jendela
pengamat atau kaca intip.
3. Pemeliharaan :
Penaha dan jendela pengamat yang terpasang harus dalam keadaan baik dan
lulus tes uji paparan radiasi dari BAPETEN.
Pekerja radiasi
UNIT TERKAIT
RSUD Kelas B
Kabupaten Subang
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
TUJUAN Sebagai pedoman untuk memonitor dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi
setiap bulan melalui film badge.
KEBIJAKAN Digunakan oleh pekerja radiasi untuk mengetahui dosis radiasi yang diterima setiap
bulan.
1. Alat ukur radiasi atau pendeteksi radiasi tidak dapat dibaca langsung, melainkan
harus melalui proses pengiriman film badge selama setiap satu bulan sekali dan
dikirin ke BPFK untuk dinilai besarnya dosis radiasi yang di terima pekerja
PROSEDUR radiasi.
2. Pada umumnya minimum pencacahan hanya dapat dicapai pada dosis 0,1 mSv
(10 mRem). Hal ini diakibatkan pada kemampuan alat baca atau alat cacah yang
digunakan pada laboratorium proses film badge diproses.
3. Hasil penghitungan dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi dari BPFK,
harus disimpan dan dicatat dalam buku arsip oleh petugas proteksi radiasi untuk
jangka waktu paling sedikit 30 tahun
4. Hasil pencatan dosis disampaikan kepada BAPETEN
Pekerja radiasi
UNIT TERKAIT
PELAYANAN RADIOLOGI PASIEN KARTU SEHAT
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Pasien kartu sehat adalah pasien tidak mampu yang mendapat pelayanan gratis
yang telah dilegalisasi dari puskesmas
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah pemeriksaan radiologi untuk penderita pasien kartu
sehat rawat jalan.
1. Puskesmas
UNIT TERKAIT 2. Poliklinik
3. Instalasi radiologi
Ditetapkan di Subang
Direktur
Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 5 Januari 2011
Dr.H.Nunung Syuhaeri,Mars
Pembina Tk I / IV b
NIP. 19630212 198903 1 012
PENGERTIAN Tata cara pengambilan hasil foto yang telah diexpertisen oleh dokter radiologi
TUJUAN Untuk mempermudah pasien dalam mendapatkan hasil expertise foto rontgen
KEBIJAKAN Diambil pada hari itu juga di atas jam 11.00 WIB.
1. Apabila pasien di rontgen jam 08.00 s/d 11.00 WIB hasil rontgen bisa diambil
hari itu juga.
2. Apabila pasien di foto diatas jam 13.00 WIB. Hasil rontgen diambil besok pagi
PROSEDUR jam 09.00 WIB. Dan apabila diperlukan oleh dokter pengirim boleh dipinjam
tanpa expertise dokter radiologi.
1. Instalasi Radiologi
2. Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. IGD
1. Bukti pengambilan foto untuk pasien rawat jalan.
DOKUMEN 2. Buku pengambilan hasil foto
TERKAIT 3. Kwitansi pembayaran