Anda di halaman 1dari 5

Ka`bah sebagai kiblat kita

Dimasa silam ditetapkan


Dengan Bismillah Pembuka Kata
Ucapan salam kami sampaikan

Assalamualaikum Wr. Wb.


 Alhamdulillahhirobbil`alamin, wabihi nasta`in
`ala umuriddunya waddin, ashsholatu
wassalamu`ala asrofil ambiyaa iwal mursalin.
Wa`ala alihi washohbihi ajma`in.
 Robbisrohli sodri, wayassrili amri, wahlul
uqdatammilisani yafqohu qouli, amma ba`du.
Pertama-tama, marilah kita semua panjatkan puja dan
puji syukur kita hanya kepada Allah Subhanahu
Wata’ala yang masih memberikan kita semua banyak
nikmat sehat, nikmat waktu, nikmat iman, dan nikmat
Islam, sehingga kita semua dapat berkumpul di acara
yang Insya Allah mulia ini.
Tidak lupa tentu sholawat serta salam mari kita
curahkan pada junjungan kita semua, Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam, karena telah membawa
kita semua dari zaman jahiliyah, menuju ke zaman yang
terang benderang yang diridhoi oleh Allah, seperti yang
kita semua rasakan saat ini. Semoga kita semua masuk
dalam golongan yang menerima syafaatnya kelak di
hari akhir, nanti. Aamiin.
Pada hari yang cerah kali ini, izinkan saya untuk
menyampaikan materi yang berkaitan dengan “Dosa
Besar”
Suatu ketika Rasulullah bertanya pada sahabat beliau
"Maukah kalian aku kasih berita tentang dosa apa yang
paling besar ?? Para sahabat berkata, 'Tentu saja ya
Rasulullah'. Rasulullah melanjutkan pembicaraannya,
'Mempersekutukan Allah, kemudian durhaka kepada
orangtua," sebelumnya Rasulullah semi duduk, lalu
duduk penuh dan berkata," (ketiga) janji dan kesaksian
palsu." (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abu
Bakrah).
Hadits ini mengungkapkan bahwa ada tiga macam dosa
besar yang harus kita hindari, yaitu mempersekutukan
Allah, durhaka kepada orangtua, dan janji palsu (kata-
kata dusta).
Secara eksplisit hadits ini lebih menekankan dosa yang
ketiga, yaitu janji palsu. Mengapa demikian?
Diriwayatkan, ketika Rasulullah mengatakan dosa
pertama dan kedua beliau mengatakannya dalam posisi
berdiri sambil bersandar, kemudian beliau duduk dan
mengatakan, "janji palsu" berulang-ulang kali.
Pertama, mempersekutukan Allah. Sudah sangat jelas
bagi kita bahwa mempersekutukan Allah adalah rajanya
dosa, dan orang yang melakukannya tidak akan
mendapatkan ampunan Allah hingga ia benar-benar
kembali pada Allah. 
Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam surat
Lukman ayat 13: 

ُ ‫ِإنَّ ال ِّشرْ َك َل‬ 


‫ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kedzaliman yang besar.”  
Ayat ini diperkuat dengan sebuah hadis dari Ibnu
Mas'ud, di mana Rasulullah mengatakan bahwa dosa
paling besar di sisi Allah adalah menjadikan sesuatu
sebagai tandingan-Nya, padahal engkau tahu bahwa
Allah-lah yang menciptakanmu.
Kedua, durhaka kepada orangtua. Ditempatkannya
durhaka kepada orangtua sebagai dosa besar setelah
mempersekutukan Allah terasa sangat pantas sekali
karena dalam Alquran berbakti kepada Allah selalu
digandengkan dengan berbakti kepada orangtua. Allah
berfirman:

َ ‫َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِدَ ي‬


‫ْك‬
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orangtuamu (QS. Lukman: 14). 
Bahkan dalam satu keterangan disebutkan tujuan hidup
manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dengan
tidak mempersekutukannya dan untuk berbakti kepada
orangtua.
Andai kita cermati ayat-ayat yang berkaitan dengan
kewajiban untuk berbakti kepada orangtua, maka kita
akan menemui perintah untuk memberikan perlakukan
terbaik bagi mereka. Sampai-sampai kita dilarang untuk
mengatakan uf, ah, atau sejenisnya. Bahkan kita pun
diharuskan tetap berbuat baik kepada mereka walaupun
mereka mempersekutukan Allah (QS. Lukman: 15).
Ketiga, janji palsu. Rasulullah mengulang-ulang kata
ini sampai tiga kali. Menurut para ahli hadis
pengulangan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa
mengingkari janji termasuk dosa yang sangat berbahaya. 
Dalam Alquran pun, masalah ingkar janji diulang-ulang
sampai beberapa kali, salah satunya terdapat dalam surat
Al-Hajj ayat 30:
‫َأْل‬
‫ور‬
ِ ‫الز‬ ِ ‫س ِم َن ا ْو َث‬
ُّ ‫ان َواجْ َت ِنبُوا َق ْو َل‬ َ ْ‫ َفاجْ َت ِنبُوا الرِّج‬ 
“”Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu
dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.”  
Dalam Surat Al-Furqan, ketika Allah menceritakan
orang-orang yang mendapatkan berkah, salah satu
kriterianya adalah orang-orang yang tidak pernah
bersaksi dengan saksi-saksi palsu. Dari sini saja kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa mengingkari janji
termasuk dosa besar dan menunaikannya adalah
perbuatan mulia.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW mengungkapkan
bahwa janji palsu termasuk salah satu kriteria sifat
munafik, selain berbicara dusta, mengabaikan amanat
(khianat), dan lari dari pertempuran.  
Demikianlah Kultum yang dapat saya sampaikan.
Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, jika ada
yang baik itu datang dari Allah dan jika ada yang buruk
itu datang dari diri saya pribadi. Mohon maaf atas
kekhilafan tutur kata dan perbuatan. Semoga Allah
membimbing kita semua ke jalan yang benar.
Aqulu qawli hadza wa astaghfirallahi li walakum,
fastaghfiruh innah hu huwal ghafur rahim
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai