Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemampuan mengendalikan diri dalam air dipandang sebagian orangtua


sebagai life skill penting saat tumbuh. Terutama jika memperhitungkan banyaknya
kasus kematian dan kecelakaan yang melibatkan lingkungan perairan di sekitar
tumbuh kembang anak. Laporan Badan Kesehatan PBB, WHO, tentang Kejadian
Akibat Tenggelam 2016 menggarisbawahi ketidakmampuan berenang sebagai
salah satu sebab angka kematian di dunia akibat tenggelam demikian tinggi.
Diperkirakan 622 ribu tewas tiap tahun akibat tenggelam dalam berbagai kondisi,
termasuk karena kecelakaan di kolam renang, hanyut terbawa ombak di pantai
atau tewas saat bekerja mencari ikan di sungai. "Kejadian tenggelam sebagai isu
global berubah sangat drastis dalam beberapa tahun ini. Karena semua negara
punya pengalaman dan konteks yang berbeda, kita perlu melihat strategi yang
berbeda juga.

Negara maju cenderung mengambil strategi seperti mewajibkan pelajaran


renang, balawista (lifeguards), kolam renang yang aman," kata Justin Scarr dari
International Lifesaving Federation yang Oktober lalu menjadi penyelenggara
Konferensi Internasional Pencegahan Kejadian Tenggelam di Durban, Afrika
Selatan. Negara berkembang biasanya fokus pada strategi komunitas, keamanan
transportasi air, dan penanganan pencari suaka (yang banyak jadi korban
tenggelam)," katanya lagi. Negara maju seperti Norwegia mulai menerapkan
renang sebagai kurikulum sekolah sejak 2015. Fasilitas termasuk kolam renang,
pelatih, dan ujian disediakan negara dan masuk mata pelajaran wajib. Keputusan
ini diambil pemerintah setelah lobi sejumlah organisasi pro-keselamatan air sejak
2008. "Ini penting karena Norwegia adalah negara dengan empat musim. Bukan
cuma kemampuan renang tapi juga kemampuan anak untuk mengenali bahaya dan
menjaga keselamatan di sekitar air atau salju. Anak Grade-10 (sekitar 15-16
tahun) sudah diajari kemampuan memberi pernapasan buatan (CPR) jika

1
diperlukan," kata Claire Ann Alfonso, Presiden Lifesaving Society Norwegia. Toh
dengan tingkat keamanan tinggi dan standar kolam yang ketat ala Norwegia,
musim panas 2018 di negara dengan sekitar lima juta warga itu menelan 102
korban tewas akibat tenggelam.

Negara dengan kemampuan finansial jauh lebih terbatas seperti


Bangladesh, tak mau ketinggalan. Aminur Rahman memimpin sebuah LSM di
Bangladesh yang menginisiasi berbagai program termasuk SwimSafe, latihan
berenang untuk anak-anak. Supaya murah, di pedesaan latihan dilakukan di
empang/kolam warga. "Kalau penyakit mematikan perlu vaksin, maka latihan
berenang adalah vaksin untuk tenggelam. Biayanya sekitar US$10 per-anak. Tiap
anak usia di atas empat tahun sudah bisa ikut," kata Rahman yang saat ini menjadi
penasehat ahli pemerintah Bangladesh untuk mengatasi problem tenggelam.
Bangladesh adalah salah satu negara dengan angka kematian akibat kejadian
tenggelam tertinggi di Asia. Tiap hari sekitar 30 anak tewas karena tenggelam,
sebagian besar di empang yang berjarak sangat dekat dari rumah warga.

Badan SAR Nasional yang sering kali diterjunkan dalam upaya


penyelamatan korban akibat tenggelam menyerukan agar Indonesia mengikuti
jejak pembelajaran berenang pada anak. Di negara dengan wilayah kepulauan dan
bencana yang kerap terjadi akibat musim hujan, kemampuan berenang dan
kemanan air (water safety) bisa menyelamatkan nyawa. "Sebaiknya ini dimulai
dari keluarga. Orangtua membimbing anak-anak sendiri. Karena kalau
mengandalkan ekstrakurikuler seperti kegiatan berenang di sekolah, kita tahu di
kolam itu anak yang suka berenang ya berenang. Yang nggak suka ya main-main
air saja," saran Humas Basarnas Suhri Sinaga. Perkiraan WHO menyebut tiap
tahun lebih dari 8.700 orang meninggal akibat tenggelam di Indonesia, di luar
korban kecelakaan kapal dan bencana alam. Itu berarti, setiap hari lebih dari 23
orang meninggal dunia akibat kasus tenggelam.

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam
peningkatan mutu kualitas pada olahraga renang adalah rendahnya kemampuan
dasar berenang di berbagai usia, baik anak kecil, remaja bahkan dewasa. Dan hal

2
itulah yang menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi akibat kasus
tenggelam.

Penyebab rendahnya mutu kualitas olahraga renang di Indonesia antara


lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi. Hal tersebut masih
menjadi masalah di Indonesia pada umumnya.

1.2 FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian kali ini berfokus
pada minat belajar siswa SMKN 6 Malang pada mata pelajaran olahraga renang di
kelas 11. Menggunakan metode kualitatif.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja masalah pokok pada olahraga renang ?


2. Apa faktor- faktor terjadinya masalah pada olahraga renang?
3. Bagaimana solusi pemecahannya?

1.4 TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui masalah pokok pada olahraga renang


2. Mengetahui faktor-faktor terjadinya masalah pada olahraga renang.
3. Mengetahui solusi pemecahan masalah pada olahraga renang.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa

Bisa dijadikan sebagai sarana olahraga dan juga peningkatan nilai didalam
mata pelajaran olahraga renang.

2. Bagi masyarakat

Bisa dijadikan sebagai peningkatan kualitas diri dan juga pertahanan diri
ketika ada kejadian yang tidak di inginkan khususnya di dalam air.

Anda mungkin juga menyukai