Correa)
MENYERBUK SENDIRI DAN MENYERBUK SILANG
Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya
Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
KESIMPULAN
Bunga buah maja (Aegle
marmelos L. Correa) merupakan bunga
yang sempurna dikarenakan ada
benang sari saat pengamatan
menggunakan dino-lite yang mana
terdapat pada bunga sehingga tanaman
maja (Aegle marmelos L. Correa) bisa
disebut tanaman hermaprodit yaitu
individu tanaman yang mempunyai bunga
jantan dan bunga betina dalam satu
kuntum bunga.
SARAN
Pada praktikum ini lebih baik
saat pengamatan menggunakan dino-
lite di ruangan atau lab agro
Ashari, S. (2002). Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Campbell, N., J, B., & L, G. (2000). Biologi (5 ed.). Jakarta: Erlangga.
Darjanto, & Siti, S. (1987). Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbuk
Silang Buatan. Jakarta: PT Gramedia.
Hariana, A. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya (Vol. 2). Jakarta: Penebar Swadaya.
Kent, & Coker. (1994). Vegetation Description and Analysis. Chichester: John Willey &
Ltd.
Mansyur, S. (2008). Penataan Arsitektur Tajuk pada Saat Perompesan untuk Optimasi
Fotosintesis dan Pertumbuhan Generatif pada Tanaman Apel Varietas Manalagi
(Malus sylvestris Mill.). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Universitas Brawijaya, 73.
Mulyani, D. (2009). Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rismayani. (2013). Manfaat Buah Maja (Aegle marmelos L. Correa) Sebagai Pestisida
Nabati untuk Hama Penggerek Buah Kakao (Conomorpha cramerella). Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 19(3).
Rukmana. (2008). Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius.
Sunarjono, H. (2011). Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Bandung: Sinar Baru.
Tjitrosoepomo. (2005). Morfologi Tumbuhan (15 ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
.
KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)
GENETIC DIVERSITY OF ROSELLA PLANTS (Hibiscus sabdariffa)
Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Keragaman genetik adalah variasi karakteristik yang ada diwariskan pada populasi
spesies yang sama. Ini melayani peran penting dalam evolusi dengan memungkinkan
spesies untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan untuk melawan parasit.
Keragaman genetik tanaman dapat diketahui apabila beberapa varitas tanaman
yang mempunyai sifat genetik berbeda ditanam pada lingkungan homogen.
Perbedaan yang muncul dengan demikian merupakan representasi dari perbedaan
genetik. Perlu diketahui bahwa sebenarnya lingkungan tidak mungkin homogen,
namum dapat diupayakan semaksimal mungkin menjadi lebih kecil dengan
manipulasi budidaya maupun pengurangan strata tempat tumbuh. Tanaman akan
menghasilkan fenotip berbeda untuk masing-masing varitas. Tujuan dari
praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami konsep keragaman yang
terjadi pada populasi tanaman (penyebab, macam, arti penting bagi pemuliaan).
Mampu mengidentifikasi karakter yang dimiliki suatu tanaman berdasarkan pada
standar karakterasasinya (terutama karakter yang berkaitan dengan kegiatan
pemuliaan), dan mengetahui karakter tanaman yang keragamannya dipengaruhi
oleh genetik atau lingkungan.
Kata kunci : keragaman genetik, varietas, karakter
PENDAHULUAN
Keragaman genetik adalah variasi adanya sifat beda akan terjadi variasi
karakteristik yang ada diwariskan pada atau keanekaragaman organisme dalam
populasi spesies yang sama. Ini melayani satu spesies. Keanekaragaman dapat
peran penting dalam evolusi dengan terjadi dalam tingkat gen, populasi,
memungkinkan spesies untuk beradaptasi
atau komunitas. (Widianti, Tuti, &
dengan lingkungan baru dan untuk
Noor, 2015).
melawan parasit. Hal ini berlaku untuk
spesies peliharaan, yang biasanya Keanekaragam jenis
memiliki tingkat rendah keragaman. menunjukan seluruh variasi yang
Keanekaragaman gen adalah variasi atau terjadi antar spesies yang masih dalam
perbedaan gen yang terjadi dalam suatu
satu familia. Keanekaragaman hayati
jenis atau spesies makhluk hidup
tingkat jenis (antar spesies) lebih
(Wartono & Meria, 2017). Dengan
mudah diamati daripada
keanekaragaman tingkat gen karna genetik berbeda ditanam pada
perbedaannya mencolok (Sridianti, lingkungan homogen. Perbedaan yang
2014). Keanekaragaman atau kekayaan muncul dengan demikian merupakan
jenis dapat diukur dengan berbagai representasi dari perbedaan genetik.
cara, misalnya dengan indeks Perlu diketahui bahwa sebenarnya
keanekaragaman. satu tempat lingkungan tidak mungkin homogen,
dikatakan memiliki keanekaragaman namum dapat diupayakan semaksimal
jenis tinggi bila memiliki kekayaan mungkin menjadi lebih kecil dengan
jenis yang merata (Campbell, 2010). manipulasi budidaya maupun
pengurangan strata tempat tumbuh.
Keragaman tanaman adalah
Tanaman akan menghasilkan fenotip
perbedaan sifat atau ukuran sifat
berbeda untuk masing-masing varitas
tanaman. Pada setiap populasi tanaman
(Mariska & E, 2003).
terdapat keragaman, karena antar satu
tanaman dengan tanaman lain Keragaman genetik merupakan
mempunyai perbedan sifat atau ukuran syarat mutlak dalam keberhasilan suatu
sifat. Yang dimaksud perbedaan sifat program pemuliaan tanaman (Acquaah,
misalnya adalah satu tanaman 2012). Keragaman genetik dapat
mempunyai warna buah hijau memperbesar kemungkinan untuk
sedangkan tanaman yang lain berwarna mendapatkan genotip yang lebih baik
merah sedangkan perbedaan ukuran melalui seleksi. Keragaman karakter
sifat misalnya gradasi dari warna hijau dan keanekaragaman genotip berguna
atau gradasi dari warna merah yang untuk mengetahui pola pengelompokan
ditunjukkan oleh skor tertentu. Apabila genotip pada populasi tertentu
sifat yang dimiliki sama, keragaman berdasarkan karakter yang diamati dan
dapat disebabkan oleh perbedaan dapat dijadikan sebagai dasar kegiatan
tempat tumbuh. Perbedaan-perbedaan seleksi (Agustine & Waluyo, 2017).
ini dapat berinteraksi antara satu
Tujuan dari praktikum ini
dengan lainnya. Pada program
adalah agar praktikan dapat memahami
pemuliaan tanaman, keragaman dan
konsep keragaman yang terjadi pada
identifikasinya merupakan modal
populasi tanaman (penyebab, macam,
utama dalam kegiatan seleksi. Di lain
arti penting bagi pemuliaan). Mampu
pihak, keragaman juga akan menjadi
mengidentifikasi karakter yang
masalah apabila dikehendaki
dimiliki suatu tanaman berdasarkan
keserempakan pertumbuhan dalam
pada standar karakterasasinya
memanipulasi saat produksi dan panen.
(terutama karakter yang berkaitan
Keragaman akan menguntungkan
dengan kegiatan pemuliaan), dan
apabila dilihat dari sisi perbaikan
mengetahui karakter tanaman yang
tanaman. (Hutami, Ika, & Yati, 2006)
keragamannya dipengaruhi oleh
Keragaman genetik tanaman genetik atau lingkungan.
dapat diketahui apabila beberapa
BAHAN DAN METODE
varitas tanaman yang mempunyai sifat
Tempat dan Waktu Praktikum Tahapan Kegiatan
R1 R2
R3 BC1
2. Struktur Bunga
Mahkota Bunga
Benang sari
Tangkai Bunga
Kepala putik
Dasar bunga
Karakter Jumlah
R1 R2 R3 BC1
Sepall 10 9 10 10
Petal 5 5 5 5
Mahkota 5 5 5 5
Benang sari 35 32 31 39
Putik 5 5 4 5
3. Tipe Stamen dan Pistil : Tipe Stamen adalah monadelphous yaitu sifat benangsari
yang tangkai sarinya membentuk tabung yang mengelilingi tangkai putik dan Pistil
adalah sederhana
4. Tipe Bunga : Tipe Bunga pada rosella adalah hemaprodit yaitu suatu individu yang
memiliki 2 alat organ/kelamin yaitu jantan dan betina yng berfungsi penuh
5. kelompok Tanaman Menyerbuk Sendiri atau Silang : Kelompok Tanaman
Menyerbuk Sendiri karena mempunyai bunga jantan dan betina.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. (2012). Principles of Plant Genetics and Breeding (2nd ed.). Oxford,
UK: Ltd., Publication.
Agustine, N., & Waluyo, B. (2017). Keragaman karakter morfo-agronomi. Jurnal
Agro, 5(1), 120-130.
Burczyk, J., & Chalupka. (1997). Flowering and cone production variability and
its effect on parental balance in a Scots pine clonal seed orchard. Annual
Science Forest, 129-144.
Burczyk, J., & Prat, D. (1997). Male reproductive success in Pseudotsuga
menziesii (Mirb.). 638-647.
Campbell. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chaix, G., & Garber, S. (2003). Gene flow estimates with microsatellites in a
Malagasy seed orchard of Eucalyptus grandis. Theoretical and Applied
Genetics, 705-712.
El-Kassaby, Y., & Fashier, A. (1984). Reproductive phenology and its impact on
genetically improve seed production in a Douglass-fir seed orchard. Silvae
Genetica, 120-125.
Hutami, s., Ika, M., & Yati, S. (2006). Peningkatan Keragaman Genetik Tanaman
melalui Keragaman Somaklonal. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Jurnal
AgroBiogen, 2(2), 81-82.
Mariska, I., & E, G. (2003). Pemanfaatan Kultur In Vitro Untuk Meningkatkan
Keragaman Genetik Tanaman Nilam. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2(2), 64-69.
Sridianti. (2014). Biodiversity of Indonesia. Retrieved September 21, 2015, from
hhtp://sridianti.scribd.com
Wartono, H., & Meria, T. (2017). . Keragaman genetik ikan rono Adrianichthys
oophorus (Kottelat, 1990) spesies endemik di Danau Poso Sulawesi
Tengah berdasarkan truss morphometricdan sekuen gen cytochrome C
oxidase subunit1 (COI). Sulawesi Tengah: Program Studi Pendidikan
Biologi Fkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sintuwu
Maroso Poso.
Widianti, Tuti, & Noor, A. (2015). Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang:
Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
TEKNIK PERSILANGAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DAN
MENYERBUK SILANG PADA TANAMAN ROSELLA (Hibiscus
sabdariffa), DAN JAGUNG (Zea mays)
Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Hasil persilangan bunga rosella varietas cocok dengan varietas lain oleh
dapat dilihat pada tabel 1. keberhasilan karena itu dibutuhkan ketrampilan dan
persilangan dapat disebabkan oleh pengetahuan tentang persilangan pada
banyaknya faktor diantaranya bunga varietas tersebut, waktu reseptif,
keterampilan dari penyilang, tidak setiap waktu antesis. Persilangan dilakukan
untuk semua kombinasi dalam waktu yang faktor diantarannya yaitu faktor
bersamaan ini tentu mempengaruhi lingkungan dan faktor genotip tanaman itu
keberhasilan persilangan meskipun masa sendiri. Faktor lingkungan terdiri dari
antesis antara jam 06.00 – 10.00, cara gangguan hama, penyakit, panas dan
penutupan dengan plastik yaitu menutup udara. Faktor genotip dari tanaman terdiri
bunga secara longgar sehingga udara di dari kualitas serbuk sari dari tetua jantan
dalam tidak panas sehingga dapat yang digunakan pada persilangan.
mengatasi jumlah bunga-bunga yang
gugur, kesuburan tetua jantan lebih subur Saran
dibanding dengan tetua betina Pada saat persilangan praktikan
kemungkinan tingkat fertilitas jantan lebih
harus lebih berhati-hati dan teliti agar
tinggi sehingga serbuk sari yang
terkandung pada bunga tersebut cukup persilangannya berhasil, dan tidak
untuk membuai bungan betina. Faktor menutup hasil persilangan dengan
lingkungan yang baik seperti tidak adanya plastik serapat-rapatnya. Diusahakan
serangan hama dan penyakit serta sifat tetap ada udara agar tidak bucuk.
genetik dari tanaman yang akan
disilangkan. Menurut Ayu Sulistyo (2012) DAFTAR PUSTAKA
yang menyatakan bahwa keberhasilan
penyerbukan buatan yang kemudian Alia, Y., dan W. Wilia. 2010.
diikuti oleh pembuahaan dipengaruhi oleh Persilangan Empat Varietas
beberapa faktor diantaranya adalah Melon Dalam Rangka
kompatibilitas tetua, ketepatan waktu Penyediaan Populasi Awal untuk
reseptif betina dan antesis jantan, Seleksi. J. Penelitian Universitas
kesuburan tanaman serta faktor Jambi Seri Sains 13 (1) : 39-42.
lingkungan. Basir, M dan F. Kasim. 2004.
Sedangkan gagalnya persilangan Penampilan dan Stabilitas 12
rosella dapat disebakan karena pada saat
Genotip jagung (Zea
persilangan melukai putik bunga atau
terlalu mengembun sehingga bunga cepat Mays L.) Bersari Bebas
membusuk kemudian akan rontok. Hal ini Prosiding Simposium Pemuliaan
sama seperti yang disampaikan oleh Tanaman IV
Menurut Ihsan,et all (2008) Cuaca Kondisi (Kontribusi Pemuliaan dalam
panas dengan suhu tinggi dan kelembaban Inovasi Teknologi Rumah
udara terlalu rendah menyebabkan bunga
Lingkungan).
rontok.
Menurut Welsh, (1991) dalam Balai Penelitian Jagung dan
Irwan (2011) yang menyatakan bahwa Serealia, Malang
faktor – faktor abiotik dan biotik
merupakan kendali pembatas bagi
Basuki, N. 1986. Pendugaan
tumbuhan untuk dapat hidup dan
parameter genetik dan hubungan
berproduksi. Faktor genetik tidak akan
antara hasil dengan beberapa
memperlihatkan sifat yang dibawanya sifat agronomi serta analisis
kecuali dengan adanya faktor lingkungan persilangan diallel pada
yang menunjang. Semangka. Disertasi. Fakultas
Kesimpulan Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Berhasil tidaknya suatu Cahyono, Bambang. 2012. Rosella,
persilangan di pengaruhi oleh beberapa Teknik Budidaya dan Analisis
Usaha Tani. C.V. Aneka Ilmu. Joko Hidayat. 2010. Teknik
Semarang. Persilangan dan Penanganan
generasi lanjut pada Melon.
Hallauer, A. R. and J.B. Miranda Fo.
Latihan Field Insfection and
1981. Quantitative Genetics in Maintanance of Varieties of
Maize Food Legummes. Bogor. 1-12 P.
Breeding. Iowa State Univ.
Sulistyo, A. 2012. Evaluasi hasil
Press, Ames. persilangan, analisis daya
Ihsan Farihul dan Sukarmin. 2008. gabung serta pendugaan nilai
heterosis tujuh genotipe Melon.
Teknik Persilangan Mangga
Makalah Seminar Hasil
(Mangifera Indica) Untuk Penelitian. PPs IPB-Bogor.
Perakitan Varletas Unggul Baru.
Welsh, J.R., 1991. Dasar-Dasar
Buletin Teknik Pertanian, 13
Genetika dan Pemuliaan
(1):33-36. Tanaman. Terjemahan Mogea,
Irwan, A. E. 2011. Budidaya Tanaman P.J. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rosella. Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.
HETEROSIS & HERITABILITAS PADA TANAMAN ROSELLA
(Hibiscus Sabdariffa L.) DAN JAGUNG (Zea mays)
Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Heterosis atau vigor hibrida adalah keadaan di mana vigor dari suatu hibrida (F1), yaitu hasil
persilangan antara 2 tetua (P1 dan P2) melebihi vigor dari rerata kedua tetuanya atau vigor dari
salah satu tetua terbaik. Apabila rerata turunan F1 melebihi kedua tetuanya disebut heterobeltiosis.
Tujuan praktikum heterosis adalah untuk mengetahui keunggulan sifat hibrida hasil persilangan
antara tetua yang berpotensi, sedangkan tujuan praktikum heritabilitas adalah untuk mengetahui
secara kuantitatif peran genotipe dan lingkungan terhadap besaran fenotipe yang diamati.
Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 30 April 2019 sampai selesai. Lokasi
pelaksanaan praktikum ini adalah di laboratorium Agronomi UMM dan Lahan Rusunawa P2KK
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembagian tingkat heritabilitas variabel yang diamati yaitu
Tinggi tanaman, Jumlah daun, Diameter batang, Jumlah bunga per tanaman memiliki nilai duga
heritabilitas yang rendah.
Kata Kunci: Heterosis, Heretabilitas, Hibrida.
PENDAHULUAN
Zubachtirodin, Pabbage dan pada pembentukan galur inbrida adalah
Subandi (2013) menyatakan bahwa penentuan daya gabung kedua tetua.
jagung merupakan tanaman pangan aya gabung tetua inbrida yang
penting kedua setelah padi mengingat digunakan harus diketahui terlebih
fungsinya yang multiguna, jagung dahulu agar penentuan tetua jantan
dapat dimanfaatkan untuk pangan, atau betina untuk proses perakitan
pakan, dan bahan baku industri. galur hibrida lebih akurat. Menurut
roduktivitas nasional yang tergolong Hijria (2012) Pengaruh interaksi
masih rendah merupakan peluang bagi hibrida dan lokasi mengindikasikan
pemulia tanaman untuk memperbaiki bahwa faktor lokasi berperan penting
populasi tanaman tersebut. Perakitan terhadap penampilan suatu genotipe
tanaman jagung dengan karakter dan mampu tumbuh lebih baik di
unggul menjadi salah satu solusi untuk lokasi yang lebih sesuai.Silang puncak
meningkatkanproduksi jagung nasional merupakan salah satu prosedur yang
dengan hasil dan kualitas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
optimal. Uji daya hasil hibrida-hibrida galur-galur atau varietas pada generasi
harapan jagung perlu dilakukan untuk awal (S2-S4) untuk dikembangkan
mendapatkan hibrida-hibrida yang lebih lanjut (Mandal, 2014).
mempunyai potensi hasil dan kualitas Tanaman rosella (Hibiscus
yang baik serta stabil. Permasalahan Sabdariffa L.) merupakan tanaman
hias luar ruangan yang merupakan beberapa tanaman menyerbuk sendiri
jenis dari tanaman sepatu. Di Indonesia (Permadi et al., 2014). Penelitian
dengan iklim tropis, rosella dapat heterosis pada cabai melalui metode
tumbuh dengan subur. Tanaman rosella persilangan dialil atau line x tester
merupakan tanaman yang sangat pada karakter hasil dan komponen
dikenal saat ini karena kelopak bunga hasil telah dilakukan secara intensif di
rosella dapat digunakan sebagai India dan Cuba. Melalui analisis line x
minuman kesehatan yang dapat tester terhadap 3 tetua betina dan 8
menyembuhkan berbagai penyakit tetua jantan dihasilkan 4 hibrida F1
seperti hipertensi, diabetes, dan yang berpotensi memiliki vigor hibrid
diuretik (Patel, 2013). Zat aktif yang pada karakter hasil buah per tanaman,
paling berperan dalam kelopak bunga jumlah buah per tanaman, ukuran
rosella meliputi gossypetin, antosianin, buah, ketebalan kulit buah, dan bobot
dan glukosida hibisci (Moeksin dan per buah pada cabai. Hasil penelitian
Ronald, 2009). Doshi dan Shukla (2000) terdapat
Heterosis atau vigor hibrida fenomena heterosis pada karakter hasil
adalah keadaan di mana vigor dari dan komponen hasil kecuali pada
suatu hibrida (F1), yaitu hasil bobot per buah dan total klorofil, serta
persilangan antara 2 tetua (P1 dan P2) didapat nilai heterobeltiosis lebih dari
melebihi vigor dari rerata kedua 30% pada F1.
tetuanya atau vigor dari salah satu Tujuan praktikum heterosis
tetua terbaik. Apabila rerata turunan F1 adalah untuk mengetahui keunggulan
melebihi kedua tetuanya disebut sifat hibrida hasil persilangan antara
heterobeltiosis. Watt, (1980) dalam tetua yang berpotensi, sedangkan
Permadi, (2014) mengemukakan 4 tujuan praktikum heritabilitas adalah
keuntungan F1 hibrida, yaitu (1) vigor untuk mengetahui secara kuantitatif
yang lebih besar dalam hasil, produksi peran genotipe dan lingkungan
bunga atau biji, perkecambahan yang terhadap besaran fenotipe yang
lebih cepat, dan resistensi terhadap diamati.
penyakit, (2) daya adaptasi yang lebih
BAHAN DAN METODE
besar terhadap keadaan lingkungan
yang bervariasi karena terdapat gen- Tempat dan Waktu
gen dalam keadaan heterozigot, (3) Pelaksanaan praktikum ini
terekspresinya sifat-sifat yang dilaksanakan pada hari Sabtu 30 Maret
2019 sampai selesai. Lokasi pelaksanaan
menguntungkan apabila sifat-sifat
praktikum ini adalah di laboratorium
tersebut dikendalikan gen-gen Agronomi dan rusun P2KK UMM
dominan, dan (4) perlindungan secara Universitas Muhammadiyah Malang.
alami terhadap pembajakan varietas
Alat dan Bahan
karena pemulia/ perusahaan
menyimpan tetua-tetuanya. Alat yang dibutuhkan adalah alat –
alat pertanian dan alat ukur, sedangkan
Pemanfaatan vigor hibrida
bahan yang digunakan adalah benih
sudah banyak diaplikasikan pada
tanaman rosella yang terdiri dari atas tetua L.) Lokal Sulawesi Tenggara. J.
R1, R2, R3, dan BC1. Penelitian Agronomi1(2) : 174-
Prosedur Praktikum 183. Hijria. Dirvamena,B dan
Teguh, W. 2012.Analisa
Menanam semua jenis komoditas
tanaman rosella yang disediakan, Mandal, B. C. 2014. Maize Breeding
melakukan observasi dan mengukur atau and Seed Production Manual.
menghitung variabel yang diamati seperti Food and Agriculture
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter Organization of the United
batang, munculnya bunga pertama, jumlah Nations. DPR Korea.
bunga pertanaman, jumlah buah
pertanaman, panen pertama, bobot buah Moeksin, R., dan Ronald, S. H., 2009.
pertanaman. Pengaruh Kondisi, Perlakuan dan
Berat Sampel terhadap Ekstraksi
HASIL DAN PEMBAHASAN Antosianin dari Kelopak Bunga
Rosella dengan Pelarut Aquadest
Hasil dan Ethanol. Jurnal Sains dan
Matematika (JSM), 16, 11-18
Patel, S. 2014. Hibiscus sabdariffa : An
Pembahasan ideal yet underexploited candidate
for neutraceutrical applications.
DAFTAR PUSTAKA
Biomedicine & Preventive
Doshi K.M. and Shukla, P.T. 2000. Nutrition. Vol 4 : 23-27
Expression of Heterosis in Chilli Permadi, C.S., 2014. Heterosis Hasil dan
(Capsicum annuum L.). Komponen Hasil dalam Seri
Capsicum and Eggplant Persilangan Dialil Lima Tetua
Newsletter 19:66-69. Kacang Hijau. Zuriat I(1):23-31.