Anda di halaman 1dari 21

BIOLOGI BUNGA TANAMAN MAJA (Aegle marmelos L.

Correa)
MENYERBUK SENDIRI DAN MENYERBUK SILANG

Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya
Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK

Maja (Aegle marmelos L. Correa) termasuk dalam famili Rutaceae, habitus


berupa pohon yang tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Pohon maja
(Aegle marmelos L. Correa) dapat tumbuh sampai 20 meter dengan tajuk yang
menjulang ke atas dan kayunya sangat keras. Fase reproduktif terjadi pada
pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji. Fase ini berkaitan dengan
proses (1) pembuatan sel-sel yang secara relatif sedikit, (2) pendewasaan jaringan-
jaringan, (3) penebalan serabut-serabut, (4) pembentukan hormon-hormon yang
diperlukan untuk perkembangan kuncup bunga (primordia), (5) perkembangan kuncup
bunga, bunga, biji, dan alat-alat penyimpanan, (6) pembentukan koloid-koloid hidrofilik
(bahan yang dapat menahan air) . Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
susunan morfologi bunga tanaman menyerbuk sendiri dan menyerbuk silang
khususnya pada bunga maja (Aegle marmelos L. Correa) . Tahapan pelaksanaan
praktikum ini adalah mencari bunga satu jenis tanaman saja (bunga maja (Aegle
marmelos L. Correa) ), membelah bunga maja (Aegle marmelos L. Correa)
menjadi dua bagian secara horizontal menggunakan cutter, mengamati bagian –
bagiannya menggunakan alat yaitu Dino – Lite, menggambar bagian – bagian
bunganya pada kertas buram serta memberi keterangan pada tiap – tiap
bagaiannya secara lengkap, mendokumentasi setiap perlakuan yang dikerjakan.
Bunga buah maja (Aegle marmelos L. Correa) merupakan bunga yang sempurna
dikarenakan ada benang sari saat pengamatan menggunakan dino-lite yang mana
terdapat pada bunga sehingga tanaman maja (Aegle marmelos L. Correa) bisa
disebut tanaman hermaprodit yaitu individu tanaman yang mempunyai bunga jantan
dan bunga betina dalam satu kuntum bunga.
Kata kunci : bunga maja (Aegle marmelos L. Correa) , dino-lite, tanaman
PENDAHULUAN
Perkawinan antar spesies yang nantinya dapat dilepas sebagai
merupakan salah satu cara yang digunakan varietas unggul. Perkawinan silang antar
dalam meningkatkan keragaman genetik spesies dan dalam spesies memiliki
bahan pemuliaan. Keragaman tersebut beberapa perbedaan dalam tingkat
nantinya akan diseleksi untuk keragaman genetik nantinya. Jenis
mendapatkan varietas yang memiliki sifat perkawinan tersebut dipengaruhi oleh
unggul. Varietas bersifat unggul tersebut beberapa faktor. Sehingga dalam proses
perkawinan dalam tanaman atau sering dengan kondisi lingkungan. Organisme
disebut dengan penyerbukan diperlukan pada suatu tempat bersifat saling
pengetahuan khusus mengenai morfologi bergantung, sehingga tidak terikat
dan sifat-sifat pada bunga (Mulyani, berdasarkan kesempatan semata dan bila
2009). terjadi gangguan pada suatu organisme
atau sebagian faktor lingkungan akan
Proses penyerbukan terjadi melalui
berpengaruh terhadap keseluruhan
peristiwa jatuhnya benang sari di atas
komunitas (Noviantari, 2009).
kepala putik. Cara penyerbukan tanaman,
dibagi menjadi dua yaitu menyerbuk Tingkat komunitas, secara deskriptif
sendiri dan menyerbuk silang. karakterisasi tumbuhan dapat dilakukan
Penyerbukan sendiri adalah penyaruan sel dengan pengamatan struktural. Deskripsi
jantan dan sel betina yang berasal dari satu tersebut dilakukan berdasarkan morfologi
bunga atau satu tanaman, sedangkan bentuk luar, bentuk hidup, stratifikasi dan
penyerbukan silang adalah penyatuan sel ukuran komunitas deskripsi dan analisis
jantan dan sel betina dari tanaman dari suatu komunitas tumbuhan yang bisa
berbeda. Pengetahuan tentang perbedaan dilakukan dengan melakukan pengukuran
penyerbukan ini juga penting artinya bagi terhadap pola distribusi, dalam suatu
proses untuk memperoleh kultivar koloni kecil, pada lahan yang luas atau
tanaman baru pada program pemuliaan penutupan lahan. Selain itu juga pada
(Sunarjono, 2011). suatu komunitas yang berdiversitas tinggi
atau populasi murni. Karakter sosiabilitas
Maja (Aegle marmelos L. yang diamati bervariasi tergantung jenis
Correa) termasuk dalam famili tumbuhan (Kent & Coker, 1994)
Rutaceae, habitus berupa pohon yang
tumbuh di dataran rendah hingga Tujuan dari praktikum ini adalah
dataran tinggi. Pohon maja (Aegle untuk mengetahui susunan morfologi
bunga tanaman menyerbuk sendiri dan
marmelos L. Correa) dapat tumbuh
menyerbuk silang khususnya pada bunga
sampai 20 meter dengan tajuk yang
lonceng biru.
menjulang ke atas dan kayunya sangat
keras (Rismayani, 2013). Beberapa BAHAN DAN METODE
manfaat maja (Aegle marmelos L. Tempat dan Waktu Praktikum
Correa) diantaranya yaitu pada
danging buah yang mengandung Tempat pelaksanaan praktikum ini
substansi semaacam minyak balsem, 2- dilaksanakan di Edu Park Tamenisa
Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas
furocoumarinspsoralem, dan
Muhammadiyah Malang pada hari rabu
marmelosin (C13H12O3) (Hariana, 2009).
tanggal 13 Maret 2019.
Buah, akar dan daun maja (Aegle
marmelos L. Correa) bersifat antibiotik. Alat dan Bahan
Ranting digunakan untuk mengobati
Alat yang digunakan pada
gigitan ular dan sebagai racun ikan.
praktikum ini adalah cutter, gunting,
Distribusi semua tumbuhan di alam pinset, kaca pembesar, Dino – Lite, alat
dapat disusun dalam tiga pola dasar yaitu, tulis dan alat dokumentasi.
acak, teratur dan mengelompok. Pola
distribusi demikian erat hubungannya
Bahan yang digunakan adalah Membelah bunga maja (Aegle marmelos
tanaman maja (Aegle marmelos L. Correa) L. Correa) menjadi dua bagian secara
. horizontal menggunakan cutter. Tiap
praktikan mengamati bagian – bagian buga
Tahapan Kegiatan
maja (Aegle marmelos L. Correa)
Tahapan pelaksanaan praktikum ini kemudian menggambar dan memotretnya
adalah mencari bunga satu jenis tanaman menggunakan alat yaitu Dino – Lite.
saja (bunga Maja (Aegle marmelos L. Setelah digambar dan difoto bunga maja
Correa) ) yang tidak boleh sama dengan (Aegle marmelos L. Correa) diberi
teman sekelas. Setelah digambar dan keterangan bagian-bagiannya secara
difoto bunga lonceng biru diberi lengkap termasuk organ kelaminnya.
keterangan bagian-bagiannya secara Terakhir membandingkannya dengan
lengkap termasuk organ kelaminnya. gambar foto dari literatur dan
mendokumentasi setiap kegiatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 : Hasil Pengamatan Bagian – Bagian Bunga Maja (Aegle marmelos L.
Correa)

Dinolite Literatur Keteranagan

Bunga maja (Aegle


marmelos L. Correa)
yang telah lengkap
menjalani
penyerbukan akan
menjadi buah maja
Perbesaran 50X
http:// (Aegle marmelos L.
animhosnan.blogspot.com Correa) . Buah maja
/2013/04/buah-maja.html
(Aegle marmelos L.
Correa) biasanya
berbentuk bulat atau
berbentuk bulat agak
lonjong dengan ada
tonjolan di bahagian
pangkalnya buah
Di literatur Cuma ada
kelopaknya saja dan
bunga ini termasuk
bunga lengkap karena
memiliki kelopak
bunga, mahkota bunga
dan juga putik serta
Perbesaran 50X
http://etheses.uin-
benang sari yang
malang.ac.id/ terdapat dalam satu
2662/6/10620063_ bunga
Di dalam ilmu budidaya dan bunga merupakan bagian yang
pemuliaan tanaman, mempelajari menyelimuti bunga saat bunga masih
biologi bunga merupakan salah satu menguncup. Kelopakbunga akan
hal yang sangat penting. Dengan membuka saat bunga mulai mekar.
Mahkota bunga merupakan bagian paling
mempelajari biologi bunga maka para
indah pada bunga. Mahkota bunga
pemulia tanaman akan dapat
biasanya mempunyai bentuk dan warna
melakukan kegiatan pemuliaan yang menawan. Oleh karena itu,
tanaman karena dalam biologi bunga keindahan bunga sangat dipengaruhi oleh
akan dipelajari berbagai macam mahkota bunga. Benang sari adalah alat
struktur bunga, sehingga bisa diketahui kelamin jantan. Benang sari terdiri dari
kedudukan benang sari dan putik dari tangkai sari dan kepala sari. Di dalam
bunga yang bersangkutan. Selain itu kepala sari terdapat butir-butir serbuk sari.
juga dapat diketahui tipe persilangan Putik adalah alat kelamin betina. Bentuk
yang terjadi pada tanaman, dan putik seperti botol yang lehernya panjang
bagaimana sifat tanaman tersebut. dan lurus. Bagian putik yang paling ujung
disebut kepala putik. Bagian putik yang
Bunga merupakan organ yang paling panjang disebut tangkai putik. Putik
penting bagi tanaman terutama untuk bagian bawah yang mengembung berisi
proses perkembangbiakan secara bakal buah. Di dalam bakal buah terdapat
seksual. Komponen dasar dari suatu juga bakal biji. Bakal biji ini mempunyai
bunga adalah kelopak, tajuk atau dua inti, yaitu sel telur (ovum) dan calon
lembaga (Rukmana, 2008).
mahkota bunga, benang sari dan putik
(Darjanto & Siti, 1987). Fase reproduktif terjadi pada
pembentukan dan perkembangan kuncup
Bunga merupakan alat
bunga, buah dan biji. Fase ini berkaitan
perkembang biakan tumbuhan secara
dengan proses (1) pembuatan sel-sel yang
generativ pada tumbuhan berbiji. Bunga
secara relatif sedikit, (2) pendewasaan
yang sempurna mempunyai bagian-bagian
jaringan-jaringan, (3) penebalan serabut-
yang terdiri dari tangkai bunga, kelopak,
serabut, (4) pembentukan hormon-hormon
mahkota, benang sari, dan putik. Tangkai
yang diperlukan untuk perkembangan
bunga menghubungkan bunga denga
kuncup bunga (primordia), (5)
batang. Bagian ujung tangkai bunga yang
perkembangan kuncup bunga, bunga, biji,
agak membesar disebut dasar bunga.
dan alat-alat penyimpanan, (6)
Dasar bunga merupakan tempat
pembentukan koloid-koloid hidrofilik
melekatnya mahkota bunga. Kelopak
(bahan yang dapat menahan air) (Mansyur, dikarenakan bisa lebih fokus dan
2008). kondusif, untuk microscop dino-lite
Hasil pengamatan bagian – juga diperbanyak sehingga praktikum
bagian bunga (Tabel 1) merupakan bisa mengefisiensi waktu.
bunga maja (Aegle marmelos L.
Correa) yang diamati menggunakan DAFTAR PUSTAKA
dino-lite. Bunga ini merupakan bunga
yang sempurna hal ini dikarenakan
pada pengamatan menggunakan dino-
lite ditemukan benang sarinya. Bunga
sempurna atau bunga lengkap (flos
completes) yaitu bunga yang terdiri dari
kelopak, tajuk bunga atau mahkota bunga,
benang sari dan putik (Tjitrosoepomo,
2005). Berdasarkan kelengkapan kelamin
betinanya maka tanaman buah maja
(Aegle marmelos L. Correa) merupakan
tanaman hermaprodit yaitu individu
tanaman yang mempunyai bunga jantan
dan bunga betina dalam satu kuntum
bunga (Ashari, 2002). Jika bunga jantan
dan betina terdapat pada satu individu
tumbuhan yang sama, maka spesies
tumbuhan disebut berumah satu
(monoesis) (Campbell, J, & L, 2000).

KESIMPULAN
Bunga buah maja (Aegle
marmelos L. Correa) merupakan bunga
yang sempurna dikarenakan ada
benang sari saat pengamatan
menggunakan dino-lite yang mana
terdapat pada bunga sehingga tanaman
maja (Aegle marmelos L. Correa) bisa
disebut tanaman hermaprodit yaitu
individu tanaman yang mempunyai bunga
jantan dan bunga betina dalam satu
kuntum bunga.

SARAN
Pada praktikum ini lebih baik
saat pengamatan menggunakan dino-
lite di ruangan atau lab agro
Ashari, S. (2002). Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Campbell, N., J, B., & L, G. (2000). Biologi (5 ed.). Jakarta: Erlangga.
Darjanto, & Siti, S. (1987). Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbuk
Silang Buatan. Jakarta: PT Gramedia.
Hariana, A. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya (Vol. 2). Jakarta: Penebar Swadaya.
Kent, & Coker. (1994). Vegetation Description and Analysis. Chichester: John Willey &
Ltd.
Mansyur, S. (2008). Penataan Arsitektur Tajuk pada Saat Perompesan untuk Optimasi
Fotosintesis dan Pertumbuhan Generatif pada Tanaman Apel Varietas Manalagi
(Malus sylvestris Mill.). Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Universitas Brawijaya, 73.
Mulyani, D. (2009). Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rismayani. (2013). Manfaat Buah Maja (Aegle marmelos L. Correa) Sebagai Pestisida
Nabati untuk Hama Penggerek Buah Kakao (Conomorpha cramerella). Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 19(3).
Rukmana. (2008). Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius.
Sunarjono, H. (2011). Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Bandung: Sinar Baru.
Tjitrosoepomo. (2005). Morfologi Tumbuhan (15 ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada
University.

.
KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)
GENETIC DIVERSITY OF ROSELLA PLANTS (Hibiscus sabdariffa)
Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK

Keragaman genetik adalah variasi karakteristik yang ada diwariskan pada populasi
spesies yang sama. Ini melayani peran penting dalam evolusi dengan memungkinkan
spesies untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan untuk melawan parasit.
Keragaman genetik tanaman dapat diketahui apabila beberapa varitas tanaman
yang mempunyai sifat genetik berbeda ditanam pada lingkungan homogen.
Perbedaan yang muncul dengan demikian merupakan representasi dari perbedaan
genetik. Perlu diketahui bahwa sebenarnya lingkungan tidak mungkin homogen,
namum dapat diupayakan semaksimal mungkin menjadi lebih kecil dengan
manipulasi budidaya maupun pengurangan strata tempat tumbuh. Tanaman akan
menghasilkan fenotip berbeda untuk masing-masing varitas. Tujuan dari
praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami konsep keragaman yang
terjadi pada populasi tanaman (penyebab, macam, arti penting bagi pemuliaan).
Mampu mengidentifikasi karakter yang dimiliki suatu tanaman berdasarkan pada
standar karakterasasinya (terutama karakter yang berkaitan dengan kegiatan
pemuliaan), dan mengetahui karakter tanaman yang keragamannya dipengaruhi
oleh genetik atau lingkungan.
Kata kunci : keragaman genetik, varietas, karakter
PENDAHULUAN
Keragaman genetik adalah variasi adanya sifat beda akan terjadi variasi
karakteristik yang ada diwariskan pada atau keanekaragaman organisme dalam
populasi spesies yang sama. Ini melayani satu spesies. Keanekaragaman dapat
peran penting dalam evolusi dengan terjadi dalam tingkat gen, populasi,
memungkinkan spesies untuk beradaptasi
atau komunitas. (Widianti, Tuti, &
dengan lingkungan baru dan untuk
Noor, 2015).
melawan parasit. Hal ini berlaku untuk
spesies peliharaan, yang biasanya Keanekaragam jenis
memiliki tingkat rendah keragaman. menunjukan seluruh variasi yang
Keanekaragaman gen adalah variasi atau terjadi antar spesies yang masih dalam
perbedaan gen yang terjadi dalam suatu
satu familia. Keanekaragaman hayati
jenis atau spesies makhluk hidup
tingkat jenis (antar spesies) lebih
(Wartono & Meria, 2017). Dengan
mudah diamati daripada
keanekaragaman tingkat gen karna genetik berbeda ditanam pada
perbedaannya mencolok (Sridianti, lingkungan homogen. Perbedaan yang
2014). Keanekaragaman atau kekayaan muncul dengan demikian merupakan
jenis dapat diukur dengan berbagai representasi dari perbedaan genetik.
cara, misalnya dengan indeks Perlu diketahui bahwa sebenarnya
keanekaragaman. satu tempat lingkungan tidak mungkin homogen,
dikatakan memiliki keanekaragaman namum dapat diupayakan semaksimal
jenis tinggi bila memiliki kekayaan mungkin menjadi lebih kecil dengan
jenis yang merata (Campbell, 2010). manipulasi budidaya maupun
pengurangan strata tempat tumbuh.
Keragaman tanaman adalah
Tanaman akan menghasilkan fenotip
perbedaan sifat atau ukuran sifat
berbeda untuk masing-masing varitas
tanaman. Pada setiap populasi tanaman
(Mariska & E, 2003).
terdapat keragaman, karena antar satu
tanaman dengan tanaman lain Keragaman genetik merupakan
mempunyai perbedan sifat atau ukuran syarat mutlak dalam keberhasilan suatu
sifat. Yang dimaksud perbedaan sifat program pemuliaan tanaman (Acquaah,
misalnya adalah satu tanaman 2012). Keragaman genetik dapat
mempunyai warna buah hijau memperbesar kemungkinan untuk
sedangkan tanaman yang lain berwarna mendapatkan genotip yang lebih baik
merah sedangkan perbedaan ukuran melalui seleksi. Keragaman karakter
sifat misalnya gradasi dari warna hijau dan keanekaragaman genotip berguna
atau gradasi dari warna merah yang untuk mengetahui pola pengelompokan
ditunjukkan oleh skor tertentu. Apabila genotip pada populasi tertentu
sifat yang dimiliki sama, keragaman berdasarkan karakter yang diamati dan
dapat disebabkan oleh perbedaan dapat dijadikan sebagai dasar kegiatan
tempat tumbuh. Perbedaan-perbedaan seleksi (Agustine & Waluyo, 2017).
ini dapat berinteraksi antara satu
Tujuan dari praktikum ini
dengan lainnya. Pada program
adalah agar praktikan dapat memahami
pemuliaan tanaman, keragaman dan
konsep keragaman yang terjadi pada
identifikasinya merupakan modal
populasi tanaman (penyebab, macam,
utama dalam kegiatan seleksi. Di lain
arti penting bagi pemuliaan). Mampu
pihak, keragaman juga akan menjadi
mengidentifikasi karakter yang
masalah apabila dikehendaki
dimiliki suatu tanaman berdasarkan
keserempakan pertumbuhan dalam
pada standar karakterasasinya
memanipulasi saat produksi dan panen.
(terutama karakter yang berkaitan
Keragaman akan menguntungkan
dengan kegiatan pemuliaan), dan
apabila dilihat dari sisi perbaikan
mengetahui karakter tanaman yang
tanaman. (Hutami, Ika, & Yati, 2006)
keragamannya dipengaruhi oleh
Keragaman genetik tanaman genetik atau lingkungan.
dapat diketahui apabila beberapa
BAHAN DAN METODE
varitas tanaman yang mempunyai sifat
Tempat dan Waktu Praktikum Tahapan Kegiatan

Tempat dilaksanakannya Melakukan observasi dan pengamatan


praktikum kali ini adalah pada hari Kamis, karakter vegetatif, generatif, dan buah
21 februari 2019 pada saat persemaian masing-masing komoditas rosella yang
Rosela bertempat di Tamesia. Rabu, 20 telah ditanam (R1, R2, R3, dan BC1).
Maret 2019 pindah tanam ke Rusunawa
Menghitun jumlah daun kelopak
P2KK. Dan untuk pemupukan pada hari
(sepal), daun mahkota (petal), benang
Rabu, 10 April 2019 di lahan Rusunawa
P2KK Universitas Muhammadiyah sari (statmen), dan putik (pistil).
Malang Mengelompokkan setiap bunga
berdasrkan pistillate, staminate, atau
Alat dan Bahan hermaphrodite (biseksual).
Alat yang digunakan dalam Pengelompokan berdasrkan tipe
praktikum kali ini adalah alat tulis, buku penyerbukan sendiri. Kemudian
panduan karakterisasi, alat pengukuran, menganalisis data tanaman rosella
cetok, bak, dan leaf colour chart (LCC). secara deskriptif dan menentukan sifat
Bahan yang digunakan antara lain kualitatif / kuantitatifnya.
tanaman rosela R1, R2, R3, dan BC1

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL PENGAMATAN
Tanaman : Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Nama Kultivar / Genotipe : roselindo 1, roselindo 2, roselindo 3, backcross 1
Tabel 1. Pengamatan dan Penentuan Sifat Kualitatif / Kuantitatif
Sifat Kualitatif/Kuantitatif
No Karakteristik R1 R2 R3 BC1 Keterangan

1 Jumlah Daun 70 81 72 78 Kuantitatif


2 Bentuk Daun Menjari Menjari Menjari Tunggal Kualitatif
3 Jumlah Kuantitatif
Cabang
4 Bentuk Silinder Silinder Silinder Silinder Kualitatif
Cabang
5 Jumlah Bunga 19 65 23 7 Kuantitatif
per Tanaman
6 Warna Bunga Putih Merah muda Hijau Merah muda Kualitatif
kehijauan
7 Bentuk Halus Halus Halus Halus Kualitatif
Permukaan
Batang
8 Tinggi 64,6 65 71 54,4 Kuantitatif
Tanaman
9 Bentuk Buah Bulat Bulat Bulat Bulat Kualitatif
10 Jumlah Buah 3 16 2 3 Kuantitatif
per Tanaman

Tabel 2. Pengamatan Bunga


1. Gambar Bunga

R1 R2

R3 BC1

2. Struktur Bunga
Mahkota Bunga

Benang sari

Bakal biji Kelopak Bunga

Tangkai Bunga

Kepala putik
Dasar bunga
Karakter Jumlah
R1 R2 R3 BC1
Sepall 10 9 10 10
Petal 5 5 5 5
Mahkota 5 5 5 5
Benang sari 35 32 31 39
Putik 5 5 4 5

3. Tipe Stamen dan Pistil : Tipe Stamen adalah monadelphous yaitu sifat benangsari
yang tangkai sarinya membentuk tabung yang mengelilingi tangkai putik dan Pistil
adalah sederhana

4. Tipe Bunga : Tipe Bunga pada rosella adalah hemaprodit yaitu suatu individu yang
memiliki 2 alat organ/kelamin yaitu jantan dan betina yng berfungsi penuh
5. kelompok Tanaman Menyerbuk Sendiri atau Silang : Kelompok Tanaman
Menyerbuk Sendiri karena mempunyai bunga jantan dan betina.

6. Waktu Mekar dan Reseptik Putik : Pagi Hari

Pembahasan pembungaan dikendalikan oleh gen


pengendali sintesa hormon
Pada hasil gambar bunga
pembungaan dan fitohormon
yang didapat varietas tanaman yang
(Burczyk & Chalupka, 1997).
berbeda terdapat adanya waran
Fenologi pembungaan juga didukung
bunga yang berbeda. Hal ini
oleh faktor lingkungan seperti
disebabkan adanya variasi pada satu
kecukupan matahari dan kecukupan
jenis individu disebabkan oleh faktor
unsur hara. Terbentuknya buah selain
genetic dan faktor lingkungan,
dipengaruhi oleh jumlah dan
sehingga walaupun satu jenis tetapi
sinkronisasi kematangan bunga
setiap individu memiliki ciri khas
jantan dan bunga betina, efektifitas
masing masing. Bahwa
polinator, juga dipengaruhi oleh
kenekaragaman dipengaruhi baik
faktor lingkungan diantaranya
faktor dari dalam (gen) dan faktor
kecukupan sinar matahari, yang
luar (pengaruh lingkungan)
dipengaruhi oleh topografi, kerapatan
(Widianti, Tuti, & Noor, 2015).
pohon, posisi tajuk dan arah mata
Pola sebaran serbuk sari angin (Burczyk & Chalupka, 1997).
merupakan salah satu faktor yang Selain itu, tanaman yang
ikut menentukan nilai inbreeding, penyerbukannya dibantu oleh hewan,
ukuran populasi efektif dan level khususnya serangga cenderung
keragaman genetik di lahan dan antar mempunyai pemindahan gen (gene
populasi (Burczyk & Chalupka, flow) yang tidak terlalu jauh, karena
1997) Pola sebaran ini ditentukan keterbatasan jarak terbang serangga
oleh fenologi pembungaan seperti (Chaix & Garber, 2003).
kemampuan berbunga, jumlah
Faktor lingkungan seperti
produksi bunga dan sinkronisasi
makanan, suhu, cahaya, kelembapan,
kematangan bunga jantan dan betina
curah hujan, derajat keasaman tanam
dan efektifitas polinator yang
(pH) bersama faktor keturunan (gen)
membawa serbuk sari ke kepala
sangat berpengaruh terhadap fenotip.
putik sehingga terjadipenyerbukan
Fenotip merupakan hasil interaksi
(El-Kassaby & Fashier, 1984).
antara genotip dengan lingkungan.
Proses reproduksi Setiap makhluk hidup, baik itu
dipengaruhi oleh banyak faktor yang tumbuhan, hewan, dan manusia
diawali dengan fenologi pembungaan memiliki persamaan dan perbedaan.
sampai terjadinya buah/biji. Fenologi Hal tersebut terjadi karena genotip
yang dimiliki individu berbeda,
adanya gen yang bersifat dominan
dan resesif, adanya penetrasi dan
ekspresivitas, adanya rekombinasi
gen dan lainnya. Keanekaragaaman
sifat genetic sangat penting karena
tanpa adanya variasi sifat makhluk
hidup, ilmu genetika tidak mungkin
berkembang. Berbagai pola
pewarisan sifat dapat ditemukan dan
diketahui karena adanya variasi sifat
pada makhluk hidup (Campbell,
2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat


diambil adalah dalam satu jenis
individu (dalam hal ini bunga rosela
(Bauhinia sabdariffa)) mempunyai
variasi pada setiap individunya, baik
itu dalam segi bentuk, panjang,
corak, dll. Adanya variasi tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan
pengaruh lingkungan.
Saran
Saran praktikum tahun depan
adalah praktikan sering sering
membaca refsensi agar dapat
menunjang praktikumnya

DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. (2012). Principles of Plant Genetics and Breeding (2nd ed.). Oxford,
UK: Ltd., Publication.
Agustine, N., & Waluyo, B. (2017). Keragaman karakter morfo-agronomi. Jurnal
Agro, 5(1), 120-130.
Burczyk, J., & Chalupka. (1997). Flowering and cone production variability and
its effect on parental balance in a Scots pine clonal seed orchard. Annual
Science Forest, 129-144.
Burczyk, J., & Prat, D. (1997). Male reproductive success in Pseudotsuga
menziesii (Mirb.). 638-647.
Campbell. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chaix, G., & Garber, S. (2003). Gene flow estimates with microsatellites in a
Malagasy seed orchard of Eucalyptus grandis. Theoretical and Applied
Genetics, 705-712.
El-Kassaby, Y., & Fashier, A. (1984). Reproductive phenology and its impact on
genetically improve seed production in a Douglass-fir seed orchard. Silvae
Genetica, 120-125.
Hutami, s., Ika, M., & Yati, S. (2006). Peningkatan Keragaman Genetik Tanaman
melalui Keragaman Somaklonal. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Jurnal
AgroBiogen, 2(2), 81-82.
Mariska, I., & E, G. (2003). Pemanfaatan Kultur In Vitro Untuk Meningkatkan
Keragaman Genetik Tanaman Nilam. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2(2), 64-69.
Sridianti. (2014). Biodiversity of Indonesia. Retrieved September 21, 2015, from
hhtp://sridianti.scribd.com
Wartono, H., & Meria, T. (2017). . Keragaman genetik ikan rono Adrianichthys
oophorus (Kottelat, 1990) spesies endemik di Danau Poso Sulawesi
Tengah berdasarkan truss morphometricdan sekuen gen cytochrome C
oxidase subunit1 (COI). Sulawesi Tengah: Program Studi Pendidikan
Biologi Fkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sintuwu
Maroso Poso.
Widianti, Tuti, & Noor, A. (2015). Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang:
Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
TEKNIK PERSILANGAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DAN
MENYERBUK SILANG PADA TANAMAN ROSELLA (Hibiscus
sabdariffa), DAN JAGUNG (Zea mays)

Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK

Keberhasilan proses pembentukan varietas sangat ditentukan oleh tingkat keragaman


bahan genetik yang akan dievaluasi. Semakin banyak materi atau bahan yang dievaluasi,
tentunya akan lebih besar peluangnya untuk memperoleh varietas unggul baru.
Keberhasilan dalam pelaksanaan persilangan ditentukan oleh faktor manusia, alat yang
digunakan serta faktor lingkungan. Peran pelaksana (manusia) dalam memperbesar
keberhasilan persilangan terutama ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk memahami konsep dan tujuan hibridisasi, mampu
membedakan jenis tanaman menyerbuk sendiri dan menyerbuk silang baik secara
morfologi maupun biologi bunga, memahami konsep hibridisasi pada tanaman
menyerbuk sendiri dan menyerbuk silang, mampu melakukan persilangan, dan
menghubungkan tujuan dari tiap – tiap langkah persilangan baik secara teori maupun
praktek. Praktikum ini dilaksanakan di Lahan rusunawa P2KK Universitas
Muhammadiyah Malang. Mulai saat muncul bunga tanggal 29 April 2019 sampai bulan
juni 2019. Bahan yang digunakan adalah bunga tanaman rosella dan jagung. Hasil yang
diperoleh yaitu tanaman rosella belum mencapai keberhasilan karena masih 4 yang
berhasil bukan 10 persilangan. Berhasil tidaknya suatu persilangan di pengaruhi oleh
beberapa faktor diantarannya yaitu faktor lingkungan dan faktor genotip tanaman itu
sendiri. Faktor lingkungan terdiri dari gangguan hama, penyakit, panas dan udara. Faktor
genotip dari tanaman terdiri dari kualitas serbuk sari dari tetua jantan yang digunakan
pada persilangan.
Kata kunci : Persilangan, Serbuk sari, Faktor keberhasilan.
PENDAHULUAN
Tanaman jagung (Zea mays L.) unggul baru adalah dengan cara
merupakan tanaman semusim yang persilangan dan seleksi berulang
banyak diusahakan di Indonesia dan sebagai usaha pemuliaan jangka
merupakan komoditas pangan penting panjang, introduksi dari luar negeri dan
setelah padi. Tanaman jagung juga perbaikan populasi, serta seleksi untuk
dipergunakan sebagai pakan stabilitas hasil dilakukan pada berbagai
ternak,bahan baku industri, tepung kue sentra produksi jagung. Varietas
dan juga minuman, sehingga jagung yang dihasilkan melalui
kebutuhan jagung nasional semakin perbaikan populasi perlu diuji pada
meningkat (Basir dan Kasim, 2004) daerah pertanaman yang mempunyai
Strategi pemuliaan tanaman agroklimat yang berbeda untuk
jagung untuk mendapatkan varietas mengetahui tanggapannya terhadap
lingkungan setempat (Hallauer and rosella tambahan yang harus di produksi
Miranda, 1981). Untuk melengkapi sehingga dapat mencukupi kebutuhan
teknologi budidaya sertaan dari tersebut. Lahan budidaya rosella pun
varietas baru yang dihasilkan maka diperluas dan produktivitasnya
ditingkatkan lebih mendalam (Cahyono,
aspek pemupukan diperlukan karena
2012).
pemupukan akan meningkatkan
Keberhasilan proses pembentukan varietas
produksi jagung sangat ditentukan oleh tingkat keragaman
Bunga rosella merupakan bunga bahan genetik yang akan dievaluasi.
tunggal, bunganya muncul dari ketiak Semakin banyak materi atau bahan yang
daun. Bunga terdiri dari 8-11 helai kelopak dievaluasi, tentunya akan lebih besar
yang berbulu dengan panjang 1 cm, peluangnya untuk memperoleh varietas
pangkalnya saling berlekatan, dan unggul baru. Hal ini memberikan indikasi
berwarna merah. Bagian kelopak dianggap yang kuat bahwa jumlah populasi dasar
sebagai bunga oleh masyarakat pada memegang peranan yang sangat penting
umumnya. Bagian kelopak ini sering dalam proses pembentukan varietas. Salah
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan satu bahan dasar yang digunakan dalam
minuman (Cahyono, 2012). kegiatan seleksi atau bahan persilangan
Rosella merupakan tanaman yaitu koleksi plasma nutfah (Joko Hidayat,
cantik yang sangat kaya akan manfaat. 2010).
Pucuk dan daun rosella dapat dikonsumsi Persilangan merupakan salah satu cara
sebagai lalap atau direbus. Kelopak bunga memperbesar keragaman genetik melalui
digunakan sebagai bahan pewarna dalam perpaduan sifat tetua untuk mendapatkan
pembuatan sirup atau selai. Kelopak bunga suatu varietas baru yang diharapkan.
rosella dapat dikeringkan dan disimpan, Keberhasilan dalam pelaksanaan
untuk digunakan. Selain sebagai bahan persilangan ditentukan oleh faktor
makanan, rosela juga digunakan sebagai manusia, alat yang digunakan serta faktor
bahan dasar pembuatan obat. Khasiat lingkungan. Peran pelaksana (manusia)
mengkonsumsi produk olahan bunga dalam memperbesar keberhasilan
rosella antara lain dapat memperlancar persilangan terutama ditentukan oleh
buang air besar (menstimulasi gerak keterampilan dan pengetahuan. Faktor alat
peristaltik), menurunkan panas dan lebih berhubungan pada kebersihan alat,
antibakteri. Seiring permintaan pasar sedangkan faktor lingkungan adalah
terhadap minuman yang berasal dari seperti adanya serangan hama dan
olahan bunga cantik ini, rosella dikemas penyakit serta sifat genetik dari tanaman
secara praktis dalam bentuk teh celup dan yang akan disilangkan. Fluktuasi musim
telah banyak dipasarkan di toko obat dan suhu seringkali juga memiliki peran
herbal, swalayan dan apotik. Kandungan penting dalam kegiatan persilangan.
antioksidan yang terdapat pada bunga Disamping itu perlu penetapan tujuan dari
rosella sangatlah tinggi dan mampu persilangan. Menurut Basuki (1986)
meredam radikal bebas yang memicu dalam Alia (2010) biji yang disilangkan
pertumbuhan sel kanker (Irwan, 2011). harus mantap dan mempunyai ketahanan
Kandungan bunga rosella yang terhadap hama dan penyakit, tanah yang
banyak manfaatnya mengakibatkan bermasalah dan fluktuasi.
permintaan konsumen untuk pengolahan Tujuan dari praktikum ini adalah
rosella. Oleh karena itu,diperlukan suplai untuk memahami konsep dan tujuan
hibridisasi, mampu membedakan jenis Persiapan pengolahan lahan dan
tanaman menyerbuk sendiri dan pembentukan bedengan selanjutnya
menyerbuk silang baik secara morfologi penanaman bibit rosella, dan jagung sesuai
tanggal yang telah ditentukan. Melakukan
maupun biologi bunga, memahami konsep
persilangan pada masing – masing
hibridisasi pada tanaman menyerbuk komoditi disilangkan pada varietas yang
sendiri dan menyerbuk silang, mampu berbeda. Melakukan emaskulasi pada sore
melakukan persilangan, dan hari pada bunga rosella dibuang bagian
menghubungkan tujuan dari tiap – tiap kelopak bunga dan serbuk sarinya
langkah persilangan baik secara teori kemudian di tutup menggunakan plastik
maupun praktek. klip dan diberi label waktu persilangan.
Keesokan harinya melakukan polinasi
BAHAN DAN METODE pada bunga rosella yaitu mencari serbuk
sari pada bunga rosella varietas lain
Tempat dan Waktu Praktikum kemudian serbuk sarinya ditempelkan di
kepala putik bunga rosella yang telah di
Praktikum ini dilaksanakan di Lahan emaskulasi kemarin sore. Kemudian
rusunawa P2KK Universitas ditutup kembali menggunakan plastik klip
Muhammadiyah Malang. Mulai saat dan diamati keberhasilannya. Sedangkan
muncul bunga tanggal 20 April 2019 pada jagung ditetapkan terlebi dahulu tetua
sampai bulan juni 2019. jantan dan tetua betina (F1 dan F2) namun
Alat dan Bahan belum dilaksanakan persilangan sehingga
hanya rosella saja yang disilangkan.
Alat yang digunakan adalah alat – alat Kemdian ditutup menggunakan plastik
pertanian, alat dokumenasi, cutter, klip di labeli waktu polinasinya.
cuttenbat, plastik klip. Bahan yang Melakukan perawatan seperti menyiram,
digunakan pada praktikum ini adalah bibit membersihkan gulma, dan memupuk
tanaman rosella varietas (R1, R2, R3, Dan tanaman rosella, dan jagung yang sudah di
BC1), dan tanaman jagung silangkan maupun yang belum
disilangkan.
Tahapan Kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 : Hasil Persilangan Tanaman Rosella
No. Tanggal Komoditi Penyilangan Jumlah Keterangan
1 9 MEI 2019 ROSELLA R2 X R1 1 GAGAL
2 9 MEI 2019 ROSELLA BC1 X R2 1 GAGAL
3 12 MEI 2019 ROSELLA R2 X R1 2 GAGAL
4 12 MEI 2019 ROSELLA R2 X BC1 2 GAGAL
5 12 MEI 2019 ROSELLA R1 X R2 2 GAGAL
6 15 MEI 2019 ROSELLA R1 X R3 1 BERHASIL
7 15 MEI 2018 R0SELLA BC1 X R1 1 BERHASIL
8 15 MEI 2018 R0SELLA R3 X R1 1 BERHASIL
9 15 MEI 2018 R0SELLA R2 X BC1 1 BERHASIL
10 15 MEI 2018 R0SELLA R2 X R3 1 GAGAL

Hasil persilangan bunga rosella varietas cocok dengan varietas lain oleh
dapat dilihat pada tabel 1. keberhasilan karena itu dibutuhkan ketrampilan dan
persilangan dapat disebabkan oleh pengetahuan tentang persilangan pada
banyaknya faktor diantaranya bunga varietas tersebut, waktu reseptif,
keterampilan dari penyilang, tidak setiap waktu antesis. Persilangan dilakukan
untuk semua kombinasi dalam waktu yang faktor diantarannya yaitu faktor
bersamaan ini tentu mempengaruhi lingkungan dan faktor genotip tanaman itu
keberhasilan persilangan meskipun masa sendiri. Faktor lingkungan terdiri dari
antesis antara jam 06.00 – 10.00, cara gangguan hama, penyakit, panas dan
penutupan dengan plastik yaitu menutup udara. Faktor genotip dari tanaman terdiri
bunga secara longgar sehingga udara di dari kualitas serbuk sari dari tetua jantan
dalam tidak panas sehingga dapat yang digunakan pada persilangan.
mengatasi jumlah bunga-bunga yang
gugur, kesuburan tetua jantan lebih subur Saran
dibanding dengan tetua betina Pada saat persilangan praktikan
kemungkinan tingkat fertilitas jantan lebih
harus lebih berhati-hati dan teliti agar
tinggi sehingga serbuk sari yang
terkandung pada bunga tersebut cukup persilangannya berhasil, dan tidak
untuk membuai bungan betina. Faktor menutup hasil persilangan dengan
lingkungan yang baik seperti tidak adanya plastik serapat-rapatnya. Diusahakan
serangan hama dan penyakit serta sifat tetap ada udara agar tidak bucuk.
genetik dari tanaman yang akan
disilangkan. Menurut Ayu Sulistyo (2012) DAFTAR PUSTAKA
yang menyatakan bahwa keberhasilan
penyerbukan buatan yang kemudian Alia, Y., dan W. Wilia. 2010.
diikuti oleh pembuahaan dipengaruhi oleh Persilangan Empat Varietas
beberapa faktor diantaranya adalah Melon Dalam Rangka
kompatibilitas tetua, ketepatan waktu Penyediaan Populasi Awal untuk
reseptif betina dan antesis jantan, Seleksi. J. Penelitian Universitas
kesuburan tanaman serta faktor Jambi Seri Sains 13 (1) : 39-42.
lingkungan. Basir, M dan F. Kasim. 2004.
Sedangkan gagalnya persilangan Penampilan dan Stabilitas 12
rosella dapat disebakan karena pada saat
Genotip jagung (Zea
persilangan melukai putik bunga atau
terlalu mengembun sehingga bunga cepat Mays L.) Bersari Bebas
membusuk kemudian akan rontok. Hal ini Prosiding Simposium Pemuliaan
sama seperti yang disampaikan oleh Tanaman IV
Menurut Ihsan,et all (2008) Cuaca Kondisi (Kontribusi Pemuliaan dalam
panas dengan suhu tinggi dan kelembaban Inovasi Teknologi Rumah
udara terlalu rendah menyebabkan bunga
Lingkungan).
rontok.
Menurut Welsh, (1991) dalam Balai Penelitian Jagung dan
Irwan (2011) yang menyatakan bahwa Serealia, Malang
faktor – faktor abiotik dan biotik
merupakan kendali pembatas bagi
Basuki, N. 1986. Pendugaan
tumbuhan untuk dapat hidup dan
parameter genetik dan hubungan
berproduksi. Faktor genetik tidak akan
antara hasil dengan beberapa
memperlihatkan sifat yang dibawanya sifat agronomi serta analisis
kecuali dengan adanya faktor lingkungan persilangan diallel pada
yang menunjang. Semangka. Disertasi. Fakultas
Kesimpulan Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Berhasil tidaknya suatu Cahyono, Bambang. 2012. Rosella,
persilangan di pengaruhi oleh beberapa Teknik Budidaya dan Analisis
Usaha Tani. C.V. Aneka Ilmu. Joko Hidayat. 2010. Teknik
Semarang. Persilangan dan Penanganan
generasi lanjut pada Melon.
Hallauer, A. R. and J.B. Miranda Fo.
Latihan Field Insfection and
1981. Quantitative Genetics in Maintanance of Varieties of
Maize Food Legummes. Bogor. 1-12 P.
Breeding. Iowa State Univ.
Sulistyo, A. 2012. Evaluasi hasil
Press, Ames. persilangan, analisis daya
Ihsan Farihul dan Sukarmin. 2008. gabung serta pendugaan nilai
heterosis tujuh genotipe Melon.
Teknik Persilangan Mangga
Makalah Seminar Hasil
(Mangifera Indica) Untuk Penelitian. PPs IPB-Bogor.
Perakitan Varletas Unggul Baru.
Welsh, J.R., 1991. Dasar-Dasar
Buletin Teknik Pertanian, 13
Genetika dan Pemuliaan
(1):33-36. Tanaman. Terjemahan Mogea,
Irwan, A. E. 2011. Budidaya Tanaman P.J. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rosella. Universitas Padjadjaran.
Jatinangor.
HETEROSIS & HERITABILITAS PADA TANAMAN ROSELLA
(Hibiscus Sabdariffa L.) DAN JAGUNG (Zea mays)

Oleh:
Harisuddin
201710200311011
penjagaagama13@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah
Malang (University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang,
Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Heterosis atau vigor hibrida adalah keadaan di mana vigor dari suatu hibrida (F1), yaitu hasil
persilangan antara 2 tetua (P1 dan P2) melebihi vigor dari rerata kedua tetuanya atau vigor dari
salah satu tetua terbaik. Apabila rerata turunan F1 melebihi kedua tetuanya disebut heterobeltiosis.
Tujuan praktikum heterosis adalah untuk mengetahui keunggulan sifat hibrida hasil persilangan
antara tetua yang berpotensi, sedangkan tujuan praktikum heritabilitas adalah untuk mengetahui
secara kuantitatif peran genotipe dan lingkungan terhadap besaran fenotipe yang diamati.
Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 30 April 2019 sampai selesai. Lokasi
pelaksanaan praktikum ini adalah di laboratorium Agronomi UMM dan Lahan Rusunawa P2KK
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembagian tingkat heritabilitas variabel yang diamati yaitu
Tinggi tanaman, Jumlah daun, Diameter batang, Jumlah bunga per tanaman memiliki nilai duga
heritabilitas yang rendah.
Kata Kunci: Heterosis, Heretabilitas, Hibrida.

PENDAHULUAN
Zubachtirodin, Pabbage dan pada pembentukan galur inbrida adalah
Subandi (2013) menyatakan bahwa penentuan daya gabung kedua tetua.
jagung merupakan tanaman pangan aya gabung tetua inbrida yang
penting kedua setelah padi mengingat digunakan harus diketahui terlebih
fungsinya yang multiguna, jagung dahulu agar penentuan tetua jantan
dapat dimanfaatkan untuk pangan, atau betina untuk proses perakitan
pakan, dan bahan baku industri. galur hibrida lebih akurat. Menurut
roduktivitas nasional yang tergolong Hijria (2012) Pengaruh interaksi
masih rendah merupakan peluang bagi hibrida dan lokasi mengindikasikan
pemulia tanaman untuk memperbaiki bahwa faktor lokasi berperan penting
populasi tanaman tersebut. Perakitan terhadap penampilan suatu genotipe
tanaman jagung dengan karakter dan mampu tumbuh lebih baik di
unggul menjadi salah satu solusi untuk lokasi yang lebih sesuai.Silang puncak
meningkatkanproduksi jagung nasional merupakan salah satu prosedur yang
dengan hasil dan kualitas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
optimal. Uji daya hasil hibrida-hibrida galur-galur atau varietas pada generasi
harapan jagung perlu dilakukan untuk awal (S2-S4) untuk dikembangkan
mendapatkan hibrida-hibrida yang lebih lanjut (Mandal, 2014).
mempunyai potensi hasil dan kualitas Tanaman rosella (Hibiscus
yang baik serta stabil. Permasalahan Sabdariffa L.) merupakan tanaman
hias luar ruangan yang merupakan beberapa tanaman menyerbuk sendiri
jenis dari tanaman sepatu. Di Indonesia (Permadi et al., 2014). Penelitian
dengan iklim tropis, rosella dapat heterosis pada cabai melalui metode
tumbuh dengan subur. Tanaman rosella persilangan dialil atau line x tester
merupakan tanaman yang sangat pada karakter hasil dan komponen
dikenal saat ini karena kelopak bunga hasil telah dilakukan secara intensif di
rosella dapat digunakan sebagai India dan Cuba. Melalui analisis line x
minuman kesehatan yang dapat tester terhadap 3 tetua betina dan 8
menyembuhkan berbagai penyakit tetua jantan dihasilkan 4 hibrida F1
seperti hipertensi, diabetes, dan yang berpotensi memiliki vigor hibrid
diuretik (Patel, 2013). Zat aktif yang pada karakter hasil buah per tanaman,
paling berperan dalam kelopak bunga jumlah buah per tanaman, ukuran
rosella meliputi gossypetin, antosianin, buah, ketebalan kulit buah, dan bobot
dan glukosida hibisci (Moeksin dan per buah pada cabai. Hasil penelitian
Ronald, 2009). Doshi dan Shukla (2000) terdapat
Heterosis atau vigor hibrida fenomena heterosis pada karakter hasil
adalah keadaan di mana vigor dari dan komponen hasil kecuali pada
suatu hibrida (F1), yaitu hasil bobot per buah dan total klorofil, serta
persilangan antara 2 tetua (P1 dan P2) didapat nilai heterobeltiosis lebih dari
melebihi vigor dari rerata kedua 30% pada F1.
tetuanya atau vigor dari salah satu Tujuan praktikum heterosis
tetua terbaik. Apabila rerata turunan F1 adalah untuk mengetahui keunggulan
melebihi kedua tetuanya disebut sifat hibrida hasil persilangan antara
heterobeltiosis. Watt, (1980) dalam tetua yang berpotensi, sedangkan
Permadi, (2014) mengemukakan 4 tujuan praktikum heritabilitas adalah
keuntungan F1 hibrida, yaitu (1) vigor untuk mengetahui secara kuantitatif
yang lebih besar dalam hasil, produksi peran genotipe dan lingkungan
bunga atau biji, perkecambahan yang terhadap besaran fenotipe yang
lebih cepat, dan resistensi terhadap diamati.
penyakit, (2) daya adaptasi yang lebih
BAHAN DAN METODE
besar terhadap keadaan lingkungan
yang bervariasi karena terdapat gen- Tempat dan Waktu
gen dalam keadaan heterozigot, (3) Pelaksanaan praktikum ini
terekspresinya sifat-sifat yang dilaksanakan pada hari Sabtu 30 Maret
2019 sampai selesai. Lokasi pelaksanaan
menguntungkan apabila sifat-sifat
praktikum ini adalah di laboratorium
tersebut dikendalikan gen-gen Agronomi dan rusun P2KK UMM
dominan, dan (4) perlindungan secara Universitas Muhammadiyah Malang.
alami terhadap pembajakan varietas
Alat dan Bahan
karena pemulia/ perusahaan
menyimpan tetua-tetuanya. Alat yang dibutuhkan adalah alat –
alat pertanian dan alat ukur, sedangkan
Pemanfaatan vigor hibrida
bahan yang digunakan adalah benih
sudah banyak diaplikasikan pada
tanaman rosella yang terdiri dari atas tetua L.) Lokal Sulawesi Tenggara. J.
R1, R2, R3, dan BC1. Penelitian Agronomi1(2) : 174-
Prosedur Praktikum 183. Hijria. Dirvamena,B dan
Teguh, W. 2012.Analisa
Menanam semua jenis komoditas
tanaman rosella yang disediakan, Mandal, B. C. 2014. Maize Breeding
melakukan observasi dan mengukur atau and Seed Production Manual.
menghitung variabel yang diamati seperti Food and Agriculture
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter Organization of the United
batang, munculnya bunga pertama, jumlah Nations. DPR Korea.
bunga pertanaman, jumlah buah
pertanaman, panen pertama, bobot buah Moeksin, R., dan Ronald, S. H., 2009.
pertanaman. Pengaruh Kondisi, Perlakuan dan
Berat Sampel terhadap Ekstraksi
HASIL DAN PEMBAHASAN Antosianin dari Kelopak Bunga
Rosella dengan Pelarut Aquadest
Hasil dan Ethanol. Jurnal Sains dan
Matematika (JSM), 16, 11-18
Patel, S. 2014. Hibiscus sabdariffa : An
Pembahasan ideal yet underexploited candidate
for neutraceutrical applications.
DAFTAR PUSTAKA
Biomedicine & Preventive
Doshi K.M. and Shukla, P.T. 2000. Nutrition. Vol 4 : 23-27
Expression of Heterosis in Chilli Permadi, C.S., 2014. Heterosis Hasil dan
(Capsicum annuum L.). Komponen Hasil dalam Seri
Capsicum and Eggplant Persilangan Dialil Lima Tetua
Newsletter 19:66-69. Kacang Hijau. Zuriat I(1):23-31.

Hijria. Dirvamena,B dan Teguh, W. Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan


2012. Analisa Variabilitas Subandi. 2013.Wilayah Produksi
Genetik dan Heritabilitas dan Potensi Pengembangan
Berbagai Karaakter Agronomi Jagung. Balai Penelitian
30 Kultivar Jagung (Zea mays Tanaman Serealia. Maros.

Anda mungkin juga menyukai