Intercelullar dan extracellular symbionts merupakan salah satu metode pengendalian
nyamuk dewasa menggunakan parasit, predator, patogen dan simbion nyamuk. Agen biokontrol yang paling berhasil hingga saat ini adalah ikan dan bakteri yang dikenal sebagai Wolbachia , Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dan Bacillus sphaericus (Bs). Pengendalian hayati memiliki keunggulan keamanan terhadap lingkungan dan organisme non-target lainnya, dan risiko berkembangnya resistensi nyamuk jauh lebih kecil.
Sekilas Mengenai Bakteri Wolbachia
Bakteri Wolbachia merupakan bakteri simbion intraseluler yang dapat ditemukan pada 50% arthropoda dan sebagian serotype. Bakteri ini dapat mengendalikan proses reproduksi inangnya dan dapat ditularkan ke keturunan inang tersebut. Wolbachia ditularkan secara maternal melalui sitoplasma telur dan bertanggung jawab atas beberapa gangguan reproduksi pada inang serangga mereka seperti ketidakcocokan sitoplasma (CI), parthenogenesis dan kematian pada reproduksi nyamuk jantan dan membuat sejumlah serangga tersebut resisten terhadap berbagai virus (termasuk arbovirus). Prinsip ini yang kemudian hendak diterapkan pada nyamuk Anopheles dengan harapan dapat mencegah penularan penyakit akibat virus atau parasite yang dibawanya, seperti virus dengue dan parasite plasmodium Normalnya, bakteri Wolbachia tidak menginfeksi nyamuk Anopheles. Tetapi, peneliti dari World Mosquito Program (WMP) mencoba berbagai strain bakteri Wolbachia pada nyamuk, dan akhirnya didapatkan bakteri Wolbachia strain wMel dari lalat buah. Peneliti menyesuaikan kondisi bakteri, kemudian memasukkan bakteri tersebut ke tubuh nyamuk di laboratorium dan melepaskannya kembali ke area percobaan. Nyamuk Anopheles yang telah diinfeksi bakteri Wolbachia diharapkan akan kawin dengan nyamuk liar dan menghasilkan keturunan yang terinfeksi Wolbachia.
Pengaruh Terhadap Pola Reproduksi Nyamuk
Wolbachiainfeksi sering mencapai prevalensi tinggi pada populasi serangga alami, seringkali melalui induksi sitoplasma inkompatibilitas (CI).Mekanisme ini memungkinkan penyebaran Wolbachia melalui populasi. Fenomena inkompatibilitas sitoplasmik Wolbachia menyebabkan perubahan pola reproduksi nyamuk. Jika nyamuk Anopheles jantan dengan Wolbachia mengawini nyamuk betina tanpa Wolbachia, maka seluruh telur yang dihasilkan tidak akan menetas atau jika meenetas tidak akan hidup dengan layak (baik). Jika nyamuk jantan dengan atau tanpa Wolbachia mengawini nyamuk betina dengan Wolbachia, maka akan dihasilkan keturunan dengan Wolbachia.
Penggunaan Nyamuk Aedes aegypti dengan Bakteri Wolbachia Menurunkan Kasus
Infeksi Dengue Wolbachia juga melindungi nyamuk dari beberapa infeksi virus. Pengamatan di laboratorium menunjukkan, bakteri Wolbachia menghambat replikasi virus di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Akibatnya, nyamuk mengalami penurunan kemampuan transmisi. Nyamuk Anopheles yang terinfeksi tersebut juga memiliki masa hidup yang lebih pendek dibandingkan nyamuk normal. Hal ini yang diharapkan mampu mengurangi kasus malaria pada manusia jika populasi nyamuk dengan Wolbachia dominan di suatu area. Keberhasilan Pelepasan Nyamuk Aedes aegypti dengan Wolbachia Baru-baru ini, jejak Wolbachia DNA genomik diidentifikasi dalam survei mikrobioma pada organ reproduksiA.gambiaeDanA.coluzziidi daerah endemis malaria di Burkina Faso di Afrika Barat. Infeksi Wolbachia diidentifikasi dalam berbagai anopheles Afrika dari Republik Demokratik Kongo, Guinea, Uganda, dan Madagaskar serta Gabon. Pengurangan yang signifikan dalam prevalensi Plasmodium diamati pada nyamuk yang membawa asli Wolbachia infeksi di Mali. Penggunaan Wolbachiauntuk pengendalian malaria akan membutuhkan infeksi stabil yang ditularkan secara vertikal ke keturunannya, seperti yang terjadi pada lalat buah Wolbachiastrain ditransinfeksi keAe. Aegypti nyamuk Nyamuk-nyamuk yang telah diinfeksi oleh bakteri Wolbachia di laboratorium kemudian dilepaskan dalam periode tertentu ke area penelitian Uji coba pelepasan nyamuk (open release) pertama kali dilakukan di bagian utara Australia. Pelepasan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia dilakukan sebanyak 10 nyamuk/rumah/minggu, selama 10 minggu. Peneliti menemukan >80% nyamuk liar di area tersebut memiliki bakteri Wolbachia dan tetap ditemukan setelah 2 bulan proses pelepasan nyamuk terakhir. Hal ini menjadi bukti menjanjikan bahwa metode infeksi Wolbachia pada nyamuk dapat berlangsung seterusnya tanpa perlu pelepasan ulang dari laboratorium.