BAB I
PENDAHULUAN
perubahan yang signifikan, dimana untuk mencapai sebuah organisasi yang baik
baik pula. EQ berguna dalam mengontrol emosi, memotivasi diri hingga menjaga
Sumber daya manusia yang memiliki EQ yang baik, sangat berperan penting
Bahkan teknologi yang berkembang pesat pun, tetap tidak dapat menggantikan
peran sumber daya manusia secara keseluruhan. Walaupun saat ini telah banyak
pekerjaan manusia yang dapat digantikan oleh mesin, namun terdapat banyak
pekerjaan yang tidak dapat dilakukan mesin. Bahkan mesin-mesin itu pun harus
dioperasikan oleh manusia. Oleh karena itu perbaikan terhadap kualitas dan
mampu mengontrol emosi dengan baik. Dalam konteks ini, peran penting EQ
2
karena faktor emosional lebih dominan daripada faktor rasional. Oleh karena itu,
dengan baik, pada diri sendiri serta dalam hubungannya dengan orang lain.
emosional yang baik akan memiliki perilaku yang positif dan lebih kreatif.
kecerdasan emosi yang baik dalam melayani konsumennya. Seperti retail, mall,
jasa boga, hingga dunia kesehatan seperti rumah sakit, dan apotek. Salah satu
apotik yang menjadi obyek penelitian ini adalah Apotek Guardian Cabang
harinya tidak kurang melayani tidak kurang dari 500–1.000 pelanggannya. Pada
produk, tidak cermat, serta meninggalkan pekerjaan tanpa alasan jelas. Padahal
Jika hal tersebut dibiarkan, nyata kerugian akan diperoleh oleh Apotek Guardian
Hasil survey yang dilakukan dan laporan layanan konsumen yang diperoleh
dari Kotak Saran yang diberikan pada tiap cabang Apotek Guardian Samarinda,
45
40
35
30
terlambat
25 tidak hadir
pencurian/lalai
20
meninggalkan kerjaan
15
10
0
Cab. 1 Cab. 2 Cab. 3 Cab. 4 Cab. 5
Sumber Data: Area Manajer Apotek Guardian Cabang Samarinda, 2020
tertinggi selama tahun 2019 adalah keterlambatan datang rata-rata 27,4%, ketidak
kontraproduktif masih tinggi. Padahal menurut Wang & Lin, (2016:61), perilaku
lebih lanjut dan mendalam serta menuangkannya dalam judul penelitian sebagai
5
B. Rumusan Masalah
Samarinda?”
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
karyawannya.
konsumen.
6
Samarinda.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dilakukan oleh pekerja secara sengaja yang dapat mengganggu kinerja dan
perilaku kerja yang sangat mengganggu kinerja organisasi secara umum dan
tindakan yang diambil oleh pekerja yang dapat merugikan seluruh lingkungan
langsung pada fungsi organisasi atau dengan menyakiti anggota kerja dengan
2016).
karyawan dengan efek yang dapat merugikan organisasi dan anggota kerja.
menyakiti organisasi dan anggota organisasi (Bai, Wang & Lin, 2016).
tidak disengaja pada bagian dari individu yang dapat menghambat kinerja diri,
orang lain atau organisasi. Perilaku Kerja kontraproduktif mungkin juga dipahami
dilakuakan oleh individu baik secara sengaja ataupun tidak ssengaja yang dapat
diinginkan.
8
perusahaan dan dapat merugikan orang lain, dimana jikaada perilaku kerja
Hal ini merupakan perilaku berbahaya yang dilakukan kepada rekan kerja.
Dampak dari perilaku ini dapat merugikan secara fisik maupun psikologis
dilakukan kurang dapat dilihat dengan jelas, tidak merusak properti dan
b) Sabotase
9
c) Pencurian
d) Penarikan diri
waktu seharusnya.
Ada banyak faktor yang berbeda yang dapat menyebabkan perilaku kerja
kontraproduktif. Ini berkisar dari faktor pribadi dengan sistem yang berada di
tempat dalam lingkungan kerja. Dalam bagian ini, faktor personal dan faktor
a) Faktor pribadi
terlibat dalam suatu tindakan kontraproduktif perilaku kerja lebih mungkin untuk
terlibat dalam perilaku kontraproduktif lainnya. Pria lebih mungkin untuk terlibat
alkohol dan lebih muda karyawan dua kali lebih mungkin untuk terlibat dalam
pencurian dari karyawan yang lebih tua. Ciri-ciri kepribadian tertentu memiliki
untuk mendapatkan dengan orang lain, kesadaran terkait dengan impuls kontrol
tertarik dan dirangsang oleh orang lain, dan kepercayaan diri untuk mengejar
seorang individu terbuka untuk pengalaman baru. Hal ini masih diperdebatkan
namun telah ditemukan bahwa semua lima ciri-ciri yang disebutkan di atas
Karyawan teliti lebih mungkin untuk menjadi lebih produktif dan terlibat
dalam perilaku kerja lebih sedikit kontraproduktif dari karyawan kurang teliti
karena memiliki lebih kontrol atas perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan
Karyawan yang memiliki tingkat tinggi stabilitas emosional baik, kesadaran atau
pengalaman.
Karakteristik pekerjaan yang diberikan dan cara kerja pada organisasi akan
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan hasil kerja yang dicapai.
jenis tugas yang diberikan, dan cara bekerja. Namun ketiga hal tersebut akan
terhadap hasil kerja yang dicapai. Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku kerja
individu yang tertuang ke dalam kinerja yang diberikan, kepuasan kerja, motivasi
imbalan yang diterima karyawan tidak sesuai dengan usaha yang telah diberikan
akan mengamati lingkungannya dan mencari tahu iklim seperti apa yang berlaku
di dalam lingkungan kerjanya. Jika telah paham kemudian individu secara tidak
karyawan datang terlambat dan pulang lebih awal namun tidak mendapat respon
apapun dari organisasi atau perusahaan dan rekan kerja maka cenderung akan
keadaan.
c) Kontrol Diri
14
yang jelas dengan konsekuensi yang terdang sangat minim untuk karyawan,
Misalnya: sakit ketika karyawan tidak sakit. Mungkin tidak ada konsekuensi
untuk melakukan jadi karyawan dapat terlibat dalam kegiatan lain yang mungkin
lebih menarik, dan memiliki hasil langsung. Ditemukan bahwa orang alasan
utama tidak terlibat dalam kontraproduktif perilaku di tempat kerja adalah kontrol
diri. Kontrol diri berkaitan dengan pertimbangan konsekuensi masa depan dan
takut ketahuan. Kontrol diri adalah lebih mungkin menunjukkan jika konsekuensi
diketahui, mereka tiga kali lebih mungkin untuk mencuri dari majikan daripada
dan melakukan evaluasi karyawan melalui satu sumber. Adapun faktor sumber
mana karyawan memiliki target yang mereka butuhkan untuk mencapai untuk
mendapatkan insentif mereka. Jika mereka tidak mencapai target mereka yang
karyawan tidak akan mendapatkan insentif tidak peduli seberapa dekat atau jauh
diperlukan untuk mencapai target mereka. Sebagai contoh, jika target adalah
target penjualan, seorang karyawan mungkin mulai membuat klaim produk tidak
dapat memenuhi, sehingga pelanggan tidak bahagia. Jika insentif adalah proporsi
yang tinggi dari karyawan membayar, ini juga akan membuat terlibat dalam
adalah hasil yang mereka capai. Ketika perhatian ditempatkan pada hasil,
mendapatkan hasil ini. Hal ini membuat lebih mudah bagi karyawan untuk
asimetri informasi antara atasan dan bawahan. Asimetri informasi dalam hal ini
kontraproduktif dan karena itu memungkinkan perilaku seperti untuk pergi tanpa
diketahui.
a) Penyimpangan Properti
mencuri atau mengambilbarang tanpa izin, milik organisasi dan merusak barang
seperti gagal atau tidak ikutprosedur kerja yang benar dan gagal atau tidak
17
politik.
kepadapemiliknya.
a. Property Deviance
b. Politic Deviance
menyelesaikan.
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi
valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai
mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap
emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New
konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2012: 50-
53), mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang
Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
kecerdasan pribadi terdiri dari: kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja,
intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri.
yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal
tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2012: 52).
tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Dalam kecerdasan
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
a. Lingkungan Keluarga
seseorang. Gaya parenting atau pola asuh dari orang tua yang penuh kasih sayang
serta menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan adalah faktor kondusif. Hal ini
bertujuan untuk bisa mempersiapkan seseorang menuju pribadi yang matang dan
masing personil keluarga. Karena keluarga memiliki fungsi dasar sebagai wadah
untuk dapat saling memberikan rasa memiliki, aman, cinta dan mengembangkan
relasi yang baik antar sesama anggotanya. Atmosfer keluarga adalah sekolah
pertama dalam pembelajaran emosi, dan hal ini adalah merupakan tahap awal
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah menjadi sebuah wadah yang sangat penting karena lembaga ini
Hal ini merupakan alat bantu seseorang dalam pengembangan potensi diri.
Adapun hal yang mencangkup potensi diri itu diantaranya : emosi, spiritual,
intelektual, moral (ahlak) dan sosial. Kedewasaan setiap insan ini bisa didapatkan
dari proses pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan kelas sekolah. Dari situ,
25
nilai-nilai dan cara bersikap. Menurut Hurlock, sekolah memiliki peran dalam
dalam cara berpikir, bersikap dan berperilaku. Oleh karenanya, seorang guru
disini memiliki peran krusial dalam kontrol perilaku anak nantinya ketika
dirumah.
c. Lingkungan Sosial
berada. Hal ini akan membantu tiap individu dalam mengembangkan karakter diri
yang berdampak kepada perannya sebagai mahluk sosial. Lingkungan sosial yang
kondusif akan mampu mencerdaskan aspek emosi anak. Karena hal yang
mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri
secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Nowicki,
ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
(Goleman, 2012:172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga
memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya
sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan
karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini
orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
emosional.
emosional daripada faktor rasional. Oleh karena itu, kecerdasan emosional sangat
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
dalam Jung & Yoon (2012:86), menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara
kecerdasan emosional yang baik akan memiliki perilakuyang positif dan lebih
dapat mengambil keputusan secara rasional dan tidak dapat menghadapi konflik
dengan baik.
kecerdasane mosional terhadap perilaku non tugas karyawan. Perilaku non tugas
merupakan tindakan sukarela dari karyawan yang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
pekerjaan yang ditugaskan secara resmi seperti sopan santun, loyalitas terhadap
(Jung & Yoon, 2012:21). Perilaku positif ini dapat membangun hubungan baik
oleh karyawan dalam bekerja seperti terlambat masuk kerja dan kelalaian dalam
perilaku kontraproduktif.
D. Kerangka Berpikir
penelitian ini, maka perlu adanya kerangka berpikir agar dapat membantu dalam
variabel yang diteliti. Adapun kerangka berpikir yang melandasi dan menjadi
Karyawan Guardian
29
E. Hipotesis Penelitian
“Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
antara dua variabel atau lebih yang memiliki tujuan untuk melihat variasi antara
B. Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional
kerja kontraproduktif:
1. Kecerdasan Emosional
mengelola emosi dan memotivasi diri, serta merupakan kemampuan sosial dalam
mengenali dan memahami emosi orang lain dan juga kemampuan untuk menjalin
hubungan yang baik dengan orang lain. Kecerdasan emosional diukur dengan
skala kecerdasan emosional yang terdiri dari lima aspek yaitu kesadaran diri (self
2011).
(Azwar, 2012). Jenis skala yang digunakan adalah dengan menggunakan skala
Likert. Dalam skala Likert ini dimodifikasi menjadi tipe skala dengan
Hadi (2004) bahwa alternatif ketiga bisa diartikan netral, kadang-kadang tidak,
jarang sekali, ragu-ragu. Selain itu, jawaban tengah dapat menimbulkan central
tendency effect. Oleh sebab itu, pada skala ini terdiri dari pernyataan-pernyataan
“Sesuai”, “Tidak Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Pemberian skor pada
pernyataan favorabel dan unfavorabel dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.
Pemberian Nilai Skor
Pada penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala kecerdasan emosional dan
d. Empati (Emphaty)
emosional yang disusun oleh peneliti dengan jumlah total 60 item pernyataan.
Tabel 2.
Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional Sebelum Uji Coba Aspek
Item Prosentase
Kecerdasan Emosi Favorabel Unfavorabel Item
Kesadaran Diri 6 6 12 20%
Pengelolan Emosi 6 6 12 20%
Motivasi Diri 6 6 12 20%
Empati 6 6 12 20%
Menjalin Hubungan 6 6 12 20%
Total Item 30 30 60 100%
pernyataan.
Tabel 3.
Distribusi Item Perilaku Kerja Kontraproduktif Sebelum Uji Coba
Penyimpangan 3 3 6 25%
Politik
Agresi Individu 3 3 6 25%
1. Validitas
melakukan fungsi dari pengukuran tersebut. Setiap alat ukur memiliki tujuan
pengukuran yang berbeda-beda. Maka sebuah alat ukur biasanya hanya dikatakan
valid untuk mengukur satu ubahan yang spesifik. Suatu alat ukur dikatakan
memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut dapat memberikan hasil sesuai
Untuk mengetahui apakah skala tersebut memiliki data yang akurat dan sesuai
2013). Salah satu jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Relevansi item dengan indikator perilaku dan dengan tujuan ukur
dapat dievaluasi lewat nalar dan akal sehat yang mampu menilai apakah isi skala
Validitas isi dari skala ini diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes atau
kepada ahli yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauh mana item- item dalam alat ukur ini mencakup
atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang
diukur (Azwar, 2009). Seleksi item dilakukan dengan uji coba (try out) skala
penelitian dan kemudian menghitung korelasi antara distribusi skor item dengan
distribusi skor skala dengan program SPPSS for Windows versi 25.0 yang
manghasilkan koefisien korelasi item total (rix) (Azwar, 2009). Kriteria pemilihan
item berdasarkan korelasi item total menggunakan batasan rix ≥ 0,3. Jika jumlah
item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka batasan
2009).
Uji coba (try out) dilakukan pada tanggal 10 Desember 2015 – 5 Januari 2019.
Peneliti menggunakan 50 subjek untuk mengisi skala. Subjek yang terlibat dalam
uji coba merupakan Karyawan Apotek Guardian Cabang Samarinda. Berikut ini
Pada skala kecerdasan emosional didapatkan beberapa item yang gugur dengan
gugur dengan koefisien korelasi > 0,25 sehingga didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.
Distribusi Item Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif Setelah Seleksi Item
Total 5 7 12
Keterangan :
* : item yang gugur
( ) : item yang digugurkan
Berdasarkan hasil seleksi item dari 24 item skala perilaku kerja kontraproduktif,
terdapat 17 item valid dan 7 item yang gugur. Untuk menjaga komposisi, maka
memilih item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil
diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang memiliki nilai
koefisien korelasi total yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur. Item pada
setiap aspek kemudian diselaraskan menjadi 3 item, sehingga total item yang
sengaja digugurkan adalah 5 item. Item yang digunakan dalam skala perilaku
dipercaya. Hasil pengukuran yang dapat dipercaya akan memperoleh hasil yang
konsisten jika digunakan beberapa kali terhadap kelompok subjek yang sama.
Sedangkan pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak
dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi lebih dikarenakan error of
measurement. Pengukuran yang tidak reliabel akan memperoleh hasil yang tidak
Teknik ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi, karena hanya satu kali
menunjukkan nilai < 0,6 maka reliabilitas dikatakan kurang baik. Koefisien
reliabilitas dapat diterima jika bernilai 0,6 – 0,8. Sedangkan reliabilitas yang
aiem dilakukan melalui SPSS for Windows versi 25.0 menghasilkan α = 0,859.
Hal tersebut menunjukkan bahwa item pengukuran pada skala perilaku kerja
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas data atau sebaran data
penelitian yang dilakukan (Noor, 2013). Uji normalitas dilakukan dengan teknik
Kolmogorov-Smirnov SPSS for Windows vers 25.0. Normalitas dipenuhi jika hasil
uji signifikan untuk suatu taraf signifikan 0,05. Jika signifikan (p) yang diperoleh
lebih besar dari 0,05, maka data tersebut dikatakan terdistribusi secara normal dan
jika signifikan (p) kurang dari 0,05 maka data terdistribusi secara tidak normal.
b. Uji linearitas
variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear (Noor, 2013). Uji linearitas
dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS for
Data dikatakan linear apabila kedua variabel yang diteliti memiliki signifikan
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan
menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment pada SPSS for Windows
versi 25.0 jika data terdistribusi dengan normal. Jika dalam uji asumsi, data tidak
BAB IV
A. Pelaksanaan Penelitian
lembar skala penelitian. Dari jumlah tersebut, skala yang kembali dan
sebagai berikut :
Tabel. 6
Sebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Wilayah
Wilayah Laki-laki Perempuan Jumlah
Tabel. 7
Sebaran Subjek Berdasarkan Rentang Usia
Rentang Usia Jumlah Subjek
25 – 30 tahun 6 orang
31 – 40 tahun 57 orang
41 – 50 tahun 87 orang
51 – 60 tahun 96 orang
Tabel.8
Data Empirik dan Data Teoritik
Variabel Data Teoritik Data Empirik SD p
Min Max Mean Min Max Mean
Kecerdasan 40 160 100 97 157 120.05 9.760 0.00
Emosional 8 0
CWB 12 48 30 12 27 20.207 3.773 0.00
3 0
teoritik dan mean empiris. Uji coba dalam penelitian ini menggunakan
One Sample t-test. Hasil uji beda mean menunjukkan bahwa mean teoritik
sebesar 120,05. Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik, yaitu
signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
Hasil uji coba mean juga menunjukkan bahwa mean teoritik untuk
diketahui bahwa mean empirik lebih rendah daripada mean teoritik, yaitu
20,207 < 30. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat perilaku kerja
signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga kategori,
yaitu: tinggi, sedang, dan rendah (Azwar,2012). Norma kategori skor dapat
1x40= 40 dan rentang maksimum 4x40= 160, sehingga jarak luas sebaran
160-40= 120 dan mempunyai standar deviasi ( sebesar 120:6= 20, serta
berikut:
95 atau 39% subjek berada dalam kategori tinggi, 151 atau 61% subjek
dalam kategori sedang, dan tidak ada subjek yang masuk dalam kategori
rendah.
sedangkan 73 atau 30% subjek berada dalam kategori sedang dan 173 atau
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Tabel. 12
Hasil uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kecerdasan .145 246 .000 .920 246 .000
Emosi
CWB .143 246 .000 .952 246 .000
tidak normal karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).
b. Uji Linearitas
pada SPSS for Wondows versi 25.0. Jika nilai signifikansinya p <
Tabel. 13
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Squar F Sig.
e
CWB Betwee (Combined) 1671.728 47 35.569 3.877 .000
* K.E n
Groups Linearity 1129.938 1 1129.938 123.151 .000
Deviation from 541.790 46 11.778 1.284 .125
Linearity
Within Groups 1816.699 198 9.175
Total 3488.427 245
2. Uji Hipotesis
25.0. Berikut ini adalah hasil uji hipotesis kecerdasan emosional dan
Tabel. 14
Hasil Uji Hipotesis
K.E CWB
kontraproduktif (CWB).
3. Analisis tambahan
0,05 (tabel. 14). Peneliti juga melakukan uji normalitas dengan teknik
dengan normal (p) kurang dari 0,05 (tabel 15). Dari hasil uji normalitas
perhitungan korelasi:
Aspek F Sig.
Self awareness 84.116 0,000
Self control 49.873 0,000
Self motivation 80.870 0,000
Empathy 83.575 0,000
Social skill 45.922 0,000
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kesadaran .231 246 .000 .916 246 .000
diri
Kontrol diri .158 246 .000 .952 246 .000
Motivasi diri .198 246 .000 .888 246 .000
Empati .172 246 .000 .960 246 .000
Sosial skill .186 246 .000 .927 246 .000
a. Lilliefors Significance Correction
70
Aspek Sig r
Self awareness 0,000 -0,444
Self control 0,000 -0,316
sebesar -0,444, aspek social skill sebesar -0,354, dan yang paling
E. PEMBAHASAN
perasaan mereka dengan apa yang mereka pikirkan, katakan dan lakukan,
tindakan verbal maupun fisik yang tidak pantas kepada sesama rekan kerja
secara wajar.
dengan baik juga akan mampu menghadapi situasi-situasi yang berat dan
Cabang Samarinda yang baik dalam mengontrol diri akan mampu untuk
dan kondisi yang kurang kondusif di tempat kerja atau tidak akan
kerja kontraproduktif.
dirinya tidak akan melakukan perilaku membolos kerja atau mangkir, akan
berangkat kerja terlambat dan pulang lebih awal dari jam kerja yang sudah
ditentukan.
73
juga pandai dalam mengenali emosi orang lain atau dapat dikatakan
bantuan. Empati juga akan memunculkan rasa toleransi ketika orang lain
terjadi.
emosi orang lain atau mempunyai rasa empati. Orang yang mempunyai
rasa empati ini juga biasanya adalah orang yang berhasil dalam
barang milik rekan kerja lain dan juga melakukan tindakan verbal maupun
fisik yang dapat merusak relasi atau pergaulan dengan rekan kerja.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
2. Bagi perusahaan/instansi
kecerdasan emosional.
64
Aquino, K., Lewis, M. U., dan Bradfield, M. 1999. Justice constructs, negative
affectivity, and employee deviance: A proposed model and empirical test.
Journal of Organizational Behavior, 20 (7): 1073-1091.
Bapna, I., Shrivastava, G., & Chitnis, E. (2011). Role Of Emotional Intelligence
On The Performance Of Employee Working In Service Sector. Journal of
International Journal of Multidisciplinary Research. Vol. 1.
Ciarrochi, J. V., Chan, A. Y. C., & Caputi, P. (2000). A critical evaluation of the
emotional intelligence construct. Personality and Individual Differences, 28
(3): 539–561.
Druskat, Vanessa Urch & Wolff, Steven B. (2001). Group Emotional Intelligence
and Its Influence On Group Efefectiveness. Chapter 6. Emotional
Intelligence and Organization Effectiveness. The Emotionally Intelligent
Workplace ; How to Select for, Measure, and Improve Emotional
Intelligence in Individuals, Groups, and Organizations. San Fransisco :
Jossey-Bass. Diunduh 20 April 2021, dari http://library.nu
Ferris, D. L., Brown, D. J., & Heller, D. (2009). Organizational Supports and
Workplace Deviance: The Mediating Role of Organzation-based Self-
esteem. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 108, 279-
286.
Fox, S., Spector, P. E., & Bauer, J. A. (2010). Measurement Artifacts in the
Assessment of Counterproductive Work Behavior and Organizational
citizenship Behavior: Do We Know We Think We Know? Journal of
Applied Psychology, 781-790.
73
Goleman, D. (1998). Working with emotional intelligence. Jakarta: PT. Gramedia
Utama.
Hakim, A. (2012). Hubungan antara kecerdasan emosi dan kinerja pada karyawan.
Skripsi Program Studi Sarjana Reguler pada FPSI UI Depok: tidak
diterbikan.
Law, K. S., Wong, C. S., & Song, L. 2004. The construct and criterion validity of
emotional intelligence and its potential utility for management studies.
Journal of Applied Psychology, 89 (3): 483–496.
Xu, S., & Wang, Q. (2013). Content and Construct of Counterproductive Work
Behavior in A Chinese Context. Journal of Social Behavior and
Personality, 41 (6), 921-932.
Yang, L.Q., Johnson, R.E., Zhang, X., Spector, P.E., & Xu, S. (2012). Relations
of Interpersonal Unfairness with Counterproductive Work Behavior: The
Moderating Role of Employee Self-Identity. Journal of Science and
Business, 28, 189-202.
LAMPIRAN
77
LAMPIRAN 1
SKALA PENELITIAN (Try Out)
Bagian Pertama : Skala Kecerdasan Emosional
Bagian Kedua : Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif
74
Kepada :
Hormat
saya, .........................
.........
75
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala ini
dengan suka rela dan tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu,
demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua jawaban yang saya
berikan adalah murni dari apa yang saya alami dan bukan berdasarkan pada
yang saya berikan tersebut sebagai data untuk memperlancar penelitian ilmiah ini.
........,...............2019
Menyetujui
......................
(Ttd)
76
IDENTITAS DIRI
1. Usia :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *coret yang tidak perlu
PETUNJUK PENGISIAN
Pernyataan SS S TS STS
Saya mengetahui apa yang saya rasakan √
Jika anda ingin mengganti jawaban, dapat mengganti seperti contoh dibawah
ini :
Pernyataan SS S TS STS
Saya mengetahui apa yang saya rasakan √ √
~ Selamat Mengerjakan ~
BAGIAN PERTAMA
~ Terimakasih ~
88
LAMPIRAN 2
SKALA PENELITIAN (Setelah Try Out) Bagian Pertama : Skala Kecerdasan
Emosional
Bagian Kedua : Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif
89
Hormat saya,
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala ini
dengan suka rela dan tidak dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu,
demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini. Semua jawaban yang saya
berikan adalah murni dari apa yang saya alami dan bukan berdasarkan pada
yang saya berikan tersebut sebagai data untuk memperlancar penelitian ilmiah ini.
........,...............2019
Menyetujui
......................
(Ttd)
89
IDENTITAS DIRI
3. Usia :
4. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *coret yang tidak perlu
PETUNJUK PENGISIAN
Pernyataan SS S TS STS
Saya mengetahui apa yang saya rasakan √
Jika anda ingin mengganti jawaban, dapat mengganti seperti contoh dibawah
ini :
Pernyataan SS S TS STS
Saya mengetahui apa yang saya rasakan √ √
~ Selamat Mengerjakan ~
90
BAGIAN PERTAMA
BAGIAN KEDUA
~ Terimakasih ~
LAMPIRAN 3
Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosional dan Skala Perilaku Kerja
Kontraproduktif
LAMPIRAN RELIABILITAS SKALA
A. KECERDASAN EMOSIONAL
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.926 60
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item- Alpha if
Item Deleted Item Deleted Total Item
Correlation Deleted
VAR0000 177.4200 224.779 .377 .925
1
VAR0000 178.1000 228.010 .173 .926
2
VAR0000 177.6600 229.821 .075 .927
3
VAR0000 179.0800 235.993 -.235 .931
4
VAR0000 177.4200 222.738 .548 .924
5
96
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.961 40
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlatio Deleted
n
VAR0000 122.2200 201.726 .613 .960
5
VAR0000 122.7000 206.010 .333 .961
6
VAR0000 122.4200 198.249 .756 .959
7
VAR0000 123.4200 208.412 .117 .962
9
VAR0001 122.2400 200.798 .676 .960
1
VAR0001 122.1400 201.837 .632 .960
3
VAR0001 122.8000 204.082 .493 .960
4
VAR0001 122.7000 204.541 .445 .961
6
VAR0001 122.5200 200.744 .497 .961
7
VAR0001 122.9200 202.075 .561 .960
8
VAR0001 122.2000 202.245 .580 .960
9
99
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.802 24
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if
Item Deleted Item Correlatio Item Deleted
Deleted n
VAR00001 42.9200 41.953 -.023 .809
VAR00002 42.4000 40.449 .270 .798
VAR00003 42.5600 40.415 .316 .797
VAR00004 42.8400 37.933 .455 .789
VAR00005 42.5000 40.010 .287 .798
VAR00006 42.6800 37.936 .480 .788
VAR00007 43.0000 38.204 .404 .792
VAR00008 43.1000 38.827 .483 .790
VAR00009 42.2800 37.471 .232 .811
VAR00010 42.9400 39.486 .335 .796
VAR00011 42.1400 40.490 .145 .804
VAR00012 42.8600 40.041 .202 .802
VAR00013 42.4400 38.537 .470 .790
VAR00014 42.6400 38.888 .594 .788
VAR00015 41.9000 39.112 .172 .809
VAR00016 43.0400 37.794 .594 .784
VAR00017 42.4000 37.714 .420 .791
VAR00018 42.7000 38.827 .608 .788
VAR00019 42.9600 37.753 .601 .784
VAR00020 42.7800 36.951 .685 .779
VAR00021 42.5800 38.779 .389 .793
VAR00022 41.9600 39.468 .140 .812
VAR00023 42.8600 39.796 .217 .801
VAR00024 43.0200 38.020 .557 .786
Item-Total Statistics
104
Skala Kecerdasan Emosional
One-Sample Statistics
Std. Std. Error
N Mean Deviation Mean
KECERDASANEMOSIONAL 24 120.0 9.7608 .6223
6 5 8 3
One-Sample Test
Test Value =
100
95% Confidence Interval of
Mean the Difference
Differenc Lower Upper
t df Sig. (2-
e
tailed)
K.E 32.22 24 .000 20.0528 18.827 21.278
2 5 5 0 6
One-Sample Statistics
Std.
N Mean Std. Error
Deviation
Mean
CWB 24 20.207 3.77339 .2405
6 3 8
One-Sample Test
Test Value =
30
95% Confidence Interval of
Mean the Difference
Differenc Lower Upper
t df Sig. (2-
e
tailed)
CWB - 24 .000 - - -
40.704 5 9.7926 10.266 9.3188
8 6
LAMPIRAN 5
HASIL UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kecerdasan .145 246 .000 .920 246 .000
Emosi
CWB .143 246 .000 .952 246 .000
LAMPIRAN 6
HASIL UJI LINEARITAS
ANOVA Table
Sum Mean
of df Squar F Sig.
Squares
e
CWB Between (Combined) 1671.728 47 35.569 3.877 .000
* K.E Groups
Linearity 1129.938 1 1129.938 123.151 .000
Deviation
from 541.790 46 11.778 1.284 .125
Linearity
Within Groups 1816.699 198 9.175
Total 3488.427 245
LAMPIRAN 7
HASIL UJI HIPOTESIS
Correlations
K. CWB
E
Spearman's rho K.E Correlation 1.000 -.534**
Coefficient
Sig. (1-tailed) . .000
N 246 246
CWB Correlation -.534** 1.000
Coefficient
Sig. (1-tailed) .000 .
N 246 246
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Korelasi Antara Aspek-Aspek Kecerdasan
Emosional Dengan Perilaku Kerja
Kontraproduktif
Correlations
Kesadara
n diri Kontro motivas empat Socia CWB
l diri i i l skill
Spearm Kesadara Correlation 1.000 .407** .649** .472** .582** -.444’’
a n's rho n diri Coefficient
Sig. (1-tailed) . .000 .000 .000 .000 .000
N 246 246 246 246 246 246
Kontrol Correlation .407** 1.000 .384** .412** .432** -.316**
diri Coefficient
Sig. (1-tailed) .000 . .000 .000 .000 .000
N 246 246 246 246 246 246
Motivasi Correlation .649** .384** 1.000 .451** .506 -.462**
**
Coefficient
Sig. (1-tailed) .000 .000 . .000 .000 .000
N 246 246 246 246 246 246
Empati Correlation .472** .412** .451** 1.000 .364 -.446**
**
Coefficient
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 . .000 .000
N 246 246 246 246 246 246
Social Correlation .582** .432** .506** .364** 1.000 -.354**
skill Coefficient
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 . .000
N 246 246 246 246 246 246
CWB Correlation -.444** -.316** -.462** -.446** -.354** 1.000
Coefficient
Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .
N 246 246 246 246 246 246
**. Correlation is
significant at the 0.01 level
(1- tailed).
TABEL R
NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
Taraf Taraf
Signifikansi Signifikansi Taraf Signifikansi
N 5% 1% N 5% 1% N 5% 1%
3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345
4 0,915 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330
5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317
6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306
7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296
8 0,707 0,934 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286
9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278
10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270
11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263
12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256
13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230
14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 115 0,159 0,210
15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194
16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181
17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148
18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128
19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 150 0,088 0,115
20 0,444 0,561 44 0,297 0,084 600 0,080 0,105
21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097
22 0,230 0,370 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091
23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086
24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081
25 0,396 0,155 49 0,281 0,364
26 0,388 0,496 50 0,279 0,361