Anda di halaman 1dari 56

MORFOLOGI

SEL DARAH MERAH


HEMATOLOGI DASAR
2023
ERYTHROCYTE STAGES
TUJUAN PEMBUATAN SADT
❑ Mendeteksi morfologi sel darah (eritrosit,
lekosit dan trombosit)
❑ Menentukan fraksi jumlah jenis lekosit
❑ Mengestimasi jumlah trombosit dan lekosit
❑ Mengidentifikasi parasite tertentu
PERSIAPAN PASIEN
❑ Pasien tidak ada persiapan khusus seperti puasa
❑ Pengambilan darah kapiler pastikan di tempat yang tepat
▪Tidak mengalami gangguan perfusi/ aliran darah
▪Tidak ada luka
▪Jari ke 3, 4 tangan pada orang dewasa
▪Tumit di sisi tepi kanan dan kiri pada bayi atau pada jempol
kaki
❑ Pengambilan darah Vena menggunakan antikoagulan EDTA
TEMPAT PENGAMBILAN SAMPEL
KESALAHAN DALAM PENGAMBILAN DARAH
KAPILER
1. Letak pengambilan darah kapiler
2. Penusukan kurang dalam sehingga jari harus dipencet-pencet
3. Alkohol belum kering → hemolisis, pengenceran darah, kesulitan
pengumpulan sampel, nyeri berlebih
4. Darah pertama langsung digunakan, seharusnya dihapus
dengan kapas kering untuk tetes pertama
ALAT BAHAN
•Alat pengambilan darah vena/ kapiler
•Anti koagulan : EDTA
•Alat lainnya : kaca objek, batang pengaduk, rak , pipet Pasteur
•Bahan/ reagen :
•Metanol absolut
•Zat warna : Wright, Giemsa, May Grunwald, Sudan Black,
Periodic Acid Schiff, Mieloperoksidase
KACA OBJEK
▪Harus kering
▪Bersih dari debu dan lemak/ minyak
▪Hindari menyentuh permukaan dengan tangan
▪Dalam proses pengeringan hindarkan meniup dengan udara nafas
kita
▪Penggunaan kaca objek sebagai spreader dimungkinkan, tetapi
harus pastikan ujung-ujungnya rata untuk menghindarkan pembuatan
preparat seperti robekan bendera
▪Suhu udara ruangan yang lembab akan membuat pengeringan
menjadi lebih lama, yang menyebabkan perubahan morfologi SDM
FIKSASI
❑Tujuan fiksasi supaya morfologi sel darah tetap utuh.
❑Fiksasi dilakukan segera setelah sediaan kering
❑Apusan jangan terkena air sebelum dilakukan fiksasi
❑Fiksasi yang tertunda atau pengeringan yang terlalu lama akibat
suhu ruangan yang lembab akan mengubah morfologi sel
❑Fiksasi menggunakan metil alcohol atau methanol absolut.
Penyimpanan yang baik menjamin cairan tidak tercemar uap air
PEWARNAAN ROMANOWSKI
▪Romanowski dan Malachoswki pada tahun
1891 melakukan pewarnaan menggunakan
methylene blue dan eosin untuk apusan darah
▪Leishman menyempurnakannya dengan
menambahkan alcohol untuk menghilangkan
presipitat yang timbul
▪Modifikasi pewarnaan Romanowski : Wright,
Giemsa, May Grunwald, Leishman, Jenner,
Field
KOMPONEN UTAMA PEWARNA ROMANOWSKI
▪Azure B/ methylene blue , yang akan
mengikat anion sehingga memberi warna
biru terhadap asam nukleat [DNA/RNA],
nucleoprotein, granula basophil
▪Eosin Y, yang akan mengikat kation
sehingga akan memberikan warna merah
oranye herhadap haemoglobin dan granula
eosinofil
PERBEDAAN WRIGHT & GIEMSA

WRIGHT GIEMSA
BAIK UNTUK MELIHAT : BAIK UNTUK MELIHAT :
•MORFOLOGI SEL : struktur plasma dan •SEL yang tidak banyak kelainan
inti yang lebih jelas •PARASIT
•SEL MUDA
•SEDIAAN SUMSUM TULANG
•Granula Basofil tidak larut Granula basophil akan larut sehingga
tidak akan tampak dengan Giemsa
Tidak memerlukan fiksasi dengan Memerlukan fiksasi dengan methanol
methanol, karena Wright banyak absolut, karena Giemsa mengandung
mengandung methanol (100%) methanol lebih sedikit (50%)
STEPS FOR BLOOD FILM
BAGIAN DARI SADT
tail body head

TERLALU TIPIS IDEAL TERLALU TEBAL


SEDIAAN APUS YANG BAIK
1. Memiliki bagian tebal dan tipis untuk pembacaan
2. Tidak melebar sampai tepi kaca objek, ada bagian bebas apusan
3. Panjangnya kira-kira ½ - 2/3 kaca objek
4. Sediaan tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis
5. Pada bagian tipis :
 sel darah merah berdekatan, tidak bergerombol, tidak bertumpuk2.
 Sel darah putih tersebar merata, tidak bergerombol di pinggir atau
ujung sediaan
PENYEBAB JELEKNYA SEDIAAN APUS
1. Tetesan darah terlalu kecil atau terlalu besar
2. Menarik spreader dengan tersendat-sendat
3. Menarik spreader tidak dalam satu tarikan
4. Sudut 30-45oC tidak dipenuhi saat penarikan spreader
5. Gambaran bendera robek karena spreader yang tidak rata atau
kotor
6. Berlubang-lubang akibat darah yang mengandung banyak lemak/
lipemia atau kaca obyek yang kotor oleh minyak/ lemak ATAU
gelembung udara
Examples of unacceptable smears
Examples of unacceptable smears

A: Blood film with jagged tail


made from a spreader with
achipped end.
B: Film which is too thick
C: Film which is too long, too
wide, uneven thickness and
made on a greasy slide.
D: A well-made blood film.
SADT YANG BAIK
• Tidak memenuhi
seluruh permukaan
kaca obyek
• Tampilan halus dan
rata
• Tidak tampak
lubang dan
gelombang sendatan
• Tidak ada gambaran
bendera robek
PERUBAHAN SEL DARAH MERAH
DAPAT TERJADI AKIBAT
❖ Hapusan tidak dikeringkan dalam suhu ruangan yang optimal (18-
20oC)
❖Hapusan ditiup dengan udara nafas
❖Penambahan antikoagulan yang berlebihan
❖Penggunaan antikoagulan yang tidak tepat (oksalat/ heparin)
❖Pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam (dari pengambilan darah)
❖Fiksasi tidak segera dilakukan setelah preparat kering
❖Fiksasi menggunakan methanol yang banyak mengandung uap air
(akibat penyimpanan yang tidak baik)
KESALAHAN PEWARNAAN
1. Sediaan berwarna terlalu biru 3. Bercak- bercak pada sediaan apus
 Apusan terlalu tebal  Pewarnaan terlalu lama, sampai
zat warna kering
 Pewarnaan terlalu lama
 Persiapan zat warna tidak disaring
 Pencucian kurang
4. Sediaan hapus tidak rata
 Zat warna terlalu alkalis
 Spreader tidak rata
2. Sediaan berwarna terlalu merah  Penarikan tidak langsung sekali
 Zat warna terlalu asam jadi
 Zat warna terlalu encer/ lama/ ED  Adanya lemak dan debu pada
 Waktu pewarnaan kurang kaca
 Pencucian terlalu lama
TOO ACIDIC SUITABLE TOO BASIC
YANG MAU DINILAI PADA SADT
Eritrosit Lekosit
1. UKURAN / SIZE 1. MORFOLOGI
2. BENTUK / SHAPE 2. LEKOSIT MUDA
3. PEWARNAAN / STAINING 3. ESTIMASI JUMLAH LEKOSIT
4. BENDA INKLUSI Trombosit
5. ROULEAUX/ AGLUTINASI 1. MORFOLOGI
2. ESTIMASI JUMLAH
3. CLUMPING TROMBOSIT
PEMBESARAN 10 X
1. Zona pembacaan yang tepat
2. Check sebaran lekosit
3. Menilai pewarnaan preparat
4. Melihat adanya clump/ aglutinasi
5. Parasit
ZONA PADA SEDIAAN APUS DARAH TEPI

Zona I (Irregular Zone) Distribusi eritrosit tidak teratur, ada yang bergerombol
sedikit atau banyak.
Zona II (Thin Zone) Distribusi eritrosit tidak teratur, saling bertumpukan dan
berdesakan
Zona III (Thick Zone) Distribusi eritrosit saling bergerombol lebih rapat
dibandingkan zona II, bertumpukan dan berdesakan, dan
merupakan daerah yang paling luas
Zona IV (Even Zone/ Reguler Keadaan sama dengan zona II, distribusi eritrosit tidak
Zone) teratur, saling bertumpukan, dan berdesakan
Zona V ( Thin Zone) Distribusi eritrosit tersebar merata, tidak saling
bertumpukan atau berdesakan, sehingga bentuknya masih
utuh. Zona ini meliputi 11%
Zona VI (Very Thin Zone) Merupakan daerah ujung preparat, bersebelahan dengan
ekor. Distribusi eritrosit agak longgar dibandingkan zona II
atau IV.
PEMBESARAN 40 X
1. Penilaian 3 S eritrosit 4. Estimasi perhitungan
(melihat kasar) jumlah lekosit

2. Perhitungan jenis lekosit •Hitung lekosit dalam 10 lapang


pandang
(untuk analis ahli)
•jumlahkan dan bagilah dengan
3. Pengenalan sel blast / 10 → didapat rata-rata
awal
•Kalikan rata-rata dengan 2000
= …/ mm3
5. Estimasi jumlah trombosit
•Hitung trombosit dalam 10
PEMBESARAN 100 X lapang pandang
•Jumlahkan dan bagilah dengan
1. Badan inklusi eritrosit 10 sehingga didapat rata-
ratanya
2. Konfirmasi sel blast •Kalikan dengan 20.000 =
3. Perhitungan jenis lekosit …/mm3
4. Konfirmasi 3S eritrosit •< 8 trombosit/ lapang
pandang = trombositopenia
•8-20 trombosit/ lapang
pandang = normal
•> 20 trombosit/ lapang
pandang = trombositosis
YANG MAU DINILAI PADA SADT
Eritrosit Lekosit
1. UKURAN / SIZE 1. MORFOLOGI
2. BENTUK / SHAPE 2. LEKOSIT MUDA
3. PEWARNAAN / STAINING 3. ESTIMASI JUMLAH LEKOSIT
4. BENDA INKLUSI Trombosit
5. ROULEAUX/ AGLUTINASI 1. MORFOLOGI
2. ESTIMASI JUMLAH
3. CLUMPING TROMBOSIT
Prosedur
1. Seleksi area yg paling baik untuk evaluasi
2. Dengan lensa objektif 10 x perhatikan bagian yang cukup
tipis dan rata susunan eritrositnya, penyebaran leukosit
memenuhi syarat counting area
3. Dengan lensa objektif + emersi oil (100 x)
4. Menilai morfologi eritrosit, leukosit, trombosit
MORFOLOGI SEL ERITROSIT
1. Diameter 7-8 mikron
2. Bentuk bulat bikonkaf
3. Central akromia / central
palor (daerah pucat) kira-
kira 1/3 - 1/2 diameter sel
SIZE – UKURAN ERITROSIT
Bandingkan dengan inti limfosit kecil
Ukuran normal eritrosit : 6 – 8 µ
Ukuran normal small limfosit : 7-10 µ
Makrositik : > 8 µ
Normositik : 6-8 µ
Mikrositik : < 6 µ
ANISOSITOSIS : variasi ukuran eritrosit
dalam satu preparat
SHAPE – BENTUK ERITROSIT
Bentuk eritrosit normal : bulat
biconcave
POIKILOSITOSIS : variasi bentuk
eritrosit dalam satu sediaan preparat
Kelainan bentuk eritrosit :
1. Target
2. Oval
3. Akantosit/ spur cell
4. Stomatosit
5. Sickle cell
6. Spherosit dll
STAINING – PEWARNAAN ERITROSIT
Melihat pewarnaan pada
eritrosit
Melihat central pallor
Normal central pallor : 1/3 – ½
diameter eritrosit
Hipokromik : > ½ diameter SDM
Normokromik : 1/3-1/2 Anisokromasia : jika ditemukan normokromik
diameter SDM dan hipokromik dalam satu preparat
Hiperkromik : <1/3 diameter
SDM (spherocyte)
POLIKROMASIA
Terdapat beberapa warna didalam sebuah
lapangan sediaan apus.
Misalnya ditemukan basofilik dan asidofilik
dengan kwantum berbeda-beda karena
ada penambahan retikulosit atau defek
Eritrosit maturasi eritrosit sehingga ditemukan sel-sel
polikrom
muda dan eritrosit polikrom
Dapat ditemukan pada keadaan
eritropoesis yang aktif misalnya anemia
pasca perdarahan dan anemia hemolitik.
Evaluasi Eritrosit 3S :
1.Size (ukuran)
2.Shape (bentuk)
3.Staining (warna)
1. Size (ukuran)
Mikrositik Normositik Makrositik
Diameter < 7 mikron Diameter 7-8 mikron Diameter rata-rata > 8
mikron
Anemia defesiensi besi - Anemia megaloblastik
Keracunan tembaga Anemia aplastik

➢ Ukuran eritrosit dinilai dengan cara membandingkan dengan small limfosit


Anisositosis
variasi ukuran eritrosit
✓ Ditandai dengan adanya
eritrosit dengan ukuran yang
tidak sama besar dalam SADT
✓ Tidak ditemukan suatu
kelainan hematologic yang
spesifik
ANISOCYTOSIS
2. Shape (Bentuk)
1. Target cell 2. Sferosit 3. Ovalosit / Eliptosit
2. Shape (Bentuk)
4. Stomatosit 5. Sickle Cell (Sel Sabit) 6. Helmet Cell
2. Shape (Bentuk)
7. Akantosit 8. Burr Cell / Ekinosit 9. Crenasi Cell
2. Shape (Bentuk)
10. Schistosit 11. Tear drop cell
POIKILOCYTOSIS
Variation in the shape of RBC is called poikilocytosis.
RBCs exist as biconcave discs in large blood vessels but their
shape changes to parachute like confirmation in capillaries

- See more at: http://laboratoryinfo.com/variations-in-red-blood-cell-


morphology/#sthash.j05cpw3p.dpuf
Poikilositosis
variasi bentuk eritrosit
➢Anemia yang berat disertai
regenerasi aktif eritrosit atau
hemopoesis ekstrameduler
➢Eritropoesis abnormal (anemia
megaloblastik,leukemia,
mielosklerosis,dll)
➢Dekstruksi eritrosit di dalam
pembuluh darah (anemia
hemolitik)
Presence of Inclusion Bodies
3. Staining (Warna)
Hipokromik Normokromik Hiperkromik
Central palor > 1/3 Central palor 1/2 - 1/3 Central palor > 1/3
diameter sel diameter sel diameter sel

Anemia - Hemoglobin
Defesiensi fe Abnormal terkonsentrasi di
Dalam eritrosit, seperti pada
Pasien luka bakar dan
Sferositosis bawan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai