Anda di halaman 1dari 3

MEMANGKAS BIRORASI

5 STRATEGI MANUJU PEMERINTAHAN WIRAUSAHA


DAVID OSBORNE & PETER PLASTRIK

Strategi Konsekuensi
- Strategi yang mendorong “persaingan sehat” guna meningkatkan
motivasi dan kinerja pegawai, melalui penerapan Reward and Punishment
dengan memperhitungkan resiko ekonomi dan pemberian penghargaan
- Strategi konsekuensi menentukan sistem insentif pemerintah yang
mengubah insentif menjadi konsekuensi atas kinerja yang dihasilkan.
Pendongkrak utama ada pada insentif. Strategi konsekuensi diukur
berdasarkan tiga pendekatan, yaitu persaingan terkendali, manajemen
usaha dan manajemen kinerja;
1. Manajemen perusahaan yaitu organisasi pemerintah dibuat tergantung
pada pembayaran dari konsumen, berhadapan dengan para pesaing
yang agresif serta membuatnya bertanggungjawab terhadap hasil akhir
finansial, laba. Dengan pendekatan ini badan pemerintah mendapatkan
penghasilan dari menjual jasa (jasa percetakan, pemeliharaan
kendaraan, pemrosesan data, dll.) Manajemen perusahaan
menggunakan kekuatan pasar, bukan penawaran kontrak atau target
kinerja administrative, untuk menciptakan konsekuensi atas kinerja
badan pemerintah.
2. Kompetisi teratur, persaingan yang terkendali dengan menerapkan
mekanisme pasar sebagai pendorong berjalannya kompetisi dan
konsekuensinya ditentukan oleh masyarakat. Contohnya: Negara
Indianapolis dari pemerintahan Goldsmith (adanya tender untuk
pengurangan biaya dan memperoleh keuntungan dalam pelayanan
publik)
3. Manajemen kinerja ketika manajemen perusahaan maupun kompetisi
teratur tidak cocok untuk diterapkan baik karena alasan rasional
ataupun karena gangguan politis. Pendekatan ini memiliki ancaman
yang lebih kecil terhadap pegawai maupun politisi karena
mempertahankan monopoli pemerintah bukan memotongnya. Dengan
pendekatan ini tidak ada pegawai yang kehilangan pekerjaannya
karena direbut oleh pesaing swastanya. Dan para politisi menentukan
alokasi sumber daya publik, bukan memberi kesempatan kepada
pelanggan untuuk membuat keputusan pengalokasian tersebut.
Pendekatan ini menggunakan standar, pengukuran kinerja dan imbalan
serta penalti untuk memotivasi organisasi pemerintah. Alat yang
digunakan dalam pendekatan ini adalah penghargaan kinerja,
pembayaran psikologis, bonus, bagi hasil, tabungan bersama,
pembayaran kinerja, kontrak dan kesepakatan kinerja, deviden
efisiensi dan penganggaran kinerja.
Ketiga pendekatan ini tidak terpisah satu sama lain karena
organisasi yang beroperasi sebagai perusahaan pemerintah atau yang
berkompetisi untuk mendapatkan kontrak biasanya menggunakan banyak
alat manajemen kinerja untuk memaksimumkan keunggulan
kompetitifnya.
Strategi Pelanggan
- Memusatkan perhatian untuk ber-tanggung jawab terhadap pelanggan.
Organisasi harus menang dalam persaingan dan memberikan kepastian
mutu bagi pelanggan
- Strategi pelanggan berorientasi pada akuntabilitas, yaitu kepada siapa
seharusnya pemerintah bertanggung jawab. Yang menjadi pendongkrak
utama adalah akuntabilitas, dimana pemerintah bertanggung jawab
kepada masyarakat (public) sebagai pelanggan pelayanan publik
(customer). Strategi pelanggan diukur berdasarkan tiga indikator, yaitu
pilihan pelanggan, pilihan kompetitif dan pemastian mutu layanan.
- Strategi inti akan mendefenisikan yang harus dipertanggungjawabkan,
strategi konsekuensi menjaga agar organisasi dapat bertanggungjawab,
strategi pengendalian mempengaruhi orang yang akan bertanggungjawab
dan strategi budaya akan membantu pegawai menginternalisasikan
pertanggungjawaban.
- Strategi pelanggan memecah pola pertanggung-jawaban sebagian pada
pelanggan (masyarakat) yang selama ini pada pejabat terpilih. Pendekatan
yang digunakan dalam strategi ini adalah;
1. Pilihan pelanggan, memberi pilihan kepada pelanggan dengan
melakukan sistem pilihan publik dan sistem informasi pelanggan. Ini
bisa berkaitan dengan konsekuensi dimana memaksa organisasi untu
memberi perhatian yang lebih besar terhadap keinginan pelanggan
karena untuk mempertahankan pelanggan agar tidak pindah ke
pemberi layanan jasa lainnya.
2. Pilihan kompetisi, mengkombinasikan strategi pelanggan dengan
konsekuensi, dengan memberi kesempatan kepada pelanggan untuk
mengontrol sumberdaya dan membawanya sesuai pilihan untuk
memaksa penyedia layanan berkompetisi. Ini hampir sama dengan
manajemen perusahaan tetapi pendekatan ini tidak mengorganisir unit
organisasi pemerintah sebagai perusahaan yang bisa menentukan
harga sendiri. Contoh: memilih sekolah negeri dan membawa dana
pendidikan apabila pindah ke sekolah lain, tetapi tidak mengubah
sekolah tersebut menjadi perusahaan publik atau enterprise fund.
3. Pemastian mutu pelanggan yang dilakukan dengan citizen’s charter.
Dimana pada pendekatan ini menetapkan standar pelayanan pelanggan
dan menciptakan imbalan bagi organisasi yang melakukan pekerjaan
dengan baik dalam memenuhi standar tersebut dan menghukum
mereka yang tidak bisa memenuhi standar tersebut. Ini bisa dikatakan
sebagai manajemen kinerja dalam versi pelanggan. Disini suara
pelangganlah yang di dengar karena merupakan kunci keberhasilan.
Dalam hal ini citizen’s charter meminta organisasi publik untuk
menyediakan informasi yang lebih baik terkait dalam menggunakan
jasanya. Selain itu juga meminta organisasi pemerintah untuk
menetapkan prosedur penanganan keluhan dan memebentuk
mekanisme pantauan independent, seperti ombudsman. Contoh: Para
pejabat sekolah di forest lake yang awalnya menentang keinginan
orang tua murid terhadap sekolah Montessori, yang dapat
menyebabkan pelanggan bisa lari.

Anda mungkin juga menyukai