Kel 5 Korupsi Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara
Kel 5 Korupsi Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu:
MUHAMAD YASIN ALARIF, MH
NIP : 20180901 199403 0 38
Disusun Oleh:
(Kelompok 5)
FAKULTAS SYARIAH
HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2023 M
1
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr .Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Hukum
Administrasi Negara tentang Korupsi Dalam Prespektif Hukum Administrasi
Negara. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Muhamad Yasin Alarif, MH Selaku Dosen Mata Hukum Administrasi Negara
atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah.
Kami sebagai penulis makalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca. Dan penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis terutama dan juga pembaca sekalian
untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amiin.
Penulis
(Kelompok 5)
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
Negara........................................................................................................ 6
BAB I
PENDAHULUAN
1
Leden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi, Masalah dan Pemecahannya, Sinar Grafika, Jakarta,
1992, hlm. 6.
2
Singgih, Dunia pun Memerangi Korupsi, Beberapa Catatan dari International Anti Corruption
Conference I-X dan Dokumen PBB tentang Pemberantasan Korupsi, Pusat Studi Hukum Bisnis,
Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Tangerang, 2002; hlm. 1.
3
Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amanah, Surabaya, 1997, hlm. 75.
1
Kita tidak dapat memukul rata bahwa semua birokrasi tidak efisien
atau korup. Korupsi dan penyalahgunaan jabatan merupakan penyakit
administratif yang dapat diberantas asalkan kita punya komitmen yang
kuat untuk menanganinya. Apabila korupsi, penyalahgunaan dan
penyelewengan, serta berbelit-belitnya layanan dipandang sebagai
penyakit administratif, maka seperti layaknya seorang dokter yang
melakukan diagnosis atas penyakit, hal yang penting dalam mengatasinya
adalah dengan mengetahui bagian-bagian dalam tubuh birokrasi yang
rentan terhadap penyakit-penyakit tersebut.5
4
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm.
289.
5
Ibid., hlm. 290.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Cara sistematik-struktural
6
Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Cimanggis Depok: Pena Mukti Media., hlm. 4
dan 5.
7
Wahyudi Kumorotomo, Op.Cit., hlm. 260.
1
2. Cara abolisionistik
3. Cara moralistik
2. Program Publik
4. Penegakan Hukum
8
Ibid., hlm. 268-269.
1
9
Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi ..., Op. Cit., hlm. 270.
10
Indriyanto Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2006, hlm. 585.
1
5. Kesadaran Masyarakat
Hal yang tak kalah pentingnya ialah keberanian dan tekad seluruh
aparatur ne- gara dan masyarakat untuk melawan korupsi. Segala
macam sistem dan konsepsi tidak akan terlaksana apabila para
pelaksananya sendiri kurang berani untuk mengungkap korupsi
yang jelas-jelas terdapat di depan hidungnya. Masih banyak jaksa
yang takut untuk melakukan tuntutan karena korupsi melibatkan
orang-orang penting dan mempunyai kekuasaan. Keberanian
harus ditumbuhkan bersama- sama meningkatnya kesadaran
masyarakat akan hukum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
S.F. Marbun dkk (ed), Dimensi-Dimensi Pem ikiran Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta: UII Pres, 2001.
Lubis, M., dan Scott, J.C., 1993, Korupsi Politik, Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.