Anda di halaman 1dari 7

Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

INDIKATOR BANTUAN HIDUP DASAR UNTUK


MENOLONG KORBAN TENGGELAM

Galih Priambodo 1), Anita Istiningtyas 2), Egar Rahardiantomo3)


1, 2,3
Prodi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
g2_37@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hampir 90 persen kejadian tenggelam di Indonesia tidak mendapat pertolongan secara cepat. Hal
ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya tingkat pengetahuan terhadap
pertolongan pertama pada korban tenggelam dan kurangnya sosialisasi tentang manfaat pertolongan
pertama pada korban tenggelam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui indikator bantuan hidup
dasar pada wisatawan tenggelam. Penelitian kualitatif menggunakan analisa Miles and Huberman,
dengan desain Grounded Theory. Penelitian menggunakan desain penelitian Grounded Theory untuk
mencari indikator bantuan hidup dasar korban tenggelam. Jumlah informan dalam penelitaian tiga
orang. Informan adalah lifeguard yang ahli dalam penyelamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Prosedur BHD melakukan evakuasi korban ke tepi pantai, kemudian melakukan airway, breathing, dan
circuation. Evaluasi tindakan BHD ialah memposisikan korban pada posisi recovery kemudian merujuk
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penaganan lebih lanjut. Hambatan pelaksanaan BHD
EHUXSDNHDGDDQODXWNHDGDDQJHRJUD¿VVHUWDVDUDQD\DQJNXUDQJDWDXWLGDNPHPDGDKL.HVLPSXODQ
penelitian menunjukkan bahwa indikator bantuan hidup dasar pasien tenggelam adalah melakukan
evakuasi korban ke tepi pantai, kemudian melakukan airway, breathing, dan circuation.
Kata kunci : lifeguard, bantuan hidup dasar, tenggelam

ABSTRACT
Almost 90% incidences of drowning in Indonesia do not get a help quickly. This is often caused by
VHYHUDOIDFWRUVVXFKDVWKHODFNNQRZOHGJHVRIWKH¿UVWDLGLQKDQGOLQJWKHGURZQLQJYLFWLPVDQGWKH
ODFNJXLGDQFHVRIWKHEHQH¿WVRIWKH¿UVWDLGWRWKHYLFWLPVGURZQHG7KLVVWXG\DLPVWRGHWHUPLQHWKH
indicators on basic life support or help on tourists drowning. This qualitative study uses analysis Miles
and Huberman with grounded theory desaign. This study uses a Grounded Theory research design
because to look for indicators of basic life support victims drowned. The number of informants in this
research is three people. The informant is a lifeguard who are experts in rescue. The results show
WKDWWKHSURFHGXUHVRI%/6DUH¿UVWHYDFXDWHWKHYLFWLPWRWKHEHDFKWKHQGRWKHDLUZD\EUHDWKLQJ
and circulation. The evaluation of BLS action is positioned the victim in recovery position and then
accompany them to the clinic or the nearest hospital for further treatment. The lacks of BLS action are
sea conditions, geographic and the less facilities. The conclucion of the study shows that indicators of
basic life support victims drowned is evacuate the victim to the beach, then do the airway, breathing,
and circulation.
Key word : lifeguard, basic life support, drowning

146
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

1. PENDAHULUAN tunjuk di setiap pantai untuk menolong korban


Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana tenggelam.
terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam
2. PELAKSANAAN
cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan
kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun Penelitian ini dilakukan di obyek wisata
karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban pantai Klayar Pacitan.
dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh Populasi dan Sampel
obat,
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat adalah semua life guard di pantai Klayar Pacitan.
tahun 2011 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian
tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati Teknik pengambilan sampel yang digunakan
urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. adalah Purposive sampling dan data jenuh setelah
Bahkan Global Burden of Disease (GBD) informan ke tiga.
menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya
lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat 3. METODE PENELITIAN
tenggelam yang disebabkan oleh banjir, a. Jenis Penelitian
kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
Hampir 90% kejadian tenggelam di induktif. Desain penelitian Grounded
Indonesia tidak mendapat pertolongan secara Theory.
cepat. Ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor, b. Instrumen Penelitian
misalnya, kurangnya sosialisasi tentang manfaat Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
pertologan pertama pada korban tenggelam. akan digunakan untuk pengumpulan data
Padahal kita ketahui bahwa pertologan cepat BHD (Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian
(bantuan hidup dasar) pada korban kemungkinan yang digunakan yaitu : pedoman wawancara
selamat berkurang 3-4% tiap menit. Tindakan semi terstruktur, alat tulis, alat perekam
BHD yang cepat dan tepat akan memperbesar suara.
kemungkinan korban selamat c. Analisa Data
Pulau Jawa kejadian tenggelam juga banyak Analisis menggunakan model miles dan
terjadi. Lima tahun terakir terdapat kurang lebih Huberman.
50 wisatawan tenggelam di bagian Pulau Jawa.
Seperti yang kita tahu, perairan pantai selatan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mempunyai ombak cukup besar dan meru- Informan dalam penelitian ini berjumlah 3
pakan salah satu tempat wisata laut yang banyak yaitu penjaga pantai di pantai Klayar. Adapun
sekali memakan korban. karakteristik informan antara lain adalah:
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaku- Informan pertama adalah laki-laki berusia
kan di area wisata pantai Klayar. Penulis
ulis melaku- 54 tahun. Tingkat pendidikan SMA. Pengalaman
kan wawancara dengan 10 pengunjung pantai sebagai penjaga pantai selama 8 tahun. Alamat di
yang hasilnya 8 pengunjung mengatakan tidak desa Sendang dan pelatihan yang pernah diikuti
mengetahui cara menolong korban tenggelam. ialah pelatihan penyelamatan korban dari BPBD.
Wisatawan juga mengharapkan bahwa lifeguard Informan kedua adalah laki-laki berusia 48
dapat memberikan informasi pertolongan per- tahun. Tingkat pendidikan SMA. Pengalaman
tama saat ada korban tenggelam, sehingga wi- sebagai penjaga pantai selama 7 tahun. Alamat
satawan dapat membantu lifeguard dalam peny- di Desa Kalak dan pelatihan yang pernah diikuti
elamatan. ialah pelatihan penyelamatan korban dari BPBD.
Berdasarkan data-data
-data tersebut,, maka penu-
u- Informan ketiga adalah laki laki berusia 45
lis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ tahun. Tingkat pendidikan SMA. Agama Islam.
Indikator bantuan hidup dasar untuk menolong Pengalaman sebagai penjaga pantai selama 7
korban tenggelam”.. Sehingga nantinya ada pe-

147
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

tahun. Alamat di desa Kalak dan pelatihan yang Dua informan mengatakan fase pelaksanaan
pernah diikuti ialah pelatihan penyelamatan BHD berupa airway yaitu :
korban dari BPBD.
“Bersihkan jalan nafas secukupnya… kalau
Indikator Tindakan Bantuan Hidup Dasar. ada apa itu pasir yang di depan hidung harus
Prosedur BHD oleh life guard di Pantai Klayar dibersihin, trus biasanya didalam mulut kan ada
ialah serangkaian tindakan penyelamatan yang pasir ya, langsung dibersihkan” (I.2)
dilakukan oleh penjaga pantai kepada wisatawan “…membersihkan jalan nafas secukupnya
yang untuk mempertahankan hidup sebelum …Ya kalau ada pasir di mulut, hidung kita
mendapatakan pertologan lebih lanjut dari petugas bersihkan”(I.3)
paramedis. Dalam prosedur BHD terdapat 2 tema
Hasil analisis dari informan didapatkan hasil
yaitu : 1)evakuasi, 2)fase pelaksanaan.
bahwa pada tahap airway juga dilakukan kegiatan
Evakuasi membersihkan jalan nafas dengan membebaskan
jalan nafas yaitu hidung dan mulut dari sumabatan
Dalam tema evakuasi di dapatkan 3 kategori
seperti pasir.
yaitu : 1) penyelamatan, 2) evakuasi, 3) sarana.
Dua informan mengatakan evakuasi BHD berupa Tiga informan mengatakan fase pelaksanaan
penyelamatan korban tenggelam yaitu : BHD berupa breathing yaitu: “…lalu kita
kasih nafas buatan…” (I.1) “Berikan nafas
“…kita langsung terjun kelaut bila mana ombak
buatan”(I.2)
nya tidak berbahaya…”(I.1)
“…berikan nafas bantuan…”(I.3)
“Ya kita turun terjun ke laut, langsung
menolong”(I.3) Hasil analisis dari ketiga informan mngahsilkan
bahwa prosedur breathing adalah dengan
Hasil analisis dari dua informan ini didapatkan
memberikan nafas buatan pada korban.
hasil bahwa dalam penyelamatan korban
tenggelam, penolong dapat langsung terjun ke Dua informan mengatakan fase pelaksanaan
laut bila ombak tidak membahayakan penolong. BHD berupa oksigenasi yaitu:
Satu informan mengatakan evakuasi BHD “Berikan oksigen kalau ada”(I.2)
berupa : “…berikan oksigen kalau ada”(I.3)
“…langsung kita bawa ke pinggir…”(I.1) Hasil analisis dari kedua informan menghasilkan
Hasil analisis dari informan tersebut bahwa bahwa pelaksanaan BHD juga diperlukan oksige-
evakuasi tindakan BHD dapat dilakukan dengan nasi atau memberikan oksigen bila tersedia.
membawa korban ke pinggir atau tepi pantai. Dua informan mengatakan fase pelaksanaan
Satu informan mengatakan evakuasi BHD me- BHD berupa kompresi yaitu :
merlukan sarana untuk melakukan pertolongan
“…kita RJP setelah itu…”(I.1)
yaitu :
“…langsung di RJP…”(I.2)
“…sementara kita lempari peralatan dulu seperti
Hasil analisa dari kedua informan tersebut ialah
pelampung segala macem…”(I.1)
fase pelaksanaan BHD juga meliputi kompresi
Hasil analisis dari satu informan diperoleh hasil atau melakukan RJP pada korban.
bahwa prosedur pertolongan diperlukan untuk
melempari alat bantu korban untuk pertolongan Evaluasi Tindakan Bantuan Hidup Dasar
sementara. Evaluasi tindakan BHD oleh life guard
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
Fase Pelaksanaan BHD yang telah dilakukan oleh life guard untuk
Dalam tema fase pelaksanaan BHD di dapatkan mengetahui hasil yang berfokus pada respon
4 kategori yaitu : 1) airway, 2) breathing, 3) korban. Dalam evaluasi tindakan bantuan hidup
oksigenasi, 4) kompresi.

148
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

dasar dihasilkan2 tema yaitu : 1) monitoring “…tapi pas ombak besar tidak mungkin petugas
posisi, 2) rencana tindak lanjut. itu bisa masuk kedalam…”(I.1)
Monitoring Posisi “…tergantung kondisi ombak, kalau ombaknya
Monitoring posisi dalam tindakan BHD di tinggi kadang – kadang ya sering.”(I.2)
dapatkan 2 kategori yaitu : 1) recovery, 2) tanda. Hasil analisis dari kedua informan di dapatkan
Satu informan mengatakan monitoring hasil bahwa keadaan yang dapat menghambat
posisi BHD berupa recovery yaitu : tindakan bantuan hidup dasar ialah kondisi
“... dan di miringkan…”(I.1) ombak yang besar sehingga tidak memungkinkan
penolong untuk terjun ke pantai.
Hasil analisa dalam penelitian ini di hasilkan
bahwa tindakan evaluasi yang dilakukan setelah Sarana
terdapat nafas dan jantung adekuat maka korban Tiga informan mengatakan hambatan dalam
perlu dimiringkan untuk mempertahankan tindakan BHD dapat berupa saranayaitu
keadaan korban.
“…peralatan nya itu belum lengkap, itu kesulitan
Dua informan mengatakan monitoring posisi sekali…”(I.1)
dalam tindaka BHD yaitu tanda berupa :
“…peralatan kurang mencukupi, cuman per-
“…setelah itu uda bernafas…”(I.1) alatan sederhana, cuma pelampung, baju
“…setelah itu jantung nya berdetak…”(I.2) renang”(I.2)
Hasil analisa dalam penelitian ini dihasilkan “Hambatan nya ya kesulitan nya peralatan
bahwa tanda yang di maksudkan dalam tindakan mas… Terutama tambang ada gitu …Sudah ada
evaluasi keberhasilan BHD ialah adanya nafas tapi kan cuman seadanya tempatnya cuma satu
dan jantung yang berdetak pada korban. titik”(I.3)

Rencana Tindak Lanjut Hasil analisis dari ketiga informan didapatkan


hasil bahwa sarana atau peralatan yang kurang
Dalam rencana tindak lanjut BHD di
memadai juga menghambat pelaksanaan tindakan
dapatkan kategori rujukan.
bantuan hidup dasar.
Tiga informan mengatakan rencana tindak
lanjut dalam tindaka BHD yaitu rujukan berupa : *HRJUD¿V
“…di panggil kan rumah sakit…”(I.1) Satu informan mengatakan hambatan
“Langsung dibawa ke Puskesmas”(I.2) WLQGDNDQ%+'EHUXSDNHDGDDQJHRJUD¿V\DLWX
“… ya di bawa ke rumah sakit”(I.3) “…pasir nya pasir putih jalan nya susah diinjak
itu terlambat jadi susah…” (I.1)
Hasil analisis dari ketiga informan di dapatkan
hasil bahwa dalam evaluasi tindakan bantuan Hasil analisis dari informan tersebut menunjukkan
hidup dasar ialah melakukan rujukan segera EDKZDNRQGLVLJHRJUD¿V\DQJGDSDWPHQJKDPEDW
di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pelaksanaan pertolongan pada korban tenggelam
memperoleh perawatan lebih lanjut. di pantai ialah jalan yang berpasir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
Hambatan Tindakan Bantuan Hidup Dasar
prosedur bantuan hidup dasar diperoleh dua
Hambatan life guard dalam melakukan tema yaitu evakuasi dan fase penyelamatan.
tindakan bantuan hidup dasar diperoleh tema Berdasarkan hal tersebut diperoleh prosedur
\DLWX NHDGDDQ VDUDQD JHRJUD¿V bantuan hidup dasar wisatawan tenggelam dapat
Keadaan Dua informan mengatakan dilakukan dengan penolong langsung terjun
hambatan dalam tindakan BHD yaitu keadaan ke laut bila ombak laut tidak membahayakan
yang berupa : penolong, atau dengan terlebih dahulu melempari
alat seperti pelampung, tali tambang untuk

149
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

memberi pertolongan dini, selanjutnya di bawa buatan. Informan tidak dapat menjelaskan cara
ke pinggir atau tepi laut untuk dilakukan prosedur memberikan nafas buatan dan cara pemberian
selanjutnya. oksigen. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
Colquhoun (2004) juga menyatakan Purwoko (2012) bahwa prosedur breathing pada
setidaknya diperlukan dua orang dewasa untuk tahap kedua yaitu memberikan bantuan nafas
mengangkat korban dari dalam air ke perahu yang dapat dilakukan melalui mulut ke mulut,
penyelamatan. Untuk menghindari terjadinya mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang
post-immersion collapse, sebaiknya korban yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
diangkat dari dalam air dengan posisi telungkup. memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali
Selain itu, penolong juga harus memperhatikan hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap
keselamatan dirinya. kali hembusan adalah 1,5–2 detik dan volume
udara yang dihembuskan adalah 400 -500 ml (10
Hal pertama yang dilakukan apabila men-
ml/kg) atau sampai dada korban / pasien terlihat
emukan kejadian tenggelam adalah menyelamat-
mengembang.
kan korban dari air. Untuk menyelamatkan kor-
ban tenggelam, penolong harus dapat mencapai Tindakan lifeguard dalam tahap oksigen,
korban secepat mungkin, sebaiknya menggunak- memberikan oksigenasi diperoleh kategori
an alat angkut seperti perahu, rakit, papan selan- bahwa korban diberikan oksigen. Hal ini sesuai
car atau alat bantu apung (Vanden, 2010). dengan pernyataan dari Kusnanto (2004) bahwa
tindakan yang dilakukan pada tahap breathing
Prosedur selanjutnya diungkapkan oleh
adalah oksigen.
informan pada fase penyelamatan yaitu
mengangkat kepala korban, tidak perlu korban Prosedur selanjutnya dilakukan RJP pada
dijungkirkan untuk membuang air, karena air korban tenggelam. Purwoko (2012) menyatakan
akan diserap di dalam paru - paru, membersihkan dalam bantuan hidup dasar tahp sirkulasi terdiri
jalan nafas secukupnya, berikan nafas bantuan, dari 2 tahapan yaitu memastikan ada tidaknya
berikan oksigen kalau ada dan lakukan RJP. denyut jantung korban / pasien dan melakukan
Membersihkan jalan nafas dilakukan dengan bantuan sirkulasi. Jika telah dipastikan tidak
membersihkan hidung atau mulut dari sumbatan ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan
seperti pasir. Hasil penelitian tersebut mendukung bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan
penelitian dari Hutapea (2012) bahwa pada tahap kompresi jantung luar. Dari tindakan kompresi
airway adalah membuka jalan nafas, tindakan yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik
tersebut bertujuan untuk mengetahui ada 60–80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah,
tidaknya sumbatan jalan nafas oleh benda asing. sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya
Sumbatan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk 25% dari curah jantung normal. Selang waktu
yang dilapisi sepasang kain, sedangkan sumbatan mulai dari menemukan pasien dan dilakukan
oleh benda keras dapat dikeluarkan dengan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan
menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh
dimana korban harus dibuka mulutnya terlbih melebihi 30 detik.
dahulu. Purwoko (2012) menyatakan bahwa Berdasarkan pernyataan di atas di dapatkan
prosedur airway dalam tindakan membuka jalan analisa prosedur bantuan hidup dasar pada korban
nafas dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala tenggelam hal pertama yang dapat dilakukan
topang dagu (Head tilt – chin lift) dan Manuver ialah membawa korban ke tepi pantai dengan cara
Pendorongan Mandibula. Teknik membuka jalan penolong langsung terjun ke air setidaknya dua
napas yang direkomendasikan untuk orang awam orang bila kondisi laut memungkinkan. Apabila
dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala kondisi laut berbahaya korban dapat terlebih
topang dagu, namun demikian petugas kesehatan dahulu di lempari alat. Setelah korban dapat
harus dapat melakukan manuver lainnya. Hasil di bawa kepinggir penolong dapat melakukan
penelitian pengetahun lifeguard pada tahap prosedur berupa mengangkat kepala korban,
breathing dilakukan dengan memberikan nafas membersihkan jalan nafas dari sumbatan,

150
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

memberikan nafas buatan yang dapat dilakukan sarana seperti pelampung yang kurang atau tidak
dari mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut memadai.
ke stoma. Jika korban berhasil bernafas kembali Hal ini mendukung penelitian dari Haryati
maka korban diberikan oksigen. Namun, bila   EDKZD HIHNWL¿WDV GDODP PHQDQJJXODQJL
korban tidak ditemukan denyut jantung maka korban tenggelam diantaranya adalah sarana
perlu dilakukan RJP. pelampung yang belum tercukupi, kurangnya
Hasil penelitian pada tahap evaluasi keahlian dan koordinasi yang kurang baik pada
tindakan BHD oleh life guard didapatkan tema instansi terkait. Efektif tidak nya pertolongan
monitoring posisi dan rencana tindak lanjut. Hal korban tenggelam di pengaruhi iklim atau
ini menunjukkan bahwa dalam tindakan evaluasi kondisi lingkungan serta kondisi medan tempat
bantuan hidup dasar, apabila korban sudah dapat terjadinya tenggelam.
bernafas dan jantung sudah berdetak, korban dapat Berdasarkan hal tersebut diperoleh bahwa
di miringkan untuk posisi stabil, dan selanjutnya hambatan dalam pelaksanaan BHD pada korban
dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat tenggelam di pantai dapat berupa kondisi
untuk mendapatkan pertolongan lanjut. lingkungan seperti keadaan ombak, kondisi
Hal ini mendukung penelitian dari PHGDQDWDXNHDGDDQJHRJUD¿EHUXSDWDQDK\DQJ
Prawedana (2012) Korban tenggelam sebaiknya berpasir serta sarana pelampung yang kurang
segera dibawa ke unit gawat darurat terdekat atau tidak memadai.
untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut
sehingga dapat meminimalkan komplikasi 5. KESIMPULAN
atau kecacatan yang mungkin ditimbulkan. a. Prosedur bantuan hidup dasar ialah melaku-
Tidak dianjurkan menunda transportasi untuk kan evakuasi korban ke tepi pantai, kemu-
pemeriksaan sekunder kecuali korban benar-benar dian melakukan airway, breathing, dan cir-
dapat dikategorikan “stabil”. Sebelum dirujuk cuation.
korban (terutama pada korban dengan penurunan b. Evaluasi tindakan bantuan hidup dasar ialah
kesadaran) harus diamankan di sebuah tandu memposisikan korban pada posisi recov-
(bila tersedia) dan diposisikan dengan nyaman. ery kemudian merujuk ke Puskesmas atau
Korban dengan fraktur, cedera kepala atau tulang rumah sakit terdekat untuk penaganan lebih
belakang sebaiknya diletakkan di papan dengan lanjut.
penyangga tulang belakang. Evaluasi terhadap c. Hambatan dalam pelaksanaan bantuan hidup
kesadaran dan tanda-tanda vital dilakukan secara dasar meliputi keadaan laut berupa ombak
berkala selama perjalanan. \DQJ EHVDU NHDGDDQ JHRJUD¿V SDQWDL EHU-
Berdasarkan hal di atas didapatkan evaluasi pasir serta sarana seperti pelampung yang
dalam tindakan BHD pada korban tenggelam kurang atau tidak memadai.
berupa pemantauan terhadap tanda – tanda
vital korban, memposisikan korban pada posisi
SARAN
stabil (miring) dan secepat mungkin melakukan a. Bagi life guard, dapat memberikan pengala-
rujukan ke fasilitas kesehtan terdekat untuk man dan meningkatkan pelatihan kemam-
penanganan lebih lanjut. Hambatan yang dialami puan dalam memberikan pertolongan per-
oleh life guard dalam penelitian ini di pengaruhi tama pada wisatawan tenggelam.
oleh beberapa hal yaitu keadaan laut, kondisi b. Peneliti selanjutnya, dapat melakukan pene-
JHRJUD¿ VHUWD VDUDQD %HUGDVDUDNDQ KDO LQL litian selanjutnya tentang prosedur peny-
didapatkan hambatan yang dapat mempengaruhi elamatan wisatawan di pantai.
pemberian pertolongan korban tenggelam di c. Bagi Institusi Pendidikan,, dapat
apat memberi-
laut yaitu kondisi laut berupa ombak besar, kan sumbangan materi mengenai pengeta-
NRQGLVLJHRJUD¿EHUXSDMDODQ\DQJEHUSDVLUSXWLK huan life guard tentang bantuan hidup dasar
sehingga menghambat proses evakuasi, serta pada wisatawan tennggelam

151
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2016

d. Bagi Masyarakat, dapat sebagai petunjuk Skripsi. Jakarta : Fakultas Keperawatan


atau pedoman dalam menolong korban teng- Universitas Indonesia
gelam. Kusnanto. (2004). Pengatur Profesi Dan Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
6. REFERENSI Notoadmodjo. S. 2012. Metodologi Penelitian
Colquhoun MC, Handley AJ and Evans TR. ABC Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
of Resuscitation. Fifth Edition. London:
Purwoko.2012. Bantuan Hidup Dasar. Skripsi.
BMJ. 2004. Chapter 1&15
Fakultas Kedokteran Universitas Negeri
Haryati, Sri dan Zaili Rusli. (2011  (IHNWL¿WDV Sebelas Maret
BASRNAS dalam Penanggulangan Bencana
Vanden Hoek TL et. al. Part 12: Cardiac Arrest
dan Musibah diPekanbaru. Skripsi. Riau
in Special Situations: 2010 American Heart
FISIP Universitas Riau:
Association Guidelines for Cardiopulmonary
Hutapea, EL. (2012). Gambaran Tingkat Rescucitation and Emergency Cardiovascular
Pengetahuan Polis Lalu Lintas Tentang Care. Circulation 2010;122;S829-S8616.
Bantuan Hidup Dasar di Kota Depok. Journal of American Heart Association. Part
3: Overview of CPR.

-oo0oo-

152

Anda mungkin juga menyukai