Ketua Puskesmas
B. Tujuan
a. Tujuan umum
masalah Hipertensi.
b. Tujuan khusus
keperawatan masyarakat.
Kelompok khusus
5. Membangun Kerjasama lintas sektor dan kerja di dalam tim maupun Kelompok
13. Menerapkan prinip konsep keselamatan dan Kesehatan kerja dalam melakukan
praktek perawatan pada kelompok khusus ekerja
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini di susun secara sistematis yang terdiri dari empat BAB, yaitu diantaranya:
BAB I: pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan
BAB II : tinjauan teoritis yang mengurai konsep dasar ( Puskesmas, kegiatan Intra
Gedung, kegiatan ekstra Gedung, promosi Kesehatan dan kasus penyakit yang di angkat)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi fungsional yang melibatkan peran serta masyarakat secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk usaha-
usaha kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang
sangat besar dalam memelihara kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan status kesehatan secara optimal.
3. Etiologi
Berikut ini ada beberapa faktor penyebab hipertensi menurut Huether & McCance
(2008) dalam LeMone (2016) yaitu:
1.Faktor yang dapat dimodifikasi.
a. Asupan mineral
Asupan natrium tinggi sering kali dikaitkan dengan retensi cairan. Hipertensi yang
terkait dengan asupan natrium melibatkan berbagai mekanisme fisiologi yang
berbeda, termasuk sistem renin-angiotensin- aldosteron, nitrit oksida, katekolamin,
endotelin, dan peptide natriuretic atrium. Asupan kalium, kalsium, dan magnesium
yang rendah juga berperan pada hipertensi yang tidak diketahui mekanismenya.
Perbandingan asupan natrium dan kalium tampak berperan penting, kemungkinan
lewat efek peningkatan asupan kalium terhadap eksresi natrium. Kalium juga
meningkatkan vasodilatasi dengan menurunkan respons terhadap katekolamin dan
angiotensin II. Kalsium juga mempunyai efek vasodilator. Walaupun magnesium
telah terbukti menurunkan darah, mekanisme kerjanya belum jelas.
b. Konsumsi alkohol berlebihan
Konsumsi alkohol tiga kali sehari atau lebih akan meningkatkan risiko hipertensi.
Penurunan atau penghentian alkohol dapat menurunkan tekanan darah, khususnya
sistolik. Faktor gaya hidup yang terkait dengan asupan alkohol berlebihan
(kegemukan dan kurang latihan fisik) juga dapat menjadi penyebab hipertensi).
c. Stress
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Stress yang
sering muncul dapat menyebabkan hipertrofi otot polos vascular atau memengaruhi
jalur integratif sentral otak.
d. Resistensi insulin. Resistensi insulin dengan hiperinsulinemia akibatnya dikaitkan
dengan hipertensi lewat efeknya pada sistem saraf simpatis, otot polos vaskuler,
pengaturan natrium dan air ginjal, dan perubahan transpor ion melewati membran
sel.
e. Kegemukan
Kegemukan sentral (deposit sel lemak di abdomen), ditentukan oleh peningkatan
perbandingan pinggang ke panggul, mempunyai korelasi lebih kuat dengan
hipertensi dibanding indeks massa atau ketebalan lipatan kulit. Walaupun terdapat
korelasi jelas antara kegemukan dan hipertensi, hubungan tersebut mungkin
merupakan salah satu penyebab umum: faktor genetik tampak berperan penting
dalam trias umum kegemukan, hipertensi, dan resistensi insulin.
2. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a. Genetik
Gen yang terlibat pada sistem renin-angiotensin-aldosteron dan gen lain yang
memengaruhi tegangan vaskuler, transportasi garam, dan air pada ginjal,
kegemukan dan resistensi insulin cenderung terlibat dalam perkembangan
hipertensi, meskipun belum ada hubungan genetik konsisten yang dijumpai.
b. Usia Insiden hipertensi akan naik seiring peningkatan usia. Penuaan
mempengaruhi baroreseptor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah serta
kelenturan arteri. Ketika arteri menjadi kurang lentur, tekanan dalam pembuluh
darah akan meningkat.ini sering kali tampak jelas sebagai peningkatan bertahap
tekanan sistolik seiring penuaan.
c. Ras Hipertensi lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibanding orang
berlatar belakang etnik lain. Selain itu juga berkembang pada usia dini dan
dikaitkan dengan lebih banyak kerusakan kardiovaskular dan ginjal.
: 4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Tahap awal hipertensi adalah dotandai dengan meningkatnya
tekanan darah. Kenaikan tekanan darah awalnya sementara tetapi pada akhirnya
menjadi permanen. Gejala yang dapat muncul yaitu:
1. Sakit kepala atau rasa berat yang muncul di daerah tengkuk dan leher.
2. Nokturia.
3. Sulit untuk tidur.
4. Lemah dan lelah.
5. Pusing atau migrain.
6. Mual dan muntah.
7. Gangguan penglihatan.
5. Komplikasi Hipertensi
Menurut (Ardiansyah, 2012) tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan tidak
terkontrol dapat menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai
berikut:
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan karena tekanan tinggi diotak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak, stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah- daerah yang diperdarahinya menjadi
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokardium
Dapat juga terjadi infark miokardium apalagi arteri koroner yang menglami
aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan
oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat dipenuhi dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke
unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmetic keloid plasma berkurang, hal ini menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Ensafalopati (Kerusakan Otak)
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium di
seluruh susunan saraf akibatnya neuronneuron disekitarnya menjadi menjadi kolaps
dan terjadi koma serta kematian.
6. Patofisiologi
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor yang
terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi, karena adanya berbagai
gangguan genetic dan risiko lingkungan, maka terjadi gangguan neurohormonal
yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-angiotensin-aldosteron serta terjadinya
inflamasi dan resistensi insulin. Resistensi insulin dan gangguan neurohormonal
menyebabkan vasokontriksi sistemik dan peningkatan resistensi perifer. Inflamasi
menyebabkan gangguan ginjal yang disertai gangguan sistem renin- angiotensin-
aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan air di ginjal, sehingga
aterjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah
merupakan penyebab utama terjadi…
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan yaitu:
1. Elektrokardiogram (EKG).
2. Urinalisis.
3. Glukosa darah.
4. Hematoktrit.
5. Kalium, kreatinin, dan kalsium serum.
6. Profil kolesterol dan lipoprotein, termasuk HDL, LDL, dan trigliserida.
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan mencakup eksresi albumin urine,
evaluasi laju filtrasi glomelurus (seperti klirens kreatinin, dan pemeriksaan faktor
risiko kardiovaskular yang muncul seperti kadar protein C-reaktif dan homosistin.
8. Penatalaksanaan
Farmakologi: golongan diuretik, golongan beta blocker, golongan antagonis
kalsium, dan golongan ACE inhibitor.
Non Farmakologi: pola makan harus dibatasi atau dikurangi, terutama makanan
yang mengandung asam, aktivitas/olahraga.
9. Pola Makan (Pengertian Diit Hipertensi)
Diit rendah garam adalah memberikan makanan rendah garam guna menurunkan
tekanan darah pada hipertensi. Di tandai dengan standart diit rendah garam
diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi seperti yang terjadi
pada penyakit dekompensasi kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia
pada kehamilan dan hipertensi asensial.
Tujuan Diit Hipertensi
Untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
11. Macam-Macam Diit
Pemberiaan diit garam rendah tergantung pada berat tidaknya retensi garam/air dan
hipertensi, terdapat3 jenis diit garam rendah yaitu:
1. Diit rendah garam I dengan tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg.Diit rendah
garam I ditunjukan pada pasien dengan asites/edema dan hipertensi berat. Pada
kondisi ini tidak diperkenankan menambahkan garam ke dalam masakan yang
dikonsumsi dan menghindari makanan yang tinggi natrium.
2. Diit rendah garam II dengan tekanan darah lebih dari 160-180 dan 100- 110
mmHg. Diit ini diberikan kepada pasien edema/asites, dan hipertensi yang tidak
terlalu berat. Dianjurkan menghindari makanan dengan kandungan natrium tinggi,
diperbolehkan menggunakan garam dalam pemasakan sebesar 1/2 sendok teh (2g).
3. Diit rendah garam III dengan tekanan darah 140-159 dan 90/99 mmHg. Diit ini
diberikan pada pasien dengan edema atau hipertensi ringan. Pada masakannya boleh
ditanbahkan garam dapur sebanyak 1 sendok teh (4g). Namun tetap menghindari
jenis makanan yang mengandung natrium tinggi.
12. Makanan Yang Dibatasi
Garam dapur, bumbu penyedap masakan, soda kue, kecap, terasi, petis, tauco, saus
tomat, daging, ikan, ayam paling banyak 100 g/hari.
13. Makanan yang di Hindari
Cara mengatur menu maknan terbaik selain memakan makanan yang bergizi, juga
perlu menghindari apa-apa saja yang dilarang untuk dikonsumsi, 7 jenis makanan
berikut adalah makanan-makanan yang sangat dianjurkan untuk dihindari atau
dibatasi ketika seseorang mengalami hipertensi :
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak, kelapa,
gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, craker, kripik
dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein.
6. Hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning, telur,
kulit ayam).
7. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambel, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium
2. Data Demografi
a. Jumlah Penduduk
Penduduk di wilayah Kecamatan Gambir Kota Administrasi Jakarta Pusat tahun
2023 mencapai 74.235 jiwa, mencakup 34.150 rumah tangga dengan rata-rata
jiwa per rumah tangga 2,23, sementara kepadatan penduduk per km²-9,69 (tabel
3.1).
DATA
Subjektif :
- Hasil dengan wawancara dengan peserta bahwa mereka tidak mengetahui
pengertian dari hipertensi
- Hasil wawancara dengan peserta bahwa mereka tidak mengetahui penyebab
hipertensi
- Hasil wawancara dengan peserta bahwa mereka tidak mengetahui tanda dan
gejala hipertensi
- Hasil wawancara dengan peserta bahwa mereka tidak mengetahui akibat lanjut
dari hipertensi
- Hasil wawancara dengan pesertya bahwa mereka tidak tahu bagaimana cara
penaganan hipertensi.
Objektif
- Selama proses pengkajian peserta tampak kooperatif terhadap perawat
- Peserta tampak sangat khawatir terhadap penyakit hipertensi yang sedang
dialaminya.
- Peserta sudah memanfaatkan fasilitas
- Peserta sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tetapi ada juga yang
belum maksimal dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan memanfaatkan
pelayanan kesehatan terkait dengan kesehatan
- Peserta tampak kurang mengetahui tentang hipertensi Peserta tampak
memanfaatkan fasilitas kesehatan di Puskesmas Kecamatan Gambir
- Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Gambir hipertensi banyak terjadi pada
penderita usia dewasa dan lansia.
Survey:
- Sebagian peserta sudah mengetahui tentang penyakit hipertensi tetapi ada juga
sebagian yang belum mengetahui penyakit hipertensi
- Sebagian peserta sudah pernah mendapatkan informasi kesehatan terkait
hipertensi hanya saja untuk masalah diit hipertensi peserta belum pernah
terpapar
- Berdasarkan hasil survey, masih banyak peserta yang belum melakukan
pemeriksaan status kesehatan ke pelayanan kesehatan (45%), tetapi ada juga
peserta yang sudah memanfaatkan faskes meskipun kebanyakan datang saat
sudah merasakan gejala yang mengangg
- Peserta belum mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi
- Mayoritas tingkat pengetahuan peserta terkait dengan hipertensi pada lansia
adalah kurang baik
- Sikap peserta dalam pemeliharaan kesehatan mayoritas masih kurang baik
- Nia Arditya
Hidayah
1 Poli Umum Melakukan pemeriksaan TTV,
- Subagyo
- Tahsya Asti mengukur BB, LP dan TB,
Amalia Jasman membantu pencatatan
- Yulia Kartika
Rahmawati Melakukan pemeriksaan TTV,
Poli Umum mengukur BB, LP dan TB,
- Chelin Dwi
Mahrani membantu pencatatan
- Devintha Rahma
Yanti
- Dwi Fitriyani Poli PTM Melakukan pemeriksaan TTV,
- Nurma Widyasari mengukur BB, LP dan TB,
membantu pencatatan
4.1 Kesimpulan
Dari penyusunan laporan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit Hipertensi (Darah
Tinggi) merupakan penyakit yang tidak menular yang sering terjadi di kalangan masayrakat
Indonesia. Beberapa upaya sudah dilakukan oleh pemerintah dan petugas kesehatan seperti
mengadakan program pendidikan kesehatan (Penkes) di fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat seperti puskemas, namun berjalannya program tersebut belum terlalu
menghasilkan penurunan yang signifikan pada kasus hipertensi. Sehingga program
pendidikan kesehatan (Penkes) di fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya
dilakukan dalam bentuk verbal namum perlu ditingkatkan juga psikomotorik pada
masyarakat itu sendiri agar masyarakat dapat mengubah pola hidupnya, selain itu proses
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi serta dokumentasi keperawatan harus dilakukan secara komprehensif
4.2 Saran
Sebagai peran petugas Kesehatan pentingnya untuk terus memberikan pelayanan
Kesehatan baik secara preventif, promotive, kuratif dan rehabilitative kepada masyarakat.