Anda di halaman 1dari 11

JMH e-ISSN.

2715-9728
p-ISSN. 2715-8039
Jurnal Medika Hutama
Vol 02 No 03, April 2021
http://jurnalmedikahutama.com

Open Acces
DISSEMINATION OF FIRST AID (AIRWAY MANAGEMENT) FOR DROWNING VICTIMS IN
GUNUNG MERAH SWIMMING POOL, BANDAR JAYA, TERBANGGI BESAR DISTRICT,
CENTRAL LAMPUNG REGENCY
Luthfia Romadhoni1
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Corresponding Author: Luthfia Romadhoni, Universitas


Lampung E-Mail: luthfiaromadhonii@gmail.com

Received Apil 02, 2021; Accepted April 10, 2021; Online Published April 20, 2021

Abstrak

Abstract
Airway management is the most important thing in resuscitation and requires special expertise in emergency management, there

Keyword : airway management; drowning; swimming pool.

1
Abstrak
Manajemen jalan napas adalah hal terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keahlian khusus dalam manajemen keadaan da

Kata Kunci : menejemen jalan napas; tenggelam; kolam renang

2
PENDAHULUAN kematian di dunia akibat cedera tidak disengaja
Tenggelam atau drowning didefinisikan (World Health Organization, 2012).
sebagai kematian karena akfiksia dalam 24 jam Kejadian tenggelam ini tidak dapat
akibat terendam pada air (Dolinak, 2005). Pada dipungkuri akan terjadi di kolam renang.
kasus tenggelam atau drawning yang terjadi Berawal dari kegiatan berenang ini terjadi
karena masuknya cairan yang cukup banyak ke kemungkinan cedera, kram, tenggelam hingga
seluruh nafas atau paru-paru tidak perlu harus sampai pada kematian. Mengurangi
terendam seluruh tubuh tetapi hanya kemungkinan tenggelam atau jenis cedera air
diperlukan adanya cukup cairan yang menutupi lainnya merupakan tanggung jawab bersama
lubang hidung atau mulut sudah dapat antara guru pendidikan jasmani, instruktur
menyebabkan kasus tenggelam sehingga hal renang, orang tua, orang dewasa, dan lifeguard.
ini tidak hanya terbatas pada perairan yang Oleh karena itu pembekalan mengenai ilmu
dalam seperti laut, sungai, danau, atau kolam untuk penyelamatan jika terjadi korban
renang (DJ, DiMaio VJ, 2001) tenggelam di kolam renang dapat sangat
Pengertian terbaru yang diadopsi World berguna.
Health Organization (WHO) tahun 2002 Renang merupakan salah satu cabang
menyatakan bahwa tenggelam merupakan olahraga yang cukup populer di Indonesia.
suatu proses kejadian gangguan pernapasan Pada kenyataannya rekreasi berenang ini
akibat perendaman (submersion) atau diikuti oleh banyak orang mulai anak-anak,
pencelupan (immersion) dalam cairan dewasa, bahkan orang tua laki maupun
(Priambodo, G., Istiningtyas, A., & perempuan. Sebagai tambahan, kolam renang
Rahardiantomo, E, 2016). Proses kejadian dapat menjadi sangat terkenal sebagai pusat
tenggelam diawali dengan gangguan fitness dan rehabilitasi. (Clement A, 1997).
pernapasan baik karena jalan nafas seseorang Dengan banyaknya orang yang mendatangi
berada di bawah permukaan cairan kolam renang dapat menambah resiko untuk
(submersion) ataupun air hanya menutupi terjadinya kecelakaan tenggelam di kolam
bagian wajahnya saja (immersion). (Szpilman renang.
D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski JP, Kegawatdaruratan pada korban
2012). tenggelam terkait erat dengan masalah
WHO menyatakan bahwa 0,7% pernapasan yang penanganannya memerlukan
penyebab kematian di dunia atau lebih dari penyokong kehidupan respirasi. Penanganan
500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan kegawatdaruratan korban tenggelam sebaiknya
oleh tenggelam. (Szpilman D, Bierens JJLM, memastikan terlebih dahulu kesadaran, system
Handley AJ, Orlowski JP, 2012). WHO juga pernapasan, denyut nadi, dan proses observasi
mencatat pada tahun 2004 di seluruh dunia dan interaksi yang konstan dengan korban.
terdapat 388.000 orang meninggal karena Korban tenggelam merupakan salah satu
tenggelam dan menempati urutan ketiga kegawatdaruratan yang perlu penanganan
segera. (Chin, S. S. (2003). Dalam kasus

3
tenggelam hal yang terpenting ialah pelepasan untuk meningkatkan kualitas kesehatan baik
jalan napas (airway management) Menejemen promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
jalan napas ialah memastikan jalan napas tetap Untuk memperbaiki situasi dan kondisi resiko
terbuka. untuk pasien sadar airway korban tengelam pada pengunjung, petugas
management dapat dilakukan dengan perasat penjaga kolam harus berinisiatif untuk
kepala tengadah dan dagu diangkat (head tilt- memulai proses kegiatan sosial tersebut.
chin lift manuver) untuk korban tanpa curiga Pemeberdayaan masyarakat ini
cidera tulang leher dan perasat dorong rahang dilakukan di Kolam renang Gunung Merah
bawah (jaw thrust manuver) untuk korban Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar
cidera leher, dan setelah itu dapat dilakukan Lampung Tengah. Lokasi ini dipilih karena
teknik pelepasan jalan napas dari sumbatan menjadi salah satu kolam renang yang
yaitu Heimlich atau abdominal thrust dan juga pengunjungnya terbanyak yaitu pada bulan
chest thrust, dan apabila pasien tidak sadar Januari 2021 ini dapat mencapai 40-50
dapat menggunakan teknik cross finger dan pengunjung dan sebagian besar sudah terdaftar
finger swab (Latief SA, Suryadi KA, Dachlan menjadi murid tetap yang berlatih renang. Oleh
MR, 2009). karena hal ini, pemberian edukasi dapat
Walaupun ilmu ini seharusnya dapat menjadi lebih tepat sasaran.
dimiliki oleh banyak orang terutama petugas
kolam renang, para pekerja kolam renang, ISI
pelatih renang, bahkan perenang sendiri, tetapi METODE PENELITIAN
mereka belum memiliki bekal ini. Rendahnya Metode pelaksanaan yang akan
pengetahuan dan keterampilan dalam dilakukan pada pengabdian masyarakat ini
penanganan kegawatdaruratan tenggelam pada adalah metode pelatihan. Metode ini dipilih
pengunjung dan upaya antisipasi yang dapat karena sesuai dengan permasalahan
dilakukan di tempat untuk mencegah resiko masyarakat mitra yaitu belum menguasai
kecelakaan tenggelam pada pengunjung kolam panduan penanganan kegawatdaruratan airway
dapat menjadi faktor resiko terjadinya management pada kasus tenggelam dengan
kecelakaan tenggelam yang dapat menelan benar. Masyarakat sasaran (kelompok Kolam
korban. Oleh karena itu pemberian edukasi Renang Gunung Merah Bandar Jaya
kesehatan berupa pengetahuan airway Kecamatan Terbanggi Besar Lampung
management merupakan salah satu alternatif Tengah) belum terampil dalam menangani
yang dapat diberikan, untuk meningkatkan korban secara cepat dan aman. Masyarakat
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai sasaran (kelompok Kolam Renang Gunung
penanganan kegawatdaruratan tenggelam dan Merah Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi
upaya antisipasi yang dapat dilakukan di Besar Lampung Tengah) juga belum paham
rumah untuk mencegah resiko kecelakaan dalam menangani korban yang mempunyai
tenggelam pada pengunjung. Pemberdayaan masalah sumbatan jalan nafas (airway
masyarakat merupakan proses pembangunan management) pada kasus tenggelam. Tahapan

4
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat d. Pemaparan materi pelatihan
ini dibagi menjadi beberapa tahap antara lain: pertolongan gawat darurat Basic Life
persiapan, pelaksanaan, penyusunan laporan, Support (BLS), Selanjutnya peserta
dan terakhir adalah tahap publikasi. Uraian mendapatkan paparan materi, materi
kegiatan pada tahap-tahap tersebut adalah pelatihan gawat darurat yang
sebagai berikut: disampaikan antara lain (Gobel, A.,
1. Tahap Persiapan Kumaat, L., & Mulyadi, N, 2014) :
Tahap persiapan meliputi: koordinasi 1. Pengkajian Jalan Nafas
dengan masyarakat mitra untuk kesediaan Look untuk melihat apakah pasien
kerjasama dalam program pengabdian agitasi/gelisah, mengalami
kepada masyarakat, menyusun jadwal penurunan kesadaran, atau sianosis.
kegiatan, menjelaskan maksud dan tujuan, Lihat juga apakah ada penggunaan
pelaksanaan, dan evaluasi pengabdian otot bantu pernafasan dan retraksi.
kepada masyarakat. Kaji adanya deformitas
2. Tahap Pelaksanaan maksilofasial, trauma leher trakea,
Tahap pelaksanaan meliputi: pelaksanaan dan debris jalan nafas seperti darah,
kegiatan pengabdian kepada masyarakat muntahan, dan gigi yang tanggal.
ke mitra berupa kegiatan pelatihan  Kesadaran; “the talking
penanganan korban gawat darurat dengan patient” : pasien yang bisa
airway management pada korban bicara berarti airway bebas,
tenggelam, dan melakukan evaluasi hasil namun tetap perlu evaluasi
pelatihan. Rincian tahap pelaksanaan berkala. Penurunan kesadaran
kegiatan pengabdian kepada masyarakat, memberi kesan adanya
yaitu: hiperkarbia
a. pendaftaran peserta,  Agitasi memberi kesan adanya
b. pembukaan, menjelaskan tujuan hipoksia
kegiatan,  Nafas cuping hidung
c. pre-test materi tatalaksana gawat  Sianosis menunjukkan
darurat dengan airway management hipoksemia yang disebabkan
pada korban tenggelam berjumlah 6 oleh kurangnya oksigenasi dan
butir soal. melakukan pre-test materi dapat dilihat dengan melihat
pelatihan tatalaksana airway pada kuku-kuku dan kulit
management dengan tujuan pre-test sekitar mulut
adalah untuk mengetahui tingkat  Adanya retraksi dan
pemahaman peserta tentang penggunaan otot-otot napas
tatalaksana airway management pada tambahan yang merupakan
korban tenggelam. bukti adanya gangguan airway.

5
Listen yaitu dengarkan suara nafas Teknik Mengeluarkan Benda
abnormal, seperti: Asing Pada Pasien
 Snoring, akibat sumbatan Dewasa Sadar
sebagian jalan napas setinggi  Manuver
faring heimlich/abdominal
 Gurgling, (suara berkumur) thrust (hentakan pada
menunjukkan adanya cairan/ perut).
benda asing
 Stridor, dapat terjadi akibat
sumbatan sebagian jalan napas
jalan napas setinggi larings
(Stridor inspirasi) atau setinggi
trakea (stridor ekspirasi) Gambar I Manuver Abdominal Thrust
 Hoarseness, akibat sumbatan
sebagian jalan napas setinggi  Manuver chest thrust
faring (hentakkan dada)
 Afoni, pada pasien sadar Teknik Pertolongan Sumbatan
merupakan petanda buruk, Benda Asing Pada Pasien
pasien yang membutuhkan Dewasa Tidak Sadar
napas pendek untuk bicara
menandakan telah terjadi gagal
napas.
Feel yaitu dengan merasakan
hembusan napas
 Aliran udara dari mulut/ Gambar II. Manuver Chest Thrust

hidung
 Posisi trakea terutama pada
pasien trauma. Palpasi trakea
untuk menentukan apakah
terjadi deviasi dari midline.
 Palpasi apakah ada krepitasi.
2. Teknik Pengelolaan Jalan Nafas/ Gambar III. Finger Swab
Airway management
i. Pengelolaan Jalan Nafas ii. Pengelolaan Jalan Nafas
dengan Mengeluarkan benda Secara Manual
asing dari jalan nafas  Perasat kepala tengadah-
dagu diangkat (head tilt-
chin lift manuver)

6
Perasat ini dilakukan jika
tidak ada trauma pada
leher.
Satu tangan penolong
mendorong dahi kebawah
supaya kepala tengadah,
tangan lain mendorong
dagu dengan hati-hati
tengadah, sehingga hidung
menghadap keatas dan Gambar V. Manuver Jaw Thrust
epiglotis terbuka, sniffing
position, posisi hitup. e) Post-test materi pelatihan pertolongan
gawat darurat airway management
korban tenggelam dengan soal yang
sama berjumlah 6 butir dan penutup.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
komparatif katagori dua kali pengukuran
Gambar IV. Manuver Head Tilt-Chin Lift
dengan pendekatan cross-sectional.
Pengumpulan data pada penelitian ini
 Perasat dorong rahang
dilakukan dengan memberikan kuesioner,
bawah (jaw thrust
sebelum pelatihan dan melakukan pelatihan
manuver)
bagaimana airway management korban
Pada pasien dengan trauma
tenggelam yang bertujuan untuk menganalisa
leher, rahang bawah
variabel bebas dan variabel terikat.
diangakat didorong
Pelaksanaan teknik sampling dalam penelitian
kedepan pada sendinya
ini menggunakan purposive random sampling
tanpa menggerakkan kepala
dengan cara memilih secara acak dengan
leher. Karena lidah melekat
kriteria dan tujuan tertentu dan terdapat 20
pada rahang bawah, maka
responden yaitu 4 pekerja kebersihan kolam, 2
lidah ikut tertarik dan jalan
kasir, 1 penjaga parkir, 2 pekerja kebersihan
nafas terbuka.
kebun, 2 pekerja kebersihan fasilitas dan
infrastruktur, 4 guru renang, 1 pengamat kolam
renang, 4 murid renang. Keseluruhan
responden diberikan intervensi berupa
pelatihan dengan melihat poster dan penjelasan
bagaimana airway management korban
tenggelam. Analisis data dengan menggunakan
uji beda Willcoxon test.

7
dan Sesudah dilakukan Pelatihan Airway
HASIL PENELITIAN management
Pada 20 responden yang diberikan soal
baik pretest mau posttest berjumlah 6 butir
Variabel n Median Min- P -
berikut ialah kriterianya:
Max value
1. Total benar 0-1 : buruk
Tingkat 20 0 0-3
2. Total benar 2-3 : cukup
kemampuan
3. Total Benar 4-6 : Baik
responden
Dengan terjawabnya soal soal oleh
sebelum
seluruh responden maka dihasilkan data
Pelatihan
sebagai berikut
management
airway
0,001
Tingkat 20 5 3-6
Tabel I. Tingkat Kemampuan
kemampuan
Responden Sebelum dan Sesudah
responden
Pelatihan Airway management
sesudah
pelatihan
Pelatihan
management
Management airway
Variabel airway
Pre Post Berdasarkan tabel 2 dari 20 responden,
n % n tingkat kemampuan tindakan airway
%
Tingkat Buru 1 8 management sebelum pelatihan dengan hasil
-
Kemampu k 7 5 median 0 dan minimal 0 dan maksimal 3
an Cuku 1 1 sedangkan pada tingkat kemampuan airway
3 3
Managem p 5 5 management sesudah pelatihan dengan hasil
ent Baik 1 8 median 5 dan minimal 3 dan maksimal 6.
-
Airway 7 5 Adapun hasil dari P-value 0,001 yang artinya
Tabel 1 diatas menyajikan hasil dari 20 Tingkat Kemampuan Responden Sebelum
responden, dengan tingkat kemampuan
pelatihan airway management sebelum
pelatihan dengan kemampuan buruk 17 orang
(85%), cukup 3 responden (15%) dan hasil
sesudah dilakukan pelatihan airway
management dengan hasil cukup 3 responden
(15%) dan dengan hasil baik 17 responden
(85%).
Tabel II. Hasil Analisis Uji Willcoxon

8
ada perbedaan yang signifikan antara sebelum
dan sesudah dilakukan pelatihan airway
management.

PEMBAHASAN

Tempat dan lokasi penelitian ini adalah


di Kolam Renang Gunung Merah, Bandar
Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten
Lampung Tengah. Jumlah responden pada
penelitian ini adalah 20 responden.
Sebelum
pemberian materi pelatihan tindakan

9
management airway, responden terlebih dahulu management meningkat dengan nilai p-value =
diberikan pre test untuk mengukur tingkat 0,001 yang berarti bahwa setelah dilakukan
kepengetahuan dan ketrampilan responden. pelatihan tindakan airway management, ada
Pelatihan airway management ini ditujukan perbedaan yang bermakna terhadap tingkat
kepada 4 pekerja kebersihan kolam, 2 kasir, 1 kemampuan melakukan airway management
penjaga parkir, 2 pekerja kebersihan kebun, 2 khususnya tindakan penanganan sumbatan
pekerja kebersihan fasilitas dan infrastruktur, 4 jalan nafas pada masyarakat.
guru renang, 1 pengamat kolam renang, 4 Ketepatan tindakan management airway
murid renang agar nantinya ilmu ini dapat pada pasien atau korban dengan sumbatan
diaplikasikan sewaktu waktu saat keadaan jalan nafas akan mengurangi resiko gagal
darurat. nafas. Hal ini juga didukung oleh dampak
Dari kegiatan ini didapatkan beberapa cedera yaitu lama rawat inap akibat cedera
data terkait pengetahuan responden baik tidak berbeda berdasarkan jenis pekerjaan.
sebelum maupun sesudah mendapat pelatihan aktor yang berperan terhadap lama rawat inap
kesehatan tentang materi. Perbandingan tingkat adalah jenis, penyebab, dan tempat kejadian
pengetahuan responden sebelum dan sesudah cedera. Lama rawat inap 7 hari ke atas
mendapat pelatihan ini merupakan evaluasi berperluang berisiko 21 kali pada jenis cedera
jangka pendek terhadap capaian tujuan gegar otak, 6,3 kali pada cedera patah tulang, 3
kegiatan yaitu berupa peningkatan kali pada cedera mata, 2,1 kali pada cedera
pengetahuan peserta terhadap materi yang KLL, dan 1,7 kali pada cedera yang terjadi di
disampaikan. Peserta juga dapat bisnis/industri/ konstruksi/pertanian (Benoit
mendemonstrasikan kembali tindakan airway LJ, Prince DK, Wang HE, 2015).
management yang dilakukan pada korban Gagal nafas merupakan
tenggelam sesuai dengan materi yang sudah ketidakmampuan alat pernafasan untuk
dipraktekkan oleh penyaji sebelumnya. mempertahankan oksigenasi didalam darah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan atau tanpa penumpukan CO2. Terdapat
dari 20 responden, sebelum dilakukan airway 6 sistem kegawatan salah satunya adalah gagal
management terdapat 17 orang (85%) dengan nafas yang menempati urutan pertama. Hal ini
tingkat kemampuan buruk, dan tingkat dapat dimengerti karena apabila terjadi gagal
kemampuan kurang terdapat 3 orang (15%). nafas waktu yang tersedia terbatas sehingga
Setelah dilakukan pendidikan dengan cara memerlukan ketepatan dan kecepatan dalam
simulasi dan demontrasi tentang airway bertindak. Untuk itu harus dapat mengenal
management terdapat 3 orang (15%) dengan tanda-tanda dan gejala gagal nafas dan
tingkat kemampuan cukup, dan tingkat menanganinya dengan cepat walaupun tanpa
kemampuan baik terdapat 17 orang ( 85%). menggunakan alat yang canggih (Neema,
Hasil uji analisis menggunakan uji non 2003), khususnya pada masyarakat awam yang
parametric Wilcoxon, di dapatkan bahwa sering menjumpai kejadian pada kasus gagal
Tingkat kemampuan melakukan airway nafas khususnya sumbatan jalan nafas.

10
Kegiatan ini memberi bekal dan melatih para Laut Terhadap Peningkatan Pengetahuan
petugas penjaga kolam agar memiliki Masyarakat Nelayan Di Desa Bolang Itang Ii
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal
keterampilan yang baik dalam memberikan Keperawatan UNSRAT. 2(2), 106098.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. (2009). Ilmu
airway management dalam keadaan gawat dasar Anestesi in Petunjuk
darurat korban tenggelam. Praktis Anestesiologi 2nd ed. Jakarta: FKUI.
Neema, Kumar Praveen. (2003). Respiratory
Failure. 47(5):360-366
Priambodo, G., Istiningtyas, A., & Rahardiantomo,
SIMPULAN E. (2016). Indikator Bantuan Hidup Dasar
Untuk Menolong Korban Tenggelam.
Ada perbedaan yang bermakna antara KesMadaSka. 7(2).
Szpilman D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski
sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan
JP. (2012). Review article: Drowning. New
tindakan airway management pada responden. England Journal of Medicine. 366:2102-10.
World Health Organization. (2012). Drowning. Fact
Para pekerja kolam renang, dan guru renang, sheet No347. [Disitasi 28 Januari 2021]
serta masyarakat awam sebaiknya diharapkan Tersedia di http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs347en/
memiliki kemampuan penanganan tindakan
airway management khususnya pada sumbatan
jalan kedaruratan sumbatan jalan nafas, karena
mereka memiliki faktor kecenderungan sering
menemui kejadiankejadian tenggelam.
Hasil kegiatan yang diberikan masih
butuh pendampingan khusus bagi peserta
pelatihan airway management pada korban
tenggelam dan ilmunya pun dapat terus di
perbarui, sehingga upaya pelatihan ini bisa
memberikan dampak yang baik bagi
masyarakat.

Daftar Pustaka
Benoit LJ, Prince DK, Wang HE. (2015).
Mechanisms linking advanced airway
management and cardiac arrest outcomes.
European Resuscitation Council [Internet].
[Disitasi 29 Januari 2021] Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/260732
75
Chin, S. S. (2003). International Child Health Care:
A Practical Manual for Hospitals Worldwide.
Vol. 326. [Disitasi 29 Januari 2021] Tersedia di
http://www.undip.ac.id..https://doi.org/10.1136
/bmj.326.7395.9 36/a
Clement A. (1997). Legal Responsibility in
Aquatics. Aurora, OH: Sport and Law.
DiMaio DJ, DiMaio VJ. (2001). Forensic
pathology. Ed II. New York: CRC Presss LLC.
Gobel, A., Kumaat, L., & Mulyadi, N. (2014).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Penanganan Pertama Korban Tenggelam Air

11

Anda mungkin juga menyukai